Variabel yang Diamati HASIL PENELITIAN

7. Variabel yang Diamati

Variabel Bebas : paracetamol dan asam asetil salisilat Variabel Terikat : suhu tubuh, NIHSS dan mRS

8. Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS Statistical Product and Science Service 15. Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut : 8.1 Untuk melihat gambaran karakteristik demografik pada penderita stroke iskemik akut yang menjadi sampel penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. 8.2 Untuk melihat pengaruh parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat pada suhu tubuh penderita stroke iskemik akut pada awal 0 jam, 1 jam, dan 3 jam digunakan uji Anova. 8.3 Untuk melihat perbedaan suhu tubuh akibat pemberian parasetamol asetaminofen dengan asam asetil salisilat pada awal 0 jam, 1 jam, dan 3 jam digunakan uji T independent dan Mann- Whitney. 8.4 Untuk melihat pengaruh pemberian parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat pada outcome NIHSS digunakan uji Wilcoxon. Universitas Sumatera Utara 8.5 Untuk melihat pengaruh pemberian parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat pada outcome mRS digunakan uji Wilcoxon. 8.6 Untuk melihat perbedaan outcome NIHSS atau mRS antar kelompok yang diberi parasetamol asetaminofen dengan asam asetil salisilat digunakan uji Chi Square. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Dari keseluruhan pasien stroke iskemik akut yang dirawat di ruang rawat inap Neurologi FK USU RSUP. H. Adam Malik Medan pada periode Januari hingga Mei 2011, terdapat 30 pasien stroke iskemik akut yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diikutkan dalam penelitian. Dari 30 orang penderita stroke iskemik yang ikut dalam penelitian, 15 orang dari keseluruhan sampel adalah pria 50 dan sisanya adalah wanita. Dari keseluruhan peserta memiliki rerata usia 63,56 ± 2,16 dengan rentang usia 44 tahun hingga 83 tahun, dengan kelompok usia yang terbanyak adalah 56-69 tahun yaitu sebanyak 22 orang 73,4. Sedangkan jumlah paling sedikit adalah pada kelompok usia 42-55 dan 70-84 tahun yaitu sebanyak masing-masing 4 orang 13,3. Kemudian dari 30 orang subjek penelitian, suku yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 18 orang 60. Sedangkan yang paling sedikit adalah suku Aceh yang terdiri dari 3 orang 10. Sementara itu tingkat pedidikan yang paling banyak jumlah subjeknya adalah tingkat SLTA yaitu sebanyak 11 orang 36,7 dan yang paling sedikit adalah pada tingkat sarjana yang berjumlah 4 orang 13,3. Universitas Sumatera Utara Keseluruhan gambaran karakteristik dari subjek penelitian ini disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Gambaran karakteristik demografik subjek penelitian Variabel Total Parasetamol 1000 mg Asam Asetil Salisilat 500 mg N 30 100 15 50 15 50 Jenis kelamin Pria Wanita 15 50 15 50 533,3 1066,7 10 66,7 5 33,3 Umur 42-55 thn 56-69 thn 70-84 thn 4 13,3 22 73,4 4 13,3 2 6,7 12 40,0 1 3,3 2 6,7 10 33,4 3 10,0 Suku Batak Jawa Melayu Aceh 18 60 5 16,7 4 13,3 3 10 1136,7 3 10 0 0 1 3,3 723,3 2 6,7 4 13,3 2 6,7 Pendidikan SD SLTP SLTA Sarjana 620 9 30 11 36,7 4 13,3 3 10 6 20 4 13,3 2 6,7 3 10 3 10 7 23,3 2 6,7 Pekerjaan IRT Pensiunan Wiraswasta Petani 14 46,7 7 23,3 8 26,7 1 3,3 10 33,3 2 6,7 3 10 0 0 4 13,3 5 16,7 5 16,7 1 3,3 Universitas Sumatera Utara 1.2. Pengaruh Parasetamol Asetaminofen dan Asam Asetil Salisilat Terhadap Rerata Suhu Tubuh Saat 0, 1 dan 3 Jam pada Kedua Kelompok Perlakuan. Dari 30 orang penderita stroke iskemik yang ikut dalam penelitian, sebelum diberikan perlakuan, didapati 11 orang 73 demam dan 4 orang 26,7 normotermia pada kelompok parasetamol asetaminofen serta 6 orang 40 demam dan 9 orang 60 normotermia pada kelompok asam asetil salisilat. Nilai rerata suhu tubuh pada awal masuk sebelum diberikan perlakuan 0 jam 37,8±0,76 C dan 37,31±0,59 C pada masing-masing kelompok parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat. Setelah diberikan obat, 1 jam kemudian suhu rerata menjadi 37,47±0,72 C dan 36,91±0,68 C, kemudian pengukuran suhu tubuh setelah 3 jam didapati rerata suhu tubuh menjadi 37,03±0,57 C dan 36,73±0,56 C pada masing-masing kelompok parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat. Universitas Sumatera Utara a b Grafik 1. Nilai rerata suhu tubuh: a. Kelompok parasetamol 1000 mg, b. Kelompok asam asetil salisilat 500 mg. Universitas Sumatera Utara Pada tabel 2, dapat dilihat pengaruh parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat terhadap rerata suhu tubuh pada kedua kelompok perlakuan. Berdasarkan uji statistik Anova, terdapat perbedaan suhu tubuh antara awal pengukuran dengan 1 jam dan antara 1 jam dengan 3 jam setelah pemberian antipiretik tetapi tidak bermakna. Perbedaan bermakna dijumpai antara awal pengukuran dan setelah 3 jam pemberian antipiretik parasetamol asetaminofen p=0,003 dan asam asetil salisilat p=0,013. Parasetamol 1000 mg Asam Asetil Salisilat 500 mg Rerata Suhu Tubuh Beda Rerata p a Beda Rerata p b T0 terhadap T1 0,37 0,148 0,40 0,083 T1 terhadap T3 0,44 0,089 0,18 0,428 T0 terhadap T3 0,81 0,003 0,58 0,013 Ket: a uji Anova ; p 0,05 signifikan T0,1 dan 3: rerata suhu tubuh pada 0, 1 dan 3 jam 37,847 C; 37,473 C ; 37,033 C b uji Anova; p 0,05 signifikan T0,1 dan 3: rerata suhu tubuh pada 0, 1 dan 3 jam 37,313 C; 36,913 C ; 36,733 C Tabel 2. Pengaruh parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat terhadap rerata suhu tubuh saat 0, 1 dan 3 jam pada kedua kelompok perlakuan. Universitas Sumatera Utara 1.3. Beda Efek Parasetamol Asetaminofen dengan Asam Asetil Salisilat Terhadap Rerata Suhu Tubuh Saat 0, 1 dan 3 Jam pada Kedua Kelompok Perlakuan Berdasarkan uji t-independent dan Mann-Whitney, tidak terdapat perbedaan efek parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat terhadap suhu tubuh pada kedua kelompok perlakuan, baik pada awal pengukuran maupun setelah 1 dan 3 jam pemberian antipiretik tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Rerata Suhu Tubuh Parasetamol 1000 mg Asam Asetil Salisilat 500 mg p T0 n;x±SD 15 ; 37,84±0,76 15 ; 37,31±0,59 0,410 a T1 n;x±SD 15 ; 37,47±0,72 15 ; 36,91±0,68 0,098 b T3 n;x±SD 15 ; 37,03±0,57 15 ; 36,73±0,56 0,187 b Keterangan: a uji t-independent ; b uji Mann-Whitney ; n = jumlah sampel ; x = rerata suhu tubuh ; SD = standar deviasi Tabel 3. Beda efek parasetamol asetaminofen dengan asam asetil salisilat terhadap rerata suhu tubuh saat 0, 1 dan 3 jam pada kedua kelompok perlakuan. Universitas Sumatera Utara

1.4. Pengaruh Parasetamol Asetaminofen dan Asam Asetil Salisilat Terhadap

Outcome pada Kedua Kelompok Perlakuan Uji statistik Wilcoxon dipakai untuk melihat pengaruh pemberian parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat pada outcome NIHSS dan mRS, dimana tidak dijumpai pengaruh perubahan bermakna pada outcome NIHSS dan mRS pada hari ke-14 pada masing-masing kelompok perlakuan. Dimana nilai p = 0,317 dan p = 0,317 untuk NIHSS dan mRS pada kelompok parasetamol asetaminofen serta p=0,083 dan p=0,317 untuk NIHSS dan mRS pada kelompok asam asetil salisilat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. Outcome Perubahan n p a Parasetamol 1000 mg NIHSS mRS Berubah Tetap Berubah Tetap 426,67 1173,33 16,67 1493,33 0,317 0,317 Asam Asetil Salisilat 500 mg NIHSS mRS Berubah Tetap Berubah Tetap 320,00 1280,00 16,67 1493,33 0,083 0,317 a Uji Wilcoxon Tabel 4. Pengaruh terhadap outcome pada kedua kelompok perlakuan Universitas Sumatera Utara

1.5. Perbedaan Outcome

NIHSS atau mRS antar Kedua Kelompok Perlakuan. Perbedaan outcome NIHSS atau mRS antar kelompok yang diberi parasetamol asetaminofen dan asam asetil salisilat dinilai dengan uji statistik Chi Square dan didapati tidak ada perbedaan outcome yang bermakna pada kedua kelompok perlakuan tersebut. Dapat dilihat tabel 5. Outcome Parasetamol 1000 mg Asam Asetil Salisilat 500 Mg p a NIHSS masuk n; Ringan Sedang Berat 2 13,3 9 60,0 4 26,7 2 13,3 10 66,7 3 20,0 0,907 NIHSS hari ke-14 n; Ringan Sedang Berat 5 33,3 5 33,3 5 33,3 3 20,0 11 73,3 1 6,7 0,067 MRS masuk n; Baik Buruk 2 13,3 13 86,7 4 26,7 11 73,3 0,361 MRS hari ke-14 n; Baik Buruk 3 20,0 12 80,0 5 33,3 10 66,7 0,409 Ket: a uji Chi-Square Tabel 5. Perbedaan outcome NIHSS dan mRS antar kedua kelompok perlakuan Universitas Sumatera Utara

2. PEMBAHASAN