Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis
untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan Untung, 2008: 1. CSR memberikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di
bidang hukum Darwin, 2004.
2.2. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR oleh Gray dkk, 2001 mendefinisikan sebagai suatu proses penyediaan informasi yang
dirancang untuk mengemukakan masalah seputar akuntabilitas sosial, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam
media-media seperti laporan tahunan maupun dalam bentuk iklan-iklan yang berorientasi sosial.
Dalam proses pelaporan, ada beberapa standar pelaporan yang sudah dikenal untuk mengimplementasikan CSR. Hakston dan Milne 1996
mengelompokkan informasi CSR ke dalam 7 kategori: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain - lain tenaga kerja, produk,
keterlibatan masyarakat, dan umum. Darwin 2004 mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori: kinerja
ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Selain itu, terdapat juga standar pelaporan dari Global Reporting Initiative GRI. GRI merupakan
sebuah organisasi independen yang telah mempelopori pengembangan keberlanjutan dunia dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan
perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Indikator kinerja GRI yaitu: indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan hidup, indikator
praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, indikator Hak Asasi
Manusia, indikator kinerja masyarakat, indikator kinerja tanggung jawab produk.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR
a. Ukuran dewan komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris. Suatu studi oleh Coller dan Gregory 1999 dalam Sembiring 2005
menyatakan bahwa semakin besar anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring,
sehingga yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan CSR disclosure, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin
besar untuk mengungkapkannya. b.
Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba sehingga mampu meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan Munif, 2010. Profitabilitas merupakan faktor
yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham
Hackston dan Milne, 1996 dalam Rahman dan Widyasari, 2008. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin besar
pengungkapan CSR dalam laporan tahunannya. c.
Struktur Kepemilikan Tingkatan kepemilikan saham terkonsentrasi maupun terdispersi
atau menyebar telah diusulkan berpengaruh terhadap pengungkapan kebijakan perusahaan Ullmann, 1985 dalam Reverte, 2008.
Perusahaan yang sahamnya tersebar lebih mungkin untuk memperbaiki kebijakan pelaporan keuangan mereka dengan
menggunakan pengungkapan CSR dalam rangka untuk mengurangi asimetri. Sebaliknya, perusahaan dengan struktur kepemilikan
terkonsentrasi kurang termotivasi untuk mengungkapkan informasi
tambahan mengenai CSR mereka, sepanjang pemegang saham dapat memperoleh informasi langsung dari perusahaan.
d. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan. Branco dan Rodrigues 2008 menyatakan bahwa pengungkapan CSR berhubungan dengan
ukuran perusahaan, dimana perusahaan besar cenderung mengungkapkan CSR lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan
besar lebih rentan dari pengawasan kelompok-kelompok stakeholder dan rentan terhadap reaksi yang merugikan di antara mereka.
2.4. Pengembangan Hipotesis
Sembiring 2005, Andre Christian Sitepu dan Hasan Sakti Siregar 2007 serta Sari dan Kholisoh 2009 meneliti tentang pengaruh ukuran
dewan komisaris terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian tersebut menemukan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut : H
1
: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Hasil penelitian Tsoutsoura 2004, mengindikasikan bahwa
hubungan CSR dengan kinerja keuangan yang dilihat dari rasio profitabilitas ROA, ROE, dan ROS adalah positif signifikan secara
statistik. Untuk pengukuran, ROA dan ROS menunjukkan hubungan yang positif terhadap CSR. Dari penelitian tersebut, dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut : H
2
: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Perusahaan dengan struktur kepemilikan terdispersi atau menyebar
cenderung mengungkapkan informasi CSR lebih dari perusahaan dengan
perusahaan dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi dalam rangka mengurangi asimetri informasi antara organisasi dan perusahaan
pemegang saham Prencipe, 2004 dalam Reverte, 2008. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini 2006 serta Novita dan
Djakman 2008. Maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : H
3
: Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Menurut Febrina dan IGN Agung Suaryana 2011, hanya ukuran
perusahaan saja yang menjadi satu – satunya variabel yang berpengaruh signifikan pada kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Dari penelitian tersebut, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H
4
: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan event study. Tipe penelitian ini adalah penelitian penjelasan explanatory research. Dimensi waktu yang
digunakan adalah cross sectional dan time series.
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama tiga periode yaitu
2008-2010. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki
kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010
b. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan di BEI maupun
website perusahaannya. c.
Perusahaan yang mengungkapkan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan.
d. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode
pengamatan.
4. ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data sebagai berikut: a.
Analisis regresi berganda b.
Uji Statistik dengan menggunakan Uji t, uji ketepatan model dengan menggunakan Uji F serta Koefisien Determinasi R
2
.
c.
Uji Asumsi Klasik meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas serta Uji Autokorelasi.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Statistik Deskriptif
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui nilai maksimum, minimum, mean serta standar deviasi.
5.2. Uji Asumsi Klasik
5.2.1. Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Z Sig. p-value Keterangan
Unstandardized residual
0,652 0,789 p0,05
Normal Sumber : Data diolah
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation CSRI
0.23 0.57
0.3658 0.08238
ROA 0.08
40.67 11.1560
9.65837 KOM
3.00 11.00
4.8318 2.06720
OWN 0.00
1.00 0.3551
0.48081 SIZE
11.03 18.54
14.6173 1.52535
Hasil uji normalitas menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,05 p0,05, yaitu sebesar 0,789 maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data
memiliki sebaran data yang normal.
5.2.2. Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
Keterangan Ukuran dewan komisaris
0,496 2,018
Bebas Multikolinearitas Profitabilitas 0,933
1,071 Bebas
Multikolinearitas Struktur kepemilikan
0,777 1,286
Bebas Multikolinearitas Ukuran perusahaan
0,424 2,358
Bebas Multikolinearitas Sumber : Data diolah
Hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar
variabel dalam model regresi.
5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Variabel t
hitung
Sig. Keterangan
Ukuran dewan komisaris 1,615
0,109 Bebas heteroskedastisitas
Profitabilitas 1,794 0,076
Bebas heteroskedastisitas
Struktur kepemilikan -1,380
0,170 Bebas heteroskedastisitas
Ukuran perusahaan -1,847
0.068 Bebas heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan tidak ada gangguan
heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter model penduga, dimana tidak ada nilai t
hitung
yang signifikan atau p0,05.
5.2.4. Uji Autokorelasi
Sumber : Data diolah D-W dl du 4-du
Kriteria Kesimpulan
1,843 1,608 1,763 2,237 1,763
≤1,843≤2,237 Bebas
autokorelasi