Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan Di DAS Wanggu terhadap Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara,
KAJIAN DAMPAK DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DI
DAS WANGGU TERHADAP SEDIMENTASI DI TELUK
KENDARI SULAWESI TENGGARA
LA ODE ALWI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
i
ii
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
dalam disertasi yang berjudul :
Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan di DAS Wanggu terhadap
Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara
adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Bogor,
Agustus 2012
La Ode Alwi
NRP.A165070011
iii
iv
ABSTRACT
LA ODE ALWI A165070011. Study on the Dynamic Land Use Impact in
Wanggu Watershed to Sedimentation to Kendary Bay in South East Sulawesi
(under academic supervision of NAIK SINUKABAN as chairman, SOLEH
SOLAHUDDIN, and HIDAYAT PAWITAN as member of supervisiory
committee).
The dynamic of land use in Wanggu Watershed had been causing land
degradation disruption of
hydrological function of the watershed and
sedimentation in Kendari Bay. These degradations were indicated by the
increasing of river fluctuation and erosion was higher than the local tolerable soil
losts. The impact of erosion had further decreased land productivity, farmer’s
income, and also increasing sedimentation in Kendari Bay as well. The objectives
of this research were 1) to identify the biophysical characteristics of Wanggu
watershed. 2) to study the impact of land use dynamic on erosion, run off, river
flow fluctuation and sedimentation in Kendari Bay, 3) to develope land use
models and agrotechnologies that can increase soil infiltration capacity, decrease
run off coefficient, river flow fluctuation, rate of erosion and sedimentation in
Kendari Bay, 4) to formulate land use planning and agrotechnology model in
Wanggu watershed to guarantee sustainable land management. This research was
carried out in September 2009 to August 2010. The result of this research showed
that forested land characteristics were much better than those with other land
uses particularly the characteristics that related to hydrological function of
watershed. There were a continuous decrease forest land (1.1% per year) and
bushes land (0.8% per year) but on the other hand a continuous increase of mixed
plantation land (1.1% per year), dry land use (0.4% per year) and settlement area
(0.4% per year). These dynamic giving the impact to increase erosion rate (12.7
tons/ha), surface run off (262.7 mm), run off coeficient (0.13) since 1992-2010,
and in turn increase sedimentation rate in Kendari Bay. The source of those
sediment come from land erosion 104.000 m3 per year (9,3%), from waste 21.310
m3 per year (2%), and river bank erosion-infrastructure-landslide 954.000 m3 per
year (88,7%), to make total sedimentation in Kendari Bay was 1.071.000 m3 per
year. The existing land use of Wanggu watershed in 2010 could not guarantee
sustainable land management. The alternative land use planning for sustainable
Wanggu watershed management is 33 % forest, 44 % mixed plantation,9% dry
field, 1% bush and 13% settlement. The land use management in mixced
plantation should be under Agrosilvopastoral with perennial crops (cacao,
pepper, citrut fruit, banana, teak, elephant grass+3 cows), and in dry field should
be under multiple cropping system(corn + cassava + peanut) - (green beans +
legume + tomato). To increase productivity of both systems, the using of chemical
fertilizers, manure, and compost should be applied as necessary.
Key Words: Dynamics of land use, river flow fluctuation, erosion, income, sedimentation
v
vi
RINGKASAN
LA ODE ALWI A165070011, Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan Di
DAS Wanggu terhadap Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara,
dibawah bimbingan NAIK SINUKABAN, SOLEH SOLAHUDDIN, dan
HIDAYAT PAWITAN.
Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu periode 1992-2010 telah
menyebabkan degradasi lahan, terganggunya fungsi hidrologi DAS Wanggu dan
terjadinya sedimentasi di teluk Kendari.
Penelitian ini dilaksanakan sejak September 2009 sampai dengan Agustus 2010
di DAS Wanggu, 8 DAS mikro dan Teluk Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian bertujuan: 1) mengkaji dinamika penggunaan lahan dan keadaan
biofisik lahan existing di DAS Wanggu, 2) mengkaji dampak dinamika
penggunaan lahan di DAS Wanggu terhadap penurunaan luas lahan hutan, erosi,
run off, koefisien run off, fluktuasi debit air, pendapatan petani pada kebun
campuran, tegalan/sawah, dan sedimentasi di teluk Kendari, 3) mengembangkan
model perencanaan penggunaan lahan dan agroteknologi alternatif yang mampu
meningkatkan kualitas lahan seperti: kapasitas infiltrasi tanah dan intersepsi
potensial, dan pendapatan petani, menurunkan run off, koefisien run off, laju erosi
dan sedimentasi di teluk Kendari, dan 4) merumuskan model perencanaan
penggunaan lahan dan agrotekonologi alternatif yang tepat dalam pengelolaan
DAS Wanggu berkelanjutan dan kelestarian teluk Kendari.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan pengamatan lapang. Pengamatan
terhadap karakteristik tanah, parameter hidrologi, erosi dan vegetasi dilakukan
dengan membuat plot percobaan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dan
data sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara dan data sekunder. Hasil
pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji BNT0.05 dan
analisis agroteknologi didasarkan pada kondisi fisik lingkungan (secara teknis
dapat diterapkan, secara ekologi dapat memperbaiki lingkungan melaui penurunan
aliran permukaan, erosi dan sedimentasi, dan secara ekonomi dapat meningkatkan
pendapatan dengan menggunakan perhitungan total biaya dan pendapatan, NPV
12% dan kebutuhan hidup layak (KHL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika penggunaan lahan tahun 1992 –
2010 di DAS Wanggu telah menyebabkan: 1) penurunan luas hutan 1,1% luas
DAS per tahun (478,2 ha/th) dan semak belukar 0,8% luas DAS per tahun (366
ha/th) dan diikuti peningkatan luas kebun campuran 1,1% luas DAS per tahun
(485,7 ha/th), tegalan/sawah 0,4% luas DAS per tahun (181,8 ha/th), dan
pemukiman 0,4% luas DAS per tahun (179,8 ha/th), 2) akibatnya memberikan
dampak signifikan terhadap penurunan karakteristik lahan: porositas tanah 19,1%,
bahan orgaink tanah 1,5%, penutupan lahan 30,3%, intersepsi potensial 168,7%,
dan peningkatan: berat volume tanah 0,3 g/cm3, dan meningkatkan indikator
hidrologi: kapasitas infiltrasi 1,8 cm per jam dan permeabilitas tanah 2,1 cm per
jam, run off 289,6 mm per tahun, koefisien run off 17,7% per tahun, erosi 17,4
ton/ha/th.
Dampak perubahan penggunaan lahan di DAS Wanggu periode 1992 – 2010
terhadap debit (Q) sungai Wanggu pada kondisi exsisting pada musim kemarau
vii
memberikan Qmin 3,0 m3/dt dan pada musim hujan Qmax 114,2 m/dt dengan
ratio Qmax dan Qmin sebesar 38,1 dan dampaknya terhadap kualitas air sungai
Wanggu adalah kelas 2 dan tergolong tercemar ringan berdasarkan kriteria standar
baku mutu air (Kepmen LH No. 115/2003) dengan indikator kandungan TSD,
BOD, COD, pH, NO3=, NO2, Fe, Zn, minyak dan lemak, kecuali Cl- masih
tergolong baik dan memenuhi baku mutu air minum, sedangkan kualitas air di
teluk Kendari tergolong tercemar berat oleh DO, COD dan SO4=.
Peningkatan erosi tertinggi di DAS Wanggu terjadi tahun 2010 (555.471,0 ton/th
dengan rataan 12,2 ton/ha/th), tahun 2005 (548.895,0 ton/th dengan rataan 12,1
ton/ha/th), tahun 2000 (497.324,0 ton/th dengan rataan 11,0 ton/ha/th), tahun 1995
(410.545,0 ton/th dengan rataan 9,0 ton/ha/th) dan tahun 1992 (399.435,0 ton/th
dengan rataan 8,8 ton/ha/th) tetapi dampaknya terhadap erosi tahun 1992-2010
tertinggi terjadi tahun 1995-2000 yaitu 86.778,6 ton dan rataan 17.355,7 ton/th
dan dampaknya terendah tahun 2005-2010 yaitu 6.575,6 ton dan rataan 1.315,1
ton/th.
Konstribusi sedimentasi di teluk Kendari periode 1960 – 2010 berasal dari
sedimentasi: erosi lahan sebesar 5.150.182,4 m3 (9,7%), sampah 1.089.165,0 m3
(2,0%) dan erosi (infrastruktur, tebing sungai, tanah longsor) sebesar 49.292.191,7
m3 (88,7%) dengan total sedimentasi sebesar 55.304.766,7 m3 (100%) dari jumlah
penduduk di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro adalah 19.726 jiwa tahun 1960
menjadi 269.559 jiwa tahun 2010.
Rumusan model perencanaan penggunaan lahan dan agrotekonologi alternatif
yang tepat dalam pengelolaan DAS Wanggu berkelanjutan dan kelestarian teluk
Kendari adalah hutan 33% luas DAS, kebun campuran (Agrosilvopastural) 44%
luas DAS dan tegalan/sawah 9% luas DAS) dengan pendapatan bersih Rp
24.000.000 ≥ KHL (Rp 22.000.000 per KK/ha/th), erosi 9,7 ton/ha/th < Etol 12,1
ton/ha/th, dan sedimen < sedimen yang daoat ditoleransikan (sedine 54.300 ton/th
< sedimen ETol 67.700 ton/th), model penggunaaan dan agroteknologi hasil
simulasi ini memenuhi criteria: layak teknis, layak ekologis dan layak ekonomi
skeneario-5.
Kata Kunci: Dinamika penggunaan lahan, fluktuasi aliran sungai, erosi, pendapatan, sedimentasi.
viii
@Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
ix
x
KAJIAN DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI
DAS WANGGU TERHADAP SEDIMENTASI DI TELUK
KENDARI SULAWESI TENGGARA
LA ODE ALWI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
xi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Nama
Instansi
2. Nama
Instansi
: Dr. Ir. Latief M. Rachman, M.Sc, MBA
: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
: Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS
: Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka :
1.
2.
Nama
: Dr. Ir. Eka W. Soegiri, MM
Instansi
: Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS).
Nama
: Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA
Instansi
: Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
xii
(Direktur
Judul Disertasi: Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan di DAS Wanggu
terhadap Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara
Nama
: La Ode Alwi
Nomor Pokok : A165070011
Program Studi : Pengelolaan DAS
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc
Ketua
Prof. Dr. Ir. Soleh Solahuddin, M.Sc
Anggota
Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan DAS,
3. Dekan
Sekolah Pascasarjana,
Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 30 Juli 2012
Tanggal Lulus :
xiii
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan disertasi ini.
Selesainya penelitian dan penulisan disertasi ini, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban,
M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Prof. Dr. Ir. Soleh Solahuddin,
M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc selaku anggota Komisi
Pembimbing atas kesediaannya membimbing dan memberikan masukan/saran
dalam penyelesaian dan penyusunan disertasi hasil penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pula
penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana dan Faperta,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, dan Program Studi Ilmu
Pengelolaan DAS IPB, serta Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Unhalu yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program
Doktor (S3) dan dukungan moril dan materil.
Demikian pula tak lupa saya
sampaikan hal yang sama kepada Pengelola BPPS Dirjen DIKTI Kemendiknas
dan IPB, PT. TIMAS serta Pemda Provinsi Sulawesi Tenggara atas dukungan dan
bantuan dana yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
Kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak sempat
disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan
pengertiannya, serta mohon maaf atas segala kesalahan, terutama komunikasi dan
silaturrahmi yang terganggu akibat penyelesaiaan disertasi ini.
Khusus kepada
istri saya tercinta Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si dan anak-anak saya: Alwan, SP,
Astriwana, SPi, Sitti Alvianti, S.Gz. dan Aljumriana terima kasih yang mendalam
atas do’a, dukungan, dorongan dan segala pengertian, pengorbanan, kesabaran
dan keikhlasan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
disertasi ini. Semoga karya ilmiah dalam bentuk disertasi ini dapat bermanfaat.
Bogor,
Agustus 2012
Penulis
xv
xvi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juli 1958 di Wanci Kabupaten Buton
Sulawesi Tenggara, dari pasangan ayah H. La Ode Rafiuddin (almarhum) dan ibu
Wa Ode Saiha (alarhuma). Menikah tahun 1985 dengan istri bernama Ir Sitti
Marwah anak dari H. Andi Muh. Djufri (almarhum) dan ibu Andi Siti Djulsan
(almarhum). Dikaruniai empat orang anak yaitu: Alawan SP, Astrifana SPi, Sitti
Alvianti S.Gz. dan sitti Aljumriana.
Pendidikan DASar diselesaikan penulis pada tahun 1971 di SD Negeri
Wanci. Pendidikan Menengah Pertama pada tahun 1974 di SMP Negeri Wanci
Kab. Buton, dan Pendidikan Menengah Atas tahun 1978 di SMA Negeri 03
Makassar. Pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Hasanuddin, Fakultas
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, lulus dengan memperoleh ijazah Sarjana
Muda tahun 1981, dan Jurusan Ilmu Tanah, Program Studi Ilmu Kesuburan tanah
dengan lulus memperoleh Sarjana Lengkap tahun 1984.
Penulis menjadi staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo,
Sulawesi Tenggara tahun 1985 sampai sekarang.
Pada Tahun 2004 meraih
Magister Sains (S2) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi ilmu Pengelolaan
DAS, IPB dengan Beasiswa BPPS dari Dirjen DIKTI Depdikbud. Kemudian
pada tahun 2007 mendapat kesempatan kembali melanjutkan studi Program
Doktor (S3) dengan sumber beasiswa BPPS dari Dirjen DIKTI Kemendiknas.
Pada tahun 1986 – 1989 mendapat kepercayaan menjadi Pls Kepala
Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian, tahun 1989 – 1991 menjadi kepala
Laboratorium Ilmu Tanah dan Analitik Fakultas Pertanian Unhalu, tahun 19911997 menjadi Pembantu Dekan Faperta Universitas Haluoleo dan Anggota Senat
Fakultas Pertanian, tahun 1997 – 2000 menjadi Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo serta menjadi Anggota Senat Fakultas Pertanian dan Senat
Universitas Haluoleo tahun 1997 – 2001.
xvii
xviii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
xxv
xxvii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Rumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Kegunaan dan Kebaharuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
3
4
8
8
9
10
11
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Penggunaan Lahan
Dampak Penggunaan Lahan
11
12
15
16
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Erosi
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Sumberdaya Air
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Ketersediaan Air
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Produktivitas Lahan.
16
18
20
22
26
Peranan Konservasi Tanah dan Air terhadap Pelestarian Sumberdaya
Air dan Produktivitas Lahan
31
Konsep Arahan Kebijakan Pengembangan Daerah Aliran Sungai
Analisis Sistem dan Simulasi Model Hidrologi
32
34
Analisis Sistem
Simulasi Model Hidrologi
Model Neraca Air
34
37
38
40
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Jenis, Sumber dan Kegunaan Data
Teknik Pengumpulan Data
40
41
41
43
Erosi Aktual dan Aliran Permukaan Setiap Jenis Penggunaan
Lahan
Debit Aktual Air Sungai
Sifat – Sifat Tanah, Indikator Hidrologi dan Etol
Aspek Sosial Ekonomi
44
xix
44
45
46
Analisis Data
46
Analisis Biofisik DAS Wanggu Ds
Prediksi Erosi di wilayah DAS
Penutupan dan Kondisi Permukaan Lahan
Debit Sungai
Sedimentasi
Sedimentasi di Teluk Kendari
Model Penggunaan Lahan Alternatif dan Agroteknologi di DAS
Wanggu
Prediksi Erosi, Sedimen, ETol dan Sedimen Ditoleransikan (STol)
Analisis Sosial Ekonomi
TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas.
Kedudukan dan Arti Penting DAS Wanggu Ds dan Teluk Kendari
Topografi, Geologi dan Tanah
Iklim dan Hidrologi
Penggunaan Lahan
Vegetasi Penutupan Tanah
Sosial dan Ekonomi.
Kependudukan
Perekonomian
47
49
52
52
53
54
55
56
56
60
60
61
62
64
68
69
72
72
73
Infrastruktur Wilayah
Jaringan Jalan dan Alat Transportasi
Perumahan dan Pemukiman
Listrik dan Air Bersih
HASIL DAN PEMBAHASAN
74
74
76
77
79
Dinamika Penggunaan Lahan di DAS Wanggu
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap KarakteristikLahan
Dampak Dinamika PenggunanLahan terhadap Indikator Hidrologi
dan Erosi Aktual
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Total Prediksi
Erosi, Aliran Permukaan dan Koefisien Aliran Permukaan
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air
Kualitas Air Sungai di DAS Wanggu Ds
Kualitas Air di Perairan Teluk Kendari
79
87
87
89
92
95
95
99
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Sedimentasi di
Teluk Kendari
99
Sedimen yang Bersumber dari Erosi Lahan
Sedimen yang Bersumber dari Sampah Penduduk
100
102
xx
Sedimen dari Erosi Infrastruktur-Tebing Sungai- Tanah
Longsor
Analisis Total Sedimentasi di Teluk Kendari
Total Sedimentasi Berdasarkan Hasil Analisis Peta Batimetri
Total Sedimen di Teluk Kendari Bersumber dari Prediksi Erosi
Lahan, Sampah dan Infrastruktur
104
105
105
111
Evaluasi Kemampuan Lahan dan Agroteknologi
Erosi Versus Erosi yang Dapat Ditoleransikan
Pendapatan Usahatani Versus Pendapatan yang Memenuhi KHL
114
114
116
Analisis Kelayakan Model Penggunaan Lahan Alternatif Di DAS
Wanggu
118
Implikasi Kebijakan
120
121
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
121
122
DAFTAR PUSTAKA
125
LAMPIRAN
133
xxi
xxii
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
1
Jumlah kehilangan unsur hara karena erosi dan panen, rataan
dua tahun pada percobaan di Missouri
28
Tebal dan berat tanah lapisan olah yang tererosi setiap tahun
pada beberapa Sungai di Indonesia
29
3
Jenis, sumber dan kegunaan data penelitian
43
4
Skenario model penggunan lahan di DAS Wanggu
2010
2
5
6
7
8
9.
10
11
12
13
14
Halaman
tahun
55
Bentuk topografi dan luas penyebarannya di DAS Wanggu
dan 8 DAS mikro bermuara di teluk Kendari tahun 2009
63
Jenis tanah dan luas penyebarannya di DAS Wanggu dan 8
DAS mikro tahun 2009
64
Rataan curah hujan bulanan selama 30 tahun (1980-2010 di
DAS Wanggu dan teluk Kendari
65
Debit aliran puncak satu kejadian hujan sungai-sungai di
DAS Wanggu tahun 2003
67
Jenis dan luas penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS
mikro tahun 2009
68
Distribusi penduduk di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
menurut wilayah kecamatan tahun 2008
72
Dinamika penggunaan lahan berdasarkan perubahan luas
masing-masing di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun
1992 – 2010
79
Karakteristik lahan pada berbagai jenis penggunaan lahan
existing di DAS Wanggu tahun 2010
87
Hasil pengamatan indikator hidrologi dan erosi aktual pada
berbagai jenis penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS
mikro tahun 2010
90
Hasil pengukuran debit aliran maximum (Qmax) dan debit
aliran minimum (Qmin) sungai-sungai di DAS Wanggu dan 8
DAS mikro tahun 2009-2010
91
xxiii
15
Total erosi hasil prediksi dan kondisi hidrologi (RO dan C)
sebagai dampak dinamika berbagai penggunaan lahan di
DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 1992-2010
93
Hasil pengukuran parameter kualitas air di sungai Wanggu
tahun 2010
96
17
Kualitas air pada tiga Stasiun Pengukuran di teluk Kendari
99
18
Hasil prediksi erosi lahan, SDR dan sedimentasi di teluk
Kendari yang berasal dari DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 1992-2010
100
Hasil prediksi sedimentasi dari sampah penduduk tahun
1992-2010
103
Hasil analisis daya tampung volume air dan total sedimen
berdasarkan Peta Batimetri Teluk Kendari tahun 1960 – 2010
105
Hasil analisis perubahan luas dan daya tampung air di teluk
Kendari tahun 1960 – 2010
106
Total sedimentasi hasil perhitungan dari Peta Batimetri yang
bersumber dari prediksi erosi lahan, sampah dan ITL periode
32, 3 dan 5 tahunan (1960 – 2010)
112
Erosi, ETol dan erosi versus ETol di DAS Wanggu, tahun
2010
115
Hasil analisis biaya dan pendapatan petani pada kebun
campuran dan tegalan di DAS Wanggu tahun 2010
117
Total erosi, sedimen dan pendapatan petani setiap skenario
model penggunaan lahan alternatif dan agroteknologi di DAS
Wanggu tahun 2010
118
Kriteria keputusan hasil simulasi rencana penggunaan lahan
di DAS Wanggu tahun 2010
119
16
19
20
21
22
23
24
25
26
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Teks
Halaman
Nomor
1
Kerangka pemikiran penelitian
2
Dampak erosi pada tapak (on-site) dan di luar tapak (off-site)
7
17
3
Peta lokasi penelitian (DAS Wanggu dan 8 DAS mikro, dan
teluk Kendari)
40
4
Tahapan analisis data penelitian
59
5
Teluk Kendari dan sekitarnya tampak dari atas
61
6
Vegetasi hutan di Tahura Murhum pada musim kemarau
70
7
Vegetasi manggrove di muara sungai Wanggu dan teluk
Kendari
71
Grafik dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8
DAS mikro tahun 1992- 2010
81
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 1992
82
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 1995
83
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 2000
84
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 2005
85
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 2010
86
Korelasi dinamika penggunaan lahan 5 tahunan dengan
prediksi erosi di DAS Wanggu tahun 1992 – 2010
94
Korelasi dinamika penggunaan lahan dengan koefisien aliran
permukaan (C) di DAS Wanggu tahun 1992–2010
95
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 1960
108
17
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 1995
108
18
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 2000
109
19
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 2005
110
20
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 2010
111
21
Korelasi dinamika penggunaan lahan dengan sedimentasi
lahan dan sampah di DAS Wanggu tahun 1960 – 2010
113
xxv
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
1
Besarnya nilai ETol untuk tanah-tanah di Indonesia (Arsyad,
1989)
131
Nilai faktor kedalaman berbagai jenis tanah (Sub Order
USDA)
132
Kedalaman tanah minimum nilai faktor penggunaan lahan
berbagai jenis tanaman/penggunaan lahan (Hammer, 1981)
133
4
Klasifikasi nilai kepekaan erosi tanah
134
5
Kelas dan kode struktur tanah
134
6
Kelas dan kode permeabilitas profil tanah
134
7
Nilai faktor C berbagai tanaman dan pengelolaan atau tipe
penggunaan lahan
135
Nilai faktor P beberapa tindakan konservasi tanah dan
gabungannya dengan pengelolaan tanaman (CP)
137
Luas dan jenis penggunaan setiap unit lahan di DAS Wanggu
tahun 1992 – 2010
139
Rataan berat volume, total pori dan kadar air tanah setiap
penggunaan masing-masing unit lahan di DAS Wanggu
tahun 2010
141
Hasil pengukuran beberapa parameter fisik lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
143
Kharakteristik tanah di masing-masing unit lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
146
Data unit lahan, lereng, PIT, PER, RC, penggunaan lahan di
DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
148
Tinggi aliran permukaan dan koefisien aliran permukaan
pada kisaran curah hujan terhadap penggunaan lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
150
Hasil pengukuran kapasitas lapang, laju infiltrasi,
permeabilitas tanah, kadar air tanah awal, RO, CRO di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
151
2
3
8
9
10
11
12
13
14
15
xxvii
Halaman
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengaruh dinamika luas penggunaan lahan terhadap aliran
permukaan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 19922010
153
Luas lahan dan koefisien aliran (CRO) di DAS Wanggu dan
8 DAS mikro tahun 1992 – 2010
157
Dampak dinamika perubahan penggunaan lahan terhadap
erosi di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 1992 – 2010
161
Hasil perhitungan beberapa parameter lahan di DAS Wanggu
dan 8 DAS mikro tahun 2010
165
Nilai etol dari masing-masing penggunaan lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
167
Hasil perhitungan sedimentasi dari erosi, sampah dan ITL di
teluk kendari tahun 1992 -2010
170
Hasil analisis biaya dan pendapatan pada kebun campuran
dan tegalan di DAS Wanggu tahun 2010
172
Contoh perhitungan biaya dan pendapatan pada kebun
campuran di unit lahan 56a di DAS Wanggu tahun 2010
173
Contoh perhitungan biaya dan pendapatan pada tegalan di
unit lahan 57a di DAS Wanggu tahun 2010
176
xxviii
PENDAHULUAN
Latar belakang
Peningkatan penduduk yang cukup tinggi di negara sedang berkembang
termasuk Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan pertanian semakin
besar. Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia sejak
akhir tahun 1960-an sampai 1990-an dengan sasaran pencapaian swasembada
pangan, khususnya beras. Bahkan, untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk
dan peningkatan taraf hidup masyarakat, kebijakan pembangunan pertanian
tersebut berlanjut terus-menerus. Selain itu, perkembangan pembangunan juga
telah menyebabkan meningkatnya konversi hutan menjadi lahan pertanian
maupun non pertanian berupa pemukiman, pembangunan infrastruktur, dll.
Dampak perubahan hutan tersebut, merupakan fenomena penting akhir-akhir ini
terkait dengan eksistensi sumberdaya lahan, yaitu penurunan kualitas lingkungan,
fungsi hidrologis DAS dan produktivitas lahan akibat degradasi lahan,
peningkatan erosi dan sedimentasi serta bertambah luasnya lahan kritis.
Perubahan penggunaan lahan secara ekonomi nampak rasional dengan nilai
dan manfaat langsung yang dapat diperoleh dalam jangka pendek, akan tetapi
seringkali tidak memperhitungkan hilangnya berbagai manfaat perlindungan
lingkungan dari kawasan lindung atau hutan dalam jangka panjang (Crook dan
Clapp, 1998). Erosi dan sedimentasi yang tinggi dan banjir pada musim hujan,
tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek biofisik sumberdaya alam
dan lingkungan, tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat di
wilayah tersebut.
Berdasarkan beberapa hasil studi menunjukkan bahwa konversi hutan
menurunkan kualitas tanah dan fungsi hidrologi DAS. Namun demikian, kondisi
ini akan pulih kembali dengan pemberaan atau tanah diistirahtkan, penerapan
konservasi tanah yang tepat atau dengan system agroforestry kakao (Anas et al.,
2005, Murtilaksono et al., 2005 dan Marwah, 2008). Demikian juga hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lihawa (2009) menunjukkan bahwa lahan terbuka
yang biarkan terlantar atau tidak dimanfaatkan di DAS Alo-Poha Sulawesi Utara
telah mengakibatkan terjadinya erosi lembar (sheet erosion) yang cukup tinggi,
2
yaitu 122,24 ton/ha/th. Fenomena tersebut, juga terjadi di DAS Wanggu Provinsi
Sulawesi Tenggara, yang salah satu penyebabnya adalah dampak dinamika
penggunaan lahan khususnya hutan yang cenderung mengalami penurunan luas
dari waktu ke waktu. Hal tersebut akan mengakibatkan peningkatan debit
maksimum dan penurunan debit minimum sungai Wanggu. Demikian juga, akan
terjadi peningkatan erosi tanah dan sedimentasi di badan sungai, maupun saluran
irigsi di wilayah DAS Wanggu dan teluk Kendari. Apabila peningkatan debit
maksimum dan penurunan debit minimum serta erosi dan sedimentasi terus
berlangsung, maka suatu ketika akan terjadi banjir dimusim hujan, defisit air pada
musim kemarau dan produktivitas lahan menurun serta laju pendangkalan teluk
Kendari semakin cepat.
Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu diduga telah meningkatkan
fluktuasi debit sungai dengan ratio (Qmax/Qmin > 30) dan ketinggian air 3,5 – 4 m
(Dinas PU Sultra, 2008 dalam BLH Provinsi Sultra, 2010). Selain itu, juga erosi
yang terjadi telah melampaui erosi yang diperbolehkan (55,3 ton/ha/th > 32,7
ton/ha/th). Dampak erosi tersebut telah menyebabkan sedimentasi di teluk
Kendari mencapai 760.040 m3/th dalam periode 1995 – 2000, sehingga kedalaman
teluk semakin dangkal, yaitu sekitar 0 – 23 m pada saat air pasang (Iswandi,
2003). Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka pada gilirannya akan terjadi
defisit air pada musim kemarau, banjir dimusim hujan dan produktivitas lahan
semakin menurun serta laju pendangkalan teluk Kendari semakin cepat
sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal ini akan diperparah dengan kebijakan
pemerintah pusat tentang pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
pertambangan, yang dipusatkan di Provinsi Papua, Papua Barat dan Sulawesi
Tenggara. Untuk tujuan tersebut, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
telah mengusulkan perubahan status hutan seluas 310.165 hektar menjadi areal
penggunaan lain (APL) melalui revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
(RUTRW) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010 (Bappeda Provinsi Sulawesi
Tenggara, 2010). Hal ini berpotensi memberikan dampak terhadap perubahan
penggunaan lahan yang akan semakin menurunkan fungsi hidrologi DAS,
meningkatkan degradasi lahan, erosi dan sedimentasi.
3
DAS Wanggu dan delapan DAS mikro di sekitarnya dengan luas ±
45.377,3 ha memiliki fungsi penting dan peranan strategis di Sulawesi Tenggara
karena bermuara di teluk Kendari dan secara administrasi meliputi Kab. Konawe
Selatan, Konawe dan Kota Kendari (BPDAS Sampara, 2005).
Salah satu
peranannya yang sangat vital adalah sebagai penyangga teluk Kendari. Teluk
Kendari merupakan pelabuhan PELNI, pelabuhan Rakyat, pusat kegiatan latihan
PODSI SULTRA dan areal penangkapan ikan bagi nelayan kota Kendari (BPDAS
Sampara, 2008). Disamping itu, dibagian hilir terdapat kota Kendari yang
merupakan pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian. Di bagian hulu
merupakan sumber air bersih bagi warga di wilayah DAS Wanggu dan air irigasi
sawah seluas 3500 ha di kecamatan Konda, Poassia dan Ranomeeto. Di wilayah
DAS ini juga terdapat sarana Bandar udara Provinsi Sultra. Pentingnya peranan
DAS Wanggu tersebut, perlu didukung oleh upaya pengelolaan dan pemeliharaan
fungsi DAS dalam memelihara kelestarian fungsi hidrologi DAS, meningkatkan
dan mempertahankan produktivitas lahan serta kelestarian teluk Kendari. Selain
itu, juga diperlukan dukungan kebijakan penggunaan lahan alternatif di DAS
Wanggu, khususnya penggunaan lahan dan agroteknologi yang dapat menjamin
kelestarian ekologis, dan secara ekonomi dapat memenuhi kebutuhan hidup layak
petani dan keluarganya.
Dalam rangka mempertahankan fungsi strategis DAS Wanggu dalam
kondisi perubahan penggunaan lahan yang terjadi terus-menerus dan mendapatkan
model penggunaan lahan dan agroteknologi yang tepat, yakni dapat menekan
erosi hingga lebih kecil dari erosi yang ditoleransikan dan mampu memberikan
pendapatan bagi petani, melebihi pendapatan yang dapat memenuhi standar
kebutuhan hidup layak, maka diperlukan penelitian secara komprehensif dan
mendalam tentang “kajian dampak dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu
terhadap sedimentasi di teluk Kendari Sulawesi Tenggara”.
Rumusan Masalah
DAS Wanggu merupakan DAS prioritas, sementara teluk Kendari
merupakan icon Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai masalah yang kompleks.
Masalah tersebut akan semakin kompleks jika dikaitkan dengan pemanfaatan
sumberdaya
lahan
termasuk
hutan,
kesesuaian
penggunaan
lahan
dan
4
agroteknologi. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat disimpulkan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Dinamika penggunaan lahan yang tidak terkendali dan berlanjut terus menerus di
DAS Wanggu telah menyebabkan berkurangnya luas hutan, yang mengakibatkan
menurunnya kualitas lahan dan terganggunya kondisi hidrologi DAS.
2. Dampak dinamika penggunaan lahan telah menyebabkan degradasi lahan yang
dicirikan oleh laju erosi, koefisien run off dan sedimentasi tinggi yang pada
gilirannya meningkatkan laju pendangkalan di teluk Kendari, sehingga
mengancam kelestariannya.
3. Dampak dinamika penggunaan lahan telah menyebabkan pendapatan petani
rendah, yakni belum mencukupi kebutuhan hidup layak.
4. Belum adanya model penggunaan lahan dan agroteknologi yang tepat di DAS
Wanggu yang mampu mencegah degradasi lahan dan meningkatan pendapatan
petani hingga memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL).
Kerangka Pemikiran
DAS merupakan suatu sistem hidrologi dengan komponen utama tanah, air,
vegetasi dan manusia. Di satu sisi, terdapat sub-sistem biofisik yang terdiri dari
iklim, tanah, air, tumbuhan dan satwa. Di sisi lain, terdapat manusia sebagai
pengelola sumber daya membentuk sub-sistem sosial (penduduk, teknologi,
kebutuhan dan struktur sosial). Ada interaksi dan saling ketergantungan antar
komponen penyusun DAS, sehingga perubahan penggunaan lahan yang terjadi
dapat menjadi sumber perubahan karakteristik DAS (Sihite, 2004).
Karakteristik spesifik DAS yang meliputi curah hujan, evapotranspirasi,
aliran permukaan, kapasitas infiltrasi, sub surface run off, ground water, dan
aliran sungai sangat ditentukan oleh unsur-unsur utama DAS. Unsur-unsur utama
DAS tersebut adalah sifat-sifat tanah, vegetasi, topografi dan pengelolaan lahan
(agroteknologi) yang akan mempengaruhi perilaku hidrologis yang berbeda antara
suatu DAS dengan DAS lainnya. Demikian pula potensi sumber daya alam DAS
akan memberikan berbagai peluang penggunaan lahan yang akan berdampak pada
karakteristik tanah, hidrologis, besarnya erosi dan sedimentasi yang terjadi di
wilayah DAS (on-site) dan out let (off-site).
5
Dinamika penggunaan lahan terutama penurunan luas hutan secara drastis
menjadi penggunaan lahan pertanian tanpa konservasi tanah dan air yang sesuai,
akan menyebabkan subsistem hidrologis terganggu, sehingga mengakibatkan
terjadinya fluktuasi debit aliran sungai yang tinggi pada musim hujan dan musim
kemarau, peningkatan laju erosi yang tinggi, penurunan kesuburan tanah, produksi
dan pendapatan petani. Waspodo (2007) menyatakan bahwa berkurangnya luas
hutan dan praktek bercocok tanam yang kurang sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air dapat menyebabkan berkurangnya reservoir dan akan
memberikan sumbangan yang signifikan terhadap terjadinya perubahan perilaku
aliran air berlebihan (banjir) di musim hujan dan kelangkaan air (kekeringan) di
musim kemarau. Selain itu, juga mempengaruhi ketersediaan air (kuantitas dan
kualitas) dan produktivitas lahan.
Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu yang menyebabkan
berkurangnya luas hutan secara signifikan akibat dikonversi menjadi lahan
pertanian dan non pertanian dari waktu ke waktu telah meningkatkan fluktuasi
debit sungai dengan ratio (Qmax/Qmin > 30) dan ketinggian air 3,5 – 4 m (Dinas PU
Sultra, 2008). Selain itu, juga erosi yang terjadi telah melampaui erosi yang
diperbolehkan (55,3 ton/ha/th > 32,7 ton/ha/th). Dampak erosi lahan dan erosi
infrastruktur tersebut telah menyebabkan sedimentasi di teluk Kendari mencapai
760.040 m3/th dalam periode 1995 – 2000, sehingga kedalaman teluk semakin
dangkal, yaitu sekitar 0 – 23 m pada saat air pasang (Iswandi, 2003).
Jika
kecenderungan ini terus berlanjut, maka pada gilirannya akan terjadi defisit air
pada musim kemarau, banjir dimusim hujan dan produktivitas lahan semakin
menurun serta laju pendangkalan teluk Kendari semakin cepat. Dampak dari
berbagai aktivitas penggunaan lahan pertanian yang tidak sesuai dengan
kemampuannya menyebabkan erosi tanah dan banjir di musim hujan, sebaliknya
tanaman kekurangan air bahkan sungai kekeringan di musim kemarau yang pada
gilirannya mengakibatkan sedimentasi sangat tinggi (Sinukaban, 2007).
Selain penggunaan lahan di atas, kegiatan infrastruktur di DAS Wanggu
seperti; pembangunan jalan raya dan Baypass (jalan negara, jalan provinsi,
kabuapten dan jalan desa) dengan cara urugan atau penimbunan, pembangunan
permukiman, perkantoran, perhotelan, pusat pelayanan kesehatan, Pelabuhan
6
PELNI/Pelabuhan Rakyat, serta penambangan pasir di sungai serta pelebaran
sungai
menjadi sumber erosi yang sangat tinggi pada musim hujan, yang
menghasilkan sedimentasi di saluran drainase, badan sungai dan teluk Kendari.
Sampah penduduk merupakan salah satu sumber sedimentasi penyebab
pendangkalan di teluk Kendari yang berasal dari kota Kendari yang letaknya
mengelilingi teluk. memberikan dampak terhadap sedimentasi dan kerusakan
lingkungan di sekitar teluk Kendari.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa konversi hutan menurunkan
kualitas tanah, tetapi akan meningkat kembali dengan pemberaan, penerapan
konservasi tanah dan air yang tepat atau dengan sistem agroforestry kakao
(Marwah, 2007; Handayani, 2001; Anas et al., 2005; Murtilaksono et al., 2005).
Dalam rangka mempertahankan fungsi hidrologis, peningkatan produktivitas
lahan pertanaian, pendapatan dan kelestarian kesuburan tanah/sumberdaya lahan
di DAS Wanggu diperlukan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan
lahannya dan penerapan agroteknologi yang tepat, dapat menekan erosi hingga
lebih kecil dari erosi yang ditoleransikan dan memberikan pendapatan bagi petani
melebihi pendapatan yang dapat memenuhi standar kebutuhan hidup layak.
Menurut Sinukaban (2007), penggunaan lahan yang sesuai kemampuan lahannya,
agroteknologi dan sosial ekonomi masyarakat petani dapat memberikan dampak
posistif melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian, pendapatan dan
kelestarian kesuburan tanah/sumberdaya lahan, penggunaan agroteknologi yang
disertai dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, maka
akan tercipta pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture). Disamping
landasan teoritis di atas, pendangkalan di teluk Kendari diperlukan juga kebijakan
pengelolaan sampah dan penanggulangan sedimentasi bersumber dari erosi
infrastruktur, tebing sungai, dan tanah longsor untuk menjamin terpeliharanya
kelestarian fungsi teluk yang strategis. Selain itu, dukungan kebijakan
penggunaan lahan dan agroteknologi alternatif yang dapat menjamin kelestarian
lahan dan pendapatan memenuhi kebutuhan hidup layak bagi petani dan
keluarganya. Secara ringkas kerangka pemikiran penelitian disajikan pada
Gambar 1.
7
Penggunaan lahan
di DAS Wanggu &
Teluk Kendari
Aktivitas pertanian,
penambangan/penggalian
tanah & penimbunan
sekitar teluk
Aktivitas di teluk :
dermaga, transportasi,
restoran terapung, & olah
raga air
Erosi tinggi
Aktivitas sekitar teluk :
konsumsi, industri,
transportasi, budidaya
tambak & ekowisata
Sampah
Sedimentasi
Pemanfaatan Teluk Kendari
(Nilai Ekonomi)
Pelabuhan (PELNI &
lokal), industri perikanan,
pertamina, tempat
pelelangan ikan
Ekowisata
Restoran/warung
Budidaya & penangkapan
ikan
Kawasan industri
Olah raga dayung
Riset
Habitat mangrove
Pemanfaatan
Teluk Kendari
Berkelanjutan
Dampak Negatif
(Fisik-Ekonomi)
Pendangkalan
Teluk
Strategi/Kebijakan
Penanggulangan
Pengerukan
Kuratif
Pengelolaan
Sampah
Preventif
Pengelolaan lahan
daerah hulu,
tengah, dan hilir
Penilaian Ekonomi
Manfaat
Biaya
Pengel. lahan
Berkelanjutan
1.1. Tujuan Penelitian
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Erosi < ETol
Debit sungai tahunan tidak
fluktuatif (Qm/Qa< 30)
Ketersediaan air cukup
(konsumsi, irigasi, industri)
Pendapatan petani > KHL
8
Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan :
1. Mengkaji dinamika penggunaan lahan dan keadaan biofisik lahan existing di
DAS Wanggu,
2. Mengkaji dampak dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu terhadap
penurunaan luas lahan hutan, erosi, run off, koefisien run off, fluktuasi debit
air, pendapatan petani pada kebun campuran, tegalan/sawah, dan sedimentasi
di teluk Kendari,
3. Mengembangkan model perencanaan penggunaan lahan dan agroteknologi
alternatif yang mampu meningkatkan kualitas lahan seperti: kapasitas infiltrasi
tanah dan intersepsi potensial, dan pendapatan petani, menurunkan run off,
koefisien run off, laju erosi dan sedimentasi di teluk Kendari, dan
4. Merumuskan model perencanaan penggunaan lahan dan agrotekonologi
alternatif yang tepat dalam pengelolaan DAS Wanggu berkelanjutan dan
kelestarian teluk Kendari.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka
pemikiran di atas, maka dirumuskan beberapa hipotesis, sebagai bberikut :
1. Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu telah menyebabkan penurunan
luas hutan diikuti peningkatan luas kebun campuran, tegalan dan pemukiman,
memberikan dampak negatif terhadap penurunan kualitas lahan, peningkatkan
laju erosi, run off, koefisien run off, sedimentasi dan laju pendangkalan yang
tinggi serta berkurangnya kapasitas teluk Kendari menampung air.
2. Kesesuaian penggunaan lahan dan penerapan agroteknologi usahatani yang
tepat akan memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas lahan,
produktivitas lahan dan pendapatan petani memenuhi kebutuhan hidup layak,
sehingga pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) di
DAS Wanggu dan pemanfaatan teluk Kendari lestari.
9
Kegunaan dan Kebaharuan Penelitian
Kegunaan penelitian sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi petani di wilayah DAS Wanggu dalam menekan laju
penuruna lahan hutan, penerapan agroteknologi yang tepat, mampu
meningkatkan produktivitas lahan, ketersediaan air dan pendapatan petani
secara berkelanjutan sekaligus mepertahankan kelestarian teluk Kendari.
2. Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara, Kota Kendari, Konawe, Konawe Selatan dan BPDAS Sultra dalam
menentukan
kebijakan
model
perencanaan
penggunaan
lahan
dan
pengelolaan DAS Wanggu berkelanjutan, dan pengendalian sedimentasi di
teluk Kendari.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan penggunaan
lahan berkelanjutan di DAS Wanggu dan kelestarian teluk Kendari .
Kebaharuan (Novelty) Penelitian sebagai berikut :
1.
Memberikan hasil kajian secara komprehensif mengenai dampak dinamika
penggunaan lahan di DAS Wanggu periode 1960 – 2010 terhadap
sedimentasi kumulatif di teluk Kendari yang berasal dari erosi pembangunan
infrastruktur-tebing sungai-tanah longsor sebesar 49.292.191,7 m3 (88,3%)
atau 954.000 m3 per tahun, sampah penduduk 1.089.165,0 m3 (2,0%) atau
21.310 m3 per tahun, dan erosi lahan (pertanian, semak belukar, pemukiman
dan kehutanan) sebesar 5.150.182,4 m3 (9,3%) atau 104.000 m3 per
tahun.Memberikan solusi
alternatif pengendalian degradasi lahan dan
sedimentasi di teluk Kendari, melalui model penggunaan lahan dan
agroteknologi alternatif yang berkelanjutan di DAS Wanggu yaktu: hutan
33%, kebun campuran 44% dengan pola Agrosilvopastoral perenniel crops,
semak belukar 1%, tegalan 9% dengan pola multiple cropping dan
pemukiman 13%, dengan erosi lebih kecil erosi yang dapat ditoleransikan
(erosi 9,7 ton/th < Etol 12,1 ton/th), sedimen lebih kecil sedimen yang dapat
ditoleransikan (sedimen 54.300,0 ton/th < sedimen Etol 67.700,0/th) dan
pendapatan petani dari hasil usahataninya Rp 24.000.000 > Rp 22.000.000
kebutuhan hidup layak.
10
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi penggunaan lahan di daerah hulu, tengah dan hilir
yang terdiri dari : 1) aktivitas pembangunan pertanian (kebun campuran dan
tegalan/sawah) sebagai dampak alih fungsi hutan, 2) aktivitas pembangunan
infrastruktur (penimbunan dan urugan untuk pembangunan jalan, pemukiman,
perkantoran, restoran dan perhotelan di hulu, tengah dan hilir, 3) tambang galian
pasir di tengah dan hilir, 4) aktivtias
infrastruktur di teluk Kendari berupa:
penimbunan untuk perluasan pelabuhan PELNI dan pelabuhan Rakyat, 5)
kegiatan kunjungan wisata/ekowisata, restoran terapung dan warung tenda.
Kelima kegiatan tersebut masing-masing berpotensi menimbulkan fluktuasi debit
sungai dan erosi tinggi, produktivitas tanah dan pendapatan petani rendah, dan
sumber sampah yang pada gilirannya menjadi penyebab terjadinya sedimentasi di
teluk dan mengancam kelestarian fungsi teluk kendari.
Strategi penanggulangan sedimentasi, sehingga tidak menyebabkan
pendangkalan di teluk Kendari sebagai berikut :
1. Pengelolaan lahan di bagian hulu, tengah dan hilir yang meliputi : a) model
penggunaan lahan sesuai kemampuan dan kesesuaian lahannya, b)
agroteknologi (pola tanam, teknik konservasi tanah dan air), sehingga
menghasilkan erosi < ETol, fluktuasi debit aliran tahunan menjadi kecil
(Qmax/Qmin < 30) dan peningkatan produksi yang memberikan pendapatan >
KHL bagi petani.
2. Pengelolaan limbah dan sampah pada pemukiman di DAS Wanggu dan di
sekitar teluk Kendari
3. Pengerukan sedimen di teluk Kendari sebagai program jangka pendek oleh
pemerintah setempat.
11
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batasbatas topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh
di dalamnya akan mengalir melalui titik tertentu (out let).
Pengertian DAS
tersebut menggambarkan bahwa suatu wilayah yang mengalirkan air hujan yang
jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui suatu aliran atau
sungai ke outlet (Sinukaban, 2007). DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainnya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan (UU RI No.7/2004). Oleh sebab itu, dari segi
hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem
dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain
dalam DAS tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan
DAS yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas air, yang pada gilirannya
kualitas seluruh lingkungan hidup, antara lain penebangan hutan, penambangan,
permukiman, lingkungan pabrik, perubahan penggunaan lahan, penerapan teknik
konservasi tanah dan air, pengembangan pertanian lahan kering termasuk tanaman
pangan, tanaman perkebunan seperti tebu, karet, kelapa sawit, dan perubahan
agroteknologi.
Pengertian DAS tersebut di atas, menggambarkan Daerah aliran sungai
yang merupakan suatu sistem hidrologi yang di dalamnya terjadi suatu proses
interaksi antara faktor-faktor biotik, nonbiotik dan manusia. Sebagai suatu sistem,
maka setiap ada masukan (input) ke dalamnya, akan terjadi proses yang
berlangsung di dalamnya, dan dapat dievaluasi berdasarkan keluaran (output) dari
sistem tersebut. Karakteristik spesifik DAS dari sejumlah komponen penyusunnya
seperti curah hujan, evapotranspirasi, aliran permukaan, infiltrasi, aliran bawah
permukaan, aliran air bawah tanah, dan aliran sungai yang berkaitan dengan
unsur-unsur utama DAS. Unsur-unsur utama Das tersebut, yaitu sifat-sifat tanah,
12
vegetasi, topografi dan pola pengelolaan lahan yang akan mempengaruhi perilaku
hidrologis yang berbeda antara suatu DAS dengan DAS lainnya. Karakteristik
hujan dan aliran permukaan akan mencerminkan potensi penyediaan energi dan
massa dalam proses erosi dan sedimentasi. Demikian pula potensi sumberdaya
alam dalam DAS akan memberikan berbagai peluang penggunaan lahan dan akan
berdampak pada karakteristik, aliran permukaan, serta besarnya erosi dan
sedimentasi yang terjadi di wilayah DAS tersebut.
DAS dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola yang akan
menentukan pola hidrologi DAS. Pola aliran sungai pada suatu DAS dipengaruhi
oleh faktor geomorpologi, topografi, iklim dan vegetasi yang selanjutnya
menentukan bentuk DAS (Soewarno, 1991), sebagai berikut : 1) DAS memenjang
(bulu burung) dicirikan oleh induk sungainya memenjang dengan anak-anak
sungainya langsung masuk ke induk sungai, biasanya mempunyai debit banjir
relatif kecil, 2) Radial dicirikan oleh alur sungai seolah-olah memusat pada satu
titik sehingga berbentuk radial atau kipas dan bila hujan merata diseluruh DAS
sering mangalami banjir besar, 3) Paralel dicirikan oleh dua jalur sub DAS yang
bersatu di bagian hilirnya, 4) Komplek dicirikan oleh gabungan dasar dua atau
lebih bentuk DAS.
. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan DAS adalah rangkaian upaya yang dilakukan oleh manusia
untuk memanfaatkan sumberdaya alam DAS secara rasional guna memenuhi
kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup serta tetap membina hubungan
yang harmonis antara sumberdaya alam dan manusia serta keserasian ekosistem
secara lestari (Sinukaban, 2007).
Setiap kegiatan dalam DAS harus memenuhi
tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Suatu kegiatan
pembangunan berkelanjutan harus dapat mewujudkan paling sedikit tiga indikator
utama secara simultan, yaitu pendapatan yang cukup tinggi dan relatif merata,
teknologi yang digunakan tidak mengakibatkan degradasi lingkungan dan dapat
diterima (acceptable), serta dapat dikembangkan oleh masyarakat (replicable)
dengan sumberdaya lokal yang dimiliki.
13
DAS sebagai suatu sistem yang pengelolaannya bertujuan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengelolaan DAS
akan menciptakan ciri-ciri yang baik sebagai berikut : (1) mampu memberikan
produktivitas lahan yang tinggi. Untuk itu, harus dipilih komoditas pertanian
yang cocok dengan faktor biofisik setempat dan dikelola dengan agroteknologi
yang tepat, sehingga produktivitas tetap tinggi dan kelestarin kualitas lahan
terjaga
serta
mendukung
kehidupan
yang
layak
bagi
petani
yang
mengusahakannya; (2) mampu mewujudkan pemerataan produktivitas di seluruh
DAS, (3) dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. Fungsi hidrologis DAS
harus dapat terjaga kelestarinnya yang dicirikan oleh ketersediaan sumberdaya air
yang yang merata sepanjang tahun baik kuantitas, kualitas dan terdistribusi di
seluruh DAS.
Menurut Hufschmidt (1987), kerangka pemikiran pengelolaan DAS
didasarkan pada tiga dimensi pendekatan a
DAS WANGGU TERHADAP SEDIMENTASI DI TELUK
KENDARI SULAWESI TENGGARA
LA ODE ALWI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
i
ii
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
dalam disertasi yang berjudul :
Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan di DAS Wanggu terhadap
Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara
adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Bogor,
Agustus 2012
La Ode Alwi
NRP.A165070011
iii
iv
ABSTRACT
LA ODE ALWI A165070011. Study on the Dynamic Land Use Impact in
Wanggu Watershed to Sedimentation to Kendary Bay in South East Sulawesi
(under academic supervision of NAIK SINUKABAN as chairman, SOLEH
SOLAHUDDIN, and HIDAYAT PAWITAN as member of supervisiory
committee).
The dynamic of land use in Wanggu Watershed had been causing land
degradation disruption of
hydrological function of the watershed and
sedimentation in Kendari Bay. These degradations were indicated by the
increasing of river fluctuation and erosion was higher than the local tolerable soil
losts. The impact of erosion had further decreased land productivity, farmer’s
income, and also increasing sedimentation in Kendari Bay as well. The objectives
of this research were 1) to identify the biophysical characteristics of Wanggu
watershed. 2) to study the impact of land use dynamic on erosion, run off, river
flow fluctuation and sedimentation in Kendari Bay, 3) to develope land use
models and agrotechnologies that can increase soil infiltration capacity, decrease
run off coefficient, river flow fluctuation, rate of erosion and sedimentation in
Kendari Bay, 4) to formulate land use planning and agrotechnology model in
Wanggu watershed to guarantee sustainable land management. This research was
carried out in September 2009 to August 2010. The result of this research showed
that forested land characteristics were much better than those with other land
uses particularly the characteristics that related to hydrological function of
watershed. There were a continuous decrease forest land (1.1% per year) and
bushes land (0.8% per year) but on the other hand a continuous increase of mixed
plantation land (1.1% per year), dry land use (0.4% per year) and settlement area
(0.4% per year). These dynamic giving the impact to increase erosion rate (12.7
tons/ha), surface run off (262.7 mm), run off coeficient (0.13) since 1992-2010,
and in turn increase sedimentation rate in Kendari Bay. The source of those
sediment come from land erosion 104.000 m3 per year (9,3%), from waste 21.310
m3 per year (2%), and river bank erosion-infrastructure-landslide 954.000 m3 per
year (88,7%), to make total sedimentation in Kendari Bay was 1.071.000 m3 per
year. The existing land use of Wanggu watershed in 2010 could not guarantee
sustainable land management. The alternative land use planning for sustainable
Wanggu watershed management is 33 % forest, 44 % mixed plantation,9% dry
field, 1% bush and 13% settlement. The land use management in mixced
plantation should be under Agrosilvopastoral with perennial crops (cacao,
pepper, citrut fruit, banana, teak, elephant grass+3 cows), and in dry field should
be under multiple cropping system(corn + cassava + peanut) - (green beans +
legume + tomato). To increase productivity of both systems, the using of chemical
fertilizers, manure, and compost should be applied as necessary.
Key Words: Dynamics of land use, river flow fluctuation, erosion, income, sedimentation
v
vi
RINGKASAN
LA ODE ALWI A165070011, Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan Di
DAS Wanggu terhadap Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara,
dibawah bimbingan NAIK SINUKABAN, SOLEH SOLAHUDDIN, dan
HIDAYAT PAWITAN.
Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu periode 1992-2010 telah
menyebabkan degradasi lahan, terganggunya fungsi hidrologi DAS Wanggu dan
terjadinya sedimentasi di teluk Kendari.
Penelitian ini dilaksanakan sejak September 2009 sampai dengan Agustus 2010
di DAS Wanggu, 8 DAS mikro dan Teluk Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian bertujuan: 1) mengkaji dinamika penggunaan lahan dan keadaan
biofisik lahan existing di DAS Wanggu, 2) mengkaji dampak dinamika
penggunaan lahan di DAS Wanggu terhadap penurunaan luas lahan hutan, erosi,
run off, koefisien run off, fluktuasi debit air, pendapatan petani pada kebun
campuran, tegalan/sawah, dan sedimentasi di teluk Kendari, 3) mengembangkan
model perencanaan penggunaan lahan dan agroteknologi alternatif yang mampu
meningkatkan kualitas lahan seperti: kapasitas infiltrasi tanah dan intersepsi
potensial, dan pendapatan petani, menurunkan run off, koefisien run off, laju erosi
dan sedimentasi di teluk Kendari, dan 4) merumuskan model perencanaan
penggunaan lahan dan agrotekonologi alternatif yang tepat dalam pengelolaan
DAS Wanggu berkelanjutan dan kelestarian teluk Kendari.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan pengamatan lapang. Pengamatan
terhadap karakteristik tanah, parameter hidrologi, erosi dan vegetasi dilakukan
dengan membuat plot percobaan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dan
data sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara dan data sekunder. Hasil
pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji BNT0.05 dan
analisis agroteknologi didasarkan pada kondisi fisik lingkungan (secara teknis
dapat diterapkan, secara ekologi dapat memperbaiki lingkungan melaui penurunan
aliran permukaan, erosi dan sedimentasi, dan secara ekonomi dapat meningkatkan
pendapatan dengan menggunakan perhitungan total biaya dan pendapatan, NPV
12% dan kebutuhan hidup layak (KHL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika penggunaan lahan tahun 1992 –
2010 di DAS Wanggu telah menyebabkan: 1) penurunan luas hutan 1,1% luas
DAS per tahun (478,2 ha/th) dan semak belukar 0,8% luas DAS per tahun (366
ha/th) dan diikuti peningkatan luas kebun campuran 1,1% luas DAS per tahun
(485,7 ha/th), tegalan/sawah 0,4% luas DAS per tahun (181,8 ha/th), dan
pemukiman 0,4% luas DAS per tahun (179,8 ha/th), 2) akibatnya memberikan
dampak signifikan terhadap penurunan karakteristik lahan: porositas tanah 19,1%,
bahan orgaink tanah 1,5%, penutupan lahan 30,3%, intersepsi potensial 168,7%,
dan peningkatan: berat volume tanah 0,3 g/cm3, dan meningkatkan indikator
hidrologi: kapasitas infiltrasi 1,8 cm per jam dan permeabilitas tanah 2,1 cm per
jam, run off 289,6 mm per tahun, koefisien run off 17,7% per tahun, erosi 17,4
ton/ha/th.
Dampak perubahan penggunaan lahan di DAS Wanggu periode 1992 – 2010
terhadap debit (Q) sungai Wanggu pada kondisi exsisting pada musim kemarau
vii
memberikan Qmin 3,0 m3/dt dan pada musim hujan Qmax 114,2 m/dt dengan
ratio Qmax dan Qmin sebesar 38,1 dan dampaknya terhadap kualitas air sungai
Wanggu adalah kelas 2 dan tergolong tercemar ringan berdasarkan kriteria standar
baku mutu air (Kepmen LH No. 115/2003) dengan indikator kandungan TSD,
BOD, COD, pH, NO3=, NO2, Fe, Zn, minyak dan lemak, kecuali Cl- masih
tergolong baik dan memenuhi baku mutu air minum, sedangkan kualitas air di
teluk Kendari tergolong tercemar berat oleh DO, COD dan SO4=.
Peningkatan erosi tertinggi di DAS Wanggu terjadi tahun 2010 (555.471,0 ton/th
dengan rataan 12,2 ton/ha/th), tahun 2005 (548.895,0 ton/th dengan rataan 12,1
ton/ha/th), tahun 2000 (497.324,0 ton/th dengan rataan 11,0 ton/ha/th), tahun 1995
(410.545,0 ton/th dengan rataan 9,0 ton/ha/th) dan tahun 1992 (399.435,0 ton/th
dengan rataan 8,8 ton/ha/th) tetapi dampaknya terhadap erosi tahun 1992-2010
tertinggi terjadi tahun 1995-2000 yaitu 86.778,6 ton dan rataan 17.355,7 ton/th
dan dampaknya terendah tahun 2005-2010 yaitu 6.575,6 ton dan rataan 1.315,1
ton/th.
Konstribusi sedimentasi di teluk Kendari periode 1960 – 2010 berasal dari
sedimentasi: erosi lahan sebesar 5.150.182,4 m3 (9,7%), sampah 1.089.165,0 m3
(2,0%) dan erosi (infrastruktur, tebing sungai, tanah longsor) sebesar 49.292.191,7
m3 (88,7%) dengan total sedimentasi sebesar 55.304.766,7 m3 (100%) dari jumlah
penduduk di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro adalah 19.726 jiwa tahun 1960
menjadi 269.559 jiwa tahun 2010.
Rumusan model perencanaan penggunaan lahan dan agrotekonologi alternatif
yang tepat dalam pengelolaan DAS Wanggu berkelanjutan dan kelestarian teluk
Kendari adalah hutan 33% luas DAS, kebun campuran (Agrosilvopastural) 44%
luas DAS dan tegalan/sawah 9% luas DAS) dengan pendapatan bersih Rp
24.000.000 ≥ KHL (Rp 22.000.000 per KK/ha/th), erosi 9,7 ton/ha/th < Etol 12,1
ton/ha/th, dan sedimen < sedimen yang daoat ditoleransikan (sedine 54.300 ton/th
< sedimen ETol 67.700 ton/th), model penggunaaan dan agroteknologi hasil
simulasi ini memenuhi criteria: layak teknis, layak ekologis dan layak ekonomi
skeneario-5.
Kata Kunci: Dinamika penggunaan lahan, fluktuasi aliran sungai, erosi, pendapatan, sedimentasi.
viii
@Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak
sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
ix
x
KAJIAN DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI
DAS WANGGU TERHADAP SEDIMENTASI DI TELUK
KENDARI SULAWESI TENGGARA
LA ODE ALWI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
xi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Nama
Instansi
2. Nama
Instansi
: Dr. Ir. Latief M. Rachman, M.Sc, MBA
: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
: Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS
: Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka :
1.
2.
Nama
: Dr. Ir. Eka W. Soegiri, MM
Instansi
: Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS).
Nama
: Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA
Instansi
: Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
xii
(Direktur
Judul Disertasi: Kajian Dampak Dinamika Penggunaan Lahan di DAS Wanggu
terhadap Sedimentasi di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara
Nama
: La Ode Alwi
Nomor Pokok : A165070011
Program Studi : Pengelolaan DAS
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc
Ketua
Prof. Dr. Ir. Soleh Solahuddin, M.Sc
Anggota
Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan DAS,
3. Dekan
Sekolah Pascasarjana,
Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 30 Juli 2012
Tanggal Lulus :
xiii
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan disertasi ini.
Selesainya penelitian dan penulisan disertasi ini, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban,
M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Prof. Dr. Ir. Soleh Solahuddin,
M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc selaku anggota Komisi
Pembimbing atas kesediaannya membimbing dan memberikan masukan/saran
dalam penyelesaian dan penyusunan disertasi hasil penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pula
penulis sampaikan kepada Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana dan Faperta,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, dan Program Studi Ilmu
Pengelolaan DAS IPB, serta Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Unhalu yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program
Doktor (S3) dan dukungan moril dan materil.
Demikian pula tak lupa saya
sampaikan hal yang sama kepada Pengelola BPPS Dirjen DIKTI Kemendiknas
dan IPB, PT. TIMAS serta Pemda Provinsi Sulawesi Tenggara atas dukungan dan
bantuan dana yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
Kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak sempat
disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan
pengertiannya, serta mohon maaf atas segala kesalahan, terutama komunikasi dan
silaturrahmi yang terganggu akibat penyelesaiaan disertasi ini.
Khusus kepada
istri saya tercinta Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si dan anak-anak saya: Alwan, SP,
Astriwana, SPi, Sitti Alvianti, S.Gz. dan Aljumriana terima kasih yang mendalam
atas do’a, dukungan, dorongan dan segala pengertian, pengorbanan, kesabaran
dan keikhlasan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
disertasi ini. Semoga karya ilmiah dalam bentuk disertasi ini dapat bermanfaat.
Bogor,
Agustus 2012
Penulis
xv
xvi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juli 1958 di Wanci Kabupaten Buton
Sulawesi Tenggara, dari pasangan ayah H. La Ode Rafiuddin (almarhum) dan ibu
Wa Ode Saiha (alarhuma). Menikah tahun 1985 dengan istri bernama Ir Sitti
Marwah anak dari H. Andi Muh. Djufri (almarhum) dan ibu Andi Siti Djulsan
(almarhum). Dikaruniai empat orang anak yaitu: Alawan SP, Astrifana SPi, Sitti
Alvianti S.Gz. dan sitti Aljumriana.
Pendidikan DASar diselesaikan penulis pada tahun 1971 di SD Negeri
Wanci. Pendidikan Menengah Pertama pada tahun 1974 di SMP Negeri Wanci
Kab. Buton, dan Pendidikan Menengah Atas tahun 1978 di SMA Negeri 03
Makassar. Pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Hasanuddin, Fakultas
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, lulus dengan memperoleh ijazah Sarjana
Muda tahun 1981, dan Jurusan Ilmu Tanah, Program Studi Ilmu Kesuburan tanah
dengan lulus memperoleh Sarjana Lengkap tahun 1984.
Penulis menjadi staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo,
Sulawesi Tenggara tahun 1985 sampai sekarang.
Pada Tahun 2004 meraih
Magister Sains (S2) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi ilmu Pengelolaan
DAS, IPB dengan Beasiswa BPPS dari Dirjen DIKTI Depdikbud. Kemudian
pada tahun 2007 mendapat kesempatan kembali melanjutkan studi Program
Doktor (S3) dengan sumber beasiswa BPPS dari Dirjen DIKTI Kemendiknas.
Pada tahun 1986 – 1989 mendapat kepercayaan menjadi Pls Kepala
Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian, tahun 1989 – 1991 menjadi kepala
Laboratorium Ilmu Tanah dan Analitik Fakultas Pertanian Unhalu, tahun 19911997 menjadi Pembantu Dekan Faperta Universitas Haluoleo dan Anggota Senat
Fakultas Pertanian, tahun 1997 – 2000 menjadi Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo serta menjadi Anggota Senat Fakultas Pertanian dan Senat
Universitas Haluoleo tahun 1997 – 2001.
xvii
xviii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
xxv
xxvii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Rumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Kegunaan dan Kebaharuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
3
4
8
8
9
10
11
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Penggunaan Lahan
Dampak Penggunaan Lahan
11
12
15
16
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Erosi
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Sumberdaya Air
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Ketersediaan Air
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air
Dampak Penggunaan Lahan terhadap Produktivitas Lahan.
16
18
20
22
26
Peranan Konservasi Tanah dan Air terhadap Pelestarian Sumberdaya
Air dan Produktivitas Lahan
31
Konsep Arahan Kebijakan Pengembangan Daerah Aliran Sungai
Analisis Sistem dan Simulasi Model Hidrologi
32
34
Analisis Sistem
Simulasi Model Hidrologi
Model Neraca Air
34
37
38
40
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Jenis, Sumber dan Kegunaan Data
Teknik Pengumpulan Data
40
41
41
43
Erosi Aktual dan Aliran Permukaan Setiap Jenis Penggunaan
Lahan
Debit Aktual Air Sungai
Sifat – Sifat Tanah, Indikator Hidrologi dan Etol
Aspek Sosial Ekonomi
44
xix
44
45
46
Analisis Data
46
Analisis Biofisik DAS Wanggu Ds
Prediksi Erosi di wilayah DAS
Penutupan dan Kondisi Permukaan Lahan
Debit Sungai
Sedimentasi
Sedimentasi di Teluk Kendari
Model Penggunaan Lahan Alternatif dan Agroteknologi di DAS
Wanggu
Prediksi Erosi, Sedimen, ETol dan Sedimen Ditoleransikan (STol)
Analisis Sosial Ekonomi
TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas.
Kedudukan dan Arti Penting DAS Wanggu Ds dan Teluk Kendari
Topografi, Geologi dan Tanah
Iklim dan Hidrologi
Penggunaan Lahan
Vegetasi Penutupan Tanah
Sosial dan Ekonomi.
Kependudukan
Perekonomian
47
49
52
52
53
54
55
56
56
60
60
61
62
64
68
69
72
72
73
Infrastruktur Wilayah
Jaringan Jalan dan Alat Transportasi
Perumahan dan Pemukiman
Listrik dan Air Bersih
HASIL DAN PEMBAHASAN
74
74
76
77
79
Dinamika Penggunaan Lahan di DAS Wanggu
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap KarakteristikLahan
Dampak Dinamika PenggunanLahan terhadap Indikator Hidrologi
dan Erosi Aktual
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Total Prediksi
Erosi, Aliran Permukaan dan Koefisien Aliran Permukaan
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air
Kualitas Air Sungai di DAS Wanggu Ds
Kualitas Air di Perairan Teluk Kendari
79
87
87
89
92
95
95
99
Dampak Dinamika Penggunaan Lahan terhadap Sedimentasi di
Teluk Kendari
99
Sedimen yang Bersumber dari Erosi Lahan
Sedimen yang Bersumber dari Sampah Penduduk
100
102
xx
Sedimen dari Erosi Infrastruktur-Tebing Sungai- Tanah
Longsor
Analisis Total Sedimentasi di Teluk Kendari
Total Sedimentasi Berdasarkan Hasil Analisis Peta Batimetri
Total Sedimen di Teluk Kendari Bersumber dari Prediksi Erosi
Lahan, Sampah dan Infrastruktur
104
105
105
111
Evaluasi Kemampuan Lahan dan Agroteknologi
Erosi Versus Erosi yang Dapat Ditoleransikan
Pendapatan Usahatani Versus Pendapatan yang Memenuhi KHL
114
114
116
Analisis Kelayakan Model Penggunaan Lahan Alternatif Di DAS
Wanggu
118
Implikasi Kebijakan
120
121
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
121
122
DAFTAR PUSTAKA
125
LAMPIRAN
133
xxi
xxii
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
1
Jumlah kehilangan unsur hara karena erosi dan panen, rataan
dua tahun pada percobaan di Missouri
28
Tebal dan berat tanah lapisan olah yang tererosi setiap tahun
pada beberapa Sungai di Indonesia
29
3
Jenis, sumber dan kegunaan data penelitian
43
4
Skenario model penggunan lahan di DAS Wanggu
2010
2
5
6
7
8
9.
10
11
12
13
14
Halaman
tahun
55
Bentuk topografi dan luas penyebarannya di DAS Wanggu
dan 8 DAS mikro bermuara di teluk Kendari tahun 2009
63
Jenis tanah dan luas penyebarannya di DAS Wanggu dan 8
DAS mikro tahun 2009
64
Rataan curah hujan bulanan selama 30 tahun (1980-2010 di
DAS Wanggu dan teluk Kendari
65
Debit aliran puncak satu kejadian hujan sungai-sungai di
DAS Wanggu tahun 2003
67
Jenis dan luas penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS
mikro tahun 2009
68
Distribusi penduduk di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
menurut wilayah kecamatan tahun 2008
72
Dinamika penggunaan lahan berdasarkan perubahan luas
masing-masing di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun
1992 – 2010
79
Karakteristik lahan pada berbagai jenis penggunaan lahan
existing di DAS Wanggu tahun 2010
87
Hasil pengamatan indikator hidrologi dan erosi aktual pada
berbagai jenis penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS
mikro tahun 2010
90
Hasil pengukuran debit aliran maximum (Qmax) dan debit
aliran minimum (Qmin) sungai-sungai di DAS Wanggu dan 8
DAS mikro tahun 2009-2010
91
xxiii
15
Total erosi hasil prediksi dan kondisi hidrologi (RO dan C)
sebagai dampak dinamika berbagai penggunaan lahan di
DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 1992-2010
93
Hasil pengukuran parameter kualitas air di sungai Wanggu
tahun 2010
96
17
Kualitas air pada tiga Stasiun Pengukuran di teluk Kendari
99
18
Hasil prediksi erosi lahan, SDR dan sedimentasi di teluk
Kendari yang berasal dari DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 1992-2010
100
Hasil prediksi sedimentasi dari sampah penduduk tahun
1992-2010
103
Hasil analisis daya tampung volume air dan total sedimen
berdasarkan Peta Batimetri Teluk Kendari tahun 1960 – 2010
105
Hasil analisis perubahan luas dan daya tampung air di teluk
Kendari tahun 1960 – 2010
106
Total sedimentasi hasil perhitungan dari Peta Batimetri yang
bersumber dari prediksi erosi lahan, sampah dan ITL periode
32, 3 dan 5 tahunan (1960 – 2010)
112
Erosi, ETol dan erosi versus ETol di DAS Wanggu, tahun
2010
115
Hasil analisis biaya dan pendapatan petani pada kebun
campuran dan tegalan di DAS Wanggu tahun 2010
117
Total erosi, sedimen dan pendapatan petani setiap skenario
model penggunaan lahan alternatif dan agroteknologi di DAS
Wanggu tahun 2010
118
Kriteria keputusan hasil simulasi rencana penggunaan lahan
di DAS Wanggu tahun 2010
119
16
19
20
21
22
23
24
25
26
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Teks
Halaman
Nomor
1
Kerangka pemikiran penelitian
2
Dampak erosi pada tapak (on-site) dan di luar tapak (off-site)
7
17
3
Peta lokasi penelitian (DAS Wanggu dan 8 DAS mikro, dan
teluk Kendari)
40
4
Tahapan analisis data penelitian
59
5
Teluk Kendari dan sekitarnya tampak dari atas
61
6
Vegetasi hutan di Tahura Murhum pada musim kemarau
70
7
Vegetasi manggrove di muara sungai Wanggu dan teluk
Kendari
71
Grafik dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8
DAS mikro tahun 1992- 2010
81
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 1992
82
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 1995
83
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 2000
84
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 2005
85
Peta penggunaan lahan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro
tahun 2010
86
Korelasi dinamika penggunaan lahan 5 tahunan dengan
prediksi erosi di DAS Wanggu tahun 1992 – 2010
94
Korelasi dinamika penggunaan lahan dengan koefisien aliran
permukaan (C) di DAS Wanggu tahun 1992–2010
95
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 1960
108
17
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 1995
108
18
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 2000
109
19
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 2005
110
20
Peta Batimetri teluk Kendari tahun 2010
111
21
Korelasi dinamika penggunaan lahan dengan sedimentasi
lahan dan sampah di DAS Wanggu tahun 1960 – 2010
113
xxv
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Teks
1
Besarnya nilai ETol untuk tanah-tanah di Indonesia (Arsyad,
1989)
131
Nilai faktor kedalaman berbagai jenis tanah (Sub Order
USDA)
132
Kedalaman tanah minimum nilai faktor penggunaan lahan
berbagai jenis tanaman/penggunaan lahan (Hammer, 1981)
133
4
Klasifikasi nilai kepekaan erosi tanah
134
5
Kelas dan kode struktur tanah
134
6
Kelas dan kode permeabilitas profil tanah
134
7
Nilai faktor C berbagai tanaman dan pengelolaan atau tipe
penggunaan lahan
135
Nilai faktor P beberapa tindakan konservasi tanah dan
gabungannya dengan pengelolaan tanaman (CP)
137
Luas dan jenis penggunaan setiap unit lahan di DAS Wanggu
tahun 1992 – 2010
139
Rataan berat volume, total pori dan kadar air tanah setiap
penggunaan masing-masing unit lahan di DAS Wanggu
tahun 2010
141
Hasil pengukuran beberapa parameter fisik lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
143
Kharakteristik tanah di masing-masing unit lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
146
Data unit lahan, lereng, PIT, PER, RC, penggunaan lahan di
DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
148
Tinggi aliran permukaan dan koefisien aliran permukaan
pada kisaran curah hujan terhadap penggunaan lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
150
Hasil pengukuran kapasitas lapang, laju infiltrasi,
permeabilitas tanah, kadar air tanah awal, RO, CRO di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
151
2
3
8
9
10
11
12
13
14
15
xxvii
Halaman
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengaruh dinamika luas penggunaan lahan terhadap aliran
permukaan di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 19922010
153
Luas lahan dan koefisien aliran (CRO) di DAS Wanggu dan
8 DAS mikro tahun 1992 – 2010
157
Dampak dinamika perubahan penggunaan lahan terhadap
erosi di DAS Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 1992 – 2010
161
Hasil perhitungan beberapa parameter lahan di DAS Wanggu
dan 8 DAS mikro tahun 2010
165
Nilai etol dari masing-masing penggunaan lahan di DAS
Wanggu dan 8 DAS mikro tahun 2010
167
Hasil perhitungan sedimentasi dari erosi, sampah dan ITL di
teluk kendari tahun 1992 -2010
170
Hasil analisis biaya dan pendapatan pada kebun campuran
dan tegalan di DAS Wanggu tahun 2010
172
Contoh perhitungan biaya dan pendapatan pada kebun
campuran di unit lahan 56a di DAS Wanggu tahun 2010
173
Contoh perhitungan biaya dan pendapatan pada tegalan di
unit lahan 57a di DAS Wanggu tahun 2010
176
xxviii
PENDAHULUAN
Latar belakang
Peningkatan penduduk yang cukup tinggi di negara sedang berkembang
termasuk Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan pertanian semakin
besar. Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia sejak
akhir tahun 1960-an sampai 1990-an dengan sasaran pencapaian swasembada
pangan, khususnya beras. Bahkan, untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk
dan peningkatan taraf hidup masyarakat, kebijakan pembangunan pertanian
tersebut berlanjut terus-menerus. Selain itu, perkembangan pembangunan juga
telah menyebabkan meningkatnya konversi hutan menjadi lahan pertanian
maupun non pertanian berupa pemukiman, pembangunan infrastruktur, dll.
Dampak perubahan hutan tersebut, merupakan fenomena penting akhir-akhir ini
terkait dengan eksistensi sumberdaya lahan, yaitu penurunan kualitas lingkungan,
fungsi hidrologis DAS dan produktivitas lahan akibat degradasi lahan,
peningkatan erosi dan sedimentasi serta bertambah luasnya lahan kritis.
Perubahan penggunaan lahan secara ekonomi nampak rasional dengan nilai
dan manfaat langsung yang dapat diperoleh dalam jangka pendek, akan tetapi
seringkali tidak memperhitungkan hilangnya berbagai manfaat perlindungan
lingkungan dari kawasan lindung atau hutan dalam jangka panjang (Crook dan
Clapp, 1998). Erosi dan sedimentasi yang tinggi dan banjir pada musim hujan,
tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek biofisik sumberdaya alam
dan lingkungan, tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat di
wilayah tersebut.
Berdasarkan beberapa hasil studi menunjukkan bahwa konversi hutan
menurunkan kualitas tanah dan fungsi hidrologi DAS. Namun demikian, kondisi
ini akan pulih kembali dengan pemberaan atau tanah diistirahtkan, penerapan
konservasi tanah yang tepat atau dengan system agroforestry kakao (Anas et al.,
2005, Murtilaksono et al., 2005 dan Marwah, 2008). Demikian juga hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lihawa (2009) menunjukkan bahwa lahan terbuka
yang biarkan terlantar atau tidak dimanfaatkan di DAS Alo-Poha Sulawesi Utara
telah mengakibatkan terjadinya erosi lembar (sheet erosion) yang cukup tinggi,
2
yaitu 122,24 ton/ha/th. Fenomena tersebut, juga terjadi di DAS Wanggu Provinsi
Sulawesi Tenggara, yang salah satu penyebabnya adalah dampak dinamika
penggunaan lahan khususnya hutan yang cenderung mengalami penurunan luas
dari waktu ke waktu. Hal tersebut akan mengakibatkan peningkatan debit
maksimum dan penurunan debit minimum sungai Wanggu. Demikian juga, akan
terjadi peningkatan erosi tanah dan sedimentasi di badan sungai, maupun saluran
irigsi di wilayah DAS Wanggu dan teluk Kendari. Apabila peningkatan debit
maksimum dan penurunan debit minimum serta erosi dan sedimentasi terus
berlangsung, maka suatu ketika akan terjadi banjir dimusim hujan, defisit air pada
musim kemarau dan produktivitas lahan menurun serta laju pendangkalan teluk
Kendari semakin cepat.
Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu diduga telah meningkatkan
fluktuasi debit sungai dengan ratio (Qmax/Qmin > 30) dan ketinggian air 3,5 – 4 m
(Dinas PU Sultra, 2008 dalam BLH Provinsi Sultra, 2010). Selain itu, juga erosi
yang terjadi telah melampaui erosi yang diperbolehkan (55,3 ton/ha/th > 32,7
ton/ha/th). Dampak erosi tersebut telah menyebabkan sedimentasi di teluk
Kendari mencapai 760.040 m3/th dalam periode 1995 – 2000, sehingga kedalaman
teluk semakin dangkal, yaitu sekitar 0 – 23 m pada saat air pasang (Iswandi,
2003). Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka pada gilirannya akan terjadi
defisit air pada musim kemarau, banjir dimusim hujan dan produktivitas lahan
semakin menurun serta laju pendangkalan teluk Kendari semakin cepat
sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal ini akan diperparah dengan kebijakan
pemerintah pusat tentang pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
pertambangan, yang dipusatkan di Provinsi Papua, Papua Barat dan Sulawesi
Tenggara. Untuk tujuan tersebut, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
telah mengusulkan perubahan status hutan seluas 310.165 hektar menjadi areal
penggunaan lain (APL) melalui revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
(RUTRW) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010 (Bappeda Provinsi Sulawesi
Tenggara, 2010). Hal ini berpotensi memberikan dampak terhadap perubahan
penggunaan lahan yang akan semakin menurunkan fungsi hidrologi DAS,
meningkatkan degradasi lahan, erosi dan sedimentasi.
3
DAS Wanggu dan delapan DAS mikro di sekitarnya dengan luas ±
45.377,3 ha memiliki fungsi penting dan peranan strategis di Sulawesi Tenggara
karena bermuara di teluk Kendari dan secara administrasi meliputi Kab. Konawe
Selatan, Konawe dan Kota Kendari (BPDAS Sampara, 2005).
Salah satu
peranannya yang sangat vital adalah sebagai penyangga teluk Kendari. Teluk
Kendari merupakan pelabuhan PELNI, pelabuhan Rakyat, pusat kegiatan latihan
PODSI SULTRA dan areal penangkapan ikan bagi nelayan kota Kendari (BPDAS
Sampara, 2008). Disamping itu, dibagian hilir terdapat kota Kendari yang
merupakan pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian. Di bagian hulu
merupakan sumber air bersih bagi warga di wilayah DAS Wanggu dan air irigasi
sawah seluas 3500 ha di kecamatan Konda, Poassia dan Ranomeeto. Di wilayah
DAS ini juga terdapat sarana Bandar udara Provinsi Sultra. Pentingnya peranan
DAS Wanggu tersebut, perlu didukung oleh upaya pengelolaan dan pemeliharaan
fungsi DAS dalam memelihara kelestarian fungsi hidrologi DAS, meningkatkan
dan mempertahankan produktivitas lahan serta kelestarian teluk Kendari. Selain
itu, juga diperlukan dukungan kebijakan penggunaan lahan alternatif di DAS
Wanggu, khususnya penggunaan lahan dan agroteknologi yang dapat menjamin
kelestarian ekologis, dan secara ekonomi dapat memenuhi kebutuhan hidup layak
petani dan keluarganya.
Dalam rangka mempertahankan fungsi strategis DAS Wanggu dalam
kondisi perubahan penggunaan lahan yang terjadi terus-menerus dan mendapatkan
model penggunaan lahan dan agroteknologi yang tepat, yakni dapat menekan
erosi hingga lebih kecil dari erosi yang ditoleransikan dan mampu memberikan
pendapatan bagi petani, melebihi pendapatan yang dapat memenuhi standar
kebutuhan hidup layak, maka diperlukan penelitian secara komprehensif dan
mendalam tentang “kajian dampak dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu
terhadap sedimentasi di teluk Kendari Sulawesi Tenggara”.
Rumusan Masalah
DAS Wanggu merupakan DAS prioritas, sementara teluk Kendari
merupakan icon Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai masalah yang kompleks.
Masalah tersebut akan semakin kompleks jika dikaitkan dengan pemanfaatan
sumberdaya
lahan
termasuk
hutan,
kesesuaian
penggunaan
lahan
dan
4
agroteknologi. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat disimpulkan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Dinamika penggunaan lahan yang tidak terkendali dan berlanjut terus menerus di
DAS Wanggu telah menyebabkan berkurangnya luas hutan, yang mengakibatkan
menurunnya kualitas lahan dan terganggunya kondisi hidrologi DAS.
2. Dampak dinamika penggunaan lahan telah menyebabkan degradasi lahan yang
dicirikan oleh laju erosi, koefisien run off dan sedimentasi tinggi yang pada
gilirannya meningkatkan laju pendangkalan di teluk Kendari, sehingga
mengancam kelestariannya.
3. Dampak dinamika penggunaan lahan telah menyebabkan pendapatan petani
rendah, yakni belum mencukupi kebutuhan hidup layak.
4. Belum adanya model penggunaan lahan dan agroteknologi yang tepat di DAS
Wanggu yang mampu mencegah degradasi lahan dan meningkatan pendapatan
petani hingga memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL).
Kerangka Pemikiran
DAS merupakan suatu sistem hidrologi dengan komponen utama tanah, air,
vegetasi dan manusia. Di satu sisi, terdapat sub-sistem biofisik yang terdiri dari
iklim, tanah, air, tumbuhan dan satwa. Di sisi lain, terdapat manusia sebagai
pengelola sumber daya membentuk sub-sistem sosial (penduduk, teknologi,
kebutuhan dan struktur sosial). Ada interaksi dan saling ketergantungan antar
komponen penyusun DAS, sehingga perubahan penggunaan lahan yang terjadi
dapat menjadi sumber perubahan karakteristik DAS (Sihite, 2004).
Karakteristik spesifik DAS yang meliputi curah hujan, evapotranspirasi,
aliran permukaan, kapasitas infiltrasi, sub surface run off, ground water, dan
aliran sungai sangat ditentukan oleh unsur-unsur utama DAS. Unsur-unsur utama
DAS tersebut adalah sifat-sifat tanah, vegetasi, topografi dan pengelolaan lahan
(agroteknologi) yang akan mempengaruhi perilaku hidrologis yang berbeda antara
suatu DAS dengan DAS lainnya. Demikian pula potensi sumber daya alam DAS
akan memberikan berbagai peluang penggunaan lahan yang akan berdampak pada
karakteristik tanah, hidrologis, besarnya erosi dan sedimentasi yang terjadi di
wilayah DAS (on-site) dan out let (off-site).
5
Dinamika penggunaan lahan terutama penurunan luas hutan secara drastis
menjadi penggunaan lahan pertanian tanpa konservasi tanah dan air yang sesuai,
akan menyebabkan subsistem hidrologis terganggu, sehingga mengakibatkan
terjadinya fluktuasi debit aliran sungai yang tinggi pada musim hujan dan musim
kemarau, peningkatan laju erosi yang tinggi, penurunan kesuburan tanah, produksi
dan pendapatan petani. Waspodo (2007) menyatakan bahwa berkurangnya luas
hutan dan praktek bercocok tanam yang kurang sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air dapat menyebabkan berkurangnya reservoir dan akan
memberikan sumbangan yang signifikan terhadap terjadinya perubahan perilaku
aliran air berlebihan (banjir) di musim hujan dan kelangkaan air (kekeringan) di
musim kemarau. Selain itu, juga mempengaruhi ketersediaan air (kuantitas dan
kualitas) dan produktivitas lahan.
Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu yang menyebabkan
berkurangnya luas hutan secara signifikan akibat dikonversi menjadi lahan
pertanian dan non pertanian dari waktu ke waktu telah meningkatkan fluktuasi
debit sungai dengan ratio (Qmax/Qmin > 30) dan ketinggian air 3,5 – 4 m (Dinas PU
Sultra, 2008). Selain itu, juga erosi yang terjadi telah melampaui erosi yang
diperbolehkan (55,3 ton/ha/th > 32,7 ton/ha/th). Dampak erosi lahan dan erosi
infrastruktur tersebut telah menyebabkan sedimentasi di teluk Kendari mencapai
760.040 m3/th dalam periode 1995 – 2000, sehingga kedalaman teluk semakin
dangkal, yaitu sekitar 0 – 23 m pada saat air pasang (Iswandi, 2003).
Jika
kecenderungan ini terus berlanjut, maka pada gilirannya akan terjadi defisit air
pada musim kemarau, banjir dimusim hujan dan produktivitas lahan semakin
menurun serta laju pendangkalan teluk Kendari semakin cepat. Dampak dari
berbagai aktivitas penggunaan lahan pertanian yang tidak sesuai dengan
kemampuannya menyebabkan erosi tanah dan banjir di musim hujan, sebaliknya
tanaman kekurangan air bahkan sungai kekeringan di musim kemarau yang pada
gilirannya mengakibatkan sedimentasi sangat tinggi (Sinukaban, 2007).
Selain penggunaan lahan di atas, kegiatan infrastruktur di DAS Wanggu
seperti; pembangunan jalan raya dan Baypass (jalan negara, jalan provinsi,
kabuapten dan jalan desa) dengan cara urugan atau penimbunan, pembangunan
permukiman, perkantoran, perhotelan, pusat pelayanan kesehatan, Pelabuhan
6
PELNI/Pelabuhan Rakyat, serta penambangan pasir di sungai serta pelebaran
sungai
menjadi sumber erosi yang sangat tinggi pada musim hujan, yang
menghasilkan sedimentasi di saluran drainase, badan sungai dan teluk Kendari.
Sampah penduduk merupakan salah satu sumber sedimentasi penyebab
pendangkalan di teluk Kendari yang berasal dari kota Kendari yang letaknya
mengelilingi teluk. memberikan dampak terhadap sedimentasi dan kerusakan
lingkungan di sekitar teluk Kendari.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa konversi hutan menurunkan
kualitas tanah, tetapi akan meningkat kembali dengan pemberaan, penerapan
konservasi tanah dan air yang tepat atau dengan sistem agroforestry kakao
(Marwah, 2007; Handayani, 2001; Anas et al., 2005; Murtilaksono et al., 2005).
Dalam rangka mempertahankan fungsi hidrologis, peningkatan produktivitas
lahan pertanaian, pendapatan dan kelestarian kesuburan tanah/sumberdaya lahan
di DAS Wanggu diperlukan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan
lahannya dan penerapan agroteknologi yang tepat, dapat menekan erosi hingga
lebih kecil dari erosi yang ditoleransikan dan memberikan pendapatan bagi petani
melebihi pendapatan yang dapat memenuhi standar kebutuhan hidup layak.
Menurut Sinukaban (2007), penggunaan lahan yang sesuai kemampuan lahannya,
agroteknologi dan sosial ekonomi masyarakat petani dapat memberikan dampak
posistif melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian, pendapatan dan
kelestarian kesuburan tanah/sumberdaya lahan, penggunaan agroteknologi yang
disertai dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, maka
akan tercipta pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture). Disamping
landasan teoritis di atas, pendangkalan di teluk Kendari diperlukan juga kebijakan
pengelolaan sampah dan penanggulangan sedimentasi bersumber dari erosi
infrastruktur, tebing sungai, dan tanah longsor untuk menjamin terpeliharanya
kelestarian fungsi teluk yang strategis. Selain itu, dukungan kebijakan
penggunaan lahan dan agroteknologi alternatif yang dapat menjamin kelestarian
lahan dan pendapatan memenuhi kebutuhan hidup layak bagi petani dan
keluarganya. Secara ringkas kerangka pemikiran penelitian disajikan pada
Gambar 1.
7
Penggunaan lahan
di DAS Wanggu &
Teluk Kendari
Aktivitas pertanian,
penambangan/penggalian
tanah & penimbunan
sekitar teluk
Aktivitas di teluk :
dermaga, transportasi,
restoran terapung, & olah
raga air
Erosi tinggi
Aktivitas sekitar teluk :
konsumsi, industri,
transportasi, budidaya
tambak & ekowisata
Sampah
Sedimentasi
Pemanfaatan Teluk Kendari
(Nilai Ekonomi)
Pelabuhan (PELNI &
lokal), industri perikanan,
pertamina, tempat
pelelangan ikan
Ekowisata
Restoran/warung
Budidaya & penangkapan
ikan
Kawasan industri
Olah raga dayung
Riset
Habitat mangrove
Pemanfaatan
Teluk Kendari
Berkelanjutan
Dampak Negatif
(Fisik-Ekonomi)
Pendangkalan
Teluk
Strategi/Kebijakan
Penanggulangan
Pengerukan
Kuratif
Pengelolaan
Sampah
Preventif
Pengelolaan lahan
daerah hulu,
tengah, dan hilir
Penilaian Ekonomi
Manfaat
Biaya
Pengel. lahan
Berkelanjutan
1.1. Tujuan Penelitian
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Erosi < ETol
Debit sungai tahunan tidak
fluktuatif (Qm/Qa< 30)
Ketersediaan air cukup
(konsumsi, irigasi, industri)
Pendapatan petani > KHL
8
Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan :
1. Mengkaji dinamika penggunaan lahan dan keadaan biofisik lahan existing di
DAS Wanggu,
2. Mengkaji dampak dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu terhadap
penurunaan luas lahan hutan, erosi, run off, koefisien run off, fluktuasi debit
air, pendapatan petani pada kebun campuran, tegalan/sawah, dan sedimentasi
di teluk Kendari,
3. Mengembangkan model perencanaan penggunaan lahan dan agroteknologi
alternatif yang mampu meningkatkan kualitas lahan seperti: kapasitas infiltrasi
tanah dan intersepsi potensial, dan pendapatan petani, menurunkan run off,
koefisien run off, laju erosi dan sedimentasi di teluk Kendari, dan
4. Merumuskan model perencanaan penggunaan lahan dan agrotekonologi
alternatif yang tepat dalam pengelolaan DAS Wanggu berkelanjutan dan
kelestarian teluk Kendari.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka
pemikiran di atas, maka dirumuskan beberapa hipotesis, sebagai bberikut :
1. Dinamika penggunaan lahan di DAS Wanggu telah menyebabkan penurunan
luas hutan diikuti peningkatan luas kebun campuran, tegalan dan pemukiman,
memberikan dampak negatif terhadap penurunan kualitas lahan, peningkatkan
laju erosi, run off, koefisien run off, sedimentasi dan laju pendangkalan yang
tinggi serta berkurangnya kapasitas teluk Kendari menampung air.
2. Kesesuaian penggunaan lahan dan penerapan agroteknologi usahatani yang
tepat akan memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas lahan,
produktivitas lahan dan pendapatan petani memenuhi kebutuhan hidup layak,
sehingga pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) di
DAS Wanggu dan pemanfaatan teluk Kendari lestari.
9
Kegunaan dan Kebaharuan Penelitian
Kegunaan penelitian sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi petani di wilayah DAS Wanggu dalam menekan laju
penuruna lahan hutan, penerapan agroteknologi yang tepat, mampu
meningkatkan produktivitas lahan, ketersediaan air dan pendapatan petani
secara berkelanjutan sekaligus mepertahankan kelestarian teluk Kendari.
2. Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara, Kota Kendari, Konawe, Konawe Selatan dan BPDAS Sultra dalam
menentukan
kebijakan
model
perencanaan
penggunaan
lahan
dan
pengelolaan DAS Wanggu berkelanjutan, dan pengendalian sedimentasi di
teluk Kendari.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan penggunaan
lahan berkelanjutan di DAS Wanggu dan kelestarian teluk Kendari .
Kebaharuan (Novelty) Penelitian sebagai berikut :
1.
Memberikan hasil kajian secara komprehensif mengenai dampak dinamika
penggunaan lahan di DAS Wanggu periode 1960 – 2010 terhadap
sedimentasi kumulatif di teluk Kendari yang berasal dari erosi pembangunan
infrastruktur-tebing sungai-tanah longsor sebesar 49.292.191,7 m3 (88,3%)
atau 954.000 m3 per tahun, sampah penduduk 1.089.165,0 m3 (2,0%) atau
21.310 m3 per tahun, dan erosi lahan (pertanian, semak belukar, pemukiman
dan kehutanan) sebesar 5.150.182,4 m3 (9,3%) atau 104.000 m3 per
tahun.Memberikan solusi
alternatif pengendalian degradasi lahan dan
sedimentasi di teluk Kendari, melalui model penggunaan lahan dan
agroteknologi alternatif yang berkelanjutan di DAS Wanggu yaktu: hutan
33%, kebun campuran 44% dengan pola Agrosilvopastoral perenniel crops,
semak belukar 1%, tegalan 9% dengan pola multiple cropping dan
pemukiman 13%, dengan erosi lebih kecil erosi yang dapat ditoleransikan
(erosi 9,7 ton/th < Etol 12,1 ton/th), sedimen lebih kecil sedimen yang dapat
ditoleransikan (sedimen 54.300,0 ton/th < sedimen Etol 67.700,0/th) dan
pendapatan petani dari hasil usahataninya Rp 24.000.000 > Rp 22.000.000
kebutuhan hidup layak.
10
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi penggunaan lahan di daerah hulu, tengah dan hilir
yang terdiri dari : 1) aktivitas pembangunan pertanian (kebun campuran dan
tegalan/sawah) sebagai dampak alih fungsi hutan, 2) aktivitas pembangunan
infrastruktur (penimbunan dan urugan untuk pembangunan jalan, pemukiman,
perkantoran, restoran dan perhotelan di hulu, tengah dan hilir, 3) tambang galian
pasir di tengah dan hilir, 4) aktivtias
infrastruktur di teluk Kendari berupa:
penimbunan untuk perluasan pelabuhan PELNI dan pelabuhan Rakyat, 5)
kegiatan kunjungan wisata/ekowisata, restoran terapung dan warung tenda.
Kelima kegiatan tersebut masing-masing berpotensi menimbulkan fluktuasi debit
sungai dan erosi tinggi, produktivitas tanah dan pendapatan petani rendah, dan
sumber sampah yang pada gilirannya menjadi penyebab terjadinya sedimentasi di
teluk dan mengancam kelestarian fungsi teluk kendari.
Strategi penanggulangan sedimentasi, sehingga tidak menyebabkan
pendangkalan di teluk Kendari sebagai berikut :
1. Pengelolaan lahan di bagian hulu, tengah dan hilir yang meliputi : a) model
penggunaan lahan sesuai kemampuan dan kesesuaian lahannya, b)
agroteknologi (pola tanam, teknik konservasi tanah dan air), sehingga
menghasilkan erosi < ETol, fluktuasi debit aliran tahunan menjadi kecil
(Qmax/Qmin < 30) dan peningkatan produksi yang memberikan pendapatan >
KHL bagi petani.
2. Pengelolaan limbah dan sampah pada pemukiman di DAS Wanggu dan di
sekitar teluk Kendari
3. Pengerukan sedimen di teluk Kendari sebagai program jangka pendek oleh
pemerintah setempat.
11
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batasbatas topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh
di dalamnya akan mengalir melalui titik tertentu (out let).
Pengertian DAS
tersebut menggambarkan bahwa suatu wilayah yang mengalirkan air hujan yang
jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui suatu aliran atau
sungai ke outlet (Sinukaban, 2007). DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainnya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan (UU RI No.7/2004). Oleh sebab itu, dari segi
hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem
dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain
dalam DAS tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan
DAS yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas air, yang pada gilirannya
kualitas seluruh lingkungan hidup, antara lain penebangan hutan, penambangan,
permukiman, lingkungan pabrik, perubahan penggunaan lahan, penerapan teknik
konservasi tanah dan air, pengembangan pertanian lahan kering termasuk tanaman
pangan, tanaman perkebunan seperti tebu, karet, kelapa sawit, dan perubahan
agroteknologi.
Pengertian DAS tersebut di atas, menggambarkan Daerah aliran sungai
yang merupakan suatu sistem hidrologi yang di dalamnya terjadi suatu proses
interaksi antara faktor-faktor biotik, nonbiotik dan manusia. Sebagai suatu sistem,
maka setiap ada masukan (input) ke dalamnya, akan terjadi proses yang
berlangsung di dalamnya, dan dapat dievaluasi berdasarkan keluaran (output) dari
sistem tersebut. Karakteristik spesifik DAS dari sejumlah komponen penyusunnya
seperti curah hujan, evapotranspirasi, aliran permukaan, infiltrasi, aliran bawah
permukaan, aliran air bawah tanah, dan aliran sungai yang berkaitan dengan
unsur-unsur utama DAS. Unsur-unsur utama Das tersebut, yaitu sifat-sifat tanah,
12
vegetasi, topografi dan pola pengelolaan lahan yang akan mempengaruhi perilaku
hidrologis yang berbeda antara suatu DAS dengan DAS lainnya. Karakteristik
hujan dan aliran permukaan akan mencerminkan potensi penyediaan energi dan
massa dalam proses erosi dan sedimentasi. Demikian pula potensi sumberdaya
alam dalam DAS akan memberikan berbagai peluang penggunaan lahan dan akan
berdampak pada karakteristik, aliran permukaan, serta besarnya erosi dan
sedimentasi yang terjadi di wilayah DAS tersebut.
DAS dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola yang akan
menentukan pola hidrologi DAS. Pola aliran sungai pada suatu DAS dipengaruhi
oleh faktor geomorpologi, topografi, iklim dan vegetasi yang selanjutnya
menentukan bentuk DAS (Soewarno, 1991), sebagai berikut : 1) DAS memenjang
(bulu burung) dicirikan oleh induk sungainya memenjang dengan anak-anak
sungainya langsung masuk ke induk sungai, biasanya mempunyai debit banjir
relatif kecil, 2) Radial dicirikan oleh alur sungai seolah-olah memusat pada satu
titik sehingga berbentuk radial atau kipas dan bila hujan merata diseluruh DAS
sering mangalami banjir besar, 3) Paralel dicirikan oleh dua jalur sub DAS yang
bersatu di bagian hilirnya, 4) Komplek dicirikan oleh gabungan dasar dua atau
lebih bentuk DAS.
. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan DAS adalah rangkaian upaya yang dilakukan oleh manusia
untuk memanfaatkan sumberdaya alam DAS secara rasional guna memenuhi
kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup serta tetap membina hubungan
yang harmonis antara sumberdaya alam dan manusia serta keserasian ekosistem
secara lestari (Sinukaban, 2007).
Setiap kegiatan dalam DAS harus memenuhi
tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Suatu kegiatan
pembangunan berkelanjutan harus dapat mewujudkan paling sedikit tiga indikator
utama secara simultan, yaitu pendapatan yang cukup tinggi dan relatif merata,
teknologi yang digunakan tidak mengakibatkan degradasi lingkungan dan dapat
diterima (acceptable), serta dapat dikembangkan oleh masyarakat (replicable)
dengan sumberdaya lokal yang dimiliki.
13
DAS sebagai suatu sistem yang pengelolaannya bertujuan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengelolaan DAS
akan menciptakan ciri-ciri yang baik sebagai berikut : (1) mampu memberikan
produktivitas lahan yang tinggi. Untuk itu, harus dipilih komoditas pertanian
yang cocok dengan faktor biofisik setempat dan dikelola dengan agroteknologi
yang tepat, sehingga produktivitas tetap tinggi dan kelestarin kualitas lahan
terjaga
serta
mendukung
kehidupan
yang
layak
bagi
petani
yang
mengusahakannya; (2) mampu mewujudkan pemerataan produktivitas di seluruh
DAS, (3) dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. Fungsi hidrologis DAS
harus dapat terjaga kelestarinnya yang dicirikan oleh ketersediaan sumberdaya air
yang yang merata sepanjang tahun baik kuantitas, kualitas dan terdistribusi di
seluruh DAS.
Menurut Hufschmidt (1987), kerangka pemikiran pengelolaan DAS
didasarkan pada tiga dimensi pendekatan a