Luas Bidang Dasar Tegakan Volume Tegakan

lognormal cukup sesuai digunakan untuk menduga kerapatan pohon jenis torem di lokasi penelitian.

5.3.2 Luas Bidang Dasar Tegakan

Hasil perhitungan luas bidang dasar jenis torem dengan menggunakan cara struktur tegakan dan cara rata-rata hitung pada berbagai kelas diameter tertera pada Tabel 7. Tabel 7 Luas bidang dasar tegakan jenis pohon torem dihitung dengan memakai struktur tegakan dan dengan rata-rata hitung Kelas Diameter cm Luas Bidang Dasar m 2 ha Beda St Rh 10 – 20 0,02 0,02 0,00 20 – 30 0,09 0,08 12,50 30 – 40 0,17 0,02 750,00 40 – 50 0,23 0,37 14,81 50 – 60 0,26 0,33 21,21 60 – 70 0,27 0,42 35,71 70 – 80 0,26 0,63 58,73 80 – 90 0,24 0,00 - 90 – 100 0,22 0,00 - 100 – 110 0,20 0,00 - 110 – 120 0,18 0,38 52,63 120 – 130 0,21 0,00 - 130 – 140 0,18 0,00 - 140 – 150 0,16 0,00 - 150 – 160 0,14 0,00 - 160 – 170 0,12 0,71 83,10 170 – 180 0,10 0,00 - Total 3,03 2,96 2,36 Sumber : Data Primer Diolah dengan MS. Excel 2007 Keterangan : St = struktur tegakan, Rh = rata-rata hitung, B = perbedaan antara struktur tegakan dan rata-rata hitung. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa total luas bidang dasar jenis torem dengan menggunakan cara struktur tegakan lebih besar yaitu 3,03 m 2 ha dibandingkan dengan cara rata-rata hitung yaitu 2,96 m 2 ha dengan perbedaaan sebesar 2,36. Perbedaan luas bidang dasar cukup besar berada pada kelas diameter 30-40 cm dengan beda sebesar 750 dengan luas bidang dasar untuk struktur sebesar 0,17 m 2 ha dan untuk rata-rata hitung sebesar 0,02 m 2 ha. Perbedaan luas bidang dasar terkecil dapat dilihat pada kelas diameter 10-20 cm dengan beda sebesar 0 dengan luas bidang dasar untuk struktur tegakan dan rata-rata hitung yang diperoleh sebesar 0,02 m 2 ha. Dari Tabel 7 diperoleh nilai χ 2 hit = 1,77 χ 2 0,05;16 = 26,30, sehingga tidak terdapat cukup bukti untuk mengatakan bahwa cara struktur tegakan dan rata-rata hitung berbeda pada taraf nyata 5. Dengan demikian, maka model sebaran lognormal cukup sesuai digunakan untuk menduga luas bidang dasar jenis torem di lokasi penelitian.

5.3.3 Volume Tegakan

Berdasarkan formula perhitungan tabel volume lokal dari data penelitian, diperoleh persamaan volume untuk jenis torem V = 0,004D 2,23 . Dari persamaan tersebut kemudian dihitung volume tegakan per hektar menurut perhitungan dengan memakai struktur tegakan dan rata-rata hitung seperti tertera pada Tabel 8. Tabel 8 Volume tegakan jenis pohon torem dihitung dengan memakai struktur tegakan dan dengan rata-rata hitung Kelas Diameter cm Volume Tegakan m 3 ha Beda St Rh 10 – 20 0,18 0,21 14,28 20 – 30 0,93 0,80 16,25 30 – 40 1,93 0,28 589,29 40 – 50 2,77 4,55 39,12 50 – 60 3,30 4,20 21,43 60 – 70 3,54 5,63 37,12 70 – 80 3,56 8,69 59,03 80 – 90 3,43 0,00 - 90 – 100 3,22 0,00 - 100 – 110 2,96 0,00 - 110 – 120 2,69 5,81 53,70 120 – 130 3,24 0,00 - 130 – 140 2,86 0,00 - 140 – 150 2,54 0,00 - 150 – 160 2,22 0,00 - 160 – 170 1,97 11,75 83,23 170 – 180 1,70 0,00 - Total 43,03 41,92 2,65 Sumber : Data Primer Diolah dengan MS. Excel 2007 Keterangan : St = struktur tegakan, Rh = rata-rata hitung, B = perbedaan antara struktur tegakan dan rata-rata hitung. Tabel 8 menunjukkan bahwa perbedaan keseluruhan volume tegakan per hektar untuk kelompok jenis torem sebesar 2,65 dengan volume tegakan per hektar yang diperoleh dengan struktur tegakan sebesar 43,03 m 3 ha dan cara rata-rata hitung sebesar 41,92 m 3 ha. Perbedaan volume tegakan per hektar cukup besar terlihat pada kelas diameter 30-40 cm yaitu sebesar 589,29 dengan volume tegakan per hektar 1,93 m 3 ha untuk struktur tegakan dan 0,38 m 3 ha untuk cara rata-rata hitung. Perbedaan terkecil berada pada kelas diameter 10-20 cm yaitu sebesar 14,28 dengan volume tegakan per hektar yang diperoleh dengan memakai cara struktur tegakan dan rata-rata hitung berturut-turut adalah 0,18 m 3 ha dan 0,21 m 3 ha. Hasil uji kesesuaian model berdasarkan data pada Tabel 5 diperoleh nilai nilai χ 2 hit = 24,36 χ 2 0,05;16 = 26,30, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat cukup bukti adanya perbedaan penggunaan cara struktur tegakan dan rata-rata hitung pada taraf nyata 5. Oleh karena itu, maka model sebaran lognormal dapat dikatakan cukup sesuai digunakan untuk menduga volume tegakan per hektar jenis torem di lokasi penelitian. Perlu dijelaskan juga bahwa walaupun pendugaan dimensi kerapatan pohon per hektar Nha untuk jenis torem secara keseluruhan dengan memakai struktur tegakan lebih sedikit jika dibandingkan dengan memakai cara rata-rata hitung, namun untuk dimensi tegakan lainnya yakni luas bidang dasar tegakan m 2 ha dan volume tegakan m 3 ha memberikan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan memakai cara rata-rata hitung. Dari Tabel 6 sampai Tabel 8 terlihat bahwa adanya konsistensi perbedaan yang cukup besar pada kelas diameter 30-40 cm baik untuk kerapatan pohon, luas bidang dasar tegakan maupun volume tegakan per hektar. Hal ini disebabkan oleh penggunaan jumlah pohon per hektarnya yang dipakai sebagai acuan pendugaan dimensi tegakan dalam penelitian ini.

5.4 Pola Sebaran Spasial