Learning antara lain, hanya terbatas pada materi pembelajaran tertentu, pelaksanaan pembelajaran menggunakan Contextual Teaching and Learning
membutuhkan waktu yang lama, serta sulit untuk melakukan penilaian otentik jika jumlah siswa banyak, dan hanya efektif bila dilakukan dalam kelompok kecil.
2.3.3 Penerapan pendekatan kontekstual CTL di kelas
Secara garis besar, Nurhadi 2004:106 menyebutkan bahwa langkah- langkah pendekatan contextual adalah sebagai berikut.
1 Mengembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
3 Mengmbangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
4 Menciptakan masyarakat belajar belajar dengan kelompok.
5 Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6 Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7 Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Berdasarkan konsep di atas, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran langsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pada pembelajaran contextual, siswa terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran,
siswa bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, melainkan mengalami proses secara langsung. Melalui proses pengalaman tersebut diharapkan
perkembangan siswa terjadi secara utuh yaitu perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.3.4 Tujuh Komponen Pendekatan Kontekstual CTL
Contextual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual Sanjaya 2007:264. Ketujuh komponen tersebut diuraikan sebagai berikut
1 Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan contextual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka sendiri. 2
Menemukan inquiry Menemukan merupakan bagian dari inti kekuatan pembelajaran
menggunakan pendekatan contextual . Menurut Sa’ud 2008:169 inquiry
merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Tindakan guru bukan untuk mempersiapkan siswa untuk menghafalkan sejumlah materi, melainkan merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahamimya. 3
Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena
bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan contextual. Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan merupakan kemampuan seseorang dalam
berpikir Sanjaya 2007:266. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
4 Masyarakat belajar
Dalam menyelesaikan suatu permasalahan sangat dibutuhkan bantuan dari orang lain melalui kerjasama, saling memberi dan menerima. Leo Semenovich
Vygotsky dalam Sanjaya 2007:267 menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak banyak ditopang oleh komunikasi dengan orang lain.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar dapat memberikan informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila
tidak ada yang dominan dalam komunikasi, tidak ada yang merasa segan untuk
bertanya, tidak ada yang menganggap paling tahu, semua mau saling mendengarkan. Jadi semua harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki
pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. 5
Permodelan Permodelan merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa Su’ud 2008:177.
Dalam pembelajaran contextual, pemodelan tidak terbatas dari guru saja, tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan
demikian siswa dapat dianggap sebagai model. 6
Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu Trianto 2007:113. Siswa menyimpan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. 7
Penilaian nyata Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa Sanjaya 2007:269. Penilaian nyata dilakukan untuk mengetahui siswa benar-benar belajar
atau tidak dan mengetahui pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh dan membantu guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa serta memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
mereka
2.4 Model Pembelajaran Berbasis Proyek