Variabilitas parameter oseanografi dan sebaran klorofil-a di Perairan Nangroe Aceh Darussalam pada bulan Oktober-November 2002.

VARIABILITAS PARAMETER OSEANOGRAFI DAN
SEBARAN KLOROFIL- a D I PERAIRAN NANGROE ACEH
DARUSSALAM PADA BULAN OKTOBER NOVEMBER 2 0 0 2

-

Oleh :
AFRILLYA SARI KUMALAWATI
C06498024

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sajana Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTS PEMKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

:


Judul

VARIABILITAS

PARAMETER

OSEANOGRAFI

DAN

SEBARAN

KLOROFIL-a D I PERAIRAN NANGROE ACEH DARUSSALAM PADA
BULAN OKTOBER-NOVEMBER 2002
Nama

:

Afrillya Sari Kurnalawati


NRP

:

C06498024

Program Studi

:

I l m u Kelautan

Menyetujui :

I. KOMISI PEMBIMBING
Ketua

Dr. Ir. John Iskandar Pariwono
NIP. 130 536 686
Pembimbing I1


Pembimbing 111

Dr. Ir. Richardus Kaswadii, MSc
NIP. 130 367 095

1r\. Barnbana Herunadi
NIP. 680 002 551

11. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Ketua P r o g r a m d i

NIP. 131 859 209
Tanggal Ujian : 6 Agustus 2004

Wakil Dekan

AFRILLYA SARI KUMALAWATI (C06498024). Variabilitas Parameter Oseanografi dan Sebaran
Klorofil-a di Perairan Nangroe Aceh Darussalam Pada Bulan Oktober-November 2002. Di
bawah bimbingan Dr. Ir. John I.Pariwono, Dr. Ir. Richardus Kaswadji, MSc dan Ir. Bambang

Herunadi.

RINGKASAN
Penelitian mengenai variabilitas parameter oseanografi, yang meliputi: suhu, salinitas,
nutrien (fosfat, nitrat, silikat) dan klorofii-a dilakukan di Perairan Nangroe Aceh Darussalam,
ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia mulai dari akhir bulan Oktober hingga awal
November 2002. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai karakter
massa air di sana. Parameter fisik, kimiawi, dan biologi dibandingkan untuk menjelaskan
sebaran suhu, salinitas, nutrien dan klorofil-a.
Sebanyak 39 stasiun diklasifikasikan dalam 12 penampang, baik membujur maupun
melintang. Analisis data dilakukan dengan menggukan Scftware Surfer ver. 7.6 and ODV
(Ocean Data iliew). Analisis korelasi antar parameter fisik dan kimiawi terhadap parameter
biologi dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk melihat regresi linearnya dan
korelasinya.
Suhu perrnukaan di perairan NAD pada bulan Oktober-November 2002 berkisar antara
28,5-29,2 "C, dengan kisaran lapisan tercampur mulai dari permukaan hingga kedalaman SO
m. Lapisar! termoklin berada pada kedalaman antara 7G-160 m, dengan suhu sebesar 13-28
"C. Massa air permukaan di perairan dekat Selat Malaka lebih hangat dibandingkan dengan
massa air dekat Samudera Hindla. Kedua massa air tersebut akan membentuk front
(pertemuan massa air) di tengah-tengah aritara keduanya, yaitu ai Penampang E.

Salinitas permukaan di perairan NAD pada saat penelitian berkisar antara 31,8-33,7
psu. Di beberapa stasiun tak ditemukan lapisan tercarnpur, dan langsung terbentuk lapisan
haloklin. Di bawah lapisan haloklin salinitas meningkat dengan lambat bersamaan dengan
bertambahnya kedalaman, dengan variasi salinitas menjadi lebih kecil.
Pada diagram T-S, salinitas maksimum terl~hatdi perairan NAD paling barat, yaitu di
Penampang F yang merupakan sisa-sisa massa air Subtropiwf Lower Water Uirta Upa
r
psu yang menurut Wyrtki (1961) berada
Subtropik). Salinitas yang terlacak s e b e ~35,O-35,3
pada kedalaman antam 100-200 m. Pengaruh massa air dari Teluk Persia juga terlihat pada
kedalaman 200-400 m dengan salinitas sebesar 35,3-35,4 psu dengan adanya bentuk core
(lapisail gumbar). Dari analisis tersebut, diperoleh 2 karakter massa air yaitu massa air
bersalinitas rendah dan suhu lebih tinggi di perairan dekat Selat Malaka, dan massa air
bersalinitas tinggi dan bersuhu rendah di perairan sebelah barat (dekat dengan Samudera
Hindia).
Konsentrasi fosfat pada daerah penelitian berkisar antara 0,005-0,4 pg-at P/I.
Berdasarkan sebaran vertikalnya, kandungan fosfat tinggi berada di lapisan permukaan
Penampang F yang diindikasikan adanya penaikan massa air karena adanya fosfat tinggi di
permukaan dan lereng menaik fosfat dari kedalaman 45 m dari zrah selatan ke arah utara.
Penyuburan perairan dengan unsur fosfat dapat berbeda antara 1 stasiun dengan stasiun

lainnya akibat percampumn secam horizontal dan percampumn nutrien secara vertikal pada
perairan, digabungkan dengan efek dari proses biologi, penambahan dan transpor nutrien.
Sebamn horizontal nitrat pada lapisan permukaan memperlihatkan konsentrasi
sebesar 0,Ol-5,8 pg-at Nil, dengan nilai terbesar pada stasiun yang dekat dengan daratan
dan Selat Malaka. Secara umum, nitrat bertambah dengan semakin bertambahnya
kedalaman, hingga mencapai kandungan nitrat sebesar 20 pg-at N/I di kolom perairan. Pada

kedalaman 50 dan 100 m sering terlihat kandungan nitrat yang berfluktuatif, yang
diindikasikan sebagai lapisan pegat (nitraklin).
Kandungan silikat pada perairan NAD semakin besar dengan bertambahnya
kedalaman, hingga mencapa 70 vg-at Sill. Faktor yang mempengaruhi sebaran kandungan
silikat di perairan adalah karena pemanfaatan silikat secara langsung oleh fitoplankton dan
faktor dispersi (penyebaran arus). Pada sebaran horizontal silikat permukaan, kisarannya 760 pg-at Si/l yang terlihat rendah di bagian utara perairan NAD dan tinggi di perairan NAD
bagian barat.
Kandungan klorofil-a pada lapisan permukaan berkisar antara 1,s-3,4 mg/m3 dengan
nilai besar di stasiun yang berdekatan dengan Selat Malaka dan stasiun yang dekat dengan
Pulau Nikobar. Sebaran vertikalnya termasuk merata di semua penampang kecuali di
Penampang E dan F. Diduga karena pada Penampang E terjadi fiont, sedangkan di
Penampang F terjadi upwelling (penaikan massa air). Penaikan massa air ini dapat dilihat
pada sebaran melintang salinitas, silikat dan fosfat di Penampang F.

Hubungan parameter terhadap klorofil-a berbeda berdasarkan kedalaman. Pada
iapisan permukaan, suhu yang berkorelasi terhadap klorofil-a, kemudian nitrat pada
kedalaman 25 m, dan fosfat pada kedalaman 50 m dengan koefisien determinasi sebesar
45,17 %. Pada kedalaman 50 m parameter kimiawi berpengaruh secara bersama-sama,
sehingga klorofil-a mencapai konsentrasi yang besar. Selain alasan tersebut, koreiasi tersebut
diakibatkan karena letzknya yang berada pada lapisan tercampur bagian bawah maupun
teisedianya nutrien. Kedalaman 75 m dipengaruhi oleh parameter, baik suhu maupun nutrien
yang bersama-sama saling mendukung produktivitas klorofil-a walaupun koefisien
determinasinya kecil. Suhu berperan utama pada kedalaman 100 m, sementara pada
kedalaman 150 m, nitrat memiliki peranan yang paling penting.