kesuburan tanah. Pada ketiga pola agroforestri nilai KTK tergolong sangat rendah yaitu kurang dari 5me100g Irawan 2012. Nilai KTK yang rendah berarti
menunjukkan kemampuan tanah dalam menjerap dan menyediakan unsur hara kurang baik Hardjowigeno 2003. Pemberian pupuk organik yang lebih banyak
berupa pupuk kandang dari kotoran ayam pada pola AF2, secara kimiawi dapat meningkatkan KTK tanah. Namun tanah dengan KTK tinggi jika memiliki
kejenuhan basa yang rendah, maka dapat mengurangi kesuburan tanah Hardjowigeno 2003.
Nilai Kejenuhan Basa KB tanah merupakan persentase dari total KTK yang diduduki oleh kation-kation basa, yaitu Ca, Mg, Na, dan K. KB berbanding
lurus dengan pH tanah, makin rendah pH, maka KB juga makin rendah seperti yang ditunjukkan pola AF2. Nilai KB pada ketiga pola agroforestri tergolong
sedang hingga sangat tinggi. Nilai KB tertinggi ditunjukkan pada pola AF3 yang berarti tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah
yang subur Hardjowigeno 2003.
5.5 Pengelolaan Lahan dan Pemeliharaan Tanaman
Pertumbuhan tanaman pokok sengon juga sangat bergantung pada sistem pengelolaan lahan dan pemeliharaannya. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
meliputi: penyiangan, pendangiran, pemangkasan, dan pemupukan. Penyiangan gulma pada pola AF1 dan AF2 dilakukan setiap 2 minggu sekali bersamaan
dengan kegiatan pendangiran. Pada pola AF3, penyiangan dilakukan setiap 3 minggu sekali bersamaan dengan pendangiran. Menurut Anino 1997 diacu
dalam Krisnawati 2011, selama satu tahun pertama pohon harusbersih dari alang-alang paling tidak 2 m di sekitar pohon. Penyiangan dilakukan untuk
memberikan ruang tumbuh pada tanaman pokok yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman, serta untuk memperkecil
persaingan dalam hal cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi pada tanaman pokok Hartini dan Anna 2010.
Secara umum kegiatan pendangiran sering dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan dan pemupukan. Pendangiran merupakan kegiatan
penggemburan tanah di sekitar tanaman dalam upaya memperbaiki sifat fisik tanah aerasi tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari
pengolahan tanah adalah tersebarnya bahan organik dan pupuk yang lebih merata, sehingga ketersediaan bahan organik bagi mikroorganisme akan meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas dan jumlah mikroorganisme Anas dan Bangun 2010. Selain itu, pengolahan tanah juga dapat meningkatkan
akumulasi karbon yang larut dalam air maupun karbon total dan juga meningkatkan senyawa N yang dapat dimineralisasi pada lapisan 0‒7,5 cm.
Pemangkasan cabang merupakan kegiatan pembuangan cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang yang bebas dari
mata kayu Hartini dan Anna 2010. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh pasokan cahaya untuk mendukung pertumbuhan tanaman tumpang sari.
Pemangkasan cabang umumnya dilakukan pada tanaman masih muda. Menurut Siahaya 2007 untuk setiap kali pemangkasan digunakan intensitas 30, yaitu
tajuk yang dibuang sebesar 30. Pemangkasan tajuk yang dilakukan pada AF1 yaitu dengan menyisakan 4
‒5 ranting tiap pohon, untuk AF2 2‒3 ranting, dan pola AF3 3‒4 ranting per pohon.
Pemangkasan tajuk berhubungan dengan nilai Live Crown ratio LCR. Nilai LCR yang disajikan pada Tabel 3, menggambarkan sisa tajuk yang terdapat
pada pohon. Bedasarkan data pola AF2 mempunyai nilai LCR yang terendah. Hal ini dapat dijadikan salah satu faktor pembatas pertumbuhan pada pola AF2,
karena proses fotosintesis berjalan kurang optimal. Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada masing-masing pola
agroforestri umumnya hampir sama, termasuk dalam hal jenis pupuknya, namun untuk frekuensi dan dosisnya ada sedikit perbedaan. Pemupukan hanya dilakukan
pada tanaman semusim saja, sedangkan tanaman pokok sengon hanya mengandalkan asupan nutrisi melalui pemupukan yang diberikan pada tanaman
semusim. Nutrisi yang diberikan pada tanaman semusim akan mengalami leaching ke bagian bawah dan akan ditampung oleh jaringan di bawahnya, dalam
hal ini adalah akar dari tanaman pokok sengon. Pupuk kandang hanya diberikan sekali pada saat penanaman tanaman semusim. Kegiatan pemupukan pada
masing-masing pola agroforestri disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kegiatan pemupukan pada 3 tiga pola agroforestri di RPH Jatirejo
No Pola
Agroforestri Jenis
Tanaman Jenis Pupuk
Dosis Frekwensi
1 AF1
Jagung Urea
20 kg1000 m
2
1 x umur 15 hari
Urea 20 kg1000 m
2
1 x umur 40 hari
Kompos 90 kg1000 m
2
1 x awal tanam
Cabai ZA+Phonska+Puradam 4 kg + 3 kg + 0,5
kg1000 m
2
1 x umur 20 hari
Burat + ZA + Puradam + Phonska
1kg + 10kg + 1kg + 5 kg1000 m
2
1 x umur 2 bulan
Pupuk daun 1 botol
Setiap minggu
2 AF2
Jagung Kompos ayam
180 kg1000 m
2
1 x awal tanam
Redumil+Puradam+ZA 2 bungkus+0,5 kg + 2,5 kg1000 m
2
1 x awal tanam
Urea 25 kg1000 m
2
1 x umur 15 hari
Urea 30 kg1000 m
2
1 x umur 36 hari
3 AF3
Jagung Kompos ayam
150 kg1000m
2
1 x awal tanam
Phonska + ZA 3kg + 4 kg
2 x umur 25; 30
hari Phonska
± 5 grbatang 1 x umur
45 hari Cabai
Kompos ayam 150 kg1000 m
2
1 x awal tanam
ZA + Phonska 4kg+3kg1000m
2
3 x umur 1,5; 2,5;
3 bulan ZA + TSP + KCl +
Pupuk organik 1 : 2 : 1: 1
1 x di atas umur
3 bulan Tetes
60 literlarik 3 x tiap
1,5 bulan HNO Pupuk daun
1 botol Tiap 2
minggu mulai
umur 20 hari
Nanas Tetes
60 literlarik 4 x tiap 3
bulan
Pola AF3 mendapat perlakuan pemupukan yang lebih intensif dibandingkan dengan pola agroforestri lainnya. Adanya penambahan pupuk tetes
limbah pengolahan tebu pada pola ini juga dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah. Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen. Tetes
tebu berfungsi untuk menyuburkan mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu terdapat nutrisi bagi mikroba Martinsari et al. 2010. Selain itu,
tetes tebu juga mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi 64 disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik. Untuk pola ini, penggarap
juga memberikan tetes ke tanaman pokok sengon bersamaan dengan nanas. Adanya pemberian bahan organik yang lebih banyak pada pola AF2
berupa pupuk kandang, secara kimiawi dapat meningkatkan KTK tanah. Namun kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, maka
memerlukan kapasitas pemberian yang lebih besar, sehingga kurang ekonomis. Selain itu, pupuk organik juga mudah terurai habis di alam dan respon tanaman
lebih lambat dibandingkan dengan pupuk buatan. Jenis pupuk organik seperti pupuk kandang, memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki sifat-sifat fisik
tanah antara lain permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan lain sebagainya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN