Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

11 DDGS pada pakan serta nilai retensi lemak semua perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol P0,05.

3.2 Pembahasan

Hasil penelitian penggunaan DDGS sebagai sumber protein nabati pada pakan benih ikan gurame menunjukkan peningkatan kinerja pertumbuhan ikan yang meliputi retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan Tabel 5. Jumlah konsumsi pakan menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan P0,05; Lampiran 6. Hal ini menandakan bahwa pakan memiliki nilai palatabilitas dan energi yang relatif sama yaitu sekitar 4814,98-4982,74 kkalkg pakan. Palatabilitas merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat konsumsi pakan. Menurut NRC 1993 palatabilitas dipengaruhi oleh bau,warna, ukuran, dan rasa. Pakan yang dimakan kemudian akan dicerna menjadi komponen yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Nilai kecernaan pakan menggambarkan bahwa nutrien dan energi dari pakan yang diberikan dapat diserap dan tidak diekskresikan melalui feses. Faktor yang mempengaruhi kecernaan yaitu sifat kimia air, suhu air, jenis pakan, ukuran dan umur ikan, kandungan gizi pakan, frekuensi pemberian pakan, sifat fisika dan kimia pakan, serta jumlah dan macam enzim pencernaan yang terdapat disaluran pencernaan ikan NRC, 1993. Berdasarkan Tabel 4 diketahui kecernaan total DDGS pada benih ikan gurame yaitu sebesar 55,16. Kecernaan total menggambarkan kecernaan nutrien sumber energi. Rendahnya kecernaan total DDGS disebabkan oleh serat kasar yang cukup tinggi yaitu sebesar 10,9 Hertrampf dan Pascual, 2000. Serat kasar merupakan unsur tanaman yang tidak dapat dicerna seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, pentosan, dan karbohidrat kompleks lainnya yang ditemukan dalam bahan pakan NRC, 1993. Kandungan serat kasar dalam jumlah sedikit dapat meningkatkan gerak peristaltik usus, namun apabila jumlahnya berlebih maka penyerapan makanan menjadi tidak efisien Guillaume et al., 1999. Sementara itu kecernaan protein dari DDGS cukup tinggi yaitu sebesar 85,35 Tabel 4. Hal ini diduga disebabkan oleh sebagian protein dari DDGS 12 berasal dari ragi Saccharomyces cerevisiae yang merupakan protein sel tunggal, karena DDGS diperoleh setelah jagung yang telah digiling dan difermentasikan oleh ragi Saccharomyces cerevisiae mengalami proses destilasi. Residu tersebut kemudian dipadatkan dan dikeringkan hingga menjadi 75 dari bobot awal Hertrampf dan Pascual, 2000. Oleh sebab itu protein DDGS lebih mudah dicerna oleh ikan. Setelah pakan mengalami proses pencernaan, nutrien yang terkandung di dalam pakan akan diserap oleh tubuh. Jumlah nutrien yang diserap dan disimpan di dalam tubuh ikan menunjukkan nilai retensi. Nilai retensi dinyatakan sebagai presentase dari nutrien yang disimpan di dalam tubuh Halver dan Hardy, 2002. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran retensi terhadap protein dan lemak. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa retensi protein perlakuan DDGS 10 tidak berbeda nyata dengan perlakuan DDGS 0, sedangkan perlakuan DDGS 20 dan DDGS 30 berbeda nyata P0,05; Lampiran 7. Nilai retensi protein semakin kecil dengan peningkatan DDGS sampai 30. Menurut Suprayudi et al. 1999 dan Suprayudi et al. 2000 perbedaan retensi protein terjadi karena kualitas protein tidak sama, khususnya profil asam amino, sehingga berdampak pada tingginya selisih antara asam amino di dalam pakan dengan asam amino tubuh ikan. Benih ikan gurame yang kekurangan asam amino akan menggunakan protein tubuh untuk memenuhi kekurangan tersebut. Lim et al. 2009 menyatakan bahwa 40 DDGS dalam pakan juvenil channel catfish yang ditambahkan lisin dapat menggantikan kombinasi SBM Soybean Meal dan CM Corn Meal, karena memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan, kadar protein dan kadar abu tubuh ikan, serta kelangsungan hidup dibandingkan kontrol. Hal ini juga diperkuat oleh Lim et al. 2007 yang menyatakan bahwa 40 DDGS dalam pakan ikan nila dengan penambahan lisin terjadi peningkatan bobot tubuh dan efisiensi pakan yang sebanding dengan kontrol. Sementara itu retensi lemak berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai retensi lemak semua perlakuan berbeda nyata P0,05; Lampiran 8. Lemak merupakan penyumbang energi paling besar dibandingkan dengan energi yang dikandung protein dan karbohidrat NRC, 1993. Retensi lemak cenderung 13 meningkat dengan semakin banyaknya DDGS yang ditambahkan pada pakan perlakuan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penggunan DDGS sampai 40 pada pakan chanel catfish Lim et al.,2009 dan pakan ikan nila Lim et al., 2007 menunjukkan adanya peningkatan kandungan lemak di dalam tubuh ikan. Kekurangan asupan asam amino yang berasal dari pakan akan dipenuhi dari protein jaringan tubuh melalui proses katabolisme Halver dan Hardy, 2002. Katabolisme merupakan proses penguraian suatu senyawa menjadi molekul- molekul kecil yang disertai dengan pelepasan energi. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk triasilgliserol di dalam jaringan adiposa Lehningeret al., 2002, oleh karena itu penambahan DDGS akan berdampak pada peningkatan retensi lemak di dalam tubuh ikan. Pertumbuhan merupakan peningkatan korelasi berat tubuh dalam interval waktu tertentu Watanabe, 1988. Pertumbuhan akan terjadi apabila terdapat kelebihan energi setelah digunakan untuk aktivitas biologis, seperti bernafas, berenang, proses metabolisme, dan perawatan maintanance. Kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk membangun jaringan baru yang berakibat pada pertumbuhan Rosmawati, 2005. Hasil penelitian penambahan DDGS pada pakan ikan gurame ini menunjukkan adanya pertumbuhan pada ikan yang dipelihara. Hal ini terlihat dari peningkatan bobot tubuh, serta nilai laju pertumbuhan harian yang cukup besar pada semua perlakuan yaitu 2,82-2,91 Tabel 5. Peningkatan bobot tubuh ikan dari awal sampai akhir pemeliharaan adalah sebesar 304-346 Gambar 2. Hal ini menunjukkan pakan berbasis DDGS dapat dimanfaatkan serta memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan, yang dibuktikan dengan LPH setiap perlakuan tidak berbeda nyata P0,05; Lampiran 9. Hertrampf dan Pascual 2000 menyatakan bahwa secara umum DDGS dapat digunakan dalam pakan ikan sebanyak 10-35. Tingkat kelangsungan hidup Survival Rate ikan gurame pada semua perlakuan ialah sebesar 100 Tabel 5. Kelangsungan hidup 100 menandakan bahwa DDGS dapat digunakan sebagai sumber protein nabati dalam pakan ikan gurame. Selain itu, ikan juga berada dalam kondisi sehat dan lingkungan yang baik. 14 Efisiensi pakan merupakan persentase pertambahan bobot ikan dibagi dengan jumlah konsumsi pakan. Parameter ini digunakan untuk melihat seberapa efisien pakan tersebut digunakan untuk pertumbuhan pada kegiatan budidaya. Nilai efiseiensi pakan pada penelitian ini berkisar antara 64,52-71,05. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 5 diketahui bahwa efisiensi pakan perlakuan DDGS 10, 20, dan 30 tidak berbeda nyata dengan perlakuan DDGS 0 P0,05; Lampiran 11. Akan tetapi nilai efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan DDGS 20. Kondisi ini disebabkan oleh JKP pada perlakuan DDGS 20 lebih rendah akan tetapi menghasilkan nilai LPH cukup tinggi, sehingga nilai efisiensi pakan menjadi lebih tinggi. 15

IV. KESIMPULAN