The Formulation Antibacterial Compounds from Punica granatum Peel and Eugenia uniflora Leaf Extract and use of Zeolite to Maintain Stability Formula

FORMULASI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA DAN DAUN
DEWANDARU SEBAGAI SEDIAAN ANTIBAKTERI DAN
PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MENJAGA STABILITAS
FORMULA

FITRI AMALIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Formulasi Ekstrak Kulit Buah
Delima dan Daun Dewandaru sebagai Sediaan Antibakteri dan Penggunaan Zeolit
untuk menjaga Stabilitas Formula adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Oktober 2012

Fitri Amalia
NIM G451090361

ABSTRACT

FITRI AMALIA. The Formulation Antibacterial Compounds from Punica
granatum Peel and Eugenia uniflora Leaf Extract and use of Zeolite to Maintain
Stability Formula. Under direction of DYAH ISWANTINI PRADONO, SRI
BUDIARTI, and ZAENAL ABIDIN
The aim of this research is to perform a medicinal plant extracts formulation
of antibacterial compounds and to recognize the potential of natural zeolite in
combination with the antibacterial compounds. The formulation begins with a
single extract activity assay followed by combining a single extracts in various
comparisons. Results extract formula combined with zeolite and then tested to
heat at a temperature of 38oC for 24 hours. The results showed that the highest
activity was shown by the ethanol extract of pomegranate peel against bacteria
Bacillus cereus and Staphylococcus aureus. Formula extracts obtained from two

medicinal plant extracts as antibacterial compounds were able to inhibit the
growth of Staphylococcus aureus. Natural zeolites are combined with extract
formula able to maintain the antibacterial activity of the extract formula heat
effect on the temperature of 38oC for 24 hours.

Keywords: natural zeolite, antibacterial compounds, formulation

RINGKASAN
FITRI AMALIA. Formulasi Ekstrak Kulit Buah Delima dan Daun Dewandaru
sebagai Sediaan Antibakteri dan Penggunaan Zeolit untuk menjaga Stabilitas
Formula. Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO, SRI BUDIARTI dan
ZAENAL ABIDIN.
Kecenderungan masyarakat memanfaatkan berbagai bahan alam sebagai
obat, kosmetik maupun bahan sanitasi meningkatkan arah penelitian pada
penggalian potensi berbagai bahan yang berasal dari alam. Bahan alam dari
keanekaragaman hayati Indonesia banyak ditemukan bersifat sebagai antibakteri.
Kemampuan atau potensi suatu antibakteri yang berasal dari bahan alam sangat
mudah dipengaruhi oleh panas. Pengaruh tersebut dapat mendegradasi
kemampuan antibakteri. Formulasi dengan cara menggabungkan dua ekstrak serta
memanfaatkan kemampuan dari sifat zeolit dalam suatu sediaan diharapkan

mampu memberikan jawaban atas kekurangan tersebut. Hasil formulasi zeolit
bersama formula ekstrak tanaman obat dalam satu sistem diharapkan akan
menghasilkan sinergi yang mampu meningkatkan efektivitas kerja dari sediaan
formula ekstrak yang bersifat sebagai antibakteri. Terobosan dalam
mengkombinasi dua material yang memiliki potensi akan lahir produk unggulan
yang dapat diaplikasikan dibidang kesehatan dan kecantikan, sehingga diharapkan
akan meningkatkan nilai ekonomi, potensi ragam penggunaan serta
meningkatkan kiprah keilmuan dibidang bahan alam di dunia internasional.
Metode penelitian dimulai dari pembuatan lima simplisia tanaman obat
dilanjutkan proses maserasi dengan pelarut air, etanol 30% dan etanol 96%
sehingga diperoleh dua belas ekstrak tanaman. Ekstrak diuji aktivitas antibakteri
melalui metode difusi agar Kirby bauer terhadap bakteri Bacillus cereus ATCC
11778, Eschericia coli ATCC 25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923.
Dari dua belas ekstrak tunggal yang dimiliki, diambil dua ekstrak sehingga
menghasilkan empat puluh lima formula ekstrak. Seluruh formula ekstrak diuji
aktivitas antibakterinya sehingga empat formula ekstrak diambil dan
diformulasikan dengan zeolit alam. Hasil formulasi tersebut diuji pada panas 38oC
selama 24 jam dengan tujuan untuk mengetahui potensi dari zeolit dalam menjaga
stabilitas sediaan antibakteri dari formula ekstrak.
Hasil aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal menunjukkan bahwa

ekstrak memberikan aktivitas mulai konsentrasi 7.5 mg/mL terhadap bakteri B.
cereus dan S. aureus kecuali ekstrak etanol 96% kulit buah delima pada
konsentrasi 0.75 mg/mL. Sedangkan terhadap E. coli, aktivitas mulai pada
konsentrasi 37.5 mg/mL. Konsentrasi ini sama dengan 250 kali konsentrasi
kloramfenikol pada sebelas ekstrak tunggal dan 25 kali pada ekstrak etanol 96%
kulit buah delima untuk dapat menghambat pertumbuhan B. cereus dan S. aureus.
Sedangkan terhadap E. coli sama dengan 1250 kali konsentrasi kloramfenikol.
Empat puluh lima formula ekstrak menunjukkan aktivitas antibakteri tidak
lebih baik dari ekstrak tunggalnya. Pada perbandingan tertentu formula ekstrak
kehilangan aktivitas antibakterinya. Ada komponen dari kedua ekstrak yang
belum diketahui sehingga bersifat saling meniadakan aktivitas antibakterinya.
Pada perbandingan satu banding satu formula ekstrak memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan masing-masing bakteri uji. Jika dibandingkan dengan
formula lainnya yang mampu menghambat dua bakteri uji.
Hasil formulasi antara formula ekstrak dan zeolit menunjukkan bahwa
zeolit mampu menjaga stabilitas dari aktivitas antibakteri formula ekstrak.
Terbukti melalui pengamatan selama 24 jam, gabungan formula ekstrak-zeolit
yang telah dipanaskan mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada jam ke dua
sampai pada titik nol. Jika dibandingkan dengan formula ekstrak tanpa zeolit pada

kondisi yang sama, tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri sampai
dengan titik nol kurva pertumbuhan bakteri. Jumlah bakteri bertambah dari 106
sampai hampir mencapai 109 koloni bakteri. Kondisi ini menunjukkan gabungan
ekstrak-zeolit mampu mempertahankan aktivitas antibakteri dari formula ekstrak
terhadap pemanasan pada suhu 38oC selama 24 jam.

Keyword: zeolit alam, formulasi, aktivitas antibakteri

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tiak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

FORMULASI EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA DAN DAUN
DEWANDARU SEBAGAI SEDIAAN ANTIBAKTERI DAN

PENGGUNAAN ZEOLIT UNTUK MENJAGA STABILITAS
FORMULA

FITRI AMALIA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Kimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Sri Sugiarti

Judul Tesis : Formulasi Ekstrak Kulit Buah Delima dan Daun Dewandaru
sebagai Sediaan Antibakteri dan Penggunaan Zeolit untuk menjaga
Stabilitas Formula

Nama
: Fitri Amalia
NIM
: G451090361

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Dyah Iswantini Pradono, M.Agr
Ketua

Dr. dr. Sri Budiarti
Anggota

Dr. Zaenal Abidin
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Kimia


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Purwantiningsih, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc., A.gr

Tangal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala
karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 ini ialah formulasi,
dengan judul Formulasi Antibakteri dari Ekstrak Kulit Buah Delima dan Daun
Dewandaru dengan Zeolit Alam sebagai Bahan Penopang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dyah Iswantini Pradono,
M.Agr, Ibu Dr.dr. Sri Budiarti dan Bapak Dr. Zaenal Abidin selaku pembimbing.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Balai Pengujian

Mutu Produk Peternakan Bogor beserta staf penguji yang telah membantu selama
pengujian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda Imas Aisyah
dan anak-anakku tercinta Dhevira Chairani dan Husna Kayla Isria serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2012
Fitri Amalia

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 1974 dari ayah
Abdul Hamid Arif dan Ibunda Hj. Imas Aisyah. Penulis merupakan putri pertama
dari empat bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari Universitas Nusa Bangsa dan tahun 2009
masuk Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih mayor Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi penguji di Balai Pengujian
Mutu produk Peternakan Bogor sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.... ................................................................................... iv
PENDAHULUAN ..............................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Hipotesis.......................................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................
Manfaat ........................................................................................................

1
1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................

Antibakteri ...................................................................................................
Buah Delima Putih .......................................................................................
Tanaman Dewandaru……………………………………………………...
Zeolit.............................................................................................................

4
4
5
6
7

BAHAN DAN METODE ...................................................................................
Tempat dan Waktu penelitian ......................................................................
Bahan Uji .....................................................................................................
Metode Penelitian ........................................................................................

10
10
10
10

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
Pembuatan ekstrak tanaman obat ................................................................
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak tunggal……………………… .......
Formulasi ekstrak tunggal kulit buah delima dan daun dewandaru………
Uji potensi zeolit pada stabilitas formula antibakteri……………………..

14
14
15
20
21

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................
Simpulan ...................................................................................................... 25
Saran ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 26

i

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Analisis unsur zeolit alam Cikalong............................................................... 7
2 Rendemen hasil ekstraksi 50 gram simplisia dengan metode maserasi
terhadap tiga macam pelarut ........................................................................... 13
3 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal pada berbagai
konsentrasi, kontrol positif kloramfenikol 0.03 mg/mL dan ampisilin 0.01
mg/mL terhadap bakteri B. cereus ATCC 11778 ........................................... 15
4 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal pada berbagai
konsentrasi, kontrol positif kloramfenikol 0.03 mg/mL dan ampisilin 0.01
mg/mL terhadap bakteri E. coli ATCC 25922 ............................................... 16
5 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal pada berbagai
konsentrasi, kontrol positif kloramfenikol 0.03 mg/mL dan ampisilin 0.01
mg/mL terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 ........................................... 16
6 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah delima dan daun dewandaru………... . 17

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Mekanisme kerja kloramfenikol dalam sintesis protein.................................. 4
2 Buah Delima Putih .......................................................................................... 4
3 Tanaman Dewandaru ...................................................................................... 4
4 Kerangka struktur zeolit …………………………………………………… . 5
5 Pola difraksi sinar-X zeolit alam asal Cikalong Tasikmalaya ……………….. . 5
6 Hasil uji aktivitas ekstrak kulit delima pada bakteri Bacillus cereus
(B. cereus) ATCC 11778…………………………………………..……….. 15
7 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal terhadap tiga
bakteri uji dibandingkan dengan standar antibiotik kloramfenikol dan
ampisilin…………………………………………………………………… 19
8 Hasil uji aktivitas antibakteri lima formula ekstrak terhadap tiga bakteri uji
dibandingkan dengan standar antibiotik kloramfenikol dan ampisilin… ...... 20
9 Hasil uji aktivitas antibakteri Sembilan formula ekstrak (perbandingan 1:1)
terhadap tiga bakteri uji dibandingkan dengan standar antibiotik
kloramfenikol dan ampisilin……………………………………………….. 21
10 Formula ekstrak dan gabungan zeolit-ekstrak sebelum dan setelah
dipanaskan pada suhu 38oC selama 24 jam…………………………… ....... 22
11 Kurva pertumbuhan B. cereus dalam nutrient broth setelah ditambahkan
formula ekstrak dan gabungan zeolit-ekstrak yang telah dipanaskan pada
suhu38oC…………………………………………………………………… 22

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Diagram alir penelitian .................................................................................... 30
2 Interpretasi Zona Hambat (Kirby bauer) ......................................................... 31
3 Perbandingan Konsentrasi Ekstrak Kulit Delima dan Daun Dewandaru........ 32
4 Hasil uji aktivitas antibakteri 45 formula ekstrak terhadap tiga bakteri
uji.…………………………………………………………………....……… 33

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kecenderungan masyarakat memanfaatkan berbagai bahan alam sebagai
obat, kosmetik maupun bahan sanitasi meningkatkan arah penelitian pada
penggalian potensi berbagai bahan yang berasal dari alam. Bahan alam dari
keanekaragaman hayati Indonesia banyak ditemukan bersifat sebagai antibakteri.
Beberapa tanaman obat yang telah diketahui memiliki potensi sebagai antibakteri
diantaranya ekstrak kulit buah delima, ekstrak daun dewandaru, ekstrak kemangi,
ekstrak biji selasih dan juga ekstrak tabat barito. Kelima ekstrak tersebut diketahui
memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Bacillus
cereus, Bacillus subtilis, Eschericia coli, dan Salmonella (Al Zoreky 2009; Chun
2010; Choi et al. 2009; Fei Lv et al. 2011; Fiuza et al. 2009).
Kemampuan atau potensi suatu antibakteri yang berasal dari bahan alam
sangat mudah dipengaruhi oleh panas, cahaya dan juga pH. Pengaruh tersebut
dapat mendegradasi kemampuan antibakteri selain itu produk turunan yang
dihasilkan tidak selalu memberikan efek aman bagi tubuh (Puttarak et al. 2010;
Franje et al. 2010). Formulasi diharapkan mampu memberikan jawaban atas
kekurangan tersebut. Melalui formulasi stabilitas antibakteri dapat dijaga dan
ditingkatkan. Hal tersebut telah dibuktikan melalui penelitian sebelumnya bahwa
formulasi melalui penggabungan sejumlah ekstrak tunggal menjadi ekstrak
gabungan dua tanaman obat ternyata dapat meningkatkan daya inhibisi yang lebih
baik dari ekstrak tunggalnya dan efektivitas ekstrak bahan alam menjadi lebih
baik (Iswantini et al. 2004). Formulasi melalui komposit zat antibakteri dengan
suatu polimer juga telah banyak dikembangkan dalam berbagai bidang (Bala et al.
2011; Konwar et al. 2010). Mekanisme penyerapan zat antibakteri pada
permukaan polimer sehingga polimer mampu digunakan sebagai stabilizer untuk
mencegah terjadinya aglomerasi dan presipitasi partikel memberikan arah
penggunaan zeolit alam sebagai pengganti polimer yang memiliki banyak
keunikan serta aplikasi.
Zeolit merupakan salah satu bahan alam yang banyak dikenal dan
digunakan sebagai adsorben dan penjerap limbah. Mineral ini bersifat unik dan

2

khas karena memiliki struktur kristal aluminasilikat yang berbentuk rangka tiga
dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta mengandung ion-ion logam serta
molekul air. Keunikan sifat zeolit dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi pada
industri, pertanian, perikanan dan juga energi. Sifat adsorpsi maupun absorpsi
zeolit terhadap bahan organik, anorganik, gas maupun cairan diungkapkan dalam
beberapa penelitian mengenai pengolahan limbah, pemurnian dan sensor
(Hrenovic dan Tibljas 2002; Li dan Dutta 2010; Srihapsari 2006).
Kemampuan dan sifat yang dimiliki zeolit seperti tersebut di atas
menginspirasi penggunaan zeolit sebagai bahan yang mampu membantu suatu
sediaan antibakteri dalam menjaga stabilitasnya terhadap pengaruh panas atau
cahaya atau pH, sehingga efektivitas kerja antibakteri dapat tetap terjaga.
Terobosan dalam mengkombinasi dua material yang memiliki kemampuan seperti
tersebut di atas diharapkan dapat melahirkan produk unggulan yang dapat
diaplikasikan dibidang kesehatan dan kecantikan, sehingga meningkatkan nilai
ekonomi, potensi ragam penggunaan serta meningkatkan kiprah keilmuan di
bidang bahan alam di dunia internasional.

3

Hipotesis
Penelitian ini memiliki dua hipotesis :
1. Aktivitas antibakteri suatu ekstrak tanaman obat dapat meningkat melalui
formulasi antara dua ekstrak tunggal.
2. Formulasi dua ekstrak tunggal digabungkan dengan zeolit alam dapat
menjaga stabilitas sediaan antibakteri sehingga efektivitas kerja sediaan dapat
terjaga.

Tujuan
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, memperoleh formula dua
ekstrak tanaman obat sebagai sediaan antibakteri yang bersifat topikal. Kedua,
mengetahui potensi zeolit alam sebagai bahan yang membantu sediaan antibakteri
dalam melindungi dari pengaruh panas sehingga efektivitas kerja antibakteri dapat
terjaga.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi ilmiah tentang potensi
antibakteri hasil formulasi bahan alam dari dua ekstrak tanaman obat dan zeolit
alam Indonesia sebagai bahan yang dapat membantu menjaga stabilitas dan
efektivitas sediaan antibakteri.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Antibakteri
Antibakteri adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Proses tersebut
dilakukan melalui penghambatan sintesis dinding sel, sintesis protein, sintesis
asam nukleat, serta menghambat jalur metabolisme sehingga menghancurkan
struktur membran sel (Tenover 2006). Antibiotik kloramfenikol bekerja dengan
mengikat sub unit 50S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein bakteri.
Yang dihambat ialah enzim peptidil trasferase yang merupakan katalisator untuk
pembentukan ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein bakteri (Katzung
1998).

Gambar 1 Mekanisme kerja kloramfenikol dalam sintesis protein (Katzung 1998)
Ampisilin adalah antibiotik termasuk golongan penisilin. Mekanisme kerja
penisilin dengan cara menghambat pembentukan dinding dan permeabilitas
membran sel bakteri melalui penghambatan enzim transpeptidase (Gladwin 1995).
Salah satu senyawa antibakteri yang berasal dari tanaman adalah tanin
(Endo 2010; Fiuza et al. 2009; Jurenka 2008). Tanin merupakan senyawa
polifenol dengan bobot molekul yang besar, larut dalam air dan mampu
mengendapkan protein sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta
mikroorganisme lain seperti kapang dan khamir sehingga biasa disebut sebagai
antimikrob. Mekanisme kerja senyawa fenolik sebagai antimikrob dengan cara
menghilangkan permeabilitas membran sehingga isi sitoplasma keluar dan
menghambat sistem transport elektrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan
khamir, bakteri gram positif dan juga bakteri gram negatif (Saptarini 2007).

5

Buah Delima Putih

Gambar 2 Buah Delima Putih
Punica granatum (P. granatum) atau dikenal di Indonesia sebagai buah
delima diketahui memiliki sifat sebagai antibakteri. Sifat antibakteri pada kulit
delima telah diteliti oleh Al Zoreky (2009), disebutkan bahwa ekstrak metanol
80% memiliki kemampuan paling baik dalam menghambat pertumbuhan 9 jenis
bakteri termasuk

Staphylococcus aureus (S. aureus) yang resisten terhadap

metisilin dan hasil ekstraksi menggunakan air, air-metanol dan dietil eter
diketahui memiliki kandungan fenol yang tinggi.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Endo et al. (2010); Nauli (2010);
Souza et al. (2006); Jurenka (2008) yang mengungkapkan bahwa komponen
utama yang bertanggung jawab menghambat pertumbuhan Candida albicans,
Candida stellatoidea dan Candida guilliermondii pada ekstrak buah delima adalah
tanin atau polifenol. Mekanisme spesifik tidak diketahui secara jelas namun
disebutkan bahwa ekstrak dapat menghancurkan membran sel mikroba melalui
pengendapan protein.
Buah delima Turki, bersifat sebagai antibakteri, anti jamur dan antioksidan
dengan kandungan fenol serta antosianin yang tinggi (Duman et al. 2009).
Adapun ekstrak etanol kulit delima yang biasa digunakan sebagai obat tradisional
di korea, dapat menghambat pertumbuhan 16 jenis Salmonella (Choi et al. 2009).

6

Tanaman Dewandaru

Gambar 3 Tanaman Dewandaru
Eugenia uniflora (E. uniflora) dengan nama umum dewandaru merupakan
perdu tahunan dengan tinggi ± 5m. Tanaman ini diketahui memiliki sifat sebagai
antibakteri. Pernyataan ini didukung oleh Souza et al. (2003) yang menyatakan
bahwa E. uniflora banyak dimanfaatkan sebagai antibiotik pada diare dan
beragam ekstrak ini sebagai antimikrob menunjukan hasil positif terhadap
Aspergillus flavus, Bacillus subtilis (B. subtilis), Escherichia coli (E. coli),
Klebsiella aerogenes, Mycobacterium phlei, Proteus vulgaris (P. vulgaris),
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa), Sarcina lutea, Serratia marcescens,
Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan Trichphyton mentagrophytes.
Aktivitas antimikrob daun Eugenia uniflora yang dilaporkan oleh Adebayo et al.
(1989) memiliki kandungan tanin, glikosida dan alkaloid. Kandungan ini
diperoleh melalui ekstrak dengan etil asetat dan metanol dan aktif terhadap E.
coli, P. vulgaris, Klebsiella pneumonia dan Aspergillus niger.
Sedangkan Fiuza, et al. (2009) menyatakan bahwa pada analisis
menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) menunjukan E. uniflora memiliki
kandungan flavonoids dalam fraksi etil asetat dan klorofom, tanin dalam fraksi etil
asetat dan terpen dalam fraksi heksan dan klorofom.

7

Zeolit
Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang bersifat lunak dan mudah
kering. Zeolit yang digunakan berasal dari Cikalong memiliki warna putih
kehijau-hijauan. Zeolit terbentuk dari abu vulkanik yang telah mengendap jutaan
tahun silam. Sifat-sifat mineral zeolit sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
kadar mineral zeolit. Menurut Arif (2011), kandungan mineral zeolit Cikalong
terdiri dari Si, Al, Ca, Fe, K, Mg dan Na. Zeolit mempunyai struktur berongga,
biasanya rongga ini diisi oleh air serta kation yang bisa dipertukarkan dan
memiliki ukuran pori tertentu. Oleh karena itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai
penyaring molekuler, senyawa penukar ion, sebagai filter dan katalis.
Tabel 1 Analisis unsur zeolit alam Cikalong
Unsur
Si
Al
Ca
Fe
K
Mg
Na
Sumber: Arif (2011)

Kadar (%)
68.4
10.3
9.57
6.57
4.33
0.570
0.285

Zeolit adalah mineral senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali
dan alkali tanah dengan rumus empiris (M2+,M2+)O.Al2O3.xSiO2.yH2O, dimana
M+ adalah Na atau K, dan M2+ adalah Mg, Ca, atau Fe, x merupakan suatu
bilangan 2-10 dan y merupakan bilangan 2-7. Molekul air dapat terjerap pada
struktur kristal zeolit sehingga sering dijumpai zeolit mengandung air kristal dan
disebut sebagai zeolit terhidrasi. Kandungan air dalam zeolit berkisar 1-35%.
Perbandingan antara atom Si dan Al akan menghasilkan banyak variasi zeolit. Dalam

struktur tektosilikat (Gambar 4), beberapa atom Si digantikan oleh atom Al
melalui substitusi isomorfik, menghasilkan struktur bermuatan negatif yang
berasal dari perbedaan antara tetrahedral (AlO4)5- dan (SiO4)4-.

8

Gambar 4 Kerangka struktur zeolit (Valdes et al. 2006)
Zeolit memiliki sifat kimia, diantaranya:
1. Penjerapan
Pada zeolit alam di dalam pori-porinya terdapat kation-kation atau
molekul air. Bila kation-kation atau molekul air tersebut dikeluarkan dari dalam
pori dengan suatu perlakuan tertentu maka air akan meninggalkan pori yang
kosong. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penjerap gas atau
cairan (Ginting et al. 2007). Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukan bahwa zeolit alam mampu dimanfaatkan sebagai adsorben limbah
pencemar seperti fosfor, besi, krom dan beberapa logam lainnya (Hrenovic dan
Tbiljas 2002; Susetyaningsih et al. 2009).
2. Penukar ion
Ion-ion pada rongga bertujuan untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini
dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran
dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara
lain tergantung dari sifat kation, suhu dan jenis anion. Senyawa bersifat anion
akan cenderung untuk ditolak dan bahkan tidak mampu untuk direspon dengan
baik oleh zeolit (Ginting et al. 2007; Arif 2011)
Berdasarkan hasil analisis menggunakan XRD, pada contoh zeolit alam
yang telah diidentifikasi menunjukkan contoh zeolit Cikalong adalah merupakan
jenis mordenit Na8(Al8Si40O96).24H2O (Wyantuti 2008). Seperti tampak pada
gambar 5 pola difraksi sinar-X zeolit alam asal Cikalong.

9

Gambar 5 Pola difraksi sinar-X zeolit alam asal Cikalong Tasikmalaya

Menurut Arif (2011) nilai kapasitas tukar kation pada contoh zeolit
Cikalong adalah 65 cmol/kg. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) ini lebih rendah
dibandingkan dengan nilai KTK pada zeolit sintetik yang berkisar diantara 250
sampai dengan 450 cmol/kg. Nilai KTK yang lebih rendah pada contoh zeolit
alam ini dikarenakan oleh material ikutan yang terdapat di dalamnya dan
mempengaruhi tingkat kemurnian dan keseragaman struktur zeolit itu sendiri.
Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk proses perlakuan maka nilai KTK
akan berubah, naik atau turun menyesuaikan dengan jenis lingkungan perlakuan
tersebut. Perlakuan yang melibatkan asam akan menyebabkan proses dealuminasi
sehingga menurunkan nilai KTK. Sedangkan perlakuan yang melibatkan basa
akan menghasilkan pembentukan senyawa silikat yang ada dipermukaan zeolit
dan meningkatkan nilai KTK.

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Biofarmaka, Pusat Studi
Biofarmaka, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan Bogor.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2011.
Bahan Uji
Lima tanaman obat
Kulit buah delima, kumis kucing dan biji selasih diambil dari kebun
Biofarmaka IPB, daun dewandaru diambil dari desa Tegal Waru Bogor,
sedangkan tabat barito diambil dari Kalimantan. Bahan yang diperoleh
dibersihkan, ditimbang dan dikeringkan di bawah sinar matahari dengan udara
terbuka selama 3 hari atau dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC hingga kadar
air di bawah 10% kemudian digiling dan selanjutnya disebut simplisia.
Zeolit
Zeolit dalam penelitian ini diperoleh dari daerah Cikalong. Material ini
sebelumnya telah digunakan oleh Arif dalam karakterisasi dan modifikasi zeolit
alam sebagai bahan media pendeteksi studi kasus kromium heksavalen. Sebelum
digunakan dalam formulasi zeolit digerus dan diayak hingga berukuran 100 mesh.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari lima tahap yaitu: pembuatan ekstrak tanaman
obat, pengujian aktivitas antibakteri tanaman obat, formulasi 2 ekstrak tanaman
obat, formulasi gabungan ekstrak tanaman obat dan zeolit, dan pengujian
efektivitas hasil formulasi.
Pembuatan ekstrak tanaman obat
Pembuatan ekstrak tanaman obat ini dilakukan untuk memperoleh ekstrak
tanaman obat yang akan digunakan dalam penelitian tanaman obat yang bersifat
sebagai antibakteri. Pada tahap ini diambil lima tanaman obat yang sebelumnya
telah diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Proses pengambilan

11

tanaman dari kebun, pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 50oC, dan
penggilingan dimaksudkan untuk memperoleh simplisia yang akan digunakan
dalam proses ekstraksi melalui proses maserasi. Maserasi dilakukan melalui
perendaman simplisia dengan 3 macam pelarut yaitu air, etanol 30% dan etanol
96%

dengan perbandingan 1:10 pada suhu kamar selama 2 x 24 jam. Air

rendaman atau supernatan dipisahkan dari endapannya melalui proses filtrasi
menggunakan kertas saring (Whatman No.1). Supernatan atau filtrat yang
dihasilkan diliofilisasi sehingga diperoleh ekstrak tunggal dari suatu tanaman
obat.
Pengujian aktivitas antibakteri
Ekstrak tunggal yang diperoleh dari hasil liofilisasi, diuji aktivitas
antibakteri metode difusi agar dengan kertas cakram Kirby-Bauer. Uji aktivitas
dilakukan dengan menggunakan tiga bakteri uji. Bakteri golongan gram negatif
Eschericia coli ATCC 25922, gram positif Bacillus cereus ATCC 11778 dan
Staphylococcus aureus ATCC 25923 (Microbiologic). Masing-masing bakteri
ditanam pada media pertumbuhan Nutrien Agar (NA) padat kemudian
diinkubasikan pada suhu 28oC dan 35oC selama 24 jam, dipanen dan dilarutkan ke
dalam NaCl fisiologis sebanyak 10 mL. Suspensi bakteri diukur kekeruhan
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm, dibandingkan dengan
standar 0,5 Mc farland, dan suspensi ini dihitung sebagai larutan 108. Suspensi
diencerkan dengan Nutrien Broth (NB) hingga mencapai 106, dan bakteri uji siap
digunakan.
Suspensi bakteri uji dipipet sebanyak 1 mL pada permukaan media NA
padat. Sebagai kontrol positif digunakan kertas cakram berisi antibiotik ampisilin
10 ug (Oxoid CT0003B) dan kloramfenikol 30 ug (Oxoid CT0013B). Ekstrak,
kontrol positif serta kontrol negatif dipipet sebanyak 75 uL, diteteskan di atas
kertas cakram pada permukaan media yang telah mengandung bakteri uji. Hasil
uji aktivitas antibakteri diekspresikan sebagai diameter daerah hambatan pada
permukaan media setelah diinkubasi selama 18 - 24 jam pada suhu 28oC bagi B.
cereus dan 35oC bagi E. coli dan S. aureus.

12

Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan mengacu pada Harborne (1987). Pengujian
dilakukan pada ekstrak dari kulit delima dan daun dewandaru. Kelompok senyawa
yang ingin diketahui dalam pengujian ini di antaranya alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid secara kualitatif.
Pada pengujian alkaloid digunakan pereaksi Dragendorf, Meyer, dan
Wagner. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 2 mL
kloroform, dibasakan dengan 5 tetes NH4OH, ditambah 10 tetes H2SO4 2 M lalu
dikocok dengan menggunakan vorteks. Lapisan asam yang terbentuk diteteskan (3
tetes) pada pelat tetes menggunakan pipet. Keberadaan alkaloid ditunjukkan
dengan terbentuknya endapan merah jingga dengan pereaksi Dragendorf, endapan
putih dengan pereaksi Meyer, dan endapan cokelat dengan pereaksi Wagner.
Uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan 3 mL air panas pada
sampel, kemudian dididihkan selama 5 menit. Sebanyak 3 tetes larutan diteteskan
pada pelat tetes menggunakan pipet, selanjutnya ditambah serbuk Mg, 1 mL HCl
pekat, dan 1 mL amil alkohol kemudian dikocok menggunakan vorteks.
Terbentuknya warna merah/kuning/ jingga menunjukkan adanya flavonoid.
Uji saponin dilakukan dengan menambahkan 3 mL air panas pada sampel,
selanjutnya dipanaskan selama 5 menit dan dikocok 10 detik menggunakan
vorteks, kemudian dibiarkan selama 10 menit. Terbentuknya busa yang stabil
menunjukkan adanya senyawa saponin. Prosedur uji tanin hampir sama dengan uji
saponin. Sampel dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit, selanjutnya larutan
yang terbentuk ditambah beberapa tetes larutan FeCl3 1%. Terbentuknya larutan
berwarna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
Penentuan adanya senyawa triterpenoid dan steroid dilakukan dengan
menambahkan 2 mL eter pada sampel. Lapisan eter yang terbentuk diteteskan
pada pelat tetes kemudian ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam
sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah atau
ungu, sedangkan adanya steroid ditandai terbentuknya warna hijau atau biru.
Formulasi dua ekstrak tunggal tanaman obat
Hasil uji aktivitas antibakteri yang telah dilakukan, memberikan informasi
ekstrak tunggal yang memiliki diameter daerah hambatan yang sama atau lebih

13

besar dengan salah satu atau kedua kontrol positif yang digunakan. Ekstrak
tunggal ini kemudian diformulasikan dengan cara menggabungkan dua ekstrak
tunggal yang memiliki aktivitas tersebut di atas. Formulasi ini dimaksudkan untuk
memperoleh aktivitas yang lebih baik dari ekstrak tunggalnya.
Proses ini dilakukan dengan mencampurkan kedua ekstrak dalam berbagai
perbandingan. Perbandingan dilakukan dengan gradasi konsentrasi ekstrak dalam
jumlah perbandingan tetap. Masing-masing formula ekstrak gabungan diuji
aktivitasnya sehingga diperoleh formula antibakteri yang sama atau lebih besar
dari salah satu atau kedua kontrol positif.
Formulasi gabungan ekstrak tanaman obat dan zeolit
Formula ekstrak gabungan hasil formulasi nomor 3, selanjutnya
digabungkan dengan zeolit. Formulasi dilakukan dengan cara modifikasi metode
yang disampaikan oleh Bektas dan Kara 2004 dengan cara mencampurkan
formula ekstrak dengan zeolit pada perbandingan 1:1 yang digoyang selama 24
jam pada kecepatan 150 rpm pada suhu 27oC. Endapan yang dihasilkan
dipisahkan dari supernatannya, dicuci dengan masing-masing pelarutnya dan
kemudian dikeringkan dengan cara dianginkan di udara terbuka. Sebagian sampel
yang diperoleh selanjutnya dipanaskan pada suhu 38oC selama 24 jam, kemudian
seluruhnya diuji efektivitasnya.
Pengujian efektivitas hasil formulasi
Uji efektivitas dilakukan terhadap semua komponen bahan uji untuk
mendapatkan kurva pertumbuhan bakteri melalui pengamatan selama 24 jam.
Metode yang digunakan adalah Metode Tuang SNI 2897-2008.
Zeolit, formula ekstrak sebelum dan sesudah pemanasan, formula
gabungan ekstrak-zeolit sebelum dan sesudah pemanasan, kontrol positif dan
kontrol negatif dimasukkan sejumlah 25 gram ke dalam 225 mL NB yang telah
berisi bakteri uji 0.5 Mc Farland atau pada kisaran absorbansi 0.132 pada panjang
gelombang 600 nm. 1 mL sampel uji diambil tiap 1 jam selama 24 jam pada 2
cawan petri yang ditambahkan 20 mL NA atau Plate Count Agar (PCA).
Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada masing-masing suhu inkubasi.
Dihitung jumlah koloni pada masing-masing cawan untuk selanjutnya dibuat
kurva pertumbuhan sebagaimana yang dimaksud.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan ekstrak tanaman obat
Dalam penelitian ini, hasil pembuatan ekstrak tanaman obat dari 50 gram
simplisia diperoleh rendemen ekstrak seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Rendemen hasil ekstraksi 50 gram simplisia dengan metode maserasi
terhadap tiga macam pelarut
No.

Nama bahan

Pelarut

1.

Kulit delima

2.

Herbal kumis kucing

3.

Tabat barito

4.

Daun dewandaru

5.

Biji selasih

Air
Etanol 30%
Etanol 96%
Air
Etanol 30%
Etanol 96%
Air
Etanol 30%
Etanol 96%
Air
Etanol 30%
Etanol 96%
Air
Etanol 30%
Etanol 96%

Rendemen ekstrak
17.38%
25.04%
21.42%
15.58%
35.40%
6.57%
11.14%
18.99%
16.93%
12.60%
14.45%
20.70%
5.00%

Rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara berat ekstrak dengan
berat contoh dikalikan seratus persen. Besarnya rendemen ekstrak dipengaruhi
oleh kehalusan bahan, jenis pelarut dan lama ekstraksi (Bagem 2006). Pada Tabel
2 tampak bahwa rendemen ekstrak terbesar diperoleh dari pelarut etanol 30%
dengan rata-rata rendemen sebesar 14.5%-35%. Rendemen ekstrak dengan
pelarut air sebesar 11%-17% dan pelarut etanol 96% sebesar 6.5%-21%. Hampir
seluruh ekstrak yang dihasilkan berbentuk serbuk kecuali ekstrak etanol 96% biji
selasih berbentuk gumpalan yang berminyak. Biji selasih yang dimaserasi dengan
menggunakan air dan etanol 30% tidak diperoleh filtratnya, hal ini disebabkan
daya serap biji selasih kering terhadap pelarut polar yang sangat besar sehingga
biji selasih berubah menjadi gel. Berdasarkan hasil tersebut ekstrak biji selasih
tidak digunakan dalam penelitian selanjutnya.

15

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak tunggal
Hasil pengujian aktivitas antibakteri diekspresikan sebagai diameter
daerah hambatan (DDH) seperti tampak pada Gambar 6. Ekspresi hasil
pengukuran terhadap sensitivitas antibakteri didasarkan pada interpretasi zona
hambat Kirby bauer seperti yang disampaikan oleh Christoforus (2010) dan dalam
Tabel interpretasi zona hambat Kirby bauer (lampiran 2).

EE3KD

EAKD

CAP

EE9KD

AMP

Keterangan: EAKD=Ekstrak Air Kulit Delima, EE3KD=Ekstrak Etanol 30% Kulit Delima,
EE9KD=Ekstrak Etanol 96% Kulit Delima, CAP=kloramfenikol, AMP=Ampisilin

Gambar 6 Hasil uji aktivitas ekstrak kulit delima pada bakteri Bacillus cereus
(B. cereus) ATCC 11778
Tabel 3 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal pada berbagai
konsentrasi, kontrol positif kloramfenikol 0.03 mg/mL dan ampisilin
0.01 mg/mL terhadap bakteri B. cereus ATCC 11778
Nama Ekstrak
EAKD
EE3KD
EE9KD
EADW
EE3DW
EE9DW
EAKK
EE3KK
EE9KK
EATB
EE3TB
EE9TB
Kloramfenikol
Ampisilin

0.01
mg/mL
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
12.00

Diameter Daerah Hambatan (mm)
0.03
0.75
7.5
15
mg/mL
mg/mL mg/mL mg/mL
0.00
0.00
17.02
19.52
0.00
0.00
16.98
18.98
0.00
12.66
20.48
22.02
0.00
0.00
16.37
17.16
0.00
0.00
16.18
17.05
0.00
0.00
14.44
16.29
0.00
0.00
12.93
12.99
0.00
0.00
14.34
14.76
0.00
0.00
13.04
13.12
0.00
0.00
12.39
12.97
0.00
0.00
17.25
18.62
0.00
0.00
11.44
12.65
23.00
-

37.5
mg/mL
22.76
19.54
24.28
21.70
21.81
21.61
18.05
18.07
17.83
16.68
23.14
18.37
-

16

Tabel 4 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal pada berbagai
konsentrasi, kontrol positif kloramfenikol 0.03 mg/mL dan ampisilin
0.01 mg/mL terhadap bakteri E. coli ATCC 25922
Nama Ekstrak
EAKD
EE3KD
EE9KD
EADW
EE3DW
EE9DW
EAKK
EE3KK
EE9KK
EATB
EE3TB
EE9TB
Kloramfenikol
Ampisilin

0.01
mg/mL
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
23.00

Diameter Daerah Hambatan (mm)
0.03
0.75
7.5
15
mg/mL
mg/mL mg/mL mg/mL
0.00
0.00
0.00
11.91
0.00
0.00
0.00
11.76
0.00
0.00
0.00
16.86
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
11.42
0.00
0.00
0.00
15.99
0.00
0.00
0.00
0.00
23.00
-

37.5
mg/mL
15.12
15.02
19.60
0.00
13.17
13.32
0.00
10.77
13.45
13.96
19.82
0.00
-

Tabel 5 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal pada berbagai
konsentrasi, kontrol positif kloramfenikol 0.03 mg/mL dan ampisilin
0.01 mg/mL terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923
Nama Ekstrak
EAKD
EE3KD
EE9KD
EADW
EE3DW
EE9DW
EAKK
EE3KK
EE9KK
EATB
EE3TB
EE9TB
Kloramfenikol
Ampisilin

0.01
mg/mL
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
27.00

Diameter Daerah Hambatan (mm)
0.03
0.75
7.5
15
mg/mL
mg/mL mg/mL mg/mL
0.00
0.00
14.76
20.23
0.00
0.00
14.89
20.32
0.00
12.36
20.47
23.52
0.00
0.00
15.62
18.01
0.00
0.00
15.26
17.97
0.00
0.00
15.61
17.75
0.00
0.00
13.04
14.83
0.00
0.00
14.09
15.79
0.00
0.00
11.64
17.51
0.00
0.00
13.40
15.64
0.00
0.00
16.49
19.47
0.00
0.00
11.20
15.02
22.00
-

37.5
mg/mL
23.98
23.67
25.32
22.51
21.55
19.36
15.72
21.03
20.28
17.46
23.77
19.75
-

Keterangan: EAKD=Ekstrak Air Kulit Delima, EE3KD=Ekstrak Etanol 30% Kulit Delima,
EE9KD=Ekstrak Etanol 96% Kulit Delima, EADW=Ekstrak Air Dewandaru,
EE3DW=Ekstrak Etanol 30% Dewandaru, EE9DW=Ekstrak Etanol 96%
Dewandaru, EAKK=Ekstrak Air Kumis Kucing, EE3KK=Ekstrak Etanol 30%
Kumis Kucing, EE9KK=Ekstrak Etanol 96% Kumis Kucing, EATB=Ekstrak Air
Tabat Barito, EE3TB=Ekstrak Etanol 30% Tabat Barito, EE9TB=Ekstrak Etanol
96% Tabat Barito

17

Tabel 6 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Delima dan Daun Dewandaru
Nama Sampel
EAKD
EADW
Alkaloid
Hidroquinon
Tanin
+
+
Flavonoid
+
Saponin
Steroid
Triterpenoid
+
+
EE3KD
EE3DW
Alkaloid
Hidroquinon
Tanin
+
+
Flavonoid
+
+
Saponin
+
+
Steroid
Triterpenoid
EE9KD
EE9DW
Alkaloid
Hidroquinon
Tanin
+
+
Flavonoid
+
+
Saponin
+
+
Steroid
Triterpenoid
+
Keterangan: (-): tidak terdeteksi komponen, (+): terdeteksi komponen
Komponen

Hasil uji dua belas ekstrak tunggal menunjukkan bahwa ekstrak
memberikan aktivitas mulai konsentrasi 7.5 mg/mL terhadap bakteri B. cereus dan
S. aureus kecuali EE9KD pada konsentrasi 0.75 mg/mL (Tabel 3 dan 5).
Sedangkan terhadap E. coli konsentrasi ekstrak mulai menunjukkan aktivitas pada
15 mg/mL dan 37.5 mg/mL (Tabel 4). Konsentrasi ini sama dengan 250 kali
konsentrasi kloramfenikol untuk dapat menghambat pertumbuhan B. cereus dan S.
aureus, 25 kali pada EE9KD dan 1250 kali untuk dapat menghambat
pertumbuhan E. coli. Konsentrasi tersebut kurang menguntungkan jika ekstrak
akan digunakan sebagai obat karena diperlukan kadar yang tinggi untuk
menghambat pertumbuhan bakteri sehingga perlu dilakukan uji toksisitas serta
pemurnian terhadap bahan jika ekstrak akan digunakan sebagai obat.
Tabel 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa aktivitas suatu ekstrak sangat
dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan pada saat ekstraksi dan masing-masing

18

ekstrak memiliki efek yang berbeda terhadap masing-masing bakteri. Pada ekstrak
kulit buah delima, aktivitas ekstrak dari pelarut air mengandung tanin, flavonoid
dan triterpenoid (Tabel 6). Ketiga senyawa ini diketahui bersifat sebagai
antibakteri (Endo 2010; Naidu 2000; Sukadana 2008). Ekstrak etanol 30% dan
etanol 96% mengandung tanin dan flavonoid ditambah dengan saponin (Tabel 6).
Adanya saponin dalam ekstrak dapat meningkatkan kemampuan aktivitas
antibakteri. Seperti dijelaskan oleh Michal et al. (2009) bahwa saponin mampu
mengikat lipid pada dinding sel Proteus mirabilis sehingga meningkatkan
kemampuan antibakteri ampisilin melakukan penetrasi ke dalam sel bakteri.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tanin, flavonoid dan terpenoid merupakan
senyawa yang saling membantu menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pelarut air tidak mampu mengambil kandungan
saponin dalam simplisia sehingga mengakibatkan kemampuan ekstrak dalam
menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif menjadi berkurang.
Aktivitas yang ditunjukkan oleh ekstrak tunggal dalam penelitian ini
ditentukan oleh kandungan zat yang bersifat sebagai antibakteri. Aktivitas
antibakteri kontrol positif kloramfenikol dengan cara menghambat sintesis protein
dan ampisilin yang menghambat pembentukan dinding serta permeabilitas
membran sel bakteri dimiliki oleh ekstrak. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan
ekstrak kulit delima sebagai antibakteri dengan adanya tanin atau polifenol
melalui pengendapan protein (Endo et al. 2010). Mekanisme senyawa fenol
sebagai zat antimikroba adalah dengan cara meracuni protoplasma, merusak dan
menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba. Komponen fenol
juga dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi
spora atau berpengaruh terhadap asam amino yang terlibat dalam proses
germinasi. Senyawa fenolik bermolekul besar sehingga denaturasi terhadap
enzim esensial di dalam sel mikroba dengan mudah terjadi meskipun pada
konsentrasi yang sangat rendah. Selain tanin, flavonoid juga merupakan bahan
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti yang telah disampaikan
Naidu (2000) bahwa flavonoid memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas
dengan mengurangi kekebalan pada organisme sasaran. Hal yang sama diduga

19

terjadi pada ekstrak daun dewandaru dimana ekstrak memiliki kandungan tanin,
flavonoid, terpenoid dan saponin (Tabel 6).

Gambar 7 Hasil uji aktivitas antibakteri dua belas ekstrak tunggal terhadap tiga
bakteri uji dibandingkan dengan standar antibiotik kloramfenikol dan
ampisilin.
Gambar 7 menunjukan bahwa hampir semua ekstrak lebih aktif terhadap
B. cereus dan S. aureus yang merupakan kelompok bakteri gram positif dibanding
E. coli sebagai kelompok bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan kandungan
lipopolisakarida yang melapisi dinding sel dari bakteri gram negatif sehingga
menghambat difusi dari senyawa antibakteri, seperti yang dilaporkan oleh
Klancnik et al. (2010). Selain itu mereka memiliki ruang periplasmatik, berisi
enzim yang dapat memecah molekul asing yang masuk ke dalam sel bakteri.
Sehingga kelompok bakteri gram negatif lebih tahan dibanding gram positif
terhadap antibakteri yang ditambahkan.
Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa zat yang bertanggung jawab
terhadap sifat antibakteri dari hampir semua ekstrak tunggal diperkirakan adalah
tanin, flavonoid dan terpenoid. Sedangkan keberadaan saponin diduga membantu
meningkatkan aktivitas tersebut.
Konsentrasi ekstrak tunggal maupun formulasi yang digunakan dalam
penelitian selanjutnya adalah 37.5 mg/mL. Hal ini didasarkan pada tabel
interpretasi daerah hambatan Kirby Bauer dimana ampisilin memiliki DDH
sensitif 12 mm atau lebih dan kloramfenikol 18 mm atau lebih. Tabel 4
menunjukkan bahwa ekstrak daun dewandaru baru dapat menunjukkan aktivitas

20

terhadap bakteri E. coli pada konsentrasi tersebut sehingga konsentrasi ini
diharapkan mampu memberikan ekspresi yang baik untuk proses penelitian
selanjutnya.
Formulasi ekstrak tunggal kulit buah delima dan daun dewandaru
Terdapat 45 formula hasil formulasi ekstrak kulit buah delima dan ekstrak
daun dewandaru (lampiran 4). Pada konsentrasi 37.5 mg/mL formula ekstrak
menunjukkan aktivitas antibakteri yang tidak dapat melebihi ekstrak tunggalnya.

Gambar 8 Hasil uji aktivitas antibakteri lima formula ekstrak terhadap tiga bakteri
uji dibandingkan dengan standar antibiotik kloramfenikol dan
ampisilin.
Gambar 8 menunjukkan bahwa kemampuan formula ekstrak dengan
perbandingan tertentu menunjukan penurunan aktivitas yang sangat signifikan
dibandingkan ekstrak tunggalnya. Formula F2B kehilangan seluruh aktivitasnya
terhadap bakteri uji yang digunakan. Kondisi ini menjelaskan bahwa pada
perbandingan tertentu formulasi dapat menghilangkan aktivitas antibakteri ekstrak
tunggalnya. Ada komponen dari kedua ekstrak yang belum diketahui sehingga
bersifat saling menghambat dan meniadakan aktivitas antibakteri. Untuk
informasi lain belum dapat dijelaskan dalam penelitian ini karena terbatasnya
informasi tentang formulasi ekstrak kasar dari tanaman obat.
Hasil formulasi pada perbandingan satu banding satu yang ditunjukkan
pada Gambar 9 memberikan informasi bahwa formula tersebut memiliki aktivitas

21

antibakteri terhadap masing-masing bakteri uji. Hal ini berbeda dengan
perbandingan formula ekstrak lainnya, dimana pada bakteri uji E. coli ATCC
25922 sebelumnya formula ekstrak tidak dapat menunjukkan aktivitas. Formula
perbandingan satu banding satu memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri uji dengan spektrum lebih luas dibandingkan dengan formula lainnya,
ditunjukkan dengan persentase aktivitas terendah sebesar 48% atau aktivitas
minimal separuh dari kemampuan kontrol positif yang digunakan.

Gambar 9 Hasil uji aktivitas antibakteri sembilan formula ekstrak (perbandingan
1:1) terhadap tiga bakteri uji dibandingkan dengan standar antibiotik
kloramfenikol dan ampisilin.
Uji Potensi zeolit pada stabilitas formula antibakteri
Hasil pengamatan dimulai dengan melihat secara fisik perubahan yang
terjadi pada formula ekstrak dan gabungan ekstrak dengan zeolit sebelum dan
sesudah dipanaskan pada suhu 38oC selama 24 jam menunjukkan bahwa
perubahan yang terjadi melalui pemanasan tersebut menyebabkan pelelehan
formula ekstrak sedangkan gabungan ekstrak-zeolit tidak mengalami perubahan.
Kondisi tersebut dapat terlihat pada Gambar 10.
Gambar 11 menjelaskan bahwa pada konsentrasi ekstrak 100 mg/mL
diperoleh enam kurva pertumbuhan. Pertama, kurva pertumbuhan bakteri setelah
ditambahkan zeolit Cikalong. Kurva menunjukkan pertumbuhan bakteri hampir
sama dengan pertumbuhan bakteri normal B. cereus, berawal pada jumlah koloni

22

bakteri 106, terus meningkat sampai dengan jumlah koloni 1011 dan mengalami
fase stasioner.

formula ekstrak sebelum

gabungan ekstrak-zeolit sebelum

formula ekstrak sesudah

gabungan ekstrak-zeolit sesudah

Gambar 10 Formula ekstrak dan gabungan zeolit-ekstrak sebelum dan setelah
dipanaskan pada suhu 38oC selama 24 jam.

Keterangan: ZC=zeolit cikalong, FE2p=formula ekstrak setelah dipanaskan, FE2=formula
ekstrak sebelum dipanaskan, FE2Cp=gabungan ekstrak-zeolit setelah dipanaskan
dan FE2C=gabungan ekstrak-zeolit sebelum dipanaskan.

Gambar 11 Kurva pertumbuhan B. cereus dalam nutrient broth setelah
ditambahkan formula ekstrak dan gabungan zeolit-ekstrak yang telah
dipanaskan pada suhu 38oC.

23

Kedua, kurva pertumbuhan bakteri normal. Ketiga, kurva pertumbuhan
bakteri setelah ditambahkan formula ekstrak setelah dipanaskan (FE2p), kurva
menunjukkan pertumbuhan bakteri yang mirip dengan pertumbuhan bakteri
normal dimana jumlah koloni bakteri meningkat dengan bertambahnya waktu
inkubasi. Diawali pada jumlah koloni bakteri 106 dan berakhir pada hampir 109
koloni B. cereus. Keempat, kurva pertumbuhan bakteri setelah ditambahkan
formula ekstrak sebelum dipanaskan. Kurva menunjukkan penurunan jumlah
bakteri s