Strategi Penanganan Risiko Produksi

61

6.5 Strategi Penanganan Risiko Produksi

Tahap akhir yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar adalah penentuan strategi penanganan terhadap risiko produksi yang dihadapi. Alternaif strategi yang dilakukan erat kaitannya dengan pemetaan risiko yang telah dihasilkan. Dalam penanganan risiko ini ada 2 strategi, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Sumber risiko yang berada pada kuadran I dan II ditangani dengan strategi preventif, sedangkan risiko yang berada pada kuadran II dan IV ditangani dengan strategi mitigasi. Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan kualitas bibit berapa pada kuadran II. Berdasarkan teori, sumber risiko yang berada pada kuadran II, dilakukan penanganan dengan strategi preventif dan mitigasi. Sedangakan untuk sumber risiko penyakit berada pada kuadran I, strategi penanganannya dilakukan dengan strategi preventif. Berdasarkan hasil diskusi dengan manajemen perusahaan, usulan strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Sumber risiko penyakit Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry yang menyebabkan terjadinya kehilangan produksi adalah layu fusarium. Layu fusarium ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sehingga kandungan air di dalam tanah meningkat. Untuk menghindari tanaman terserang penyakit layu fusarium, maka dilakukan penyemprotan fungisida secara ganda, terutama pada saat musim hujan. Pemberian fungisida ganda ini dilakukan dengan cara manambah frekuensi penyemprotan, yang biasanya dilakukan hanya sekali, sekarang dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak waktu satu minggu. Pemberian fungisisda ganda ini diharapkan daya tahan tanaman lebih kuat terhadap serangan penyakit. Selain itu, untuk mengurangi kelembaban tanah, dilakukan pembuatan bedengan dengan ukuran lebih tinggi dari ukuran biasa. Tinggi bedengan biasanya dibuat 10 – 15 cm dari permukaan tanah. Namun untuk mengurangi kelembaban, dibuatlah bedengan dengan tinggi 25 – 30 cm dari permukaan danah dan dibuat drainase yang bagus, sehingga saluran air lebih lancar. Usulan kedua strategi diatas diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit. Sumber risiko penyakit yang disebabkan oleh penyakit 62 diharapkan bergeser kebawah, sehingga peluang terjadinya sumber risiko ini dapat berkurang. 2. Sumber risiko perubahan cuaca Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca terletak pada kuadran II pada peta risiko. Strategi penanganan terhadap sumber risiko ini dilakukan dengan preventif dan mitigasi. Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan tanaman tomat cherry banyak yang mati dan produktivitasnya menurun. Stategi penanganan terhadap sumber risiko perubahan cuaca dilakukan dengan menggunakan teknologi baru, yaitu budidaya dengan menggunakan greenhouse. Budidaya dengan menggunakan greenhouse dapat dilakukaan dengan sistim hidroponik irigasi tetas dan sistim manual. Sistim hidoponik irigasi tetes membutuhkan investasi yang sangat besar, namun kelebihannya adalah meningkatkan produktivitas tomat dan memperpanjang umur siklus budidaya. Budidaya tomat cherry menggunakan greenhouse dengan sistim irigasi manual tidak membutuhkan investasi yang besar, hanya membutuhkan investasi greenhouse saja. Namun budidaya dengan sistim irigasi manual ini produktivitasnya relatif lebih rendah dibanding dengan sistim irigasi tetes, karena sistim irigasi tetes pemberian nutrisinya lebih intensif dan langsung ke daerah akar tanaman, sehingga nutrisinya lebih banyak terserat oleh tanaman. Media tanam yang digunakan untuk budidaya tomat cherry menggunakan greenhouse adalah arang sekam. Penggunaan media tanam ini bertujuan untuk mengurangi probabilitas tanaman terserang penyakit fusarium. Usulan strategi penanganan risiko dengan menggunakan teknologi budidaya dengan menggunakan greenhouse diharapkan dapat mengurangi dampak dan probabilitas dari sumber risiko tersebut, sehingga posisi sumber risiko pada peta risiko bergeser ke arah bawah dan kiri dari peta risiko. 3. Sumber risiko kualitas bibit Bibit tomat cherry yang digunakan oleh PD Pacet Segar berasal dari ICDF Bogor. Sebagai informasi, benihbibit tomat cherry tidak ada dijual di pasaran. Sehingga PD Pacet Segar bergantung pad ICDF dalam mendapatkan bibit. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen, penanganan risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit harus dilakukan evaluasi dari pihak pemberi 63 bibit ICDF. Sebagai mitranya, PD Pacet Segar diundang oleh pihak ICDF untuk melakukan evaluasi terhadap kerja samanya. Dalam pertemuan dengan pihak ICDF, PD Pacet Segar mengutarakan keluhan terhadap kualitas bibit tomat cherry yang diberikan. Pihak ICDF memberikan tanggapan dan akan berusaha untuk memperbaiki kualitas bibit sehingga bibit yang diberikan kualitasnya sesuai dengan yang diharapkan. Dilain sisi, pihak manajemen perusahaan PD Pacet Segar sedang berusaha melakukan pembenihan sendiri. Pembenihan dilakukan dengan cara mengeringkan biji tomat yang matang. Setelah biji kering, lalu disemaikan di pesemaian. Namun benih yang disemaikan memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Berdasarkan data dilapangan, persentasi benih yang dibuat sendiri hanya tumbuh 50 persen. Pihak perusahaan sangat tertarik untuk melakukan pembenihan sendiri agar tidak terikat pada ICDF. Untuk bisa melakukan pembenihan yang sesuai standar, penanggung jawab produksi Halim sebaiknya melakukan pelatihan bagaimana cara mendapatkan benih yang berkualitas. Pelatihan ini bisa juga dilakukan di ICDF yang melakukan pembenihan sendiri maupun di tempat lain yang melakukan pembenihan, khususnya pembenihan sayur-sayuran yang menggunakan biji seperti cabe, keylan, brokoli, wortel, dan sebagainya. Usulan strategi untuk sumber risiko ini akan bisa dilaksanakan secara bertahap, karena pada saat ini perusahaan masih bergantung pada ICDF. Pihak perusahaan harus mempelajari bagaimana cara melakukan pembenihan tomat cherry yang baik, sehingga dihasilkan benih yang memiliki kualitas yang bagus, produktivitas tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sehingga sumber risiko produksi ini dapat bergeser ke bawah dan kiri dari peta risiko. Berdasarkan pemaparan dari usulan strategi penganan terhadap sumber risiko penyakit, pengaruh cuaca, dan kualitas bibit diatas, diharapkan probabilitas dan dampak yang dirasakan oleh perusahaan dapat berkurang, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat meningkat. Usulan strategi penanganan risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 13. 64 Gambar 13 Penangaan Risiko dengan Strategi Preventif Berdasarkan pada Gambar 13, diharapkan usulan strategi yang telah dimusyawarahkan dengan pihak manajemen perusahaan dapat mengurangi probabilitas dari masing-masing sumber risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari atas kebawah. Berdasarkan Gambar 14, dapat dilihat ada tiga usul yang diberikan kepada perusahaan yang diharapkan dapat meminimalkan dampak kerugian yang diderita oleh perusahaan akibat risiko produksi. Penerapan usulan strategi ini sebaiknya dilakukan oleh pihak perusahaan dimulai dari sumber risiko yang mempunyai status risiko yang paling tinggi, yaitu perubahan cuaca. Dilanjutkan dengan penanganan sumber risiko kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya manusia. Usulan penanganan risiko dengan strategi mitigasi dilakukan untuk mengurangi dampak dari sumber risiko dapat dilihat pada Gambar 14. Besar Kecil Kecil Besar 3.000.000 30 Probabilitas 1. Budidaya menggunakan greenhouse 2. Pelatihan cara pembenihan yang baik 3. Bekerjasama dengan ICDF untuk mendapatkan bibit berkualitas 1. Pemberian fungisida ganda 2. Pembuatan bedengan dengan tinggi 25-30 cm dari permukaan tanah dan drainase yang baik Dampak Rp 65 Gambar 14 Penanganan Risiko dengan Strategi Mitigasi Sumber risiko lainnya hama dan sumber daya manusia juga dilakukan penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalisir. Sumber risiko hama dalan dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara teratur khususnya pada musim hujan sehingga tanaman tidak terserang hama. Penanganan risiko terhadap hama ini relatif lebih mudah dilakukan. Kenyataannya di lapangan pada saat ini, penanganan terhadap hama dilakukan setelah ditemukan indikasi risiko yang disebabkan oleh hama baru dilakukan penyemprotan sehingga masih banyak ditemukan kehilangan produksi yang disebabkan oleh hama. Untuk sumber risiko sumber daya manusia dilakukan dengan pengawasan yang insentif sehingga kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumber daya manusia dapat dikurangi. Dampak Rp Besar Kecil Kecil Besar 3.000.000 30 Probabilitas 1. Budidaya menggunakan greenhouse 2. Pelatihan cara pembenihan yang baik 3. Bekerjasama dengan ICDF untuk mendapatkan bibit berkualitas - VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan