Bagaimana cara menyimpan Lumut ijo agar bisa tahan lama

Bagaimana cara menyimpan Lumut ijo agar bisa tahan
lama?
Para Suhu, para Master, para Senior dan para Garonger yg budiman…
Bukan bermaksud sok tahu.... ane Cuma pengen share ajah....
Sebagai seorang garonger.... tentu kita sering mengalami sakaw mendadak...
Apa lagi bagi anda yg sering buka FB dan sering melototin hasil upload an dr temen2 kita yg
ikannya guede2 buanget.... bikin ngiler... bikin puyeng sampe keubun-ubun .
Oleh karena itu kita harus memiliki simpanan lumut ijo yg tetap dalam kondisis baik walaupun
sudah di simpan lama tp tetap bs digunakan kapan saja.
Pertanyaannya ... Bagaimana cara menyimpan lumut ijo tersebut?...
Sy sendiri menggunakan cara umum digunakan oleh para garonger...sbb :
Pertama tama lumut yg akan di simpan dibersihkan dengan air laut..... lalu peras sampai kadar
airnya minimal....
Setelah itu lumut ijo di urai agar tdk menggumpal....
Siapkan kertas koran 4-5 lapis... dan letakan lumut ijo di koran tersebut lalu bungkus.
Setelah di bungkus...masukan bungkusan tsbt ke dala plastik kresek.... baru dimasukan ke dalam
kulkas....Pada saat memnacing sempatkan untuk merendam lumut tersebut dgn air laut, lalu peras
lagi sampai kering dan simpan lagi seperti diatas....
Dengan cara ini biasanya lumut bisa bertahan sampai 40 hari... dan tetap bs digunakan
Selamat mencoba ....
Pembuatan Herbarium

A. Dasar Teori
1. Herbarium adalah sampel tumbuhan yang dikeringkan. Herbarium berguna di dalam pengenalan
dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan.
1. 1. Herbarium yang baik adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan yang representatif, yaitu
organ-organ yang penting untuk identifikasi.
2. 2. Pada tumbuhan tingkat rendah organ-organ tersebut adalah spora atau kumpulan-kumpulan
spora dan bagian bagian tertentu yang spesifik.
3. 3. Sedangkan untuk tumbuhan tingkat tinggi, bagian-bagian tersebut berupa bunga, buah, dan
biji karena dasar klasifikasi tumbuhan tersebut adalah struktur bunga. Karenanya sampel yang
berupa bunga adalah syarat utama untuk berhasilnya identifikasi sampai ke tingkat suku atau
spesies. Sedangkan organ-organ lain seperti akar, batang, dan daun sifatnya adalah tambahan.

B. Tujuan
Membuat herbarium untuk mengenal berbagai jenis tumbuhan.

C. Alat dan Bahan
1. Herbarium kit, meliputi sasak (pengepres) berupa anyaman bambu atau papan serta kertas
koran dan potongan kardus seukuran kertas A3, gunting atau pisau, etiket gantung (untuk mencatat keterangan sampel ketika diperoleh di lapangan), etiket gantung (untuk mencatat
keterangan pada kertas herbarium).
2. Kertas A3, dengan helaian kertas yang terlepas

3. Selotip dan lem
4. Pensil dan pulpen
5. Formalin atau alkohol
D. Cara Kerja
1. Ambillah sampel, berupa bagian-bagian tumbuhan yang representatif (bunga, buah, dan biji).
Bisa juga ditambahkan bagian-bagian lain yang mendukung misalnya daun, akar, dan batang
yang memiliki perawakan yang khas.
2. Letakkan sampel tersebut di atas kertas koran, kemudian dipres dengan sasak. Cara
pengepresan adalah bagian paling bawah berupa sasak kemudian disusul dengan potongan
kardus dan kertas koran di atasnya. Setiap sampel diberi pembatas berupa kertas koran, potongan
kardus digunakan untuk membatasi setiap lima sampel. Satu set herbarium kit dapat digunakan
untuk mengepres sampai 30 sampel, menyesuaikan dengan ukuran sampel-sampel tersebut.
Untuk menghindari tumbuhnya jamur pada sampel-sampel tersebut dapat dilakukan dengan
menyemprotkan formalin atau alkohol. Jangan lupa untuk memberikan etiket gantung pada
setiap sampel, yaitu berisi keterangan mengenai nomor koleksi, tanggal pengambilan sampel,
lokasi, dan nama jenisnya. Penulisan keterangan tersebut dilakukan dengan pensil.
3. Keringkan sampel-sampel tersebut dengan dijemur, dikering anginkan, atau diletakkan di
bawah lampu pijar, atau suhu kamar dengan sering mengganti kertas koran setiap kali koran
menjadi basah agar air tetap terserap hingga kering.
4. Setelah tiga hari, umumnya sampel-sampel tersebut sudah cukup kering. Keluarkan sampelsampel tersebut untuk ditempelkan pada kertas herbarium (A3).

5. Sampel yang telah dikeluarkan dari sasak harus segera ditempelkan pada kertas herbarium
dengan hati-hati. Bagian sampel yang akan direkatkan dengan selotip terlebih dahulu diberi
sepotong kertas agar bagian lem dari selotip tidak bersentuhan langsung dengan sampel. Apabila
sampel terlalu besar untuk ditempelkan pada kertas A3, sampel dapat dilipat atau dipotong pada
bagian-bagian tertentu dengan hati-hati sehingga tidak menghilangkan ciri-cirinya.
6. Lengkapi herbarium tersebut dengan etiket tempel yang berisi keterangan mengenai tanggal,
tempat diketemukan, habitatnya, nama penemu, catatan khusus, nama suku, dan nama spesies.
Penulisan keterangan tersebut dilakukan dengan pulpen. Etiket ini ditempelkan pada pojok kanan
bawah dengan sedikit lem pada sisi kanannya.
7. Kumpulkan herbarium dari berbagai jenis tumbuhan (lumut, paku, dan tumbuhan berbiji),
dengan komposisi minimal tiga jenis lumut, empat jenis paku, dan lima jenis tumbuhan berbiji.
Lakukan identifikasi dengan buku-buku yang ada atau sarana identifikasi yang lain termasuk
bertanya pada ahli botani.
8. Kumpulkan pekerjaan kalian sebagai pelengkap laboratorium sehingga dapat digunakan untuk
kegiatan belajar selanjutnya.

E. Pembahasan
1. Berdasarkan herbarium yang berhasil kalian buat, jelaskan langkah-langkah yang efektif
dalam mengambil sampel untuk herbarium.
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat herbarium.

3. Adakah di antara herbarium yang kalian buat terjadi kerusakan atau terserang jamur? Jelaskan
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
4. Jelaskan cara menggunakan herbarium untuk melakukan identifikasi jenis-jenis tumbuhan.
5. Buatlah deskripsi yang menggambarkan ciri-ciri setiap spesies tumbuhan yang ada dalam
herbarium kalian dan juga kunci identifikasinya.
Catatan:
Proses pembuatan herbarium ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Terlebih untuk
melakukan identifikasi sampai ketingkat suku dan spesies juga diperlukan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu, percobaan ini bisa dijadikan sebagai proyek dengan alokasi waktu sekitar
tiga bulan.

Membuat Herbarium
Alat- alat yg diperlukan :
1. karton/duplek
2. kertas koran
3. sasak dari bambu/tripleks
4. sampel tanaman
5. alat tulis
Cara Kerja
1. Ambil salah satu tanaman/ bagian dari tanaman

2. Ada 2 cara sebagi berikut:
Cara 1 :
Masukkan tanaman itu pada sasak bambu yang telah dibuat dan keringkan tanaman dengan
penjemuran terhadap cahaya matahari.
Cara2 :
Atur posisi tanaman pada lembaran koran hingga rata. lapisi lagi dengan beberapa lembar koran,
tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu tindih sehingga tanaman ter-press dengan kuat.

ganti koran dengan yang kering setiap kali koran pembungkus tanaman basah. lakukan berulangulang hingga tanaman benar-benar kering.
3. Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
4. Tanaman yang akan dibuat herbarium, sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. jika
bunga nya mudah gugur maka masukkan bunga tersebut dalam amplop dan selipkan pada
herbarium. daun atau bagian tanaman yang terlalu panjang bisa dilipat.
5. Tempelkan tanamanyang telah dikeringkan pada karton dengan menggunakan jahitan tali/
selotip. usahakan kenampakan atas dan kenampakan bawah daun diperlihatkan.
6. Selesai
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesimen tanaman/tumbuhan yang
telah diawetkan (LIPI, 2010).
Koran digunakan sebagai bahan penyerap air yang ada dalam tanaman. Tapi koran yang
digunakan harus sering diganti agar herbarium tidak rusak dan busuk.

Berikut langkah kerja cara membuat herbarium:
1. Kumpulkan bahan tanaman yang akan dibuat Herbarium
2. Bersihkan tanah yang menempel pada akar tanaman
3. Siapkan koran dan tempelkan bahan tanaman di atas koran
4. Pengumpulan tanaman yang sudah ditempel pada kertas koran
5. Penindihan tanaman dengan benda berat dan rata
6. Herbarium Siap Dipindahkan dan Dilengkapi dengan Data Pendukung
Herbarium yang baik selalu disertai identitas pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan
nomor koleksi) serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan
tersebut dari lapangan. Herbarium dapat digunakan untuk mengawetkan spesimen tanaman,
material peraga pelajaran botani, material penelitian, alat pembantu identifikasi tanaman,
material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia, bahkan bisa digunakan sebagai bukti
keanekaragaman spesimen acuan untuk publikasi spesies baru (LIPI, 2010).
embuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis
tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di
temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering,
tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan

sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun
tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.

A. Cara Pembuatan Awetan Kering
1. Awetan pada tumbuhan
a. Membuat Herbarium
Awetan kering tumbuhan disebut herbarium, alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1) karton/duplek
2) kertas Koran
3) sasak dari bambu/tripleks
4) sampel tanaman
5) alat tulis
Cara pembuat herbarium yaitu sebagai berikut:
1) Jika memungkinkan, kumpulkan tumbuhan secara lengkap, yaitu akar, batang, daun dan bunga.
Tubuhan berukuran kecil dapat diambil seluruhnya secara lengkap. Tumbuhan beukuran besar
cukup diambil sebagian saja, terutama ranting, daun, dan jika ada, bunganya.
2) Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur.
3) Sediakan beberapa kertas Koran ukuran misalnya 32× 48 cm.
4)

Atur dan letakkan bagian tumbuhan diatas Koran. Daun hendaknya menghadap ke atas dan
sebagian menghadap ke bawah terhadap kertas Koran tersebut. Agar posisinya baik,dapat
dibantu dengan mengikat tangkai/ranting dengan benang yang dijahitkan ke kertas membentuk

ikatan.

5) Tutup lagi dengan Koran. Deikian seterusnya hingga kalian dapat membuat beberapa lembar.
6)

Terakhir tutup lagi dengan Koran, lalu jepit kuat-kuat dengan kayu/bamboo, ikat dengan tali.
Hasil ini disebut specimen.

7) Simpan selama 1-2 minggu ditempat kering dan tidak lembab.
Catatan:
a) Di udara lembab, specimen dijemur dibawah terik matahari atau didekat api.
b) Secara periodic gantilah kertas Koran yang lembab/basah dengan yang kering beberapa kali.
Kertas yang lembab dapat dijemur untuk digunakan beberapa kali.

c) Jangan menjemur dengan membuka kertas Koran yang menutupinya. Menjemur specimen tidak
boleh terlalu lama sebab proses pengeringan yang terlalu cepat hasilnya kurang baik.
d) Jika telah kering, ambil specimen tumbuhan dan tempelkan di atas kertas karton ukuran32 × 48
cm. Caranya harus pelan-pelan dan hati-hati. Bagian-bagian tertentu dapat diisolasi agar dapat
melekat pada kertas herbarium.
e) Buatlah tabel yang memuat: nama kolektor, nomor koleksi (jika banyak), tanggal,nama specimen

(ilmiah, daerah), nama suku/famili dan catatan khusus tentang bunga, buah atau ciri lainnya.
f) Tutup herbarium dengan plastic. g) Jika disimpan, tumpukan herbarium harus diberi kapur barus
(kamfer)
Awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi. Pencatatan
dilakukan kedalam field book/collector book. sedangkan pada herbarium keterangan tentang
tumbuhan dicantumkan dalam etiket. Dalam herbarium ada dua macam etiket, yaitu etiket
gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan
spesimen dan daeran tingkat II tempat pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmian
spesimen (untuk bagian belakang).
Pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain; kop( kepala surat) sebagai pengenal
indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No)nomer koleksi,(dd)tanggal ambil, familia,
genus, spesies, Nom. Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi)nama orang yang
mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat
pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione)
deskripsi spesimen tersebut.
2. Awetan pada hewan
Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti.
Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya
dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi
misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan

sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam
ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran biologi.

Alat dan bahan yang diperlukan antara lain: (1) bak bedah; (2) alat-alat bedah seperti gunting
dan pinset; (3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup; (4) kawat, benang,
kapas, dan jarum jahit; (5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin; (6) air.

Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.
a.

Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan
bagian ini.

b.

Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan
mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.

c.


Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.

d. Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit.
Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit.
e.

Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.

f.

Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.

g.

Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki,
tangan dan tengkorak kepala.

h.

Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan
menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.

i.

Atur

posisi

hewan

sebagaimana

kebiasan

hewan

sewaktu

masih

hidup.

Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih
dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan
jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.
Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-macam
bentuk tulang. Cara membuat awetan rkering angka katak adalah sebagai berikut:
a.

Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian
terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal
mungkin.

b. Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan CaO ke
dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.

c.

Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.

d. Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih dahulu.
e.

Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang
menjadi lebih awet.

f.

Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut

Membuat insektarium
Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum
atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan
arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang,
jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya
mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu.
a.

Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang
berbahaya.

b.

Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi
kapas yang dibasahi kloroform.

c.

Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan
capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah.

d. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian
tubuh luar dengan formalin 5%.
e.

Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.

f.

Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada
plastik atau karet busa.

g.

Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya
direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.

h.

Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di
dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).

i.

Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.

B. Cara Pembuatan Awetan Basah
1. Awetan pada tumbuhan
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membuat media pembelajaran berupa awetan basah
tumbuhan lumut.
a.

Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin diawetkan.

b. Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi: (1) asam asetat glasial sebanyak 5 ml; (2) formalin
sebanyak 10 ml; (3) etil alkohol sebanyak 50 ml. Selanjutnya untuk mempertahankan warna
hijau lumut, dapat pula ditambahkan ke dalam larutan fiksatif tadi larutan tembaga sulfat dengan
komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram; dan (2) aquades sebanyak 35 ml.
c.

Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan
tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48 jam perendaman.

d.

Siapkan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi dengan alkohol 70%
sebagai pengawetnya.

e. Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga mudah
diamati.
f.

Buatkan label berupa nama spesies lumut tanpa mengganggu pengamatan.

g.

Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila perlu, misalnya larutan
menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawet yang baru secara hati-hati.

2. Awetan pada hewan
Berikut ini langkah-langkah membuat awetan basah.
a.

Siapkan spesimen yang akan diawetkan.

b. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
c.

Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.

d. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.