PERAN NCUHI DALAM PELESTARIAN UPACARA PERNIKAHAN DAN KESENIAN TRADISIONAL (Studi Kasus di Desa Kala, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat)
PERAN NCUHI DALAM PELESTARIANUPACARA PERNIKAHAN DAN
KESENIAN TRADISIONAL(Studi Kasus di Desa Kala, Kecamatan
Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat)
Oleh: Arief Hidayatullah ( 04220073 )
Communication Science
Dibuat: 20080721 , dengan 2 file(s).
Keywords: Kebudayaan, Komunikasi, Pemimpin
Penelitian ini dilatarbelakangi realitas keberagaman identitas yang dimiliki manusia. Bahwa
manusia baik sebagai individu maupun kelompok, memiliki ciri masingmasing yang disebut
budaya atau kebudayaan. Dengan kebudayaan, manusia bisa saling kenal satu sama lainnya,
dengan alasan kebudayaan juga, manusia yang satu memusuhi manusia lainnya. Bangsa
Indonesia terlahir dari kebhinekaan kebudayaan. Dari ujung Barat (Sabang) sampai ujung Timur
(Merauke) wilayah teritorial Bangsa Indonesia, didiami berbagai ragam kebudayaan. Karena
suatu identitas, maka kebudyaan itu perlu tetap tersemat pada tiaptiap masyarakat yang
memilikinya. Begitu juga dengan kebudayaan masyarakat Donggo (dou Donggo) di Bima, NTB.
Dou Donggo merupakan masyarakat asli suku Mbojo (Bima), yang mendiami salah satu wilayah
administratif kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu Kecamatan Donggo. Dou Donggo menjadi
bagian masyarakat Bima yang masih memegang teguh nilainilai kebudayaan asli suku Mbojo.
Pada masa kerjaan, Bima merupakan salah satu pusat perdagangan di kawasan Timur Indonesia.
Karena pusat perdagangan, maka terjadi interaksi berbagai ragam kebudayaan. Pembauran ragam
kebudayaan pendatang dengan masyarakat suku asli Mbojo, tidak semua diterima oleh
masyarakat lokal. Masyarakat yang menolak interaksi lintas kebudayaan tersebut, memilih
meninggalkan pusat pemerintahan kerajaan Bima, kemudian tinggal di wilayah pegunungan
bagian Barat dan Timur dari pusat kerjaaan Bima. Masyarakat yang tinggal di kawasan
pegunungan tersebut disebut dou Donggo (orang gunung).
Pada masa kerajaan, dou Donggo menolak berinteraksi dengan kebudayaan lain untuk menjaga
keaslian nilainilai kebudayaan mereka. Mereka meninggalkan teritorial pusat interaksi
kebudayaan demi mempertahankan identitas kebudayaan mereka. Kepatuhan mereka dengan
tetap memegang teguh nilainilai kebudayaan, tidak terlepas dari peran pemimpin mereka, yakni
Ncuhi. Ncuhi merupakan pemimpin karismatik tradisonal. Ncuhi menjadi sentra segala aktivitas
dou Donggo, dikatakan demikian, karena Ncuhi menjadi penentu setiap aktivitas dou Donggo.
Apapun titah sang Ncuhi, berarti itulah yang harus dilakukan dou Donggo. Termasuk dalam hal
penerapan nilainilai kebudayaan.
Seiring perkembangan usia manusia, perubahanperubahan dalam tata kehidupan juga turut
berubah. Demikian juga dengan dou Donggo. Kalau dulu dou Donggo mempertahankan nilai
nilai kebudayaannya dengan “kabur” dari pusaran ragam aktivitas kebudayaan di bawah
pimpinan sang Ncuhi. Sekarang tidak memungkinkan lagi seperti itu. Dou Donggo sekarang
telah menetap dalam teritorial tersendiri. Pembauran antar kebudayaan tidak bisa lagi dibendung
dengan menghindarinya. Ncuhi sekarang tidak lagi sesakral dulu. Penggerukan nilainilai
kebudayaan dou Donggo terus berjalan seiring majunya peradaban manusia.
Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi lapangan di Desa Kala, Kecamatan
Donggo, Kabupaten Bima, peneliti meneliti bentuk komunikasi Ncuhi dalam upayanya
melestarikan nilainilai kebudayaan dou Donggo. Dengan fokus penelitian pada budaya
pernikahan dan kesenian.
Dari hasil penelitian ditemukan, keberadaan Ncuhi sebagai penerus atau pewaris kebudayaan
lokal tidak lagi berfungsi secara maksimal. Ncuhi hanya melakukan komunikasi antarpersonal,
kelompok dan publik kepada generasi yang lebih muda untuk mewarisi nilainilai kebudayaan.
Tidak ada lagi komunikasi secara organisasi, maupun menyebarkan dengan media massa untuk
melestarikan kebudayaan pernikahan dan kesenian. Dari hasil penelitian tersebut,
direkomendasikan kepada pemerintah Kabpaten Bima, untuk memaksimalkan kembali peran dan
fungsi Ncuhi dalam pelestarian kebudayaan lokal sebagai identitas suku asli masyarakat Mbojo.
The background of this research is the reality of multi identity human being. The human being
can be social or individual who have identity called body or culture. The cultures make the
human being to brotherhood on enemy to other people. The Indonesians countries have territorial
from Sabang to Merauke that considered many culture. The culture must find in the human being
because it is identity for example the Donggo culture (dou Donggo) in Bima ease, NTB regional.
Dou Donggo is the aut hock onus in habitants Mbojo ethnic (Bima) that live at Donggo area on
Bima sub regional in NTB. Dou Donggo is still consistent with the norm of the culture in Bima
ease. The kingdom of Bima era was to be central of trade in east Intonation because of it be place
to interaction from many culture. The interaction from many cultures. The interaction from
culture Mbojo ethnic with other culture not accepted by local culture so the local culture leave
the kingdom Bima. From the local culture live in the byes Bima area, at the west mountain range
and they area called Dou Donggo (mountain people).
The kingdom of Bima era, Dou Donggo not accepted the other culture. The want to hold their
original culture. They leave the center of kingdom and still saving chair culture. They always
obey their leader called “Ncuhi”. Ncuhi is leader tradition charismatic who is central of all Dou
Donggo activity because all of statement Ncuhi is wisdom of Dou Donggo for example in the
realizing of culture.
Together with growth of human age, the substitute in the liveli hood was change, like Dou
Donggo. Last time age Dou Donggo still was consistent the norm of than culture with “go out”
from center of the culture activity in leader of Ncuhi. Now Dou Donggo lives in their territorial.
There are they cannot like that. Interaction of the culture can not stopped with go from out side.
Now Ncuhi do not have extremely. The decadence of norm of the culture stepbystep increase
with civilization in human being.
This reassess used of qualitative research with possibilities study in the Kala village at Donggo
area on Bima. This research was examine about communication type of Ncuhi. For still was
consistent the norm of the Dou Donggo culture with focus research at celebration a wedding
culture and art.
The finished of this research was Ncuhi for joint heirs from the local culture do not have
interested. The continuity of norm. Of the culture to younger generation Ncuhi just do with
communication for example personal communication, community communication and public
communication. Ncuhi do not like organization of communication or like with communication
mass media for continuity of art and a wedding culture.
Finished this research was instruction to Bima government, to always maximum interested of
Ncuhi in continuous of the local culture, because it be identity out honchos in habitats Mbojo
ethnic.
KESENIAN TRADISIONAL(Studi Kasus di Desa Kala, Kecamatan
Donggo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat)
Oleh: Arief Hidayatullah ( 04220073 )
Communication Science
Dibuat: 20080721 , dengan 2 file(s).
Keywords: Kebudayaan, Komunikasi, Pemimpin
Penelitian ini dilatarbelakangi realitas keberagaman identitas yang dimiliki manusia. Bahwa
manusia baik sebagai individu maupun kelompok, memiliki ciri masingmasing yang disebut
budaya atau kebudayaan. Dengan kebudayaan, manusia bisa saling kenal satu sama lainnya,
dengan alasan kebudayaan juga, manusia yang satu memusuhi manusia lainnya. Bangsa
Indonesia terlahir dari kebhinekaan kebudayaan. Dari ujung Barat (Sabang) sampai ujung Timur
(Merauke) wilayah teritorial Bangsa Indonesia, didiami berbagai ragam kebudayaan. Karena
suatu identitas, maka kebudyaan itu perlu tetap tersemat pada tiaptiap masyarakat yang
memilikinya. Begitu juga dengan kebudayaan masyarakat Donggo (dou Donggo) di Bima, NTB.
Dou Donggo merupakan masyarakat asli suku Mbojo (Bima), yang mendiami salah satu wilayah
administratif kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu Kecamatan Donggo. Dou Donggo menjadi
bagian masyarakat Bima yang masih memegang teguh nilainilai kebudayaan asli suku Mbojo.
Pada masa kerjaan, Bima merupakan salah satu pusat perdagangan di kawasan Timur Indonesia.
Karena pusat perdagangan, maka terjadi interaksi berbagai ragam kebudayaan. Pembauran ragam
kebudayaan pendatang dengan masyarakat suku asli Mbojo, tidak semua diterima oleh
masyarakat lokal. Masyarakat yang menolak interaksi lintas kebudayaan tersebut, memilih
meninggalkan pusat pemerintahan kerajaan Bima, kemudian tinggal di wilayah pegunungan
bagian Barat dan Timur dari pusat kerjaaan Bima. Masyarakat yang tinggal di kawasan
pegunungan tersebut disebut dou Donggo (orang gunung).
Pada masa kerajaan, dou Donggo menolak berinteraksi dengan kebudayaan lain untuk menjaga
keaslian nilainilai kebudayaan mereka. Mereka meninggalkan teritorial pusat interaksi
kebudayaan demi mempertahankan identitas kebudayaan mereka. Kepatuhan mereka dengan
tetap memegang teguh nilainilai kebudayaan, tidak terlepas dari peran pemimpin mereka, yakni
Ncuhi. Ncuhi merupakan pemimpin karismatik tradisonal. Ncuhi menjadi sentra segala aktivitas
dou Donggo, dikatakan demikian, karena Ncuhi menjadi penentu setiap aktivitas dou Donggo.
Apapun titah sang Ncuhi, berarti itulah yang harus dilakukan dou Donggo. Termasuk dalam hal
penerapan nilainilai kebudayaan.
Seiring perkembangan usia manusia, perubahanperubahan dalam tata kehidupan juga turut
berubah. Demikian juga dengan dou Donggo. Kalau dulu dou Donggo mempertahankan nilai
nilai kebudayaannya dengan “kabur” dari pusaran ragam aktivitas kebudayaan di bawah
pimpinan sang Ncuhi. Sekarang tidak memungkinkan lagi seperti itu. Dou Donggo sekarang
telah menetap dalam teritorial tersendiri. Pembauran antar kebudayaan tidak bisa lagi dibendung
dengan menghindarinya. Ncuhi sekarang tidak lagi sesakral dulu. Penggerukan nilainilai
kebudayaan dou Donggo terus berjalan seiring majunya peradaban manusia.
Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi lapangan di Desa Kala, Kecamatan
Donggo, Kabupaten Bima, peneliti meneliti bentuk komunikasi Ncuhi dalam upayanya
melestarikan nilainilai kebudayaan dou Donggo. Dengan fokus penelitian pada budaya
pernikahan dan kesenian.
Dari hasil penelitian ditemukan, keberadaan Ncuhi sebagai penerus atau pewaris kebudayaan
lokal tidak lagi berfungsi secara maksimal. Ncuhi hanya melakukan komunikasi antarpersonal,
kelompok dan publik kepada generasi yang lebih muda untuk mewarisi nilainilai kebudayaan.
Tidak ada lagi komunikasi secara organisasi, maupun menyebarkan dengan media massa untuk
melestarikan kebudayaan pernikahan dan kesenian. Dari hasil penelitian tersebut,
direkomendasikan kepada pemerintah Kabpaten Bima, untuk memaksimalkan kembali peran dan
fungsi Ncuhi dalam pelestarian kebudayaan lokal sebagai identitas suku asli masyarakat Mbojo.
The background of this research is the reality of multi identity human being. The human being
can be social or individual who have identity called body or culture. The cultures make the
human being to brotherhood on enemy to other people. The Indonesians countries have territorial
from Sabang to Merauke that considered many culture. The culture must find in the human being
because it is identity for example the Donggo culture (dou Donggo) in Bima ease, NTB regional.
Dou Donggo is the aut hock onus in habitants Mbojo ethnic (Bima) that live at Donggo area on
Bima sub regional in NTB. Dou Donggo is still consistent with the norm of the culture in Bima
ease. The kingdom of Bima era was to be central of trade in east Intonation because of it be place
to interaction from many culture. The interaction from many cultures. The interaction from
culture Mbojo ethnic with other culture not accepted by local culture so the local culture leave
the kingdom Bima. From the local culture live in the byes Bima area, at the west mountain range
and they area called Dou Donggo (mountain people).
The kingdom of Bima era, Dou Donggo not accepted the other culture. The want to hold their
original culture. They leave the center of kingdom and still saving chair culture. They always
obey their leader called “Ncuhi”. Ncuhi is leader tradition charismatic who is central of all Dou
Donggo activity because all of statement Ncuhi is wisdom of Dou Donggo for example in the
realizing of culture.
Together with growth of human age, the substitute in the liveli hood was change, like Dou
Donggo. Last time age Dou Donggo still was consistent the norm of than culture with “go out”
from center of the culture activity in leader of Ncuhi. Now Dou Donggo lives in their territorial.
There are they cannot like that. Interaction of the culture can not stopped with go from out side.
Now Ncuhi do not have extremely. The decadence of norm of the culture stepbystep increase
with civilization in human being.
This reassess used of qualitative research with possibilities study in the Kala village at Donggo
area on Bima. This research was examine about communication type of Ncuhi. For still was
consistent the norm of the Dou Donggo culture with focus research at celebration a wedding
culture and art.
The finished of this research was Ncuhi for joint heirs from the local culture do not have
interested. The continuity of norm. Of the culture to younger generation Ncuhi just do with
communication for example personal communication, community communication and public
communication. Ncuhi do not like organization of communication or like with communication
mass media for continuity of art and a wedding culture.
Finished this research was instruction to Bima government, to always maximum interested of
Ncuhi in continuous of the local culture, because it be identity out honchos in habitats Mbojo
ethnic.