OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
3.7.6. Kriteria yang diikutkan dalam penelitian kriteria inklusi
a. Penderita DM tipe-2 yang telah menderita DM selama 5 tahun atau lebih dan selama ini mendapat terapi insulin atau OHO.
b. Jenis kelamin pria atau wanita, usia antara 30 – 80 tahun. c. Tidak merokok, minum kopi atau alkohol setidaknya 1 hari sebelum
tes denervasi otonomik kardiak dilakukan.
69
Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed concern surat
persetujuan mengikuti penelitian.
3.7.7. Kriteria yang tidak diikutkan dalam penelitian kriteria eksklusi
a. Penderita dengan gagal jantung, aritmia jantung, iskemik miokard, gangguan elektrolit, riwayat penyakit serebrovaskular, pada saat
tes denervasi otonomik kardiak dilakukan. b. Mengkonsumsi obat-obatan yang secara langsung mempengaruhi
irama jantung seperti digitalis, quinidin, beta bloker, antiaritmia, antiangina, simpatolitik dan vasodilator perifer.
62
c. Penderita dengan hipoglikemi yang dibuktikan dengan nilai KGD 60 mgdl.
1
3.7.8. Prosedur penelitian
A. Pengumpulan data Subjek penelitian adalah semua penderita DM tipe-2 yang telah
memenuhi kriteria penelitian. Dilakukan anamnesis pribadi, keluhan- keluhan sehubungan penyakitgangguan jantung bila ada, riwayat
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
lama menderita DM dan penyakit lainnya, penggunaan OHO atau insulin berikut konsumsi obat-obatan lainnya. Subjek dibagi atas 2
kelompok yakni yang mendapat terapi OHO dan yang belakangan ini hanya mendapat terapi insulin selama 3 bulan atau lebih. Subjek
mengisi surat persetujuan penelitian kemudian dilakukan pemeriksaan fisik.
B. Cara kerja Pada seluruh subjek dilakukan tes untuk mengetahui adanya
denervasi otonomik kardiak, yakni : 1. Mengukur detak jantung setelah istirahat selama 5-10
menit dengan EKG. Abnormal bila 100 detakmenit. 2. Variasi frekuensi denyut jantung R-R interval selama
bernafas dalam. Caranya pasien istirahat dengan posisi telentang, bernafas 6 kalimenit 5 detik inspirasi dan 5
detik ekspirasi, denyut jantung dimonitor dengan EKG. Dihitung selisih denyut jantung maksimal dengan denyut
jantung minimal. Perbedaan denyut jantung 15 kalimenit normal, borderline bila 11-14 kalimenit dan
abnormal bila 10 kalimenit. 3. Menghitung nilai dari interval corrected QT QTc dengan
menggunakan formula Bazets QTc = QT √
RR. Normal jika nilai QTc 400 ms, borderline bila QTc 400-440 ms,
sedangkan abnormal bila QTc 440 ms.
9,13,14
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
Gambar 2. Perhitungan nilai QTc dari rekaman EKG
Diagnosis denervasi otonomik kardiak ditegakkan jika dua dari ketiga tes di atas menunjukkan hasil abnormal atau borderline.
9,13,14
C. Pemeriksaan laboratorium Pada seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaan KGD
sewaktu dan nilai HbA
1c
.
3.7.9. Kerangka Operasional