Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sebelum melakukan teknik wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam sebuah daftar pertanyaan. Pertanyan
– pertanyaan yang diajukan telah diatur dan diarahkan sehingga narasumber tidak kebingungan
dalam menjawab pertanyaan. Apabila pertanyaan kurang jelas maka penulis mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat didalam daftar pertanyaan.
Teknik wawancara ini berguna bagi penulis dalam mencari data dari para penduduk sekitar Pecinan Kota Bandung, terutama para narasumber yang sudah
memiliki usia, mengingat peristiwa yang peneliti kaji adalah peristiwa dimasa lampau dan harus membuka kembali ingatan yang sudah lama tersimpan, sehingga dengan
peneliti sudah menyiapkan pertanyaan terlebih dahului peneliti akan lebih mudah merangsangnya. Sebelum melakukan teknik wawancara penulis menentukan waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara dengan beberapa narasumber.
3.2.2 Kritik Sumber
Setelah penulis mengumpulkan sumber atau yang disebut heuristik, penulis melakukan tahapan kritik sumber baik sumber dari buku, tesis, jurnal, internet, maupun
sumber tertulis lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji. Kritik sumber ini dilakukan untuk memilih sumber
– sumber informasi yang didapatkan sesuai atau tidak dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Semua sumber dipilih melalui
kritik eksternal dan internal sehingga didapatkan fakta – fakta yang sesuai dan dapat
diperoleh fakta sejarah yang otentik. Dalam kritik sumber ini terdapat kritik eksternal dan kritik internal yang akan dijelaskan dibawah ini.
Kritik eksternal merupakan kritik yang dilakukan oleh penulis untuk menilai keaslian sumber dari bagian luar. Menurut Sjamsuddin 2007, hlm. 134 kritik eksternal
harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian benar-benar diberikan oleh orang yang bersangkutan pada waktu itu
authenticity
, telah bertahan tanpa ada perubahan
uncorupted
, tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan- penghilangan yang substansial
integrity
. Kritik eksternal ini sangatlah dibutuhkan dalam metode sejarah sperti dalam
penulisan karya ilmiah ini agar kredibilitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Hal itu juga berguna untuk memperhatikan sumber
– sumber yang telah didapatkan dari aspek
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
luarnya sebelum kepada isi seperti dokumen statistik atau dokumen data wilayah dan sebagainya.
Kritik internal berbeda dengan kritik eksternal, di mana kritik internal ini memiliki tujuan untuk menilai keabsahan isi dari sumber - sumber yang telah
dikumpulkan oleh penulis didalam tahapan heuristik sehingga mendapatkan isi sumber yang relevan dengan penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut
Sjamsuddin 2007, hlm. 143 kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari
sumber kesaksian testimoni. Didalam kritik internal ini penulis membaca dokumen
– dokumen yang telah didapatkan
kemudian menganalisis
isi dari
dokumen tersebut
kemudian membandingkan isi dokumen satu dengan yang lain. Pada kritik internal ini penulis
membaca data yang didapat dari sumber buku, jurnal, serta wawancara kemudian mencocokan dengan data yang telah didapatkan tersebut.
Seperti misalnya tahapan kritik sumber yang dilakukan oleh penulis terhadap narasuber Bapak Iih Suryana kelahiran Bandung 13 Maret 1955. Beliau adalah petugas
PLKB pada tahun 1990 di Kecamatan Sumur Bandung. Kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai sistem kerja dari program keluarga berencana
pada saat itu dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi
memberikan gambaran proses, prosedur, serta kebijakan program keluarga berencana pada saat Orde Baru di Kecamatan Sumur Bandung, sesuai dengan pekerjaan dan
bidang yang dikuasai beliau. Kemudian Bapak Ali Jambas kelahiran Bandung 23 April 1951. Beliau
merupakan ketua RW 01 Kelurahan Braga di tahun 1986. Beliau lahir dan besar disana, sehingga kredibilitas dari kesaksian dan informasi yang beliau berikan mengenai
gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa di Kelurahan Braga dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan keabsahan isi dari substansi kesaksian dan
informasi yang beliau berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan gambaran kehidupan serta partisipasi masyarakat Tionghoa terhadap program keluarga
berencana. Dimana beliau merupakan tokoh masyarakat disana, yang memahami kondisi dan situasi yang terjadi dilingkungannya.
Moch Wildan Ramadhan, 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TIONGHOA TERHADAP PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAWASAN
PECINAN KOTA BANDUNG TAHUN 1970-1998
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya dari etnis Tionghoa sendiri ada Ibu Inggrit Suherman kelahiran Bandung 26 Juli 1943. Beliau merupakan wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di
Kelurahan Braga. Kredibilitas dan kesaksian beliau dapat dipertanggungjawabkan karena beliau mengalami kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun 70-
an. Kemudian Ibu Susilawati kelahiran Bandung 15 Oktober 1950. Wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga, yang akan memberikan kesaksian sebagai
wanita Tionghoa yang hidup di tahun 80-an. Serta Ibu Marga kelahiran Bandung 13 Maret 1960. Wanita Tionghoa peranakan yang tinggal di Kelurahan Braga, yang akan
memberikan kesaksian sebagai wanita Tionghoa yang hidup di tahun 90-an. Untuk sumber buku yang digunakan penulis menggunakan buku dari Hidajat.
Buku tersebut diterbitkan tahun 1977 oleh penerbit Tarsito yang berjudul
Masyarakat dan
Kebudayaan Cina
Indonesia.
Kredibilitas dari
buku ini
dapat dipertanggungjawabkan, karena tahun diterbitkan buku ini yang sesuai dengan masa
dan waktu yang dibutuhkan oleh penelitian ini. Sedangkan keabsahan isi dari substansi isi dan informasi yang buku ini berikan dapat digunakan dan berkontribusi memberikan
gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa yang ada di Bandung secara mendetil, baik dari sejarah, sikap hidup, kebudayaan mereka, hingga permasalahan-permasalahan
kehidupan mereka di Indonesia sebagai etnis pendatang.
3.2.3 Interpretasi Penafsiran Sumber