11. Produksi per Sampel g
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per sampel g dapat dilihat dari lampiran 35-36. Rataan produksi per sampel dapat dilihat pada
Tabel 12. Tabel 12. Rataan Produksi per Sampel g pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Rataan
T1 26.88
T2 27.16
T3 32.99
T4 26.40
T5 31.39
T6 30.37
T7 28.61
Dari tabel 12 diketahui bahwa rataan produksi per sampel tertinggi
terdapat pada perlakuan T3 32.99 sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T4 26.40.
12. Produksi per Petak Ubin g
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per petak ubin g dapat dilihat dari lampiran 37-39. Rataan produksi per sampel dapat dilihat pada
Tabel 13. Tabel 13. Rataan Produksi per Petak Ubin g pada pemberian soil conditoner
Perlakuan Rataan
T1 926.89a
T2 773.81bc
T3 948.29a
T4 874.88a
T5 739.61c
T6 941.38a
T7 806.44ab
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 13 diketahui bahwa rataan produksi per petak ubin tertinggi terdapat pada perlakuan T3 948.29 sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan T5 739.61.
200 400
600 800
1000
T1 T2
T3 T4
T5 T6
T7
P r
o
d p
e r
P e
t a
k
U b
i n
Perlakuan
Gambar 5. Histogram Produksi per Petak Ubin
13. Produksi Per Hektar ton
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per hektar ton dapat dilihat dari lampiran 40-42. Rataan produksi per hektar dapat dilihat pada
Tabel 14. Tabel 14. Rataan produksi per hektar ton pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Rataan
T1 9.26a
T2 7.73bc
T3 9.49a
T4 8.75a
T5 7.40c
T6 9.42a
T7 8.07ab
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 14 diketahui bahwa rataan produksi per hektar tertinggi terdapat pada perlakuan T3 9,49 sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T5
7.40.
Gambar 6. Histogram Produksi Per Hektar
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Uji efektifitas pemberian soil conditioner pembenah tanah terhadap
pertumbuhan dan produksi padi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian soil conditioner pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk g,
luas daun cm², jumlah malai per sampel tangkai, produksi per petak ubin g, bobot seribu butir g dan produksi per hektar ton. Tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter tinggi tanaman cm, jumlah anakan per sampel batang, bobot kering akar g, jumlah gabah berisi per sampel butir, persentase
gabah berisi , indeks panen, dan produksi per sampel g. Parameter bobot kering tajuk g diketahui menunjukkan hasil
berpengaruh nyata. Dimana rataan tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 61,54 dan terendah terdapat pada perlakuan T3 22,63. Perlakuan T1 terdiri dari 125 kg
Urea dengan dua kali aplikasi. Hal ini menunjukkan dari komposisi pupuk urea tersebut mampu mendapatkan hasil bobot kering tajuk yang tertinggi. Diduga
Tanpa pemberian soil conditioner pada perlakuan ini keadaan tanah dalam keadaan subur terdapat pada Lampiran 45. Unsur hara yang terkandung didalam
tanah mencukupi sehingga unsur hara yang disuplai ketanaman melalui akar membantu tanaman untuk tumbuh secara optimal. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suparyono dan Setyono 1997 menyatakan bahwa tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh
tanaman padi. Kondisi yang baik ditentukan dengan posisi topografi yang berkaitan dengan hidrologi baik, porositas tanahnya rendah dan tingkat
kemasaman tanah yang netral, sehingga mampu menyerap unsur hara yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil uji kontras terhadap parameter bobot kering tajuk menunjukan bahwa perlakuan T1 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan untuk
antar perlakuan lainnya tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini diduga karena dosis pemberian pembenah tanah yang berbeda-beda tidak terlalu
berpengaruh terhadap bobot kering tajuk. Diduga tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup dan berimbang didalam pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Departemen Pertanian 1977 yang menyatakan tanah yang baik adalah tanah yang tercukupi unsur haranya, bahwa unsur hara harus tercukupi dan
berimbang. Akibat kekurangan satu unsur hara saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, meskipun jumlah unsur hara yang lain banyak. Sebaliknya, unsur hara
yang diberikan secara berlebihan juga akan mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman
Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian soil conditioner berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun. Hal ini diduga unsur hara
Nitrogen yang terkandung memiliki banyak manfaat terhadap luas daun bendera. Dikarenakan nitrogen berperan langsung dalam meningkatkan pertambahan
ukuran luas daun. Kemudian nitrogen juga dapat menambah jumlah klorofil didalam daun sehingga kualitas fotosintesis baik untuk pertambahan ukuran luas
daun. Ini sesuai dengan pernyataan Departemen Pertanian 1977 yang menyatakan bahwa peranan unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah
sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan klorofil karena itu unsur N mempunyai salah satu fungsi menambah ukuran daun dan
besar gabah serta memperbaiki kualitas tanaman dan gabah.
Universitas Sumatera Utara
Luas daun terbesar adalah terdapat pada perlakuan T6 4,13 dan terendah pada perlakuan T1 2,71. T6 terdiri dari 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea
dua kali aplikasi, dimana pemberian soil conditioner berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun. Pemberian soil conditioner pembenah tanah diduga
menyeimbangi unsur hara yang diberikan pada tanaman padi tersebut. Untuk proses fotosintesis diperlukan unsur Nitrogen yang tercukupi. Diduga dengan
pemberian 62,5 kg Urea unsur hara tercukupi dengan ditambahkan soil conditioner sebanyak 250 ml, karena soil conditioner pembenah tanah juga
mempunyai fungsi mensuplai unsur hara tertentu. Dan unsur hara yang berperan untuk partumbuhan luas daun adalah N yang terkandung didalam Urea. Pemberian
pembenah tanah tersebut membantu dalam penyuplaian unsur nitrogen didalam tanah. Melalui unsur hara nitrogen akan terjadinya proses fotosintesis dengan
adanya klorofil. Dimana klorofil diperoleh dari unsur nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pranata 2010 nitrogen juga berperan dalam pembentukan zat
hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak,
dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Dan juga sesuai dengan pernyataan Dariah 2007 yaitu beberapa bahan pembenah tanah juga mampu menyuplai
unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan seringkali tidak semua unsur hara terkandung dalam bahan pembenah tanah dan dapat segera digunakan
untuk tanaman. Dilihat dari parameter jumlah malai per sampel, hasil analisis sidik ragam
menyatakan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah malai per sampel. Dilihat perlakuan yang tertinggi terdapat pada T1 20,80 yaitu 125 kg Urea dua
Universitas Sumatera Utara
kali aplikasi. Dengan pemberian Urea 125 kg dua kali aplikasi, diduga konsentrasi N sudah dapat meningkatkan jumlah malai per sampel walau tanpa pemberian soil
conditioner pembenah tanah. keadaan tanah yang subur tanpa pemberian soil conditioner pembenah tanah sudah mencukupi tanaman menerima unsur hara
yang akan ditranslokasikan. Didalam tanah yang subur terdapat mikroorganisme tanah yang mampu menguraikan unsur hara sehingga mudah diserap tanaman.
Sehingga dapat diharapkan produksi tanaman padi meningkat dari jumlah bulir pada malai juga meningkat. Parnata 2010 menyatakan fungsi lain dari
mikroorganisme adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Keadaan ini akan meningkatkan produksi
tanaman karena penyaluran air dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancar. Hasil uji kontras jumlah malai perumpun menunjukan hasil yang berbeda
nyata dari perlakuan T1 terhadap semua perlakuan, namun tidak menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuannya. Diduga penggunaan soil conditioner
pembenah tanah belum mampu menggantikan fungsi pemberian pupuk Nitrogen. Dimana nitrogen banyak manfaatnya salah satunya sangat berperan
dalam pembentukan klorofil didalam pengisian gabah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemartono, Samad dan Harjono 1982 bahwa unsur hara N
mempunyai fungsi untuk mempergiat pembentukan klorofil, memperbanyak anakan, mempercepat pertumbuhan dan menambah lebar luas daun.
Dari data pengamatan parameter bobot 1000 butir berpengaruh nyata terhadap pemberian soil conditioner pada tanaman padi. Perlakuan yang tertinggi
terdapat pada perlakuan T3 30,39 yaitu 2,5 ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi. Dapat dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa perlu adanya keseimbangan hara pada tanaman untuk dapat memproduksi dengan maksimal. Pemberian Urea sebanyak 62,5 kg belum mencukupi hara yang
akan diserap tanaman. Diduga dengan pemberian soil conditioner membantu tanah mensuplai dan mempelancar nutrisi atau hara yang akan ditranslokasikan
ketanaman. Soil conditioner juga dapat sebagai pengganti bahan anorganik yang apabila berlebihan dapat merusak tanah serta menurunkan kualitas produksi padi.
Sesuai dengan pernyataan Nugraha dan Sulistyawati 2010 bahwa penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus menerus dapat mengganggu
keseimbangan hara, penipisan unsur mikro seperti Zn, Fe, Cu, Mn, dan Mo di dalam tanah, mempengaruhi aktivitas organisme tanah, serta menurunkan
produktivitas pertanian padi dalam jangka panjang. Selain itu penggunaan pupuk kimia dengan harga yang cukup mahal menyebabkan tingginya biaya produksi
pertanian padi. Pemberian soil conditioner pada tanaman padi berpengaruh nyata terhadap
parameter produksi perpetak ubin. Hai ini diduga bahwa pemberian soil conditioner pada tanah mampu meningkatkan fungsi tanah lebih baik, dimana
membantu ketersediaan unsur hara didalam tanah yang dibutuhkan tanaman. Melalui ketersediaan unsur hara tersebut tanaman padi mampu menghasilkan
gabah berisi yang bernilai ekonomi sehingga produksi yang didapatkan dapat sesuai keinginan petani. Sesuai dengan pernyataan Smith 2010 menyatakan
bahwa pembenah tanah juga menambahkan nutrisi, memperkaya tanah memberikan kesempatan untuk tanaman dapat tumbuh lebih besar dan lebih kuat.
Pengujian dengan uji kontras pada parameter produksi per petak ubin menunjukkan bahwa perlakuan T1 125 kg Urea sebanyak dua kali berbeda tidak
Universitas Sumatera Utara
nyata pada semua perlakuan. Sedangkan T3 2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dengan dua kali aplikasi berbeda tidak
nyata dengan T4 0ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan
125 kg Urea 2MSPT, 62,5 kg Urea 7 MSPT. Dilihat dari hasil uji kontras T4 dapat menggantikan T3 tetapi perlu penambahan 50 Urea pada aplikasi pupuk
yang pertama, namun dosis soil conditioner dapat diperkecil pada aplikasi benih. Menunjukkan dengan 2,5ml soil conditioner aplikasi benih + 250 ml soil
conditioner dilapang dapat menggantikan dosis urea dilapang 50 dua kali aplikasi, dan dengan 0 ml soil conditioner aplikasi benih + 250 ml soil conditioner
dilapang hanya dapat menggantikan dosis urea 50 satu kali aplikasi. Dari hasil sidik ragam parameter produksi per hektar berpengaruh nyata
terhadap pemberian soil conditioner. Dan memperoleh rataan tertinggi pada parameter produksi per hektar yaitu pada perlakuan T3 9.49. Penggunaan
pembenah tanah dengan kombinasi pupuk urea telah mampu manghasilkan produksi perhektar dengan maksimal. Angka 9.49 tonha cukup baik dalam angka
produksi dibandingkan pada deskripsi Lampiran 1 produksi per ha mencapai 6,05 tonha dimana ada peningkatan angka produksi. Penyerapan unsur hara yang
optimal dibantu dengan adanya mikroorganisme didalam tanah dapat menstabilkan keadaan kimia dan fisika tanah yang bersimbiosis dengan tanaman.
Melalui pembenah tanah sebanyak 250 ml pada aplikasi dilapangan, diduga pembenah tanah tersebut mampu menyetarakan keadaan sifat fisik dan kimia
tanah sehingga penyerapan unsur hara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parnata 2010 menyatakan bahwa kandungan terdapat didalam soil conditioner
mampu membuat mikroorganisme berperan dalam menstabilkan keadaan kimia
Universitas Sumatera Utara
dan fisika tanah, sehingga secara keseluruhan merupakan pembenah tanah. Akibatnya ada perubahan rotasi dan penyerapan unsur hara menjadi optimal.
Produksi per sampel berpengaruh tidak nyata terhadap pemberian soil conditioner pada tanaman padi. Diduga cara pemberian Urea pada tanaman
menjadi salah satu faktor pada pertumbuhan tanaman. Pemberian Urea dilakukan dengan cara sebar memungkinkan adanya ketidakmerataan pada saat pemberian
Urea pada tanaman padi. Dikarenakan pengambilan sampel kebanyakan berada ditengah sehingga dapat terjadi kekurangan unsur hara. Unsur N pada Urea
berperan penting didalam pengisian gabah. Oleh karena itu cara pemberian Urea juga harus diperhatikan.
Hasil analisis sidik ragam bobot kering akar Lampiran 20 diketahui bahwa pemberian soil conditioner berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
akar. Akar tanaman padi tergolong akar yang mudah beradaptasi pada lahan apapun baik yang kondisi tergenang maupun tidak tergenang dan sangat baik
dalam menyerap unsur hara yang tersedia. Sehingga pada pemberian pembenah tanah tidak menunjukkan perbedaan, berpengaruh tidak nyata karena masing –
masing akar tanaman bekerja dengan optimal. Purwono dan Purnamawati 2007 menyatakan bahwa akar tanaman padi adalah akar yang sangat baik dan efektif
dalam penyerapan unsur hara tetapi peka terhadap kekeringan. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang anaerob karena pada akarnya terdapat
saluran aerenchyma. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi juga dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang lahan kering,
ladang yang kondisinya aerob.
Universitas Sumatera Utara
Rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan T1 41,04 terdiri dari 125 kg Urea dua kali aplikasi. Rataan tertinggi pada perlakuan T1 juga
terdapat pada parameter berat kering tajuk 61,54, gabah berisi 902.43, dan jumlah malai per sampel 20,80. Perakaran padi yang memiliki ketebalan dan
kuat terbukti mampu menyediakan dan mensuplai unsur hara yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tanaman untuk pertumbuhan bagian – bagian
dari tanaman tersebut. Akar mampu menyerap air dan zat-zat yang terlarut dari dalam tanah sebagai pendukung tumbuh dan berkembangnya tumbuhan serta
sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan yang berguna bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suardi 2002 yang menyatakan bahwa perakaran
yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama saat
stadia pengisian gabah. Parameter gabah berisi berpengaruh tidak nyata terhadap pemberian soil
conditioner. Ini diduga pada keadaan lingkungan seperti serangan hama. Perlu dilakukanya pemberantasan hama pada tanaman padi yang sangat menganggu saat
pengisian bulir padi. Pada saat penelitian terdapat hama walang sangit yang sangat gemar sekali menghisap hasil fotosintesis pada bulir padi sehingga gabah padi
sering kosong yang menyebabkan produksi gabah berisi menjadi berkurang. Sesuai dengan pernyataan AAK 1990 menyatakan hama juga menyerang buah
padi dalam kondisi masak susu dengan cara menghisap cairannya sehingga menjadi koponghampa, dan perkembangannya kurang baik.
Dari hasil analisis sidik ragam, pemberian soil conditioner berpengaruh tidak nyata pada parameter indeks panen. Hal ini dapat diduga bahwa pemberian
Universitas Sumatera Utara
soil conditioner tidak memberikan pengaruh besar yang mampu meningkatkan nilai jual padi yang diharapkan petani, dimana Indeks panen tersebut memiliki
pengertian adalah cara dalam mengetahui berapa persen bagian tanaman yang dapat dijual dengan otomatis bernilai ekonomi. Tanah pasar melintang juga
tergolong bukan tanah masam yaitu dengan ph tanah 5,62 Lampiran 45 sehingga unsur hara pada tanah tersedia oleh karena itu kemungkinan pembenah tanah tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Smith 2010 menyatakan bahwa pembenah tersebut dapat
ditambahkan untuk meningkatkan pH tanah untuk menyesuaikan kebutuhan tanaman tertentu atau untuk memanfaatkan tanah masam. Sedangkan tanah
didaerah pasar melintang bukan tanah masam. Pada pengamatan parameter tinggi tanaman 10 MST, rataan tertinggi
terdapat pada perlakuan T1 79,40 dan terendah terdapat pada perlakuan T5 71,87. Ini menandakan pemberian pembenah tanah tidak memberikan efek bagi
pertumbuhan tinggi tanaman padi. Melalui unsur hara N yang didapat pada urea mampu memperoleh tinggi yang lebih dibandingkan dengan penambahan
pembenah tanah pada perlakuan. Unsur hara N tercukupi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, dengan tidak memberikan pembenah tanah yang dapat
juga sebagai pemberi nutrisi atau unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu pada perlakuan T1 menyebabkan tidak kelebihan unsur hara yang dapat menjadikan
tanaman kerdil. Kelebihan unsur hara juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemartono, Samad dan Harjono
1982 bahwa unsur hara N mempunyai fungsi untuk mempergiat pembentukan klorofil, memperbanyak anakan, mempercepat pertumbuhan dan menambah lebar
Universitas Sumatera Utara
luas daun. Dan pernyataan Smith 2010 menyatakan bahwa pembenah tanah juga menambahkan nutrisi, memperkaya tanah memberikan kesempatan untuk
tanaman dapat tumbuh lebih besar dan lebih kuat. Rataan jumlah anakan yang tertinggi 10 MST dari hasil sidik ragam
diperoleh pada perlakuan T1 21,33 dan terendah terdapat pada perlakuan T5 15,90 dimana rataan tertinggi parameter jumlah anakan juga sesuai dengan
rataan tertinggi parameter tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T1. Untuk memperoleh jumlah anakan yang banyak dikehendaki pengaturan dalam jarak
tanam yang tidak terlalu rapat karena memungkinkannya pertumbuhan anakan akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemartono, Samad dan
Harjono 1982 yaitu menanam bibit disawah biasanya dilaksanakan dengan pola tanam tertentu. Penanaman padi perlu diatur agar tidak terjadi persaingan yang
hebat untuk mendapatkan unsur-unsur makanan dan cahaya matahari, penyianganpun mudah. Penanaman yang terlalu dalam dapat juga menyebabkan
pertumbuhan akar terlambat dan anakan berkurang. Pengujian dengan uji kontras pada parameter produksi per hektar
menunjukkan bahwa perlakuan T1 mendapat dosis 125 kg Urea sebanyak dua kali berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan. Dari hasil sidik ragam
T1 125 kg Urea sebanyak dua kali , T3 2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dengan dua kali aplikasi dilapang, T4
250 ml soil conditioner dan 125 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST dilapang, T6 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang berbeda
nyata terhadap perlakuan T5 1,5ml soil conditioner aplikasi benih dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang dan T2 2,0 ml soil conditioner aplikasi benih,
Universitas Sumatera Utara
250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang. Dilihat dari hasil sidik ragam produksi per hektar yang tertinggi terdapat pada perlakuan T3
2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang. Menunjukkan dengan 2,5 ml aplikasi benih dan 250
ml soil conditioner aplikasi lapang produksi gabah per hektar optimal dibanding dengan hanya 1,5 ml dan 2,0 ml soil conditioner kemudian mampu menggantikan
dosis Urea dilapang sebesar 50. Produksi per hektar tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu 9,49 ton
ha. Perlakuan T3 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan T1 9,26 tonha, T4 8,75 tonha, dan T6 9,42 tonha. Kombinasi dosis pemberian pupuk pada perlakuan T3
dan T4 ada memiliki perbedaan pada dosis pupuk Urea. Pada perlakuan T3 62,5 kgplot digunakan dosis pupuk Urea yang lebih tinggi dari perlakuan T4 125
kgplot, dan pada perlakuan T3 dengan T6 ada perbedaan pada pemberian konsentrasi soil conditioner saat aplikasi benih, ini berarti pemberian soil
conditioner 250 ml dilapang memberikan efek yang sama pada perlakuan walaupun perlakuan tersebut menggunakan dosis Urea yang berbeda. Petani dapat
menghemat pengunaan pupuk anorganik melalui pembenah tanah tersebut. Karena pengunaan pupuk anorganik yang berlebih mengakibatkan kerusakan tanah. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Dariah 2007 Lahan yang mengalami degradasi penurunan kualitas semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik dari segi luasan
maupun tingkat degradasinya. Oleh karena itu dibedakan suatu usaha untuk mempercepat laju pemulihan lahan-lahan tersebut. Salah satunya dengan
penggunahan bahan pembenah tanah. Kemudian pada perlakuan T3 dengan dosis pupuk Urea 62,5 kgplot berbeda tidak nyata dari T1 yaitu 125 kgplot Urea tanpa
Universitas Sumatera Utara
soil conditioner, yang berarti pemberian soil conditioner dilapang telah mampu menggantikan dosis urea 50 dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian soil conditioner pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap
parameter bobot kering tajuk g, luas daun cm³, jumlah malai per sampel tangkai, produksi perpetak ubin g, bobot seribu butir g dan
produksi perhektar ton. 2.
Dari seluruh perlakuan, perlakuan T3 2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang
adalah yang paling baik untuk produksi padi per hektarnya ton karena mendapatkan hasil yang lebih dari perlakuan lain yaitu sebesar 9.49
tonha. Dan terendah pada perlakuan T5 1,5ml soil conditioner aplikasi benih dan 6,25 kg Urea dua kali aplikasi dilapang sebesar 7.40 tonha.
3. Perlakuan yang paling tinggi menghasilkan produksi terdapat pada
perlakuan T3 dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan T1, T4 dan T6.
Saran
Dari hasil penelitian disarankan untuk penanaman padi sistem legowo varietas inpari 3 menggunakan 2,5ml soil conditioner yang diaplikasikan kebenih,
250 ml soil conditioner diaplikasikan kelapang dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aak, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jakarta BPTP BANTEN. 2009. Budidaya Padi Hibrida.http:www.bptp-sulsel.com.
diakses 21 Juli 2010. BPS. 2010. Produksi Padi, Jagung dan Kedelei. Http:www.BPS.com.
[19 Agustus 010]. Dariah, A. 2007. Bahan pembenah tanah: prospek dan pemanfaatannya. Dikutip
dari sinar Tani edisi mei 2007 : http:www.pustaka-deptan.go.idinovasi Departemen Pertanian. 1977. Pedoman bercocok tanam Padi Palawija Sayur-
sayuran. Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS. Jakarta. Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan Dan Air. 2007. Penjelasan Istilah.
XA23
. Diakses 21 Juli 2010.
Grish, D. H. 1960. Rice. Longmans Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta Hasibuan, B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Usu Press. Medan
Hasyim, H., 2000. Padi. USU Press, Medan. Iqbal, A. 2010. Peran mikroorganisme Dalam Kehidupan.
http:iqbalali.com2010. [20 januari 2011]. Indiamart. 2010. Kekuatan soil conditioner.
Http:www.indiamart.comarihantbiofertichemsoil-conditioner.html. [18 Desember 2010].
Luh, BS. 1991. Rice Volume I. Van Nostrand Reinhold, University of California New York.
Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Purwono, L dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit Agromedia. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Penebar swadaya. Jakarta Nugraha, R dan Sulistyawati, E. 2010. Efektivitas Kompos Sampah Perkotaan
Sebagai Pupuk Organik Dalam Meningkatkan Produktivitas dan Menurunkan Biaya Produksi Budidaya Padi. Sekolah Tinggi Ilmu
Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.
Smith, S. E., 2010. What is soil conditioner. http: www. wisegeek.comwhat-
is-soil-conditioner.htm. [11 oktober 2010]. Soemartono, B. Samad, dan R. Hadjono. 1982. Bercocok Tanam Padi. Penerbit
Cv. Yasaguna. Jakarta. Suardi, D. 2002. Perakaran Padi Dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman
Terhadap Kekeringan dan Hasil. Jurnal. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
Subagyono, K., A. Dariah, E. Surmaini dan U. Kurnia. 2001. Pengelolaan Air Pada Lahan Sawah. Diusulkan sebagai salah satu bab dalam buku Lahan
Sawah Dan Pengelolaannya.
Sugeng, H. R. 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang. Sumarseno. 2010. Sistem Legowo Dongkrak Produksi Padi. www.Sripoku.com.
[11 oktober 2010]. Suparyono dan Setyono, A. 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.
Penebar Swadaya. Jakarta. Warintekristek. 2008. Padi Oryza sativa. Http:www. warintek.ristek.go.id. [4
September 2009]. Warintekbantul . 2008. Padi Oryza sativa. Http:warintekbantul.go.id. [30
September 2009].
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan
: BP3448E-4-2 Asal persilangan
: DigulBPT164-C-68-7-2 Golongan
: Cere
Umur tanaman : 110 hari
Bentuk tanaman : Sedang
Tinggi tanaman : 95 – 100 cm
Anakan produktif : 17 anakan
Warna kaki
: Hijau
Warna telinga daun : Putih
Warna lidah daun : Hijau
Warna daun
: Hijau
Permukaan daun : Kasar
Posisi daun
: Tegak
Posisi daun bendera : Tegak
Warna batang : Hijau
Kerebahan :
Sedang Kerontokan
: Sedang
Bentuk gabah : Panjang Ramping
Warna gabah : Kuning Bersih
Rata-rata hasil : 6,05 tonha
Potensi hasil : 7,52 tonha GKG
Bobot 1000butir : 24 gr
Tekstur nasi
: Pulen
Kadar amilosa
: 20,57
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan terhadap hama wereng batang coklat
1,2 dan agak rentan terhadap biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap hawar daun, bakteri strain III,
agak rentan terhadap bakteri hawar daun strain IV dan VIII, agak tahan terhadap virus tungro
inokulum varian 073, 013 dan 031.
Keterangan : Cocok ditanam pada lahan irigasi pada ketinggian
tempat sampai 600 mdpl. Pengusul
: Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi
Dilepas tahun
: 2008
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Bagan Percobaan
T6 T1 T6 T3
T4 T3 T1 T5
T7 T6 T7 T2
T2 T5 T2 T6
T3 T7 T5 T4
T5 T4 T4 T7
T1 T2 T3 T1
Jarak Tanam
: 20 x 10 cm Jumlah
Plot :
28 Jarak antar plot
: 50 cm Jarak antar Blok
: 30 cm Ukuran Plot
: 5 m x 4 m
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3 Bagan Sistem Tanam Legowo
X = padi Jarak Tanam 20 cm x 10 cm
40Cm
10Cm
20Cm
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Jenis Kegiatan
Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Persiapan Areal
persemaian X
2 Penyemaian
Benih X
3 Persiapan areal
tanam X
4 Pembuatan Plot
Percobaan X
5 Pembuatan Jarak
Tanam X
6 Penanaman Bibit X
7 Pemeliharaan
Tanaman Penyulaman
X Penyiangan
X X X X Pemupukan
X X Pengendalian
HP X X X
Pemanenan X
8 Pengamatan
Parameter Tinggi
Tanaman X
X X Jumlah Anakan
per Rumpun X
X X Luas daun
X Bobot kering
tajuk X
Bobot kering akar
X Jumlah malai per
rumpun X
Jumlah Gabah berisi per
rumpun X
Persentase gabah berisi per
rumpun X
Bobot 1000
butir X Produksi per
sampel X
Produksi per petak ubinan
X Produksi
tanaman per Ha X
Kadar air
benih X Indeks
panen X
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST cm
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III
IV T1 51.56
46.26 39.28
53.64 190.74 47.69
T2 46.22 48.88
48.39 49.10 192.59
48.15 T3 50.02
47.36 44.57
49.90 191.85 47.96
T4 45.49 49.29
48.87 49.90 193.55
48.39 T5 47.08
46.14 51.05
50.33 194.60 48.65
T6 46.95 51.73
45.84 48.70 193.22
48.31 T7 50.19
44.54 47.07
44.00 185.80 46.45
Total 337.51 334.20 325.07 345.57 1342.35 Rataan 48.22 47.74 46.44 49.37
47.94
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
SK dB
JK KT
fhit Ftab5
Ulangan 3 30.84132 10.28044
0.97 tn
3.16 Perlakuan 6 12.66504
2.11084 0.20 tn
2.66 Galat 18 190.29
10.57153 Total 27 233.79
FK 64353.7 KK 0.067821
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST cm
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III
IV T1 70.03
67.80 51.70
68.35 257.88 64.47
T2 59.10 62.20
60.15 63.85 245.30
61.33 T3 62.15
64.60 58.60
68.50 253.85 63.46
T4 62.90 61.25
63.65 69.65 257.45
64.36 T5 62.30
59.15 67.25
33.70 222.40 55.60
T6 58.85 66.60
55.55 65.45 246.45
61.61 T7 61.30
56.95 60.10
60.20 238.55 59.64
Total 436.63 438.55 417.00 429.70 1721.88 Rataan 62.38 62.65 59.57 61.39
61.50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5
Ulangan 3 40.75226 13.58409
0.23 tn
3.16 Perlakuan 6 236.7531
39.45885 0.67
tn 2.66
Galat 18 1052.51
58.47264 Total 27
1330.01 FK 105888.2
KK 0.124346
Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST cm
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III
IV T1 87.97
82.55 69.37
78.00 317.89 79.47
T2 71.40 72.25
73.50 75.60 292.75
73.19 T3 73.60
76.80 71.40
80.50 302.30 75.58
T4 76.65 71.48
74.15 76.50 298.78
74.70 T5 77.00
63.26 72.20
75.00 287.46 71.87
T6 71.45 84.15
67.90 76.45 299.95
74.99 T7 72.50
67.45 71.70
78.05 289.70 72.43
Total 530.57 517.94 500.22 540.10 2088.83 Rataan 75.80 73.99 71.46 77.16
74.60
Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
SK dB JK KT Fhit Ftab5
Ulangan 3 127.3827 42.4609
1.70 tn
3.16 Perlakuan 6 156.1958
26.03263 1.04
tn 2.66
Galat 18 449.37 24.96526
Total 27 732.95 FK 155828.5
KK 0.066977
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST batang
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III
IV T1 13.20 9.90 4.20 14.40 41.70 10.43
T2 8.60 12.10
10.60 9.90 41.20
10.30 T3 9.20
10.10 10.20
13.00 42.50 10.63
T4 9.00 12.70
11.80 16.30 49.80
12.45 T5 11.10
10.50 14.10
12.80 48.50 12.13 T6 11.40
10.70 9.90 12.60 44.60 11.15 T7 9.40 9.10
10.20 6.30 35.00 8.75
Total 71.90 75.10 71.00 85.30 303.30 Rataan 10.27 10.73 10.14 12.19
10.83
Lampiran 12. Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 MST
SK dB JK
KT fhit Ftab5
Ulangan 3 18.42679 6.142262 1.04
tn 3.16
Perlakuan 6 36.86857 6.144762 1.04
tn 2.66
Galat 18 106.45 5.913651
Total 27 161.74
FK 3285.389 KK 0.224499
Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST batang
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III IV
T1 17.10 14.90
6.20 24.50 62.70 15.68
T2 12.70 10.30
12.80 18.80 54.60 13.65
T3 13.70 14.90
12.40 23.40 64.40 16.10
T4 15.70 11.80
14.00 20.90 62.40 15.60
T5 14.50 10.20
11.10 24.90 60.70 15.18
T6 12.50 18.00
11.10 24.30 65.90 16.48
T7 13.30 9.50 12.00 18.30 53.10 13.28
Total 99.50 89.60
79.60 155.10 423.80
Rataan 14.21 12.80
11.37 22.16
15.14
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Sidik Ragam Jumlah Anakan 6 MST
SK dB JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3 488.4243 162.8081 23.21
3.16 Perlakuan 6
35.60429 5.934048 0.85 tn
2.66 Galat 18 126.28 7.015317
Total 27 650.30 FK 6414.516
KK 0.174993
Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Anakan 8 MST batang
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III IV
T1 20.22 23.90 19.60 21.60 85.32 21.33
T2 11.50 14.90 20.20 19.60 66.20 16.55
T3 12.80 15.60 23.90 24.50 76.80 19.20
T4 22.20 14.30 18.10 22.40 77.00 19.25
T5 14.60 14.10 14.10 20.80 63.60 15.90
T6 13.90 19.20 11.40 28.50 73.00 18.25
T7 13.40 11.80 18.30 23.60 67.10 16.78
Total 108.62 113.80 125.60 161.00 509.02
Rataan 15.52 16.26
17.94 23.00
18.18
Lampiran 16. Sidik Ragam Jumlah Anakan 8 MST
SK dB JK KT
fhit Ftab5
Ulangan 3 238.5259 79.50864 5.49 3.16
Perlakuan 6 87.78209 14.63035 1.01
tn 2.66
Galat 18 260.81 14.48941 Total 27 587.12
FK 9253.701 KK 0.209386
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk g
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III IV
T1 39.52 84.76 80.41 41.45 246.14
61.54a T2 23.57 31.73
25.52 24.19 105.01 26.25b
T3 29.84 15.39 15.91 29.38 90.52
22.63b T4 46.88 14.14
23.36 45.81 130.19 32.55b
T5 31.42 24.12 25.66 24.09 105.29
26.32b T6 15.03 48.30
12.19 36.03 111.55 27.89b
T7 32.09 15.37 11.77 48.88 108.11
27.03b Total 218.35 233.81
194.82 249.83 896.81 Rataan 31.19
33.40 27.83
35.69 32.03
Lampiran 18. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk
SK dB JK KT
fhit Ftab5
Ulangan 3 235.2366 78.41218 0.32 tn 3.16
Perlakuan 6 4269.253 711.5421 2.92
2.66 Galat 18 4392.97 244.0542
Total 27 8897.46 FK 28723.86
KK 0.487754
Lampiran 19. Uji Kontras Bobot Kering Tajuk SK dB
JK KT
fhit Ftab5
Ulangan 3 235.2366 78.41218
0.32129 tn 3.16
Perlakuan 6 4269.253 711.5421
2.915509 2.66
T1 vs semua perlakuan
1 4062.839 4062.839 16.64728
4.41 T1 vs T3
1 26.24501 26.24501
0.107538 tn
4.41 T3 vs T4
1 196.7136 196.7136
0.806024 tn
4.41 T3 vs T5
1 27.26911 27.26911
0.111734 tn
4.41 T4 vs T5
1 77.50125 77.50125
0.317558 tn
4.41 T5 vs T6
1 4.89845
4.89845 0.020071
tn 4.41
T6 vs T7 1
1.4792 1.4792
0.006061 tn
4.41 Galat 18
4392.975 244.0542 4.41
Total 27 8897.46
FK 28723.86 KK 0.487754
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Data Pengamatan Bobot Kering Akar g
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III IV
T1 16.49 68.57 26.92 52.17 164.15 41.04
T2 21.19 31.73
21.79 24.19 98.90 24.73
T3 29.84 15.39
15.91 29.38 90.52 22.63
T4 46.88 14.14 23.36 45.81 130.19 32.55
T5 31.42 24.12
16.49 24.09 96.12 24.03
T6 15.03 48.30 12.19 36.03 111.55 27.89
T7 32.09 15.37
11.77 40.13 99.36 24.84
Total 192.94 217.62
128.43 251.80 790.78 Rataan 27.56
31.09 18.35
35.97 28.24
Lampiran 21. Sidik Ragam Bobot Kering Akar
SK dB JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3
1163.62 387.8732 2.22 tn
3.16 Perlakuan 6
1022.205 170.3674 0.98 tn
2.66 Galat 18 3143.68 174.649
Total 27 5329.51 FK 22333.38
KK 0.467934
Lampiran 22. Data Pengamatan Luas Daun Bendera cm
2
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III IV
T1 2.71 2.79 2.62
2.71 10.83 2.71b T2 3.15 3.37
3.46 3.50 13.48
3.37ab T3 3.39 3.19
3.43 3.57 13.59 3.40a
T4 3.13 3.24 3.53
2.72 12.61 3.15b T5 3.06 3.35
3.42 3.57 13.39 3.35b
T6 3.23 3.30 6.10
3.88 16.51 4.13a T7 3.32 3.29
3.50 3.58 13.68 3.42a
Total 21.98 22.53
26.06 23.52 94.10 Rataan 3.14
3.22 3.72
3.36 3.36
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Sidik Ragam Luas Daun Bendera
SK Db JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3
1.399145 0.466382 1.78 tn
3.16 Perlakuan 6
4.246985 0.707831 2.69 2.66
Galat 18 4.73
0.26268 Total 27
10.37 FK 316.2163
KK 0.152511
Lampiran 24. Uji Kontras Luas Daun Bendera
SK dB JK
KT fhit Ftab5
Ulangan 3 1.399145
0.466382 1.775472 tn
3.16 Perlakuan 6
4.246985 0.707831
2.694646 2.66
T1 vs semua
perlakuan 1 1.987298 1.987298
7.565458 4.41
T1 vs T3 1
0.001485 0.001485
0.005654 tn
4.41 T3 vs T4
1 0.118828
0.118828 0.452368
tn 4.41
T3 vs T5 1
0.004704 0.004704
0.01791 tn
4.41 T4 vs T5
1 0.076245
0.076245 0.290258
tn 4.41
T5 vs T6 1
1.212903 1.212903
4.61741 4.41
T6 vs T7 1
0.999698 0.999698
3.805758 tn
4.41 Galat 18
4.728247 0.26268 Total 27
10.37 FK = 316.2163
KK = 0.152511
Lampiran 25. Data Pengamatan Jumlah Malai per Sampel tangkai
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III IV
T1 15.10 23.50
20.10 24.50 83.20 20.80a
T2 12.00 11.10
11.70 12.30 47.10 11.78b
T3 10.30 10.30
11.60 14.20 46.40 11.60b
T4 18.50 7.90
8.80 9.50 44.70 11.18b
T5 12.10 9.90 12.50 12.10 46.60 11.65b
T6 10.00 13.00
9.40 18.30 50.70 12.68b
T7 12.90 9.00 12.00 15.10 49.00 12.25b
Total 90.90 84.70
86.10 106.00 367.70
Rataan 12.99 12.10
12.30 15.14
13.13
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. Sidik Ragam Jumlah Malai per Sampel
SK dB JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3
40.75536 13.58512 1.44 tn
3.16 Perlakuan 6
279.9986 46.66643 4.94 2.66
Galat 18 169.95 9.441508 Total 27 490.70
FK 4828.689 KK 0.233983
Lampiran 27. Uji Kontras Jumlai Malai per Sampel
SK dB JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3
40.75536 13.58512 1.438872 tn
3.16 Perlakuan 6
279.9986 46.66643
4.942688 2.66
T1 vs semua
perlakuan 1 274.3815
274.3815 29.06119
4.41 T1 vs T3
1 0.06125
0.06125 0.006487
tn 4.41
T3 vs T4 1
0.36125 0.36125
0.038262 tn
4.41 T3 vs T5
1 0.005
0.005 0.00053
tn 4.41
T4 vs T5 1
0.45125 0.45125
0.047794 tn
4.41 T5 vs T6
1 2.10125
2.10125 0.222554
tn 4.41
T6 vs T7 1
0.36125 0.36125
0.038262 tn
4.41 Galat 18 169.9471 9.441508
Total 27 490.70 FK 4828.689
KK 0.233983
Lampiran 28. Data Pengamatan Jumlah Gabah Berisi Butir
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III IV
T1 785.40 958.10
861.30 1004.90 3609.70
902.43 T2 635.20
669.00 742.50 840.60 2887.30
721.83 T3 623.20
777.90 490.50 952.20 2843.80
710.95 T4 1164.70
459.30 503.50 465.63 2593.13
648.28 T5 824.70
509.60 991.10 730.10 3055.50
763.88 T6 578.30
1035.20 457.80
1167.90 3239.20 809.80
T7 800.70 522.00
815.90 1019.30 3157.90
789.48 Total 5412.20
4931.10 4862.60
6180.63 21386.53 Rataan 773.17 704.44 694.66 882.95
763.80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 29. Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi
SK dB JK KT
fhit Ftab5
Ulangan 3 158115.09
52705.03 0.97
tn 3.16
Perlakuan 6 159565.67
26594.28 0.49
tn 2.66
Galat 18 974259.76
54125.54 Total 27
1291940.52 FK 16335131
KK 0.304592
Lampiran 30. Persentase Gabah Berisi
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III IV
T1 79.22 82.16 82.18 85.13 328.69 82.17
T2 80.19 83.54 83.09 80.76 327.58 81.90
T3 81.17 79.21 83.85 84.38 328.61 82.15
T4 73.93 79.56 81.19 82.59 317.27 79.32
T5 81.94 81.27 81.18 83.38 327.77 81.94
T6 76.28 76.54 82.60 83.37 318.79 79.70
T7 77.38 76.74 83.29 85.31 322.72 80.68
Total 550.11 559.02 577.38 584.92 2271.43
Rataan 78.59 79.86 82.48 83.56
81.12
Lampiran 31. Sidik Ragam Persentase Gabah Berisi
SK dB JK KT fhit
Ftab5 Ulangan 3
110.7056 36.90187
8.61 3.16
Perlakuan 6 35.67435 5.945725
1.39 tn 2.66
Galat 18 77.18
4.287662 Total 27
223.56 FK 184264.6
KK 0.025525
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 32. Data Pengamatan Indeks Panen
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata I II III
IV T1 0.15
0.12 0.13 0.13 0.53 0.13
T2 0.15 0.12
0.13 0.13 0.53 0.13 T3 0.11
0.13 0.11 0.14 0.49 0.12
T4 0.17 0.07
0.08 0.14 0.45 0.11 T5 0.13
0.12 0.13 0.13 0.51 0.13
T6 0.11 0.12
0.14 0.15 0.53 0.13 T7 0.14
0.09 0.17 0.14 0.55 0.14
Total 0.96 0.77
0.88 0.96
3.57 Rataan 0.14
0.11 0.13
0.14 0.13
Lampiran 33. Sidik Ragam Indeks Panen
SK dB JK
KT Fhit Ftab5
Ulangan 3 0.003405 0.001135 2.09
tn 3.16 Perlakuan 6
0.001612 0.000269 0.49 tn
2.66 Galat 18
0.01 0.000544 Total 27
0.01 FK 0.456196
KK 0.182664
Lampiran 34. Data Pengamatan Bobot 1000 butir g
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III
IV T1 26.42
26.42 25.77 26.74 105.35 26.34
T2 25.86 26.66
27.18 28.37 108.08 27.02 T3 29.93
25.97 32.45
33.19 121.55 30.39 T4 25.64
27.77 26.87 26.47 106.74 26.69
T5 29.83 28.23
26.96 30.45 115.48 28.87 T6 27.93
27.53 27.93
35.91 119.31 29.83 T7 27.39
27.00 26.81 29.02 110.22 27.55
Total 193.01 189.58
193.97 210.15 786.72
Rataan 27.57 27.08
27.71 30.02 28.10
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 35. Sidik Ragam Bobot 1000 butir
SK dB JK KT fhit
Ftab5 Ulangan
3 36.10091
12.03364 3.50
3.16 Perlakuan
6 61.50129
10.25022 2.98
2.66 Galat 18 61.94
3.441266 Total 27
159.54 FK 22104.4
KK 0.066024
Lampiran 36. Uji Kontras Bobot 1000 Butir
SK dB JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3
36.10091 12.03364 3.496864 3.16
Perlakuan 6 61.50129 10.25022 2.978618
2.66 T1 vs semua
perlakuan 1 14.46133 14.46133
4.20233 4.41
T1 vs T3 1
22.66889 22.66889 6.58737
tn 4.41
T3 vs T4 1
27.39233 27.39233 7.95996
tn 4.41
T3 vs T5 1
4.605613 4.605613 1.338348 tn
4.41 T4 vs T5
1 9.533889 9.533889
2.77046 tn
4.41 T5 vs T6
1 1.833613 1.833613 0.532831
tn 4.41
T6 vs T7 1
10.32851 10.32851 3.00137
tn 4.41
Galat 18 61.94278 3.441266
Total 27 159.54
FK 22104.4 KK 0.066024
Lampiran 37. Data Pengamatan Produksi per Sampel g
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata
I II III IV
T1 23.16 35.75
19.72 28.87
107.50 26.88
T2 50.46 15.37
17.92 24.90
108.65 27.16
T3 30.20 35.65
17.38 48.74
131.97 32.99
T4 23.23 18.02
24.35 39.99
105.59 26.40
T5 32.38 29.78
27.57 35.84
125.57 31.39
T6 30.53 23.29
35.06 32.61
121.49 30.37
T7 28.70 19.33
29.85 36.56
114.44 28.61
Total 218.66 177.19 171.85
247.51 815.21
Rataan 31.24 25.31
24.55 35.36
29.11
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 38. Sidik Ragam Produksi per Sampel
SK dB JK
KT fhit Ftab5
Ulangan 3 551.4598 183.8199 2.35
tn 3.16 Perlakuan 6
153.0998 25.51664 0.33 tn
2.66 Galat 18 1410.32 78.35137
Total 27 2114.88 FK 23734.43
KK 0.304028 Lampiran 39. Data Pengamatan Produksi per Petak Ubin g
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II III IV
T1 1024.20 926.55
751.95 1004.85
3707.55 926.89a
T2 766.05 745.20
781.80 802.20
3095.25 773.81bc
T3 982.30 1034.85
783.45 992.55
3793.15 948.29a
T4 886.35 949.65
672.30 991.20
3499.50 874.88a
T5 778.65 565.50
755.55 858.75
2958.45 739.61c
T6 1111.95 698.25
909.45 1045.85
3765.50 941.38a
T7 809.40 865.50
704.40 846.45
3225.75 806.44ab
Total 6358.90 5785.50
5358.90 6541.85
24045.15 Rataan 908.41
826.50 765.56 934.55 858.76
Lampiran 40. Sidik Ragam Produksi per Petak Ubin
SK dB JK
KT fhit Ftab5
Ulangan 3 125560.07 41853.36 4.13
3.16 Perlakuan 6
175565.24 29260.87 2.89 2.66
Galat 18 182347.70 10130.43
Total 27 483473.01 FK 20648901
KK 0.117205
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 41. Uji Kontras Produksi per Petak Ubin
SK dB JK KT fhit
Ftab5 Ulangan 3 125560.07
41853.36 4.13145 3.16
Perlakuan 6 175565.24 29260.87
2.888414 2.66 T1 vs semua
perlakuan 1 21662.615
21662.61 2.138371 tn 4.41
T1 vs T3 1
60883.051 60883.05
6.009919 4.41
T3 vs T4 1
10778.79 10778.79
1.064001 tn
4.41 T3 vs T5
1 87090.511
87090.51 8.596923
4.41 T4 vs T5
1 36591.888
36591.89 3.612077
4.41 T5 vs T6
1 81416.213
81416.21 8.036799
tn 4.41
T6 vs T7 1
36416.258 36416.26
3.59474 tn
4.41 Galat 18 182347.7
10130.43 Total 27
483473.01 FK =
20648901 KK =
0.117205
Lampiran 42. Data Pengamatan Produksi per Hektar ton
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata I II
III IV T1
10.24 9.26 7.51 10.04
37.05 9.26a
T2 7.67 7.46
7.82 8.03 30.98 7.75bc
T3 9.84 10.35
7.84 9.93 37.96 9.49a
T4 8.87 9.50
6.72 9.92 35.01 8.75a
T5 7.79 5.66
7.56 8.59 29.60 7.40c
T6 11.12 6.99 9.10
10.50 37.71
9.43a T7 8.10
8.66 7.05
8.47 32.28 8.07ab Total 63.63
57.88 53.60
65.48 240.59
Rataan 9.09 8.27
7.66 9.35 8.59
Lampiran 43. Sidik Ragam Produksi per Hektar
SK dB JK
KT fhit
Ftab5 Ulangan 3 12.65
4.22 4.16
3.16 Perlakuan 6 17.56
2.93 2.89 2.66
Galat 18 18.23
1.01 Total 27
48.45 FK 2067.27
KK 0.117124
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 44. Uji Kontras Produksi per Hektar
SK dB JK KT fhit Ftab5
Ulangan 3 12.65353 4.217842
4.16449 3.16 Perlakuan 6 17.5622
2.927033 2.890009 2.66
T1 vs semua perlakuan
1 2.094867 2.094867
2.068369 tn 4.41 T1 vs T3
1 6.09005
6.09005 6.013017
4.41 T3 vs T4
1 1.087813
1.087813 1.074053
tn 4.41
T3 vs T5 1
8.7362 8.7362
8.625695 4.41
T4 vs T5 1
3.658513 3.658513
3.612236 4.41
T5 vs T6 1
8.221513 8.221513
8.117518 tn
4.41 T6 vs T7
1 3.685613
3.685613 3.638993
tn 4.41
Galat 18 18.2306 1.012811
Total 27 48.45 FK =
2067.27 KK =
0.117124
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 45. Rangkuman Data Rataan Pengamatan Parameter
Perl aku
an
Pengamatan Parameter 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 4 6 8 4 6 8
T1 47.
69 64.
47 79.
47 10.
43 15.
68 21.
33 61.5
4a 41.04
2.7 1b
20.8 0a
122 3.1
8 0.1
3 82.
17 26.3
6b 41.
25 154
4.8 1a
9.23 a
T2 48.
15 61.
33 73.
19 10.
30 13.
65 16.
55 26.2
5b 24.73
3.3 7a
b 11.7
8b 721
.83 0.1
3 81.
90 32.5
5a 31.
39 128
9.6 9bc
7.75 bc
T3 47.
96 63.
46 75.
58 10.
63 16.
10 19.
20 22.6
3b 22.63
3.4 0a
11.6 0b
710 .95
0.1 2
82. 15
33.0 1a
26. 40
158 1.3
1a 9.49
a T4
48. 39
64. 36
74. 70
12. 45
15. 60
19. 25
32.5 5b
32.55 3.1
5b 11.1
8b 648
.28 0.1
1 79.
32 30.9
6a 27.
16 157
0.6 3a
9.43 a
T5 48.
65 55.
60 71.
87 12.
13 15.
18 15.
90 26.3
2b 24.03
3.3 5b
11.6 5b
763 .88
0.1 3
81. 94
32.5 7a
30. 37
123 2.6
9c 7.40
c T6
48. 31
61. 61
74. 99