Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

99 No. Butir Soal Karakteristik Butir Deskripsi Tingkat Kesukaran Prop. Correct Daya Beda Point. Biser Efektifitas Pengecoh Prop. Endorsing 15. 0, 865 0, 430 A 0, 105 Butir soal 15 memiliki tingkat kesukaran berada diantara 0,70 - 1,00 yaitu mudah sehingga direvisi. Butir soal 15 memiliki daya pembeda 0,40 – atau lebih sehingga memiliki kriteria sangat baik. Butir soal 15 memiliki efektifitas pengecoh pilihan jawaban A berfungsi dengan baik, tetapi pengecoh B harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi. B 0, 026 D 0, 000 16. 0, 933 0, 353 A 0, 050 Butir soal 16 memiliki tingkat kesukaran berada diantara 0,70 - 1,00 yaitu mudah sehingga direvisi. Butir soal 16 memiliki daya pembeda 0,30 – 0,39 sehingga memiliki kriteria cukup baik, mungkin perlu perbaikan. Butir soal 16 memiliki efektifitas pengecoh pilihan jawaban A berfungsi dengan baik, tetapi pengecoh C harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi. C 0, 017 D 0, 000 17. 0, 982 0, 268 A 0, 006 Butir soal 17 memiliki tingkat kesukaran berada diantara 0,70 - 1,00 yaitu mudah sehingga direvisi. Butir soal 17 memiliki daya pembeda 0,20 – 0,29 sehingga memiliki kriteria minimum, perlu perbaikan. Butir soal 17 memiliki efektifitas pengecoh pilihan jawaban A dan B harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi B 0, 009 D 0, 000 18. 0, 949 0, 348 B 0, 031 Butir soal 18 memiliki tingkat kesukaran berada diantara 0,70 - 1,00 yaitu mudah sehingga direvisi. Butir soal 18 memiliki daya pembeda 0,30 – 0,39 sehingga memiliki kriteria cukup baik, mungkin perlu perbaikan. Butir soal 18 memiliki efektifitas pengecoh pilihan jawaban B dan C harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi C 0, 019 D 0, 000 19. 0, 981 0, 202 B 0, 015 Butir soal 19 memiliki tingkat kesukaran berada diantara 0,70 - 1,00 yaitu mudah sehingga direvisi. Butir soal 19 memiliki daya pembeda 0,20 – 0,29 sehingga memiliki kriteria minimum, perlu perbaikan. Butir soal 19 memiliki efektifitas pengecoh pilihan jawaban B dan C harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi C 0, 004 D 0,000 20. 0, 460 0, 376 A 0, 040 Butir soal 20 memiliki tingkat kesukaran berada diantara 0,30 - 0,70 yaitu mudah sehingga direvisi. Butir soal 20 memiliki daya pembeda 0,30 – 0,39 sehingga memiliki kriteria cukup baik, mungkin perlu perbaikan. Butir soal 20 memiliki efektifitas pengecoh pilihan jawaban C berfungsi dengan baik, tetapi pengecoh A harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi C 0, 497 D 0, 000

C. Pembahasan

Pembahasan ini menguraikan hasil analisis validitas isi, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas pengecoh yang diperoleh dengan bantuan program computer microCat iteman versi 3,00. Dengan melihat hasil iteman, akan mengetahui reliabilitas soal dari koefisien alpha 100 dan analisis butir soal berupa tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas pengecoh. 1. Validitas Isi Validitas isi menurut Hamzah 2012 : 152 yaitu berhubungan dengan kesanggupan tes untuk mengukur isi yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas isi menyatakan apakah tes sudah mencakup sampel yang representatif dari domain perilaku yang diukur. Arifin 2009 : 249 mengatakan juga bahwa validitas isi ini sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran telah disampaikan, dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika dilihat dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar, validitas isi ini sering disebut juga validitas kurikuler dan validitas perumusan. Validitas kurikuler berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Validitas perumusan berkenaan dengan pertanyaan apakah aspek-aspek dalam soal-soal itu betul-betul tercakup dalam perumusan tentang apa yang hendak diukur. Soal Ulangan Akhir Semester mata pelajaran IPS kelas III SD menggunakan kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Karena soal ini tidak ada kisi-kisi, maka peneliti memetakan antara soal dengan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD mata pelajaran IPS kelas III SD semester PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Genap. Peneliti juga tidak menggunakan panel ahli untuk menganalisis butir soal pilihan ganda Ulangan Akhir Semester Genap mata pelajaran IPS kelas III SD. Hasil yang didapatkan adalah semua butir soal Ulangan Akhir Sekolah Genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok sudah sesuai berdasarkan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Inti KD mata pelajaran IPS kelas III SD. Bisa dikatakan bahwa soal Ulangan Akhir Semester mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok jika dilihat dari validitas isi sudah mengukur apa yang ingin diukur. Peneliti juga mengaitkan hasil penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Theresia 2014. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Theresia 2014 bahwa Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran 20132014. Hipotesis penelitian ditolak karena kualitas soal belum baik. Alasannya yaitu Soal Ulangan Tengah Semester mata pelajaran matematika untuk kelas 1 ditinjau dari validitas isi terdapat 1 soal yang tidak mengukur sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa analisis menggunakan validitas isi diperkuat dengan pendapat Azwar 2015 : 175 bahwa validitas isi menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Salah satu cara untuk melihat validitas isi telah sesuai adalah dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 melihat butir soal dalam tes telah ditulis sesuai dengan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Pengujian validitas isi ini sangat penting dalam proses penyusunan tes prestasi belajar dan harus dilakukan seksama pada waktu pelaksanaan reviu butir soal oleh suatu panel ahli. 2. Reliabilitas Crocker Algina dalam Endrayanto Harumurti, 2014: 271 mengatakan reliabilitas adalah tingkat konsistensi keajegan skor yang dihasilkan apabila suatu tes digunakan secara berulang pada individu atau sekelompok individu yang sama. Reliabilitas merujuk pada ketepatankeajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan yang berarti kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama Hamzah, 2012 : 153. Jihad Haris 2012 : 180 juga mengatakan bahwa reliabilitas merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau konsistenan suatu soal tes. Jadi dari 3 pendapat peneliti tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa reliabilitas merupakan indeks yang telah menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan apabila pengukuran tersebut diulangi dua kali atau lebih. Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh dihalaman sebelumnya, dapat diketahui bahwa hasil reliabilitas butir soal pilihan ganda Ulangan Akhir Semester Genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok berdasakan koefisien Cronbach’s Alpha yaitu sebesar 0,694. Hal ini menunjukkan bahwa soal Ulangan Akhir Semester tersebut memiliki reliabilas sedang 103 sesuai dengan pendapat Alpha Guilford dalam Jihad, 2012 : 181 bahwa koefisien Cronbach’s Alpha yang berada di antara 0,694 dapat dikategorikan sebagai soal yang memiliki tingkat reliabilitas sedang. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa hasil reliabilitas pada butir soal Ulangan Akhir Semester Genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok memiliki tingkat reliabilitas sedang. Peneliti juga mengaitkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Sulis 2007 yang melakukan penelitian mengenai Analisis Tes Hasil Belajar Akhir Semester Mata Pelajaran Fisika untuk mengetahui Kualitas Soal dan Tingkat Penguasaan Siswa terhadap materi yang diujikan Studi Kasus Tes Akhir Semester II kelas IX IPA SMU Negeri 1 Karangkobar cukup reliabel. 3. Tingkat Kesukaran Arikunto 2013 : 222 mengatakan bahwa tingkat kesukaran pada soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Miller dalam Endrayanto Harumurti, 2014 : 261 juga berpendapat bahwa tingkat kesukaran butir soal mengindikasikan persentase siswa yang menjawab benar butir soal yang disajikan. Jadi, dari 2 pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kesukaran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui mudah dan sukarnya suatu soal. Peneliti mengambil contoh butir soal nomor 1 sebagai butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang dan butir soal nomor 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 sebagai butir soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah. Dapat dilihat pada gambar 4.16 berikut : Tabel 4.16 Contoh Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal Pada tabel 4.16 tersebut, peneliti mendapatkan hasil pada butir soal 1 adalah 0, 591 yang dikatakan sedang dan pada butir soal 2 adalah 0, 902 yang dikatakan mudah. Menurut Azwar 2015 : 136 mengatakan bahwa tingkat kesukaran suatu aitem bagi setiap siswa adalah berbeda- beda dan kita tidak tahu berapa sulit atau berapa mudahnya suatu aitem bagi seorang siswa. Jadi, berdasarkan pembahasan tersebut peneliti mendapatkan hasil tingkat kesukaran pada butir soal Ulangan Akhir Semester Genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok sebanyak 18 butir soal dikategorikan mudah dengan presentase 90 sehingga harus ditolakdirevisi, sedangkan 2 butir soal yang dikategorikan sedang dengan presentase 10 sehingga dapat diterima PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 dan tidak ada butir soal yang sulit. Penelitian ini juga dikaitkan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Theresia 2014 melakukan penelitian mengenai Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran 20132014 dengan hasil tingkat kesukaran pada setiap soal banyak menunjukkan angka mendekati 1,00 yang artinya tingkat kesukaran soal tersebut mengidikasikan soal yang mudah. 4. Daya Pembeda Tingkat daya pembeda menurut Endrayanto Harumurti 2014 : 264 yaitu kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi atau kelompok atas upper group dan siswa yang prestasi belajarnya rendah atau kelompok bawah lower group. Arikunto 2013 : 226 juga mengatakan bahwa daya pembeda adalah sesuatu soal untuk membedakan anatara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Jadi, dari 2 pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa daya pembeda merupakan pengukuran terhadap sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang pandai kelompok atas dengan peserta didik yang bodoh kelompok bawah. Peneliti mengambil contoh butir soal nomer 11 sebagai butir soal yang memiliki daya pembeda jelek dan butir soal nomer 12 sebagai butir soal yang memiliki daya pembeda sangat baik. Dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 Tabel 4.17 Contoh Hasil Tingkat Daya Pembeda Butir Soal Pada tabel 4.17 tersebut, berpedoman pada pendapat Azwar 2015 : 151-152 bahwa aitem yang baik daya pembedanya harus memiliki koefisien yang positif dan tinggi pada kunci jawaban. Hasil analisis untuk butir soal nomer 11 pada gambar 4.17 menyimpulkan bahwa taraf kesukaran butir soal nomer 11 termasuk jelek dengan kategori 0,19 – ke bawah yaitu 0, 164. Sedangkan, pada butir soal nomer 12 pada gambar 4.16 menyimpulkan bahwa taraf kesukaran butir soal nomer 12 termasuk sangat baik dengan kategori 0,40 – atau lebih yaitu 0, 447. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa hasil daya pembeda butir soal dapat diketahui 20 butir soal pilihan ganda Ulangan Akhir Semester Genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok memiliki kualitas daya pembeda yang bervariasi. Seperti yang terlihat pada tabel gambar 4.2 sebelumnya bahwa terdapat 50 butir soal yang memiliki kualitas daya pembeda sangat baik, 25 butir soal yang memiliki kualitas daya pembeda cukup baik, 20 butir soal memiliki kualitas daya pembeda minimum, dan 5 butir soal memiliki kualitas daya pembeda jelek. 107 5. Efektifitas Pengecoh Arifin 2009: 279 juga mengatakan bahwa distraktor adalah pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes Arikunto, 2013 : 234. Jadi, dari 2 pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa efektifitas pengecoh adalah alternatif jawaban yang tersedia selain kunci jawaban didalam setiap butir soal. Azwar 2015 : 151-152 berpendapat bahwa efektifitas pengecoh yang berfungsi dengan baik memiliki koefisien yang positif dan tinggi pada kunci jawaban. Sebaliknya, untuk alternatif jawaban yang merupakan distraktor yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi, karena hal itu mengindikasikan bahwa pemilihnya memang berasal dari siswa yang kurang cakap. Pada pembahasan ini peneliti mengambil tiga contoh butir soal yang memiliki efektifitas pengecoh yang berbeda-beda dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 Tabel 4.18 Contoh Efektifitas Pengecoh Butir Soal Pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa peneliti berpedoman pada pendapat Azwar 2015 : 151 bahwa aitem yang daya bedanya harus memiliki koefisien yang positif dan tinggi pada kunci jawaban sebagaimana ditunjukkan oleh alternatif C butir soal nomer 1 pada tabel 4.18 tersebut. Sebaliknya, untuk alternatif efektifitas pengecoh yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi. Terlihat pada kolom biser dan point biser bahwa semua alternatif kecuali kunci jawaban memiliki koefisien korelasi negatif dan tinggi. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa butir soal nomor 1 memiliki efektifitas pengecoh yang baik. 109 Peneliti juga melihat butir soal nomor 1 dilihat dari Prop.Endorsing Arikunto, 2013 : 234 bahwa pengecoh A menunjukkan hasil 0,153 yang berarti pengecoh A telah dipilih sebesar 15,3 peserta tes. Pengecoh B menunjukkan hasil 0,253 yang berarti pengecoh B telah dipilih sebesar 25,3 peserta tes. Pengecoh D menunjukkan hasil 0,000 yang berarti pengecoh D tidak ada yang memilih. Kunci jawaban C menunjukkan hasil 0,591 yang berarti kunci jawaban C telah dipilih sebesar 59,1 peserta tes. Dari teori yang telah disajikan mengenai dasar pengambilan keputusan agar pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik adalah minimal pengecoh tersebut dipilih oleh 5 peserta tes, maka pengecoh A dan pengecoh B pada butir soal satu dapat berfungsi dengan baik, sedangkan pengecoh D tidak berfungsi. Contoh kedua pada tabel 4.18 peneliti melihat pada butir soal nomor 11 memiliki koefisien yang positif dan tinggi pada kunci jawaban sebagaimana ditunjukkan oleh alternatif B. Terlihat juga pada kolom biser dan point biser butir soal 11 bahwa semua alternatif kecuali kunci jawaban memiliki koefisien korelasi negatif dan tinggi. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa butir soal nomor 11 juga memiliki efektifitas pengecoh yang baik. Tetapi jika dilihat dari Prop.Endorsing bahwa pengecoh A menunjukkan hasil 0,073 yang berarti pengecoh A telah dipilih sebesar 7,3 peserta tes. Pengecoh C menunjukkan hasil 0,009 yang berarti pengecoh C telah dipilih sebesar 0,9 peserta tes. Pengecoh D menunjukkan hasil 0,000 yang berarti 110 pengecoh D tidak ada yang memilih. Kunci jawaban B menunjukkan hasil 0,914 yang berarti kunci jawaban B telah dipilih sebesar 91,4 peserta tes. Dari teori yang telah disajikan mengenai dasar pengambilan keputusan agar pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik adalah minimal pengecoh tersebut dipilih oleh 5 peserta tes, maka pengecoh A pada butir soal kesebelas berfungsi dengan baik, sedangkan pengecoh C pada butir soal kesebelas harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi. Peneliti menyimpulkan bahwa efektifitas pengecoh pada butir soal nomor 11 tidak berfungsi. Contoh ketiga yaitu peneliti mengambil butir soal nomor 17. Pada butir soal nomor 17 memiliki koefisien yang positif dan tinggi pada kunci jawaban sebagaimana ditunjukkan oleh alternatif C. Terlihat juga pada kolom biser dan point biser butir soal 17 bahwa semua alternatif kecuali kunci jawaban memiliki koefisien korelasi negatif dan tinggi. Tetapi dilihat juga dari prop.endorsing pengecoh A menunjukkan hasil 0,006 yang berarti pengecoh A telah dipilih sebesar 0,6 peserta tes. Pengecoh B menunjukkan hasil 0,009 yang berarti pengecoh B telah dipilih sebesar 0,9 peserta tes. Pengecoh D menunjukkan hasil 0,000 yang berarti pengecoh D tidak ada yang memilih. Kunci jawaban C menunjukkan hasil 0,982 yang berarti kunci jawaban C telah dipilih sebesar 98,2 peserta tes. Dari teori yang telah disajikan mengenai dasar pengambilan keputusan agar pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik adalah minimal pengecoh tersebut dipilih oleh 5 peserta tes, maka pengecoh A dan B pada butir soal ketujuhbelas harus diganti atau direvisi, dan pengecoh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 D tidak berfungsi. Butir soal nomor 17 ini memiliki tiga alternatif yang efektifitas pengecohnya tidak berfungsi. Dari ketiga contoh butir soal yang telah peneliti paparkan pada tabel 4.18 sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa hasil efektifitas pengecoh yang berada pada setiap butir soal berbeda-beda dengan diperkuat pendapat dari Azwar 2015 : 151-152 bahwa efektifitas pengecoh yang berfungsi dengan baik memiliki koefisien yang positif dan tinggi pada kunci jawaban. Sebaliknya, untuk alternatif jawaban yang merupakan distraktor yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi dilihat pada biser dan point biser, karena hal itu mengindikasikan bahwa pemilihnya memang berasal dari siswa yang kurang cakap. Arikunto 2013 : 234 juga berpendapat bahwa butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes dilihat pada prop.endorsing. Peneliti menyimpulkan bahwa efektifitas pengecoh butir soal pilihan ganda Ulangan Akhir Semester Genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran IPS kelas III SD di Kecamatan Depok memiliki 22 alternatif soal berfungi dan 38 alternatif soal tidak berfungsi. 112 6. Keterkaitan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektifitas Pengecoh dalam butir soal Ulangan Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran 20142015 Mata Pelajaran IPS Kelas III SD. Peneliti mengambil contoh hasil analisis butir soal Ulangan Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran 20142015 Mata Pelajaran IPS Kelas III SD pada nomor 11 dari tabel 4.18 sebelumnya. Dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut ini. Tabel 4.19 Contoh Butir Soal Pada tabel 4.19 tersebut, peneliti dapat menyimpulkan jika soal nomor 11 dikaitkan dengan tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektifitas pengecoh belum dapat dikatakan berkualitas karena memiliki tingkat kesukaran 0,914 dikatakan mudah, daya pembeda 0,164 dikatakan jelek, dan efektifitas pengecoh dilihat dari prop.endorsing bahwa pengecoh A menunjukkan hasil 0,073 yang berarti pengecoh A telah dipilih sebesar 7,3 peserta tes. Pengecoh C menunjukkan hasil 0,009 yang berarti pengecoh C telah dipilih sebesar 113 0,9 peserta tes. Pengecoh D menunjukkan hasil 0,000 yang berarti pengecoh D tidak ada yang memilih. Kunci jawaban B menunjukkan hasil 0,914 yang berarti kunci jawaban B telah dipilih sebesar 91,4 peserta tes. Dari teori yang telah disajikan mengenai dasar pengambilan keputusan agar pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik adalah minimal pengecoh tersebut dipilih oleh 5 peserta tes, maka pengecoh A pada butir soal kesebelas berfungsi dengan baik, sedangkan pengecoh C pada butir soal kesebelas harus diganti atau direvisi, dan pengecoh D tidak berfungsi. Peneliti menyimpulkan bahwa efektifitas pengecoh pada butir soal nomor 11 tidak berfungsi. Oleh karena itu, butir soal yang baik dan berkualitas sebaiknya memiliki tingkat kesukaran yang sedang, memiliki tingkat daya pembeda yang baik, dan memiliki efektifitas pengecoh yang berfungsi. Selain dari tiga kriteria tersebut, butir soal dikatakan baik dalam keseluruhan jika soal tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD dan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114

BAB V PENUTUP