BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, sebagian besar sistem pembawa obat secara khusus untuk mengobati gangguan usus sering mengalami kegagalan, karena pembawa obat tidak berada
pada konsentrasi yang tepat untuk mencapai lokasi target. Dengan demikian, dilakukanlah strategi untuk membuat pembungkus obat yang dapat sampai menuju
target Jose, 2009. Sistem pembawa yang dimaksudkan untuk melepaskan obat pada
targetyang membutuhkan perlindungan terhadap obat dari lingkungan yang berbeda suasanaseperti di dalam lambung dan usus kecil. Saat ini bahan pembungkus obat
yang paling sering digunakan berasal dari bahan matriks yang dapat bertahan dalam saluran sistem pencernaan terhadap aksi pencernaan atau enzim pencernaan.
Matriks polisakarida tetap utuh dalam lingkungan fisiologis lambung dan usus kecil tetapi setelah itu, akan ditindak lanjuti oleh bakteri dan kemudian matriks
polisakarida tersebut mengalami degradasi Gaurav, 2010. Senyawa hidrokoloid sangat banyak terdapat dialam, salah satunya adalah
polisakarida galaktomanan yang banyak terdapat pada kolang-kaling Rao et al., 1961. Kolang-kaling dihasilkan dari pohon aren rata-rata sebanyak 100
kgpohontahun, apabila tidak disadap niranya Anonim, 2009. Pemanfaatan kolang-kaling saat ini masih sangat terbatas dan tingkat konsumsi masyarakat juga
masih rendah. Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi mencapai 93,6 disamping juga mengandung protein 2,344, karbohidrat 56,571 serta serat
kasar 10,524 Tarigan dan Kaban, 2011. Karbohidrat di dalam biji aren yang disebut kolang-kaling Arenga pinnata
pada umumnya adalah galaktomanan yang memiliki berat molekul beragam, yaitu ± 6000-17000 Kooiman, 1971. Galaktomanan merupakan polisakarida alami yang
Universitas Sumatera Utara
umumnya digunakan didalam industri makanan dan obat-obatan, telah banyak digunakan sebagai penstabil, pengemulsi, dan pengental Vargas et al., 2008.
Galaktomanan kolang-kaling adalah poligalaktomanan yang diisolasi dari biji aren setengah matang yang sering disebut sebagai “kolang-kaling”.
Galaktomanan kolang- kaling memliki rantai utama liniear β-1-4 manosa dan
memiliki cabang galaktosa yang terikat pada α-1-6. Galaktomanan memiliki keunikan dibandingkan dengan galaktomanan lainnya, yaitu memiliki perbandingan
manosa dan galaktosa 1,331 : 1 Tarigan, 2012. Galaktomanan kolang-kaling merupakan poligalaktomanan seperti guar
gum GG tetapi perbandingan manosa dan galaktosa dari guar gum GG adalah 2
: 1. Jika Galaktomanan kolang-kaling dimodifikasi diharapkan dapat dimanfaatkan seperti guar gum GG Kabir, 2000. Guar gum merupakan salah satu polisakarida
yang dapat digunakan sebagai penghantar obat menuju usus besar yang merupakan pusat target Krishnaiah, dan Satyanarayana, 2001. Dalam industri makanan,
biasanya guar gum GG berperan sebagai bahan pengental. Dalam farmasi guar gum
GG telah diusulkan menjadi sebuah sarana pembawa obat dengan pelepasan yang terkendali dan yang memiliki tujuan menuju usus sebagai targetnya Wong et
al., 1997.
Karena keterbatasan utama dalam desain matriks yang berasal dari guar gum
GG sebagai pembawa
obat memiliki
karakteristik mengembangswellingyang tinggi sehingga memaksanya membutuhkan kompresi
tinggi di dalam produksi untuk mengurangi sifat yang sangat swelling tersebut sehingga dapat menghindari terjadinya kebocoran atau pecahnya pembungkus obat
sebelum mencapai target, modifikasi kimia pada guar gum GG sangat besar mengurangi sifat mengembangnya yang merupakan solusi atau alternatif yang
cukup praktis, terutama sebagai sistem pembawa obat Rubinstein et al.,1995. Gliko-Kabir et al.,
2000, menjelaskan dan meninjauperkembangan dari galaktomanan guar gum yang diikat silang dengan menggunakan senyawa
glutaraldehidauntuk memperoleh derajat swelling yang rendah sehingga berpotensial untuk digunakan sebagai penghantar obat yang spesifik sampai ke
pusat target.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan sintesis dan karakterisasi film galaktomanan ikat silang glutaraldehida melalui
kondensasidari galaktomanan kolang-kaling
Arenga pinnata dengan glutaraldehida
sebagai pengikat silang. Galaktomanan ikat silang glutaraldehidayang telah terbentuk akan dianalisis dengan spektrofotometer FTIR,
SEM Scanning Electron Microscopic, DTADifferential Thermal Analysisdan juga diuji kemampuan mengembang swellingserta ketebalan rata-rata film
galaktomanan ikat silang glutaraldehida.
1.2 Perumusan Permasalahan