Pelayanan Pada Nasabah dan Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus Pada LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
PELhVANAN PADA NASABAM DAN
KESEMWTAH
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Gufron Saputra.
Pelayanan Pada Nasabah dan Tingkat Kese-
hatan Bank Perkreditan Rakyat
nampung, Kecamatan
Sumatera Barat).
IV Angkat
(Studi Kasus di BPR-LPN PaCandung, Kabupaten Agam,
Dibawah bimbingan Rudolf S. Sinaga dan
Noerdin N. Zen.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan maka
diperlukan bantuan modal
untuk
mengembangkan
usahanya.
Salah satu usaha pemerintah adalah menyediakan prasarana
ekonomi tempat penyedia modal bagi masyarakat.
Tetapi
jangkauan nasabah yang dilayani oleh lembaga kredit formal
seperti BRI Unit Desa masih lebih banyak menjangkau masyarakat golongan menengah ke atas di pedesaan.
Untuk men-
jangkau masyarakat menengah ke bawah di pedesaan, pemerintah daerah mengembangkan
pedesaan.
lembaga keuangan non bank
di
Seperti umurnnya hambatan pengembangan lembaga
keuangan non bank, lembaga ini tidak diperkenankan menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, karena tidak
diperbolehkan oleh undang-undang pada masa itu. Keluarnya
Pakto 27 tahun 1988 membuka peluang dan kesempatan bagi
lembaga keuangan non bank untuk menjadi Bank Perkreditan
Rakyat .
BPR-LPN Panampung merupakan salah satu dari sekian LPN
yang diresmikan menjadi BPR bersama 71 BPR lainnya di
Sumatera Barat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
Bapak JB. Sumarlin.
Peranannya sesuai dengan S K Menteri
Keuangan No. 1064/KMK.00/1988 adalah menunjang kelancaran
pertumbuhan perekonomian rakyat, modernisasi ekonomi pedesaan dan mengurangi praktek ijon dan pelepas uang (rentenir) .
Dalam menjalankan usahanya BPR-LPN Panampung menghimpun dana dari anggota (simpanan pokok, simpanan wajib dan
simpanan usaha) dan masyarakat berupa tabungan (simpanan
harmonis dan simpanan sukarela), kemudian menyalurkannya
kepada masyarakat yang terlebih dahulu harus menjadi anggota.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas
menghimpun dan menyalurkan dananya serta perkembangannya;
Melihat mekanisme prosedur penyaluran kredit; dan melihat
analisa ratio dan tingkat kesehatan bank.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diolah dengan analisa tabulasi dan analisa rasio.
Analisa tabulasi digunakan untuk melihat aktivitas menghimpun dan menyalurkan dana serta perkembangannya, kemudian
melihat pendapat nasabah serta profil nasabah yang memanfaatkan BPR-LPN.
Analisa rasio digunakan untuk melihat
sehat atau tidaknya bank serta melihat perkembangan pengelolaan.
Setelah tiga
tahun dijadikan sebagai bank, maka dalam
menghimpun dana dari masyarakat belum memanfaatkan deposit0
sebagai sumber dana.
BPR-LPN Panampung dalam menghimpun
dana dari masyarakat dengan dua cara, yaitu menjemput ke
tempat tinggal nasabah (bajampuik) dan pemberian hadiah.
Cara ini cukup berhasil menarik nasabah. Hal ini ditunjukkan semakin banyaknya jumlah nasabah penabung dan semakin
besarnya rata-rata tabungan per nasabah, selain itu semakin
besarnya proporsi dana yang dihimpun dari masyarakat dan
semakin kecilnya ketergantungan dana dari lembaga lain.
BPR-LPN belum bisa menerapkan semua ketentuan prosedur
yang dianjurkan perbankan.
Dalam penyaluran dana lembaga
ini secara keseluruhan telah berhasil memberi pelayanan
kepada masyarakat dengan semakin banyak nasabah yang dilayani, tetapi sejak periode 1991 (dijadikan BPR) jumlah
nasabah yang dilayani terus menurun, tetapi rata-rata kredit yang disalurkan per nasabah terus meningkat.
Hasil analisa kesehatan bank yang dilihat dari likuiditas minimum ( C a s h Ratio) dan solvabilitas (CAR minimum),
BPR-LPN Panampung dinilai
ketentuan yang berlaku.
sehat
karena mampu
memenuhi
Pada tahun 1993 C a s h Ratio sebesar
4,7 persen dan Capital Adequacy Ratio sebesar 37,l persen.
Dari analisa likuiditas Banking Ratio menunjukkan bahwa
kemampuan menyalurkan dana semakin menurun, ini ditunjukkan
semakin kecilnya nilai Banking Ratio.
PELAYANAN PADA NASABAN DAN TINGKAT KESEmTAN
BANK PE
DITAN
UAT
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
OIeh
GUFRON SAPUTRA
A 23.1487
Skripsi
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
PELhVANAN PADA NASABAM DAN
KESEMWTAH
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Gufron Saputra.
Pelayanan Pada Nasabah dan Tingkat Kese-
hatan Bank Perkreditan Rakyat
nampung, Kecamatan
Sumatera Barat).
IV Angkat
(Studi Kasus di BPR-LPN PaCandung, Kabupaten Agam,
Dibawah bimbingan Rudolf S. Sinaga dan
Noerdin N. Zen.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan maka
diperlukan bantuan modal
untuk
mengembangkan
usahanya.
Salah satu usaha pemerintah adalah menyediakan prasarana
ekonomi tempat penyedia modal bagi masyarakat.
Tetapi
jangkauan nasabah yang dilayani oleh lembaga kredit formal
seperti BRI Unit Desa masih lebih banyak menjangkau masyarakat golongan menengah ke atas di pedesaan.
Untuk men-
jangkau masyarakat menengah ke bawah di pedesaan, pemerintah daerah mengembangkan
pedesaan.
lembaga keuangan non bank
di
Seperti umurnnya hambatan pengembangan lembaga
keuangan non bank, lembaga ini tidak diperkenankan menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, karena tidak
diperbolehkan oleh undang-undang pada masa itu. Keluarnya
Pakto 27 tahun 1988 membuka peluang dan kesempatan bagi
lembaga keuangan non bank untuk menjadi Bank Perkreditan
Rakyat .
BPR-LPN Panampung merupakan salah satu dari sekian LPN
yang diresmikan menjadi BPR bersama 71 BPR lainnya di
Sumatera Barat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
Bapak JB. Sumarlin.
Peranannya sesuai dengan S K Menteri
Keuangan No. 1064/KMK.00/1988 adalah menunjang kelancaran
pertumbuhan perekonomian rakyat, modernisasi ekonomi pedesaan dan mengurangi praktek ijon dan pelepas uang (rentenir) .
Dalam menjalankan usahanya BPR-LPN Panampung menghimpun dana dari anggota (simpanan pokok, simpanan wajib dan
simpanan usaha) dan masyarakat berupa tabungan (simpanan
harmonis dan simpanan sukarela), kemudian menyalurkannya
kepada masyarakat yang terlebih dahulu harus menjadi anggota.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas
menghimpun dan menyalurkan dananya serta perkembangannya;
Melihat mekanisme prosedur penyaluran kredit; dan melihat
analisa ratio dan tingkat kesehatan bank.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diolah dengan analisa tabulasi dan analisa rasio.
Analisa tabulasi digunakan untuk melihat aktivitas menghimpun dan menyalurkan dana serta perkembangannya, kemudian
melihat pendapat nasabah serta profil nasabah yang memanfaatkan BPR-LPN.
Analisa rasio digunakan untuk melihat
sehat atau tidaknya bank serta melihat perkembangan pengelolaan.
Setelah tiga
tahun dijadikan sebagai bank, maka dalam
menghimpun dana dari masyarakat belum memanfaatkan deposit0
sebagai sumber dana.
BPR-LPN Panampung dalam menghimpun
dana dari masyarakat dengan dua cara, yaitu menjemput ke
tempat tinggal nasabah (bajampuik) dan pemberian hadiah.
Cara ini cukup berhasil menarik nasabah. Hal ini ditunjukkan semakin banyaknya jumlah nasabah penabung dan semakin
besarnya rata-rata tabungan per nasabah, selain itu semakin
besarnya proporsi dana yang dihimpun dari masyarakat dan
semakin kecilnya ketergantungan dana dari lembaga lain.
BPR-LPN belum bisa menerapkan semua ketentuan prosedur
yang dianjurkan perbankan.
Dalam penyaluran dana lembaga
ini secara keseluruhan telah berhasil memberi pelayanan
kepada masyarakat dengan semakin banyak nasabah yang dilayani, tetapi sejak periode 1991 (dijadikan BPR) jumlah
nasabah yang dilayani terus menurun, tetapi rata-rata kredit yang disalurkan per nasabah terus meningkat.
Hasil analisa kesehatan bank yang dilihat dari likuiditas minimum ( C a s h Ratio) dan solvabilitas (CAR minimum),
BPR-LPN Panampung dinilai
ketentuan yang berlaku.
sehat
karena mampu
memenuhi
Pada tahun 1993 C a s h Ratio sebesar
4,7 persen dan Capital Adequacy Ratio sebesar 37,l persen.
Dari analisa likuiditas Banking Ratio menunjukkan bahwa
kemampuan menyalurkan dana semakin menurun, ini ditunjukkan
semakin kecilnya nilai Banking Ratio.
PELAYANAN PADA NASABAN DAN TINGKAT KESEmTAN
BANK PE
DITAN
UAT
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
OIeh
GUFRON SAPUTRA
A 23.1487
Skripsi
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
KESEMWTAH
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Gufron Saputra.
Pelayanan Pada Nasabah dan Tingkat Kese-
hatan Bank Perkreditan Rakyat
nampung, Kecamatan
Sumatera Barat).
IV Angkat
(Studi Kasus di BPR-LPN PaCandung, Kabupaten Agam,
Dibawah bimbingan Rudolf S. Sinaga dan
Noerdin N. Zen.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan maka
diperlukan bantuan modal
untuk
mengembangkan
usahanya.
Salah satu usaha pemerintah adalah menyediakan prasarana
ekonomi tempat penyedia modal bagi masyarakat.
Tetapi
jangkauan nasabah yang dilayani oleh lembaga kredit formal
seperti BRI Unit Desa masih lebih banyak menjangkau masyarakat golongan menengah ke atas di pedesaan.
Untuk men-
jangkau masyarakat menengah ke bawah di pedesaan, pemerintah daerah mengembangkan
pedesaan.
lembaga keuangan non bank
di
Seperti umurnnya hambatan pengembangan lembaga
keuangan non bank, lembaga ini tidak diperkenankan menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, karena tidak
diperbolehkan oleh undang-undang pada masa itu. Keluarnya
Pakto 27 tahun 1988 membuka peluang dan kesempatan bagi
lembaga keuangan non bank untuk menjadi Bank Perkreditan
Rakyat .
BPR-LPN Panampung merupakan salah satu dari sekian LPN
yang diresmikan menjadi BPR bersama 71 BPR lainnya di
Sumatera Barat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
Bapak JB. Sumarlin.
Peranannya sesuai dengan S K Menteri
Keuangan No. 1064/KMK.00/1988 adalah menunjang kelancaran
pertumbuhan perekonomian rakyat, modernisasi ekonomi pedesaan dan mengurangi praktek ijon dan pelepas uang (rentenir) .
Dalam menjalankan usahanya BPR-LPN Panampung menghimpun dana dari anggota (simpanan pokok, simpanan wajib dan
simpanan usaha) dan masyarakat berupa tabungan (simpanan
harmonis dan simpanan sukarela), kemudian menyalurkannya
kepada masyarakat yang terlebih dahulu harus menjadi anggota.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas
menghimpun dan menyalurkan dananya serta perkembangannya;
Melihat mekanisme prosedur penyaluran kredit; dan melihat
analisa ratio dan tingkat kesehatan bank.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diolah dengan analisa tabulasi dan analisa rasio.
Analisa tabulasi digunakan untuk melihat aktivitas menghimpun dan menyalurkan dana serta perkembangannya, kemudian
melihat pendapat nasabah serta profil nasabah yang memanfaatkan BPR-LPN.
Analisa rasio digunakan untuk melihat
sehat atau tidaknya bank serta melihat perkembangan pengelolaan.
Setelah tiga
tahun dijadikan sebagai bank, maka dalam
menghimpun dana dari masyarakat belum memanfaatkan deposit0
sebagai sumber dana.
BPR-LPN Panampung dalam menghimpun
dana dari masyarakat dengan dua cara, yaitu menjemput ke
tempat tinggal nasabah (bajampuik) dan pemberian hadiah.
Cara ini cukup berhasil menarik nasabah. Hal ini ditunjukkan semakin banyaknya jumlah nasabah penabung dan semakin
besarnya rata-rata tabungan per nasabah, selain itu semakin
besarnya proporsi dana yang dihimpun dari masyarakat dan
semakin kecilnya ketergantungan dana dari lembaga lain.
BPR-LPN belum bisa menerapkan semua ketentuan prosedur
yang dianjurkan perbankan.
Dalam penyaluran dana lembaga
ini secara keseluruhan telah berhasil memberi pelayanan
kepada masyarakat dengan semakin banyak nasabah yang dilayani, tetapi sejak periode 1991 (dijadikan BPR) jumlah
nasabah yang dilayani terus menurun, tetapi rata-rata kredit yang disalurkan per nasabah terus meningkat.
Hasil analisa kesehatan bank yang dilihat dari likuiditas minimum ( C a s h Ratio) dan solvabilitas (CAR minimum),
BPR-LPN Panampung dinilai
ketentuan yang berlaku.
sehat
karena mampu
memenuhi
Pada tahun 1993 C a s h Ratio sebesar
4,7 persen dan Capital Adequacy Ratio sebesar 37,l persen.
Dari analisa likuiditas Banking Ratio menunjukkan bahwa
kemampuan menyalurkan dana semakin menurun, ini ditunjukkan
semakin kecilnya nilai Banking Ratio.
PELAYANAN PADA NASABAN DAN TINGKAT KESEmTAN
BANK PE
DITAN
UAT
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
OIeh
GUFRON SAPUTRA
A 23.1487
Skripsi
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994
PELhVANAN PADA NASABAM DAN
KESEMWTAH
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Gufron Saputra.
Pelayanan Pada Nasabah dan Tingkat Kese-
hatan Bank Perkreditan Rakyat
nampung, Kecamatan
Sumatera Barat).
IV Angkat
(Studi Kasus di BPR-LPN PaCandung, Kabupaten Agam,
Dibawah bimbingan Rudolf S. Sinaga dan
Noerdin N. Zen.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan maka
diperlukan bantuan modal
untuk
mengembangkan
usahanya.
Salah satu usaha pemerintah adalah menyediakan prasarana
ekonomi tempat penyedia modal bagi masyarakat.
Tetapi
jangkauan nasabah yang dilayani oleh lembaga kredit formal
seperti BRI Unit Desa masih lebih banyak menjangkau masyarakat golongan menengah ke atas di pedesaan.
Untuk men-
jangkau masyarakat menengah ke bawah di pedesaan, pemerintah daerah mengembangkan
pedesaan.
lembaga keuangan non bank
di
Seperti umurnnya hambatan pengembangan lembaga
keuangan non bank, lembaga ini tidak diperkenankan menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, karena tidak
diperbolehkan oleh undang-undang pada masa itu. Keluarnya
Pakto 27 tahun 1988 membuka peluang dan kesempatan bagi
lembaga keuangan non bank untuk menjadi Bank Perkreditan
Rakyat .
BPR-LPN Panampung merupakan salah satu dari sekian LPN
yang diresmikan menjadi BPR bersama 71 BPR lainnya di
Sumatera Barat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia
Bapak JB. Sumarlin.
Peranannya sesuai dengan S K Menteri
Keuangan No. 1064/KMK.00/1988 adalah menunjang kelancaran
pertumbuhan perekonomian rakyat, modernisasi ekonomi pedesaan dan mengurangi praktek ijon dan pelepas uang (rentenir) .
Dalam menjalankan usahanya BPR-LPN Panampung menghimpun dana dari anggota (simpanan pokok, simpanan wajib dan
simpanan usaha) dan masyarakat berupa tabungan (simpanan
harmonis dan simpanan sukarela), kemudian menyalurkannya
kepada masyarakat yang terlebih dahulu harus menjadi anggota.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aktivitas
menghimpun dan menyalurkan dananya serta perkembangannya;
Melihat mekanisme prosedur penyaluran kredit; dan melihat
analisa ratio dan tingkat kesehatan bank.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diolah dengan analisa tabulasi dan analisa rasio.
Analisa tabulasi digunakan untuk melihat aktivitas menghimpun dan menyalurkan dana serta perkembangannya, kemudian
melihat pendapat nasabah serta profil nasabah yang memanfaatkan BPR-LPN.
Analisa rasio digunakan untuk melihat
sehat atau tidaknya bank serta melihat perkembangan pengelolaan.
Setelah tiga
tahun dijadikan sebagai bank, maka dalam
menghimpun dana dari masyarakat belum memanfaatkan deposit0
sebagai sumber dana.
BPR-LPN Panampung dalam menghimpun
dana dari masyarakat dengan dua cara, yaitu menjemput ke
tempat tinggal nasabah (bajampuik) dan pemberian hadiah.
Cara ini cukup berhasil menarik nasabah. Hal ini ditunjukkan semakin banyaknya jumlah nasabah penabung dan semakin
besarnya rata-rata tabungan per nasabah, selain itu semakin
besarnya proporsi dana yang dihimpun dari masyarakat dan
semakin kecilnya ketergantungan dana dari lembaga lain.
BPR-LPN belum bisa menerapkan semua ketentuan prosedur
yang dianjurkan perbankan.
Dalam penyaluran dana lembaga
ini secara keseluruhan telah berhasil memberi pelayanan
kepada masyarakat dengan semakin banyak nasabah yang dilayani, tetapi sejak periode 1991 (dijadikan BPR) jumlah
nasabah yang dilayani terus menurun, tetapi rata-rata kredit yang disalurkan per nasabah terus meningkat.
Hasil analisa kesehatan bank yang dilihat dari likuiditas minimum ( C a s h Ratio) dan solvabilitas (CAR minimum),
BPR-LPN Panampung dinilai
ketentuan yang berlaku.
sehat
karena mampu
memenuhi
Pada tahun 1993 C a s h Ratio sebesar
4,7 persen dan Capital Adequacy Ratio sebesar 37,l persen.
Dari analisa likuiditas Banking Ratio menunjukkan bahwa
kemampuan menyalurkan dana semakin menurun, ini ditunjukkan
semakin kecilnya nilai Banking Ratio.
PELAYANAN PADA NASABAN DAN TINGKAT KESEmTAN
BANK PE
DITAN
UAT
(Studi Kasus Pada BPR LPN Panampung, Kecamatan IV Angkat Candung,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
OIeh
GUFRON SAPUTRA
A 23.1487
Skripsi
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1994