sedang dan asam laurat C 12:0 yang paling dominan di VCO dan PKO, tidak memasuki aliran darah sehingga tidak menyebabkan aterosklerosis pada
pembuluh darah menuju jantung. Jadi, walaupun VCO dan PKO merupakan minyak yang mempunyai penyimpangan yang dan dari segi nilai gizi kurang baik.
Akan tetapi VCO dan PKO bukan pemicu penyakit jantung koroner Silalahi, 2011. Dengan persentase komposisi golongan asam lemak SFA, MUFA, PUFA
VCO dan PKO yang dianalisis maka dapat diperoleh nilai gizinya berdasarkan penyimpangan dari yang ideal. Nilai gizi VCO dan PKO dapat dilihat dari Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Nilai gizi VCO dan PKO
Sampel Komposisi Asam Lemak
Penyimpangan Nilai Gizi
Total Penyimpangaan
SFA MUFA
PUFA VCO
92,60 59,27 6,09 27,24
1,29 32,04 118,55
PKO 80,93 47,60
16,48 16,85 2,49 30,84 95,29
Selain berdasarkan komposisi asam lemak, nilai gizi juga ditentukan oleh jenis asam lemak pada posisi TAG, karena berkaitan dengan mekanisme
metabolisme di dalam tubuh. Misalnya, asam lemak jenuh rantai panjang terutama asam palmitat dan miristat yang berada pada posisi sn-2 lebih bersifat aterogenik
dibandingkan dengan jika berada pada posisi sn-1,3. Sehingga untuk mengkaji nilai gizi VCO dan PKO penting juga dievaluasi distribusi jenis asam lemak pada
posisi triasilgliserol.
4.4 Distribusi Asam Laurat pada Posisi sn-2
VCO dan PKO dihidrolisis dengan enzim lipase yang kondisinya disesuaikan dengan metabolisme tubuh menghidrolisis minyak. Setelah
dihidrolisis sampel diesterifikasi sehingga menjadi metil ester asam lemak yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan alat Kromatografi Gas. Kromatogram asam lemak pada sampel VCO dan PKO pada posisi sn-1,3 dapat dilihat pada Lampiran
14-19, halaman 43-48. Contoh perhitungan distribusi asam palmitat pada posisi sn-2 dapat dilihat pada Lampiran 23, halaman 52. Persentase distribusi asam
laurat pada VCO dan PKO yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel
4
.3 Distribusi Asam Laurat Pada VCO dan PKO
Sampel Distribusis Asam laurat pada TAG
Bobot total g
Bobot pada sn-2 g
Distribusi pada posisi sn-2
Distribusi pada posisi sn-1,3
VCO 1,20
0,62 48,33
51,67 PKO
1,42 0,73
48,59 51,41
:
Hasil merupakan rata-rata dari 3 kali pengulangan penyuntikan sampel. Berat sampel : 6 gram minyak.
Berdasarkan Tabel 4.3, bobot asam laurat pada VCO pada posisi sn-2 lebih sedikit dibandingkan dengan PKO. Tetapi perbedaan bobot asam laurat ini
tidak memiliki perbedaan yang jauh. Asam lemak rantai pendek yang banyak terdapat pada posisi sn-1,3 dapat langsung dimetabolisme oleh hati dan langsung
menjadi energi. Sedangkan asam lemak rantai panjang yang berada pada posisi sn-1,3 tidak semua dapat diserap karena bereaksi dengan kalsium dan magnesium
membentuk garam yang tidak larut dalam air dan diekskresikan dari tubuh melalui feses.
Hasil penelitian Permata 2012, penggunaan metode hidrolisis dapat meningkatkan aktivitas antibakteri, dan metode enzimatik lebih baik
dibandingkan metode penyabunan, dimana hasil hidrolisis enzimatik adalah asam laurat dan monolaurin, sedangkan pada hidrolisis penyabunan yang dihasilkan
adalah asam laurat, monolaurin atau dilaurin atau tetap dalam bentuk trigliserida. Aktivitas antibakteri MCFA terbaik adalah dalam bentuk bebas dan
monogliserida. Trigliserida dan digliserida tidak efektif sebagai antibakteri. Dari
semua asam lemak jenuh, asam laurat memiliki aktivitas antimikroba lebih baik dibandingkan dengan asam kaprilat C8:0, asam kaprat C10:0, dan asam
miristat C14:0. Secara umum dilaporkan bahwa asam lemak dan monogliserida menginaktivasi bakteri dengan cara merusak membran plasma lipid bilayer dari
bakteri tersebut Enig, 1996; Kabara, et al., 1972; Widiyarti, dkk., 2009. Monolaurin mempunyai keunggulan dibandingkan dengan antibakteri
lainnya, dimana monolaurin hanya efektif terhadap bakteri patogen tetapi tidak untuk bakteri probiotik. Monolaurin menunjukkan sifat antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dan Mycobacterium terrae tetapi tidak menunjukkan sifat antibakteri terhadap Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia Lieberman, et al.,
2006.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN