Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst
EFEKTIVITAS MUSEUM KARS INDONESIA
SEBAGAI MEDIA INTERPRETASI
KONSERVASI KAWASAN KARST
AHMAD GOZALI DARDA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Museum
Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Ahmad Gozali Darda
NIM E34062414
ABSTRAK
AHMAD GOZALI DARDA. Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media
Interpretasi Konservasi Kawasan Karst. Dibimbing oleh ARZYANA SUNKAR
dan EVA RACHMAWATI.
Pendidikan diperlukan sebagai suatu upaya konservasi kawasan karst. Salah
satu media interpretasi yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan mengenai
karst adalah Museum Kars Indonesia (MKI). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan karakteristik dan preferensi pengunjung MKI, serta menilai
efektivitas MKI. Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
pengunjung serta melakukan pencatatan dan pengamatan terhadap isi MKI.
Pengunjung yang datang ke MKI sebagian besar (88.64%) berasal dari golongan
dekat (0-70km), yaitu dari Wonogiri (60.44%), dari kelas umur dewasa (59%) dan
untuk tujuan menikmati pemandangan (47.46%). Penilaian efektivitas MKI
meliputi unsur desain ruangan, materi yang disampaikan dan media yang
digunakan. Efektivitas MKI sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst
tergolong belum efektif karena kriteria di setiap unsur belum terpenuhi dengan
baik, yaitu: (1) fasilitas pada unsur desain ruangan; (2) sistematika penyampaian
pada unsur materi yang disampaikan; serta (3) jenis dan bahan pada unsur media
yang digunakan.
Kata kunci: efektivitas, konservasi kawasan karst, media interpretasi, Museum
Kars Indonesia (MKI)
ABSTRACT
AHMAD GOZALI DARDA. The Effectiveness of Indonesian Karst Museum as
an Interpretation Media of Karst Area Conservation. Supervised by ARZYANA
SUNKAR and EVA RACHMAWATI.
Education is required for the conservation of a karst area. Indonesian Karst
Museum (Museum Kars Indonesia-MKI) is one of the interpretation media that
can be used as a media for karst education. The objectives of this study were to
determine the visitors‟ characteristics and preferences, and to assess the
effectiveness of MKI. The study was conducted by using questionnaire to visitors,
record and observe the contents of MKI. Majority of MKI visitors (88.64%) came
from close distance (0-70km), mostly from Wonogiri (60.44%) and from adult age
class (59%), for the purpose of enjoying the scenery (47.46%). The assessment of
the effectiveness of MKI consisted of the elements of room design, content of
subject and media used. The effectiveness of MKI as an interpretation media for
karst conservation classified not effective yet because of the effectiveness
elements didn‟t met the criterias: (1) the facilities of room design; (2) systematic
of delivery of material contents; and (3) type n material of media used.
Keywords: effectiveness, interpretation media, karst conservation, Museum Kars
Indonesia (MKI)
EFEKTIVITAS MUSEUM KARS INDONESIA
SEBAGAI MEDIA INTERPRETASI
KONSERVASI KAWASAN KARST
AHMAD GOZALI DARDA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi
Konservasi Kawasan Karst
Nama
: Ahmad Gozali Darda
NIM
: E34062414
Disetujui oleh
Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
Pembimbing I
Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Assalaamu‟alaikum wr. wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad Shollallahu „Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabat dan
seluruh umatnya termasuk kita semua hingga akhir zaman.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan
September 2011 ini ialah pendidikan konservasi, dengan judul Efektivitas
Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc dan
Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Anton sebagai penanggung jawab
pengelola di Museum Kars Indonesia, Ibu Nurul dari Dinas ESDM dan Bapak
Urip dari Disbudparpora Kabupaten Wonogiri yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih tiada putusnya disampaikan kepada
orangtua serta seluruh keluarga, atas segala do‟a dan kasih sayangnya. Serta atas
segala bantuan semua teman dan pihak yang telah banyak membatu namun tidak
dapat disebutkan satu persatu, penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Berbagai upaya telah dilakukan, namun penulis tetap menyadari akan
adanya kekurangan dalam karya ilmiah ini. Untuk itu penulis memohon maaf atas
segala kekurangan tersebut. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Wassalaamu‟alaikum wr.wb.
Bogor, Mei 2013
Ahmad Gozali Darda
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE PENELITIAN
2
Lokasi dan Waktu
2
Alat
2
Metode Pengumpulan Data
2
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Museum Kars Indonesia
4
Efektivitas Museum Kars Indonesia
5
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Peta lokasi penelitian.
Museum Kars Indonesia (MKI): (a) tampak depan dan (b) kondisi
bentang alam di sekitar MKI.
Tujuan kunjungan ke lokasi.
Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI.
Ruang Serbaguna
Ruang Peraga Lantai Atas
Ruang Peraga Lantai Bawah.
Pemandangan dari balkon di luar Ruang Serbaguna.
Pintu masuk ke dalam MKI.
Petunjuk arah di dalam MKI: (a). jenis petunjuk arah dan (b)
ketidaksesuaian peletakkan petunjuk arah jejak kaki.
Replika gua pada awal Ruang Peraga Lantai Bawah.
Tingkat pemahaman pengunjung dewasa terhadap materi MKI.
Tingkat pemahaman materi berdasarkan tujuan kunjungan.
Penilaian pengunjung terhadap media di dalam MKI.
Beberapa jenis media di MKI: (a) media dinding dan audio-visual; (b)
media tiga dimensi, dengan larangan untuk tidak menyentuh.
Media informasi di dinding dan televisi.
Posisi media di dinding MKI.
Desain posisi media.
Kerucut pengalaman Edgar Dayle.
2
4
5
6
6
6
7
8
8
9
9
14
14
15
16
17
17
18
19
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Kuesioner pengunjung
Media di dalam MKI dan materi yang disampaikan
22
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi memiliki empat unsur: komunikator (penyampai pesan),
komunikan (penerima pesan), pesan yang disampaikan dan media. Komunikasi
sendiri merupakan wujud dari interpretasi, berasal dari kata “communis” yang
berarti sama makna/arti (Effendy 2000). Komunikasi akan terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai pesan yang disampaikan oleh komunikator dengan
yang diterima oleh komunikan. Tingkat pemahaman terhadap pesan yang
disampaikan akan dipengaruhi oleh media. Media interpretasi merupakan alat,
metode, instrument dan sarana lainnya untuk menyampaikan pesan interpretasi
kepada publik (komunikan) (Sharpe 1982). Selain itu, penggunaan media dapat
menjadikan pesan yang disampaikan lebih menarik dan efektif untuk diterima.
Pesan mengenai konservasi kawasan karst bersumber dari tiga nilai penting
suatu kawasan karst yaitu ilmiah, ekonomi dan konservasi (Samodra 2001).
Beberapa contoh penyampaian pesan nilai-nilai karst ini telah dilakukan oleh
Wijaya (2008), Hidayati (2011) dan Joni (2012) melalui penggunaan media
interpretasi. Hasil penelitian Joni (2012) melalui penggunaan media online
menunjukkan peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap gua
setelah mengunjungi website yang dibuatnya (http://www.wix.com/asrijoni/media-pendidikan), namun akses terhadap media sangat bergantung pada
kecepatan koneksi jaringan internet. Pada penelitian lain, Hidayati (2011)
menunjukkan peningkatan pemahaman sejumlah anak di beberapa sekolah di
Bogor sebelum dan setelah melakukan kunjungan ke Gua Gudawang, yang
divisualisasikan melalui gambar mengenai kawasan karst. Sementara, Wijaya
(2008) mengembangkan media interpretasi fauna gua melalui papan interpretasi,
leaflet, slide program dan buku cerita di Gua Buniayu-Sukabumi.
Media lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai
konservasi kawasan karst adalah Museum Kars Indonesia (MKI). MKI adalah
satu-satunya museum di Indonesia yang di dalamnya berisi materi-materi
mengenai karst yang ditampilkan dalam beragam bentuk media interpretasi. Oleh
karena itu, dilakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan (efektivitas) MKI
dalam meningkatkan pemahaman pengunjung mengenai karst.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan karakteristik dan preferensi
pengunjung; serta (2) Menilai efektivitas MKI.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam upaya mengoptimalkan
serta meningkatkan peran MKI dan kawasan karst di sekitarnya sebagai sarana
pendidikan konservasi mengenai karst, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
pengunjung dan menimbulkan perilaku positif terhadap karst.
2
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Museum Kars Indonesia (MKI) (Gambar 1) yang
terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah pada bulan September 2011.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera dan kuesioner pengunjung.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data: (1) Pengunjung, yaitu karakteristik
(asal dan kelas umur) serta preferensi pengunjung; dan (2) Materi dalam MKI: (a)
desain (layout) ruangan; (b) materi; dan (c) media. Metode pengumpulan data
terdiri dari studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data mengenai MKI dan
pengunjung, yang diperoleh dari artikel, buku dan data statistik pengunjung.
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengunjung melalui kuesioner dengan metode
convenience sampling. Responden adalah pengunjung yang menyatakan
3
kesediannya untuk mengisi kuesioner. Jumlah responden adalah sebanyak 100
orang sesuai dengan yang dapat diperoleh selama waktu penelitian (satu minggu)
dan dengan pertimbangan jumlah tersebut sudah dapat menggambarkan
karakteristik dan preferensi pengunjung MKI. Wawancara dilakukan pada tiga
titik utama tempat berkumpulnya pengunjung, yaitu: (1) pintu keluar MKI; (2)
bangunan di depan pintu keluar MKI; dan (3) musholla di sebelah timur MKI.
Pengamatan Lapang
Pengamatan dilakukan untuk mengamati pola pergerakan pengunjung di
dalam MKI.
Analisis Data
Pengunjung
Data pengunjung dianalisis secara deskriptif disertai dengan menampilkan
grafik/diagram yang menggambarkan persentase asal dan kelas umur pengunjung,
serta tujuan kunjungan. Asal pengunjung dibagi menjadi tiga kategori: (1) Dekat,
yaitu < 70 km; (2) Sedang, 70-200 km; dan (3) Jauh, yaitu > 200 km. Kelas umur
pengunjung dibagi menjadi tiga: (1) Anak-anak, yaitu umur 6-12 tahun; (2)
Remaja, yaitu umur 13-21 tahun; dan (3) Dewasa, yaitu >21 tahun.
Efektivitas MKI
Efektivitas MKI dinilai berdasarkan kelas umur pengunjung yang
mendominasi. Penilaian efektivitas MKI menggunakan kriteria oleh Domroese
dan Sterling (1999), yaitu meliputi unsur: (a) desain (layout) ruangan, dengan
kriteria tersedianya ruang kosong (sebagai daerah untuk sirkulasi pengunjung),
letak pintu masuk-keluar yang berbeda, dan ketersediaan fasilitas pendukung; (b)
materi yang disampaikan, dengan kriteria isi materi dan cara penyampaian materi
(kesesuaian tema dan sistematika); serta (c) media, dengan kriteria jenis dan
bahan yang digunakan. Kriteria jenis media adalah berdasarkan ketepatan
pemilihan media sebagai sarana menyampaikan pesan, yaitu berdasarkan kerucut
pengalaman Edgar Dayle; dan kesesuaian media dengan preferensi pengunjung
(menarik tidaknya media dan kemudahan dalam membaca tulisan) dengan
minimal 75% pengunjung menyatakan media yang ada di dalam MKI sudah
memenuhi kriteria preferensi tersebut. Kriteria bahan media yang menjadi
pertimbangan adalah dampak lingkungan dari asal bahan yang digunakan, daya
tahan dan penampilan bahan.
Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan dan diberi penjelasan
berdasarkan masing-masing unsur. Penilaian efektivitas dibagi menjadi kategori:
(1) efektif, jika terdapat ketiga unsur dan semua kriteria terpenuhi; (2) belum
efektif, jika terdapat ketiga unsur, namun salah satu atau lebih unsur tidak
memenuhi kriteria; dan (3) tidak efektif, yaitu jika hanya terdapat salah satu atau
dua unsur.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai-nilai penting sebuah kawasan karst (Samodra 2001) mencakup: (1)
nilai ilmiah, diantaranya mencakup geologi, hidrologi, serta flora dan fauna; (2)
nilai ekonomi, diantaranya pariwisata dan pertanian; dan (3) nilai kemanusiaan,
diantaranya nilai-nilai sosekbud (sosial, ekonomi serta budaya) dan rekreasi.
Nilai-nilai tersebut disampaikan dalam Museum Kars Indonesia (MKI), yang
merupakan “pintu gerbang” dalam pendidikan mengenai karst di Indonesia.
Gedung MKI (Gambar 2a) dibangun pada lahan yang dikelilingi oleh bukit-bukit
karst dan lahan pertanian masyarakat (Gambar 2b). Letak museum berjarak sekitar
600 meter dari jalan raya Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunung Kidul dan
hanya sekitar 160 meter dari loket masuk kawasan. Transportasi utama ke lokasi
adalah kendaraan pribadi, namun pengunjung juga dapat menggunakan kendaraan
umum mobil yang tersedia di Terminal Pracimantoro (sekitar 5 km dari MKI).
(a)
(b)
Gambar 2 Museum Kars Indonesia (MKI): (a) tampak depan dan (b) kondisi
bentang alam di sekitar MKI.
Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Museum Kars Indonesia
Data statistik pengunjung MKI menunjukkan peningkatan jumlah dari
44176 orang selama Mei-Desember (5522 orang/bulan) pada tahun 2010 menjadi
43918 orang selama Januari-Juli (6274 orang/bulan) pada tahun 2011.
Berdasarkan jarak tempuh ke lokasi, asal pengunjung pada tahun 2011 didominasi
oleh golongan dekat (88.64%), yaitu berasal dari Wonogiri (60.44%), sedangkan
golongan sedang berjumlah 7.17% dan golongan jauh sebanyak 4.19%. Golongan
dekat berasal dari Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta dan Jawa Timur, diantaranya dari
kota: Wonogiri (60.44%), Klaten (2.58%), Sukoharjo (2.38%), Gunung Kidul
(12.68%), Pacitan (1.46%) dan Ponorogo (0.13%). Golongan sedang berasal dari
Jawa Tengah dan Jawa Timur, diantaranya dari: Karanganyar (2.51%), Sragen
(0.75%), Boyolali (0.65%) dan Magetan (0.01%). Golongan jauh berasal dari
Sumatera (0.39%), Banten (0.03%), Jakarta (0.73%), Jawa Barat (0.42%), Jawa
Tengah (0.3%), Jawa Timur (0.4%), Bali (0.06%), Kalimantan (0.03%), Maluku
(0.01%), luar negeri (sebanyak 0.02%, diantaranya dari Malaysia dan Irlandia),
dll. Pengunjung yang datang juga terdiri dari berbagai karakteristik kelas umur:
(1) Anak-anak, sebanyak 9%; (2) Remaja (32%); dan (3) Dewasa (59%). Dengan
5
demikian, kelas umur dewasa dijadikan sebagai landasan penilaian efektivitas
MKI. Sebagian besar pengunjung dewasa (47.46%) datang ke Desa Gebangharjo
untuk tujuan menikmati pemandangan (Gambar 3).
Menikmati
pemandangan
47.46%
20.33%
Belajar ke
museum
Kegiatan ilmiah
di luar museum
18.64%
Caving
11.86%
1.69%
Lainnya
Gambar 3 Tujuan kunjungan ke lokasi.
Karakteristik dan preferensi pengunjung di atas merupakan aspek pasar
yang penting untuk diperhatikan dalam suatu kegiatan wisata (Damanik dan
Weber 2004). Setelah menilai aspek pasar, maka penting untuk melihat aspek
penawaran yang dimiliki oleh MKI dan menilai tingkat efektivitas yang dimiliki
MKI dalam mencapai tujuan pendidikan mengenai karst.
Efektivitas Museum Kars Indonesia
Pesan dalam suatu komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu isi dan lambang.
Isi adalah materi yang disampaikan dan lambang adalah sarana/media yang
digunakan untuk mengekspresikan isi pesan. Kedua aspek tersebut penting untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam komunikasi yang dapat menyebabkan
pemahaman yang salah terhadap hal-hal yang ingin disampaikan. Efektivitas MKI
sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst dapat diukur dari tingkat
pemahaman pengunjung terhadap materi yang disampaikan, yang dipengaruhi
oleh beberapa unsur (Domroese dan Sterling 1999) yaitu: (1) Desain ruangan; (2)
Materi yang disampaikan; dan (3) Media yang digunakan.
Desain Ruangan
Desain sebuah ruang pameran harus dirancang agar pengunjung mudah
bergerak (merasa nyaman) di dalam ruangan untuk menghindari overcrowding.
Penilaian efektivitas berdasarkan desain ruangan dengan demikian dilihat dari
layout ruangan, terdiri dari ada tidak adanya ruang kosong (daerah untuk
pergerakan pengunjung; Gambar 4) serta letak pintu masuk dan keluar MKI.
Bangunan MKI terdiri dari tiga lantai, yaitu: Ruang Serbaguna (Gambar 5), Ruang
Peraga Lantai Atas (Gambar 6) dan Ruang Peraga Lantai Bawah (Gambar 7) yang
isinya ditentukan berdasarkan tema materi yang disampaikan.
6
Gambar 4 Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI.
Gambar 5 Ruang Serbaguna
Gambar 6 Ruang Peraga Lantai Atas
7
Sumber : diadopsi dari Badan Geologi Bandung 2010
Gambar 7 Ruang Peraga Lantai Bawah.
Ketiga lantai di dalam MKI (Gambar 5-7) memiliki ruang kosong di bagian
tengah untuk memudahkan pergerakan/sirkulasi pengunjung dan dalam membaca
materi. Umumnya pengunjung yang datang ke MKI akan ramai pada hari Minggu
atau hari libur lainnya, sehingga dapat saja pengunjung yang datang berada dalam
kondisi padat/berdesakan ketika membaca materi. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung dalam membaca materi karena akan
memiliki kecenderungan untuk segera beralih ke media atau tempat lain yang
lebih nyaman, sehingga dapat menyebabkan ketidakutuhan penerimaan
informasi/materi.
Syarat suatu layout ruangan yang baik adalah adanya pintu masuk dan
keluar yang berbeda, sehingga hanya tersedia satu jalur bagi pengunjung
(Domroese & Sterling 1999). Layout demikian menjadikan ruangan MKI
memiliki arah jalur memutar dengan pintu masuk berada pada lantai 2 (Ruang
Peraga Lantai Atas) dan pintu keluar pada lantai 1 (Ruang Peraga Lantai Bawah)..
Secara tidak langsung, jalur satu arah akan menempatkan pengunjung untuk
mengikuti alur materi interpretasi, didukung dengan petunjuk arah yang tersedia,
sehingga pengunjung tidak perlu melihat kembali materi yang sudah dilihat
sebelumnya. Hal ini menjadi penting untuk meminimalisir kejenuhan terhadap
materi yang disampaikan karena dalam proses pendidikan seseorang memiliki
kecenderungan akan lebih mudah menerima informasi terakhir yang diperolehnya
(Putro et al. 2012).
Berdasarkan kriteria desain ruangan, ketiga ruangan di MKI sudah
memenuhi kriteria. Selain itu, ketiga ruangan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
yang memudahkan pengunjung untuk menerima pesan yang disampaikan.
Perbedaan desain dan fasilitas yang ada di ketiga ruangan secara lebih rinci
dijelaskan dalam sub-sub bab berikut.
8
Ruang Serbaguna
Ruang Serbaguna (lihat Gambar 5) merupakan ruang auditorium dan
pemutaran film yang dilengkapi dengan media audiovisual serta fasilitas ruang
pemandu sekaligus operator, layar, proyektor, pengeras suara, kursi yang mampu
menampung sekitar 150 orang, dan balkon di bagian luar ruangan. Sayangnya, di
ruangan ini hanya terdapat satu pintu yang berfungsi sebagai pintu masuk-keluar
dan tidak dilengkapi dengan aturan kunjungan, sehingga dikhawatirkan
pengunjung yang masuk-keluar secara bebas ke dalam ruangan dapat mengganggu
pengunjung yang sedang menerima informasi melalui film.
Fasilitas balkon yang terdapat di luar Ruang Serbaguna (Gambar 8)
merupakan potensi dalam penyampaian materi mengenai karst. Desain letak
balkon berhadapan langsung dengan pemandangan karst Desa Gebangharjo,
sehingga pengunjung dapat mengkaitkan materi dalam MKI dengan kondisi nyata.
Gambar 8 Pemandangan dari balkon di luar Ruang Serbaguna.
Ruang Peraga Lantai Atas
Ruang Peraga Lantai Atas (lihat Gambar 6) merupakan lantai utama karena
merupakan pintu masuk ke dalam MKI (Gambar 9). Setelah masuk, pengunjung
dapat mengisi buku tamu dan melihat denah isi museum. Fasilitas pendukung
yang digunakan pada ruangan ini adalah petunjuk arah berupa gambar seorang
penelusur gua yang sedang menunjuk, kelelawar yang membawa arah petunjuk
dan jejak kaki (Gambar 10a). Namun, penempatan petunjuk arah berupa stiker
jejak kaki tidak sesuai dengan fungsinya dan terkesan mengurangi nilai estetika di
dalam MKI (Gambar 10b).
Gambar 9 Pintu masuk ke dalam MKI.
9
Ketidaksesuaian
penempatan
Gambar 10 Petunjuk arah di dalam MKI: (a). jenis petunjuk arah dan (b)
ketidaksesuaian peletakkan petunjuk arah jejak kaki.
Ruang Peraga Lantai Bawah
Ruang Peraga Lantai Bawah (lihat Gambar 7) memiliki fasilitas berupa
ruang pengelola, media, petunjuk arah dan pintu keluar museum. Berbeda dengan
kedua lantai lainnya, lantai ini memiliki media tiga dimensi berupa replika gua
yang didesain di pintu masuk Ruang Peraga Lantai Bawah (Gambar 11). Replika
gua ini menjadi daya tarik bagi pengunjung, terbukti dengan banyaknya
pengunjung yang berfoto di depan media ini.
Gambar 11 Replika gua pada awal Ruang Peraga Lantai Bawah.
Penempatan pintu keluar MKI yang berada di tengah Ruang Peraga Lantai
Bawah belum sepenuhnya dilengkapi oleh fasilitas penunjuk arah, sehingga dapat
menyebabkan pengunjung tidak terarah kunjungannya (dalam menerima materi
yang disampaikan) atau malas untuk melanjutkan membaca materi dan memilih
untuk langsung keluar MKI. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas berupa penunjuk
arah yang hanya menyediakan satu jalur di ruangan, sehingga memudahkan
pengunjung untuk melihat semua materi yang disampaikan.
Materi yang Disampaikan
Isi materi MKI (Tabel 1) dikelompokkan ke dalam dua tema besar yaitu
“Kars untuk Ilmu Pengetahuan” di Ruang Peraga Lantai Atas dan “Kars untuk
Kehidupan” di Ruang Peraga Lantai Bawah. Materi bertemakan “Kars untuk Ilmu
Pengetahuan” bersifat non-hayati, berbasiskan ilmu geologi, hidrologi, speleologi
dan paleologi. Materi yang disampaikan terdiri dari: (1) bentukan kars di dunia;
(2) proses terjadinya batu gamping; (3) bentukan dan proses terjadinya topografi
10
kars; (4) jenis batu gamping (kalsit dan dolomit); (5) peta penyebaran kars di
Indonesia; (6) tipe-tipe kars di Indonesia; dan (7) fenomena kars di Indonesia.
Sedangkan materi bertemakan “Kars untuk Kehidupan” lebih menitikberatkan
kepada nilai-nilai sosial dan hayati kawasan karst berbasiskan ilmu ekologi,
antropologi, arkeologi, sosiologi dan biologi. Materi yang disampaikan adalah: (1)
konservasi dan pengelolaan kawasan kars; (2) nilai kawasan kars (ilmiah, sosialbudaya, dan konservasi kawasan kars); (3) sosial-budaya masa lalu dan masa kini;
(4) kearifan lokal di kawasan kars; (5) keragaman flora-fauna di kawasan kars; (6)
air dan tanah di kawasan kars; (7) kondisi gua, melalui replika gua; dan (8)
topografi kars Gombong, Gunung Sewu, dan Maros dalam bentuk maket.
Tabel 1 Materi di dalam MKI
No.
-
Judul materi
Ruang Serbaguna
(Pemutaran film)
-
-
-
1
Ruang Peraga Lantai Atas
Kars untuk Ilmu Pengetahuan (Karst for Science)
Peta sebaran kars dunia
Isi materi
Sub tema
Kawasan kars:
1) Mengenal dan memahami
Kawasan Kars
2) Kars Raja Mandala
3) Cekungan Bandung
-
Kawasan non-kars:
1) Danau Kelimutu
2) Lumpur Sidoarjo
3) Gunung Merapi
-
Sebaran kars di dunia
Proses
terjadinya karst
2
Kars dunia
(Karst of the world)
Foto-foto di beberapa kawasan kars
di dunia
”
3
Terjadinya kars
(Genesis of karst)
Proses dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya kars
”
4
Terjadinya batu gamping
1) Proses terjadinya batu gamping
2) Lempeng (benua dan samudra)
3) Proses pengangkatan koloni koral
menjadi batu gamping di
pegunungan
4) Tektonik
5) Peraga: koral, gastropoda, dan
fosil pelesipoda
6) Film
”
5
Kalsit dan dolomit
1) Kalsit dan dolomit
2) Peraga : batu gamping
”
6
-
1) Batuan karbonat
2) Peraga : dolomit
”
7
Kepulauan terumbu/atoll
Panel gambar terumbu
”
11
Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)
No.
8
Judul materi
-
Isi materi
Peraga: koral, kalsit, potongan
stalaktit dan heliktit, serta stalakmit
Sub tema
”
9
Karstisifikasi
1) Pembentukan kars (karstifikasi)
2) Unsur-unsur bentang alam kars
3) Isi gua (speleoterm)
”
10
Tipe-tipe kars di Indonesia
Tipe: Gombong (kokpit), Gunung
Sewu (kerucut), dan Maros (menara)
Tipe-tipe karst
11
Fenomena eksokars di
Indonesia
Peraga: stalaktit dan stalakmit
Proses
terjadinya karst
12
Tentang kars
1)
2)
3)
4)
5)
6)
13
Peta penyebaran batuan
karbonat di Indonesia
Gambar peta
14
Fenomena kars Indonesia
15
”
”
Foto-foto fenomena kars
Film
Kars Indonesia Timur
Kars Indonesia Tengah
Kars Indonesia Barat
Tipe-tipe karst
Kars Gunung Sewu
1) Tentang Karst Gunung Sewu
2) Peraga : batu gamping
3) Film
”
16
Kars Ciampea
Tentang Kars Ciampea dan foto
”
17
Kars Gudawang
Tentang Kars Gudawang dan foto
”
18
19
-
Kars Maros-Pangkep,
Sulawesi Selatan
1)
2)
I.
II.
III.
Gambar kars
Apa itu karst?
Jenis kars
Sejarah kars
Gua: proses, ragam,
Peraga: stalaktit dan stalakmit
Foto-foto speleotem
Proses
terjadinya karst
1) Tentang Kawasan Kars MarosPangkep (KKMP)
2) Peraga : Lapies, stalakmit,
stalaktit, batu gamping berfosil,
batu gamping terhablur ulang,
kalsit, dolomit gampingan
Tipe-tipe karst
Proses
terjadinya karst
20
-
Peraga: potongan stalakmit dan fosil
gastropoda
21
-
Peraga: stalaktit dan stalakmit
22
Kars Gombong,
Jawa Tengah
1) Tentang Kars Gombong
2) Peraga: stalaktit dan stalakmit
”
Tipe-tipe karst
12
Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)
No.
23
Judul materi
Kars Sangkulirang,
Kalimantan Timur
Isi materi
Tentang Kars Sangkulirang
24
Kars Wawolesea,
Sulawesi Tenggara
Tentang Kars Wawolasea
”
25
Kars Cisaeng, Jawa Barat
Tentang Kars Ciseeng
”
26
Kars Padang,
Sumatera Barat
Tentang Kars Padang
”
27
Gua Pawon
1) Tentang Kars Rajamandala
2) Peraga : replika penemuan
manusia prasejarah Gua Pawon
”
28
Gua Liang Bua, NTT
1) Peraga: penemuan manusia
prasejarah Gua Liang
2) Gambar prasejarah
”
29
Kars Muna,
Sulawesi Tenggara
Tentang Kars Muna
”
30
Kars Papua
1) Tentang Kars Papua
2) Peraga: batu gamping rigangan
dan kapak batu
3) Film
”
31
Pembangunan Museum
Kars Indonesia
1) Peraga: museum dan
lingkungannya
2) Film
Sosial-budaya
Miniatur gua: speleoterm dan
manusia gua
Proses
terjadinya karst
32
Ruang Peraga
Lantai Bawah
Kars untuk kehidupan
(Karst for life)
-
Sub tema
”
33
Kars vertebra/
Vertebra kars
1) Peraga: kuda nil
2) Film
Biota karst
34
Kars untuk kehidupan
1) Tentang kars untuk kehidupan
2) Peraga: porositas air di batuan
3) Film
Karst untuk
kehidupan
35
Pembentukan endokars
1) Foto-foto
2) Film
Proses
terjadinya karst
36
Air dan tanah di kawasan
kars (water resources and
soil in karst area)
1) Foto-foto
2) Peraga: alat penampung air
Air dan tanah
kawasan karst
37
Keragarman flora dan
fauna di kawasan kars
(Karst biodiversity)
1) Foto-foto
2) Peraga: spesimen kering fauna
kars
Biota karst
13
Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)
No.
38
Judul materi
Sosial budaya masa lalu
(pre-historic sosio-culture
conditions of karst area)
Isi materi
1) Kehidupan manusia pra-sejarah
2) Peraga: manusia pra-sejarah dan
peralatannya
Sub tema
Sosial-budaya
39
Sosial budaya masa kini
Foto dan materi
”
40
Nilai ekonomi kawasan kars
1) Foto dan materi
2) Peraga: maket pemanfaatan kars
dan beberapa kerajinan
”
41
Aneka ragam nilai kawasan
kars
1) Nilai kawasan kars: ekonomi,
ilmiah, sosial budaya, dan
konservasi
2) Peraga: kehidupan kawasan kars
masa kini
Sosial-budaya
42
Konservasi dan pengelolaan
kawasan kars
1) Kriteria kawasan kars yang harus
dilindungi
2) Sasaran pengelolaan kawasan kars
Sosial-budaya
43
-
1) Peraga: patung caver (penelusur
gua) beserta peralatan SRT (Single
Rope Technique)
2) Film
Proses terjadinya
karst
44
-
Maket kars gunung sewu
Tipe-tipe karst
45
-
Maket kars gombong selatan
”
46
-
Maket KKMP
”
47
-
Peraga : kars gunung sewu
Foto-foto
”
48
Kars Wonogiri
Tentang Kars Wonogiri
”
49
Sebentuk kearifan lokal di
kawasan kars
Kearifan lokal di kawasan kars
Sosial-budaya
50
Fenomena dan daya tarik
kars Tuban
Tentang Kars Tuban
Tipe-tipe karst
51
-
1) Peraga: penambangan batu
gamping
2) Film
Sosial-budaya
52
-
1) Peraga: manusia pra-sejarah Song
Terus, kehidupan masa lalu, dan
manusia pra-sejarah Song Keplek
2) Film
Sosial-budaya
53
-
Peraga: batu gamping berongga
Proses terjadinya
karst
Keterangan : (-) = tidak ada nama/keterangan tema yang tertulis di dalam MKI; dan
(“) = sub tema sama dengan sub tema sebelumnya.
14
Pemahaman terhadap materi
(%)
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebenarnya semua materi sudah mewakili
berbagai nilai kawasan karst menurut Samodra (2001). Gambar 12 menunjukkan
bahwa pemahaman pengunjung mengenai materi yang ada di dalam MKI hanya
mencapai nilai rata-rata 69.49%. Gambar 12 menggambarkan bahwa pengunjung
lebih mudah memahami materi bertemakan “Kars untuk Kehidupan”, dengan
tingkat pemahaman terendah mengenai materi proses terjadinya karst serta air dan
tanah (66.10%) dan tertinggi mengenai sosial dan budaya (74.58%). Sebagian
besar pengunjung berasal dari Wonogiri dan 20% wilayah Wonogiri adalah
kawasan karst. Kedekatan mereka sehari-hari dengan kawasan karst
memungkinkan mereka untuk lebih mudah menyerap materi mengenai “Kars
untuk Kehidupan”.
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
68.00%
66.00%
64.00%
62.00%
60.00%
74.58%
67.79%
66.10%
Proses
terjadinya
karst
67.79%
Tipe-tipe
karst
66.10%
Sosial dan Flora dan
budaya
fauna
Air dan
tanah
Sub tema/isi materi
Gambar 12 Tingkat pemahaman pengunjung dewasa terhadap materi MKI.
Tingkat pemahaman pengunjung yang tidak sesuai dengan kelengkapan
materi yang disampaikan, menyiratkan adanya hambatan dalam penyampaian
pesan. Hambatan ini menurut Effendy (2000) dapat disebabkan oleh kepentingan
yang berbeda seperti tujuan kunjungan dalam penelitian ini (Gambar 13).
64%
64%
Menikmati pemandangan
Tujuan utama ke lokasi
Belajar ke museum
79%
75%
82%
73%
82%
55%
55%
55%
86%
71%
71%
86%
71%
Caving
31%
54%
62%
54%
54%
40%
60%
Lainnya
0%
20%
80%
100%
Tingkat pemahaman materi (%)
Prsoses terjadinya karst
Sosial-budaya
Air dan tanah
Tipe-tipe karst
Flora dan fauna
Gambar 13 Tingkat pemahaman materi berdasarkan tujuan kunjungan.
15
Tingkat efektifitas (%)
Tujuan kunjungan akan menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan
tingkah laku/respon pengunjung terhadap objek yang ada (Damanik & Weber
2006). Gambar 14 menunjukkan bahwa pengunjung dengan tingkat pemahaman
yang lebih tinggi ditemukan pada pengunjung dengan tujuan kedatangan
memperoleh pengalaman/berinteraksi langsung dengan obyek yang dipelajari. Hal
tersebut ditunjukkan oleh rata-rata tingkat pemahaman pengunjung yang
melakukan kegiatan di luar ruangan yaitu menikmati pemandangan (72.80%) dan
caving (77%) dibandingkan dengan pengunjung yang datang dengan tujuan
belajar ke museum (64%).
Faktor penghambat lainnya adalah adanya gangguan yang dalam penelitian
ini dapat berasal dari cara penyampaian materi, yaitu melalui media yang
digunakan. Domroese dan Sterling (1999) menyebutkan empat kriteria suatu
media dinilai baik, yaitu: menarik untuk dilihat, relevan/tema sesuai dengan
pengunjung, terorganisasi/sistematik dan mudah dibaca. Pada Gambar 14 dapat
dilihat penilaian pengunjung terhadap keempat kriteria tersebut.
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
93.22%
81.36%
77.97%
59.32%
Menarik
Sesuai tema
Sistematik
Jelas dan mudah
dibaca
Kriteria
Gambar 14 Penilaian pengunjung terhadap media di dalam MKI.
Penilaian terhadap media pada Gambar 14 menunjukkan bahwa penilaian
terendah adalah terhadap sistematika penyampaian materi (59.32%). Kriteria yang
menjadi dasar dalam sistematika penyampaian materi adalah berdasarkan kaidah
umum dalam pembelajaran (Kurniasih 2011), yaitu penyampaian materi dari: (1)
konkret ke abstrak; (2) sederhana ke kompleks; dan (3) mudah ke sulit.
Sistematika media di dalam MKI dapat dilihat melalui pembagian ruangan dan
materi yang disampaikan (lihat Tabel 1).
Tabel 1 menunjukkan adanya kekurang sesuaian antara materi yang
disampaikan dengan susunan ruangan di MKI. Nilai kawasan karst yang lebih
mudah dirasakan adalah nilai kehidupan. Mengacu kepada kriteria sistematika
oleh Kurniasih (2011), seharusnya pintu masuk MKI diawali dengan materi
bertemakan “Kars untuk Kehidupan” dan dilajutkan dengan materi “Kars untuk
Ilmu Pengetahuan”. Selain itu Tabel 1 juga menunjukkan adanya tumpang tindih
materi berdasarkan pembagian sub tema materi. Terdapat materi-materi dalam
sub-tema “Karst untuk Ilmu Pengetahuan” yang diberikan di dalam ruang peraga
mengenai “Karst untuk Kehidupan”. Walaupun di satu sisi, hal tersebut dapat
16
berdampak positif karena pengunjung dapat mengingat kembali materi yang
disampaikan, namun dapat menimbulkan kebingungan terhadap materi yang
sedang disampaikan. Hal tersebut diduga menjadi penyebab rendahnya kriteria
sistematika media dalam penilaian pengunjung.
Media yang Digunakan
Media berperan penting sebagai lambang/simbol untuk menyampaikan
pesan. Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium” yang berarti “perantara atau pengantar”, yaitu segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
komunikan sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Tidak ada suatu jenis
media yang cocok untuk semua proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan
belajar (Sastromiharjo 2008).
Domroese dan Sterling (1999) membagi media interpretasi menjadi empat
jenis, yaitu: (1) Media dinding, berupa tulisan yang menempel pada dinding; (2)
Pameran bergerak, berupa panel yang berdiri sendiri di lantai dan mudah
dipindahkan; (3) Tiga dimensi, berupa obyek asli atau tiruan dan diorama; dan (4)
Media sentuh, berupa media berbahan asli atau tiruan yang dapat disentuh
langsung oleh pengunjung. Jenis media di setiap ruang peraga MKI meliputi
media dinding, audio-visual dan peraga tiga dimensi berupa benda asli atau tiruan
karst (Gambar 15).
(a)
(b)
Gambar 15 Beberapa jenis media di MKI: (a) media dinding dan audio-visual;
(b) media tiga dimensi, dengan larangan untuk tidak menyentuh.
Media Dinding
Desain dan elemen media interpretasi merupakan faktor penting karena akan
berpengaruh pada ketertarikan dan kemampuan pengunjung dalam menyerap
materi. Menurut Sadiman (1990) dalam Sastromiharjo (2008) media dinding
dapat digolongkan ke dalam media grafis yang lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibandingkan dengan media verbal semata serta dapat mengatasi
keterbatasan dalam ruang dan waktu, keterbatasan ketika menggunakan media
lain dan keterbatasan pengamatan, serta murah dan mudah tanpa memerlukan
peralatan khusus. Langkah-langkah dalam mendesain media dinding menurut
Domroese dan Sterling (1998) adalah: (1) memilih skema warna; (2) mencari dan
membuat ilustrasi (foto, lukisan, peta dsb.); (3) membuat judul; (4) menulis teks
materi; (5) menentukan gaya penulisan; (6) menentukan komposisi; dan (7)
17
memasukkan ilustrasi dan teks materi. Aspek penting pada langkah 1 dan 2
adalah kontras/perbedaan warna antara background/warna dasar media dengan isi
media. Gambar 16 menunjukkan bahwa warna dasar pada media dinding di MKI
menggunakan warna biru dengan tulisan berwarna putih. Kombinasi warna
tersebut cukup kontras dan mudah dibaca oleh pengunjung. Ilustrasi yang terdapat
pada media dinding juga terlihat menarik dan jelas.
Gambar 16 Media informasi di dinding dan televisi.
Langkah pada nomer 3-6 berkaitan dengan isi materi, yang harus
disesuaikan dengan kelompok sasaran pengunjung yang diinginkan. Gambar 17
menunjukkan bentuk dan ukuran tulisan serta penempatan media panel di MKI
dibandingkan dengan desain media pada Gambar 18 yang diperuntukkan untuk
orang dewasa. Secara keseluruhan, penempatan materi media dinding di MKI
tergolong sesuai/cocok hanya untuk pengunjung dewasa. Kemudahan akses yang
diberikan oleh desain media akan berpengaruh terhadap pemahaman pengunjung
mengenai materi yang disampaikan. Oleh karena itu, bentuk dan desain media di
MKI perlu dikembangakan untuk mencapai target kelas umur atau karakteristik
pengunjung lainnya.
Gambar 17 Posisi media di dinding MKI.
18
Sumber: diadopsi dari Domroese dan Sterling (1999)
Gambar 18 Desain posisi media.
Media Audio-Visual
Media audio-visual (Gambar 15a) adalah berupa layar pada Ruang
Serbaguna untuk pemutaran film dan berupa televisi yang penempatannya
bersamaan dengan media dinding. Ukuran layar sudah cukup ideal untuk ukuran
ruangan. Media audio-visual dianggap penting karena film merupakan daya tarik.
Selain itu, berdasarkan Kerucut Pengalaman Edgar Dayle (Effendi 2000), media
berupa film akan lebih memberikan pengetahuan konkret kepada pengunjung,
sehingga pemahaman terhadap materi yang disampaikan akan lebih tinggi jika
dibandingkan hanya menggunakan media dinding.
Media Peraga Tiga Dimensi
Media peraga tiga dimensi (Gambar 15b) di dalam MKI terdiri dari peraga:
batuan, kerangka manusia gua, miniatur gua, patung kuda nil, spesimen fauna gua,
patung manusia gua, alat pemanfaatan air berupa ember, miniatur topografi karst
(Gunung Sewu, Gombong dan Maros), patung caver (penelusur gua) dan miniatur
penambangan karst. Media peraga yang ditampilkan disesuaikan dengan tema
materi pada media dinding. Dengan demikian, peraga tiga dimensi dapat
memvisualisasikan materi yang disampaikan, sehingga akan lebih mudah
dibayangkan (konkret) dan diterima oleh pengunjung. Selain itu, media peraga
tiga dimensi juga lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
pengunjung terhadap materi yang disampaikan.
Bahan Media
Bahan media yang digunakan bervariasi, ada yang menggunakan bahan asli
(contoh: batuan, spesimen fauna gua, dsb; Gambar 15b) serta bahan buatan
(contoh: gypsum dan koran untuk membuat replika gua (Gambar 11), steroform
untuk membuat replika topografi kawasan karst, kaca, plastik, dsb). Dengan
adanya jenis media yang berasal dari bahan buatan, maka secara langsung akan
19
dapat mengurangi dampak lingkungan dari asal media yang berbahan asli,
walaupun juga dapat berpengaruh terhadap biaya yang perlu dikeluarkan, daya
tahan bahan media, serta jenis dan penampilan media (Domroese & Sterling
1999). Secara tidak langsung, penggunaan media antara yang asli dengan buatan
akan menimbulkan kesan yang berbeda bagi pengunjung sebagai hasil interaksi
panca indera pengunjung dengan obyek yang dipelajari (Gambar 19). Gambar 19
menunjukkan media verbal masih sebatas memberikan informasi secara
abstrak/sekilas, namun akan semakin konkret/nyata ke arah media yang mampu
memberikan pengalaman/interaksi langsung dengan obyek yang dipelajari.
Gambar 19 Kerucut pengalaman Edgar Dayle.
Penilaian Efektivitas Museum Kars Indonesia
Penilaian efektivitas MKI dilakukan berdasarkan pada tiga unsur yang
dikemukakan oleh Domroese & Sterling (1999). Pertama, unsur desain ruangan
sudah memenuhi kriteria ketersediaan ruang kosong, namun belum memenuhi
kriteria dalam hal: (a) pada Ruang Serbaguna terdapat satu pintu masuk-keluar,
namun tidak dilengkapi dengan aturan kunjungan, sehingga pengunjung yang
sedang menerima materi (menonton film) dapat terganggu oleh pengunjung yang
bebas masuk-keluar ke dalam ruangan; (b) penempatan fasilitas penunjuk arah
berupa stiker jejak kaki pada Ruang Peraga Lantai Atas tidak sesuai dengan
fungsinya; dan (c) kurangnya fasilitas penunjuk arah kunjungan pada Ruang
Peraga Lantai Bawah.
Kedua, unsur materi yang disampaikan sudah memenuhi kriteria isi materi,
namun belum memenuhi kriteria dalam hal sistematika materi yang disampaikan.
Tingkat pemahaman pengunjung menunjukkan bahwa materi mengenai “Kars
untuk Kehidupan” lebih tinggi daripada “Kars untuk Ilmu Pengetahuan”. Dengan
demikian, jika mengacu kepada kaidah umum pembelajaran yang disampaikan
Kurniasih (2011), maka materi yang seharusnya disampaikan terlebih dahulu pada
lantai utama adalah mengenai “Kars untuk Kehidupan”.
20
Ketiga, unsur media sudah memenuhi kriteria bahan yang digunakan karena
di dalam MKI juga digunakan jenis media dengan bahan buatan untuk
mendukung jenis bahan asli. Kriteria jenis media berupa preferensi pengunjung
sudah terpenuhi karena >75% pengunjung menganggap media di dalam MKI
menarik dan mudah dibaca, namun memiliki kekurangan karena jenis media
dinding lebih sesuai untuk ukuran pengunjung dewasa. Mengacu pada kriteria
ketepatan pemilihan media berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dayle, maka
media yang digunakan di dalam MKI belum sepenuhnya efektif karena belum ada
media asli karst yang dapat disentuh atau memberikan kesempatan kepada
pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan obyek karst, sehingga diperlukan
pengembangan media interpretasi baik di dalam maupun di luar MKI.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa ketiga unsur terdapat di dalam MKI,
namun kriteria pada setiap unsur belum terpenuhi dengan baik. Dengan demikian,
maka MKI dapat dikategorikan belum efektif sebagai media interpretasi
konservasi kawasan karst, sehingga dibutuhkan pengembangan media interpretasi
yang sudah ada agar dapat meningkatkan pemahaman pengunjung dan
membentuk perilaku pengunjung yang positif terhadap kawasan karst.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
Pengunjung MKI didominasi pengunjung dari Wonogiri (60.44%) dan kelas
umur dewasa (59%) dengan tujuan kunjungan utama untuk menikmati
pemandangan alam (47.46%).
Ketiga unsur efektivitas terdapat di dalam MKI, namun dalam
pelaksanaannya belum sesuai dengan kriteria di masing-masing unsur.
Unsur desain tidak memenuhi kriteria letak pintu masuk-keluar yang
berbeda dan minimnya fasilitas pendukung berupa penunjuk arah di Ruang
Peraga Lantai Bawah; unsur materi memiliki kekurangan dari sistematika
penyampaian materi; dan media memiliki keterbatasan dalam hal jenis
media yang digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MKI
belum efektif sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst.
Saran
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah perlunya
pengembangan MKI sebagai media interpretasi mengenai karst, meliputi materi
yang disampaikan dan jenis media yang digunakan. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam pengembangan tersebut adalah:
1.
Penelitian mengenai materi dan media interpretasi yang sesuai dengan
masing-masing kelas umur pengunjung.
2.
Penelitian mengenai obyek-obyek karst di luar MKI yang dapat digunakan
sebagai media interpretasi.
3.
Pembuatan program interpretasi sesuai kelas umur pengunjung di dalam dan
di luar MKI.
21
DAFTAR PUSTAKA
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata: dari teori ke aplikasi.
Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Domroese MC, Sterling EJ. 1999. Interpreting biodiversity. New York (USA):
Center of Biodiversity and Conservation American Museum of Natural
History Central Park.
Effendy OU. 2000. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung (ID): Citra
Aditya Bakti.
Hidayati S. 2011. Analisis persepsi siswa Sekolah Dasar kelas 4, 5, dan 6 terhadap
gua dengan metode DAET-R. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Joni A. 2012. Pengembangan media interaktif online sebagai sarana pendidikan
konservasi goa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kurniasih D. 2011. Penerapan meotde silaba untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan (penelitian tindakan kelas terhadap siswa Kelas I SD
Negeri Sukanagara III Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur).
[skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.
Putro HR, Supriatin, Sunkar A, Rossanda D, Prihatin ER. 2012. Pengelolaan
kolaboratif taman nasional di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.
Samodra H. 2001. Nilai strategis kawasan kars di Indonesia: pengelolaan dan
perlindungannya. Bandung (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Sanjaya W. 2007. Strategi pembelajaran: berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta (ID): Kencana.
Sastromiharjo. 2008. Media dan sumber pembelajaran. Bandung (ID): Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sharpe GW 1982. Interpreting the environment. 2nd ed. Singapore (SI): John
Wiley & Sons, Inc.
Wijaya RP. 2008. Konservasi fauna gua melalui media interpretasi. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
22
Lampiran 1 Kuesioner pengunjung
Kuesioner Penelitian Pengunjung
“Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai
Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst“
Oleh : Ahmad Gozali Darda
Selamat pagi/siang/sore/malam,
Sebelumnya Saya mohon maaf apabila dengan adanya pengisian
kuesioner ini dapat mengganggu aktivitas rekreasi Bapak/Ibu/Saudara/i.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Institut Pertanian Bogor. Kuesioner yang diberikan juga akan sangat
bermanfaat sebagai masukan dalam pengembangan pariwisata di lokasi
ini, khususnya dalam pelaksanaan program interpretasi bagi pengunjung.
Data kuesioner ini akan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Apabila ada pertanyaan yang dirasa kurang jelas, mohon kiranya untuk
menanyakannya. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I Saya
ucapkan terima kasih.
Isilah bagian yang kosong dibawah ini dan pilihlah bagian pilihan dengan
cara menyilang (x) atau mencontreng (v)! Pada bagian pilihan, silahkan pilih
satu jawaban saja yang Anda anggap paling sesuai... Trima kasih...
A.
Komposisi Pengunjung
1.
Kota tempat tinggal :
2.
Waktu tempuh ke lokasi :
3.
Jenis kelamin
:
4.
Umur
:
5.
Pendidikan terakhir :
SD
Universitas
SLTP
Lainnya,..................................
SLTA
23
6.
Pekerjaan
:
PNS
Pelajar
Swasta
Lainnya,.....................
Wirausaha
7.
Pendapatan
:
< 500 ribu
1,5 – 2 juta
500 ribu – 1 juta
> 2 juta
1 – 1,5 juta
8.
Dana yang siap/biasa dikeluarkan untuk berwisata :
9.
Sumber informasi lokasi
B.
:
Keluarga
Media
Teman
Lainnya,..................
Tujuan dan Pola Kunjungan
1.
Apakah tujuan utama Anda datang ke lokasi ini?
Menikmati pemandangan
Caving (penelusuran gua)
Belajar ke museum
Lainnya,...........................
Kegiatan penelitian/akademik di luar museum
2.
3.
4.
C.
Dengan siapakah Anda berkunjung?
Sendiri
Teman
Keluarga
Lainnya,................................
Berapa lamakah waktu yang Anda sediakan dalam kunjungan ini?
< 1 jam
2 – 3 jam
1 – 2 jam
> 3 jam
> 1 hari
Kegiatan apa yang Anda lakukan/sukai?
Menikmati pemandangan
Mengamati flora
Belajar di museum
Mengamati fauna
Caving
Lainnya,...........................
Minat/Preferansi Pengunjung
1.
Menurut Anda, potensi apa yang menjadi daya tarik utama di lokasi ini?
Museum
Sejarah di kawasan
Gua
Budaya masyarakat
24
Flora
Pemandangan alam
Fauna
Lainnya,..............................................
2.
Pernahkah Anda masuk gua?
Ya
3.
Gua manakah yang pernah Anda masuki atau menarik bagi Anda?
a. Gua Sodong
c. Gua Potro Bunder
e. Gua Gilap
b. Gua Sapen
d. Gua Sonya Ruri
f. Gua Tembus
Tidak
g. belum pernah
Berikan penjelasan Anda :
....................................................................................................................
4.
Apakah alasan Anda melakukan penelusuran gua (caving) bagi Anda
yang pernah melakukan? Bagi Anda yang belum pernah, apa yang Anda
harapkan dengan caving?
Petualangan
Menikmati keindahan gua
Mengamati flora gua
Lainnya,...........................
Mengamati fauna gua
5.
Materi/pengetahuan apa yang ingin Anda ketahui di lokasi?
Karst secara umum
Biota di luar gua (eksokarst)
Gua (endokarst)
Sosial-budaya masyarakat
Biota gua
Lainnya,......................
Topik/hal apa dari materi di atas yang ingin Anda ketahui?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
6.
Bagaimanakah pendapat Anda jika diadakan program yang dapat
memenuhi keinginan Anda di atas (nomor 5)?
Setuju
Tidak setuju
Berikan penjelasan Anda:
......................................................................................................................
......................................................................................................................
7.
Program seperti apakah yang Anda inginkan?
Menonton
Belajar/workshop
Bermain
Lainnya,........................
Kegiatan outdoor, contoh.............................................
25
8.
Berapakah anggaran yang dapat Anda berikan untuk mengikuti program
di atas?
9.
< 50 ribu
100 – 200 ribu
50 – 100 ribu
> 200 ribu
Untuk dapat mengikuti dan menikmati program di atas, apakah Anda
memerlukan peran fasilitator? (misalkan pemandu)
Ya
Tidak
10. Jika program yang Anda
SEBAGAI MEDIA INTERPRETASI
KONSERVASI KAWASAN KARST
AHMAD GOZALI DARDA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Museum
Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Ahmad Gozali Darda
NIM E34062414
ABSTRAK
AHMAD GOZALI DARDA. Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media
Interpretasi Konservasi Kawasan Karst. Dibimbing oleh ARZYANA SUNKAR
dan EVA RACHMAWATI.
Pendidikan diperlukan sebagai suatu upaya konservasi kawasan karst. Salah
satu media interpretasi yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan mengenai
karst adalah Museum Kars Indonesia (MKI). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan karakteristik dan preferensi pengunjung MKI, serta menilai
efektivitas MKI. Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
pengunjung serta melakukan pencatatan dan pengamatan terhadap isi MKI.
Pengunjung yang datang ke MKI sebagian besar (88.64%) berasal dari golongan
dekat (0-70km), yaitu dari Wonogiri (60.44%), dari kelas umur dewasa (59%) dan
untuk tujuan menikmati pemandangan (47.46%). Penilaian efektivitas MKI
meliputi unsur desain ruangan, materi yang disampaikan dan media yang
digunakan. Efektivitas MKI sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst
tergolong belum efektif karena kriteria di setiap unsur belum terpenuhi dengan
baik, yaitu: (1) fasilitas pada unsur desain ruangan; (2) sistematika penyampaian
pada unsur materi yang disampaikan; serta (3) jenis dan bahan pada unsur media
yang digunakan.
Kata kunci: efektivitas, konservasi kawasan karst, media interpretasi, Museum
Kars Indonesia (MKI)
ABSTRACT
AHMAD GOZALI DARDA. The Effectiveness of Indonesian Karst Museum as
an Interpretation Media of Karst Area Conservation. Supervised by ARZYANA
SUNKAR and EVA RACHMAWATI.
Education is required for the conservation of a karst area. Indonesian Karst
Museum (Museum Kars Indonesia-MKI) is one of the interpretation media that
can be used as a media for karst education. The objectives of this study were to
determine the visitors‟ characteristics and preferences, and to assess the
effectiveness of MKI. The study was conducted by using questionnaire to visitors,
record and observe the contents of MKI. Majority of MKI visitors (88.64%) came
from close distance (0-70km), mostly from Wonogiri (60.44%) and from adult age
class (59%), for the purpose of enjoying the scenery (47.46%). The assessment of
the effectiveness of MKI consisted of the elements of room design, content of
subject and media used. The effectiveness of MKI as an interpretation media for
karst conservation classified not effective yet because of the effectiveness
elements didn‟t met the criterias: (1) the facilities of room design; (2) systematic
of delivery of material contents; and (3) type n material of media used.
Keywords: effectiveness, interpretation media, karst conservation, Museum Kars
Indonesia (MKI)
EFEKTIVITAS MUSEUM KARS INDONESIA
SEBAGAI MEDIA INTERPRETASI
KONSERVASI KAWASAN KARST
AHMAD GOZALI DARDA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi
Konservasi Kawasan Karst
Nama
: Ahmad Gozali Darda
NIM
: E34062414
Disetujui oleh
Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
Pembimbing I
Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Assalaamu‟alaikum wr. wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad Shollallahu „Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabat dan
seluruh umatnya termasuk kita semua hingga akhir zaman.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan
September 2011 ini ialah pendidikan konservasi, dengan judul Efektivitas
Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc dan
Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Anton sebagai penanggung jawab
pengelola di Museum Kars Indonesia, Ibu Nurul dari Dinas ESDM dan Bapak
Urip dari Disbudparpora Kabupaten Wonogiri yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih tiada putusnya disampaikan kepada
orangtua serta seluruh keluarga, atas segala do‟a dan kasih sayangnya. Serta atas
segala bantuan semua teman dan pihak yang telah banyak membatu namun tidak
dapat disebutkan satu persatu, penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Berbagai upaya telah dilakukan, namun penulis tetap menyadari akan
adanya kekurangan dalam karya ilmiah ini. Untuk itu penulis memohon maaf atas
segala kekurangan tersebut. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Wassalaamu‟alaikum wr.wb.
Bogor, Mei 2013
Ahmad Gozali Darda
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE PENELITIAN
2
Lokasi dan Waktu
2
Alat
2
Metode Pengumpulan Data
2
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Museum Kars Indonesia
4
Efektivitas Museum Kars Indonesia
5
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Peta lokasi penelitian.
Museum Kars Indonesia (MKI): (a) tampak depan dan (b) kondisi
bentang alam di sekitar MKI.
Tujuan kunjungan ke lokasi.
Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI.
Ruang Serbaguna
Ruang Peraga Lantai Atas
Ruang Peraga Lantai Bawah.
Pemandangan dari balkon di luar Ruang Serbaguna.
Pintu masuk ke dalam MKI.
Petunjuk arah di dalam MKI: (a). jenis petunjuk arah dan (b)
ketidaksesuaian peletakkan petunjuk arah jejak kaki.
Replika gua pada awal Ruang Peraga Lantai Bawah.
Tingkat pemahaman pengunjung dewasa terhadap materi MKI.
Tingkat pemahaman materi berdasarkan tujuan kunjungan.
Penilaian pengunjung terhadap media di dalam MKI.
Beberapa jenis media di MKI: (a) media dinding dan audio-visual; (b)
media tiga dimensi, dengan larangan untuk tidak menyentuh.
Media informasi di dinding dan televisi.
Posisi media di dinding MKI.
Desain posisi media.
Kerucut pengalaman Edgar Dayle.
2
4
5
6
6
6
7
8
8
9
9
14
14
15
16
17
17
18
19
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
Kuesioner pengunjung
Media di dalam MKI dan materi yang disampaikan
22
22
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi memiliki empat unsur: komunikator (penyampai pesan),
komunikan (penerima pesan), pesan yang disampaikan dan media. Komunikasi
sendiri merupakan wujud dari interpretasi, berasal dari kata “communis” yang
berarti sama makna/arti (Effendy 2000). Komunikasi akan terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai pesan yang disampaikan oleh komunikator dengan
yang diterima oleh komunikan. Tingkat pemahaman terhadap pesan yang
disampaikan akan dipengaruhi oleh media. Media interpretasi merupakan alat,
metode, instrument dan sarana lainnya untuk menyampaikan pesan interpretasi
kepada publik (komunikan) (Sharpe 1982). Selain itu, penggunaan media dapat
menjadikan pesan yang disampaikan lebih menarik dan efektif untuk diterima.
Pesan mengenai konservasi kawasan karst bersumber dari tiga nilai penting
suatu kawasan karst yaitu ilmiah, ekonomi dan konservasi (Samodra 2001).
Beberapa contoh penyampaian pesan nilai-nilai karst ini telah dilakukan oleh
Wijaya (2008), Hidayati (2011) dan Joni (2012) melalui penggunaan media
interpretasi. Hasil penelitian Joni (2012) melalui penggunaan media online
menunjukkan peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap gua
setelah mengunjungi website yang dibuatnya (http://www.wix.com/asrijoni/media-pendidikan), namun akses terhadap media sangat bergantung pada
kecepatan koneksi jaringan internet. Pada penelitian lain, Hidayati (2011)
menunjukkan peningkatan pemahaman sejumlah anak di beberapa sekolah di
Bogor sebelum dan setelah melakukan kunjungan ke Gua Gudawang, yang
divisualisasikan melalui gambar mengenai kawasan karst. Sementara, Wijaya
(2008) mengembangkan media interpretasi fauna gua melalui papan interpretasi,
leaflet, slide program dan buku cerita di Gua Buniayu-Sukabumi.
Media lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai
konservasi kawasan karst adalah Museum Kars Indonesia (MKI). MKI adalah
satu-satunya museum di Indonesia yang di dalamnya berisi materi-materi
mengenai karst yang ditampilkan dalam beragam bentuk media interpretasi. Oleh
karena itu, dilakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan (efektivitas) MKI
dalam meningkatkan pemahaman pengunjung mengenai karst.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan karakteristik dan preferensi
pengunjung; serta (2) Menilai efektivitas MKI.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam upaya mengoptimalkan
serta meningkatkan peran MKI dan kawasan karst di sekitarnya sebagai sarana
pendidikan konservasi mengenai karst, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
pengunjung dan menimbulkan perilaku positif terhadap karst.
2
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Museum Kars Indonesia (MKI) (Gambar 1) yang
terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri,
Provinsi Jawa Tengah pada bulan September 2011.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera dan kuesioner pengunjung.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data: (1) Pengunjung, yaitu karakteristik
(asal dan kelas umur) serta preferensi pengunjung; dan (2) Materi dalam MKI: (a)
desain (layout) ruangan; (b) materi; dan (c) media. Metode pengumpulan data
terdiri dari studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data mengenai MKI dan
pengunjung, yang diperoleh dari artikel, buku dan data statistik pengunjung.
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengunjung melalui kuesioner dengan metode
convenience sampling. Responden adalah pengunjung yang menyatakan
3
kesediannya untuk mengisi kuesioner. Jumlah responden adalah sebanyak 100
orang sesuai dengan yang dapat diperoleh selama waktu penelitian (satu minggu)
dan dengan pertimbangan jumlah tersebut sudah dapat menggambarkan
karakteristik dan preferensi pengunjung MKI. Wawancara dilakukan pada tiga
titik utama tempat berkumpulnya pengunjung, yaitu: (1) pintu keluar MKI; (2)
bangunan di depan pintu keluar MKI; dan (3) musholla di sebelah timur MKI.
Pengamatan Lapang
Pengamatan dilakukan untuk mengamati pola pergerakan pengunjung di
dalam MKI.
Analisis Data
Pengunjung
Data pengunjung dianalisis secara deskriptif disertai dengan menampilkan
grafik/diagram yang menggambarkan persentase asal dan kelas umur pengunjung,
serta tujuan kunjungan. Asal pengunjung dibagi menjadi tiga kategori: (1) Dekat,
yaitu < 70 km; (2) Sedang, 70-200 km; dan (3) Jauh, yaitu > 200 km. Kelas umur
pengunjung dibagi menjadi tiga: (1) Anak-anak, yaitu umur 6-12 tahun; (2)
Remaja, yaitu umur 13-21 tahun; dan (3) Dewasa, yaitu >21 tahun.
Efektivitas MKI
Efektivitas MKI dinilai berdasarkan kelas umur pengunjung yang
mendominasi. Penilaian efektivitas MKI menggunakan kriteria oleh Domroese
dan Sterling (1999), yaitu meliputi unsur: (a) desain (layout) ruangan, dengan
kriteria tersedianya ruang kosong (sebagai daerah untuk sirkulasi pengunjung),
letak pintu masuk-keluar yang berbeda, dan ketersediaan fasilitas pendukung; (b)
materi yang disampaikan, dengan kriteria isi materi dan cara penyampaian materi
(kesesuaian tema dan sistematika); serta (c) media, dengan kriteria jenis dan
bahan yang digunakan. Kriteria jenis media adalah berdasarkan ketepatan
pemilihan media sebagai sarana menyampaikan pesan, yaitu berdasarkan kerucut
pengalaman Edgar Dayle; dan kesesuaian media dengan preferensi pengunjung
(menarik tidaknya media dan kemudahan dalam membaca tulisan) dengan
minimal 75% pengunjung menyatakan media yang ada di dalam MKI sudah
memenuhi kriteria preferensi tersebut. Kriteria bahan media yang menjadi
pertimbangan adalah dampak lingkungan dari asal bahan yang digunakan, daya
tahan dan penampilan bahan.
Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan dan diberi penjelasan
berdasarkan masing-masing unsur. Penilaian efektivitas dibagi menjadi kategori:
(1) efektif, jika terdapat ketiga unsur dan semua kriteria terpenuhi; (2) belum
efektif, jika terdapat ketiga unsur, namun salah satu atau lebih unsur tidak
memenuhi kriteria; dan (3) tidak efektif, yaitu jika hanya terdapat salah satu atau
dua unsur.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai-nilai penting sebuah kawasan karst (Samodra 2001) mencakup: (1)
nilai ilmiah, diantaranya mencakup geologi, hidrologi, serta flora dan fauna; (2)
nilai ekonomi, diantaranya pariwisata dan pertanian; dan (3) nilai kemanusiaan,
diantaranya nilai-nilai sosekbud (sosial, ekonomi serta budaya) dan rekreasi.
Nilai-nilai tersebut disampaikan dalam Museum Kars Indonesia (MKI), yang
merupakan “pintu gerbang” dalam pendidikan mengenai karst di Indonesia.
Gedung MKI (Gambar 2a) dibangun pada lahan yang dikelilingi oleh bukit-bukit
karst dan lahan pertanian masyarakat (Gambar 2b). Letak museum berjarak sekitar
600 meter dari jalan raya Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunung Kidul dan
hanya sekitar 160 meter dari loket masuk kawasan. Transportasi utama ke lokasi
adalah kendaraan pribadi, namun pengunjung juga dapat menggunakan kendaraan
umum mobil yang tersedia di Terminal Pracimantoro (sekitar 5 km dari MKI).
(a)
(b)
Gambar 2 Museum Kars Indonesia (MKI): (a) tampak depan dan (b) kondisi
bentang alam di sekitar MKI.
Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Museum Kars Indonesia
Data statistik pengunjung MKI menunjukkan peningkatan jumlah dari
44176 orang selama Mei-Desember (5522 orang/bulan) pada tahun 2010 menjadi
43918 orang selama Januari-Juli (6274 orang/bulan) pada tahun 2011.
Berdasarkan jarak tempuh ke lokasi, asal pengunjung pada tahun 2011 didominasi
oleh golongan dekat (88.64%), yaitu berasal dari Wonogiri (60.44%), sedangkan
golongan sedang berjumlah 7.17% dan golongan jauh sebanyak 4.19%. Golongan
dekat berasal dari Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta dan Jawa Timur, diantaranya dari
kota: Wonogiri (60.44%), Klaten (2.58%), Sukoharjo (2.38%), Gunung Kidul
(12.68%), Pacitan (1.46%) dan Ponorogo (0.13%). Golongan sedang berasal dari
Jawa Tengah dan Jawa Timur, diantaranya dari: Karanganyar (2.51%), Sragen
(0.75%), Boyolali (0.65%) dan Magetan (0.01%). Golongan jauh berasal dari
Sumatera (0.39%), Banten (0.03%), Jakarta (0.73%), Jawa Barat (0.42%), Jawa
Tengah (0.3%), Jawa Timur (0.4%), Bali (0.06%), Kalimantan (0.03%), Maluku
(0.01%), luar negeri (sebanyak 0.02%, diantaranya dari Malaysia dan Irlandia),
dll. Pengunjung yang datang juga terdiri dari berbagai karakteristik kelas umur:
(1) Anak-anak, sebanyak 9%; (2) Remaja (32%); dan (3) Dewasa (59%). Dengan
5
demikian, kelas umur dewasa dijadikan sebagai landasan penilaian efektivitas
MKI. Sebagian besar pengunjung dewasa (47.46%) datang ke Desa Gebangharjo
untuk tujuan menikmati pemandangan (Gambar 3).
Menikmati
pemandangan
47.46%
20.33%
Belajar ke
museum
Kegiatan ilmiah
di luar museum
18.64%
Caving
11.86%
1.69%
Lainnya
Gambar 3 Tujuan kunjungan ke lokasi.
Karakteristik dan preferensi pengunjung di atas merupakan aspek pasar
yang penting untuk diperhatikan dalam suatu kegiatan wisata (Damanik dan
Weber 2004). Setelah menilai aspek pasar, maka penting untuk melihat aspek
penawaran yang dimiliki oleh MKI dan menilai tingkat efektivitas yang dimiliki
MKI dalam mencapai tujuan pendidikan mengenai karst.
Efektivitas Museum Kars Indonesia
Pesan dalam suatu komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu isi dan lambang.
Isi adalah materi yang disampaikan dan lambang adalah sarana/media yang
digunakan untuk mengekspresikan isi pesan. Kedua aspek tersebut penting untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam komunikasi yang dapat menyebabkan
pemahaman yang salah terhadap hal-hal yang ingin disampaikan. Efektivitas MKI
sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst dapat diukur dari tingkat
pemahaman pengunjung terhadap materi yang disampaikan, yang dipengaruhi
oleh beberapa unsur (Domroese dan Sterling 1999) yaitu: (1) Desain ruangan; (2)
Materi yang disampaikan; dan (3) Media yang digunakan.
Desain Ruangan
Desain sebuah ruang pameran harus dirancang agar pengunjung mudah
bergerak (merasa nyaman) di dalam ruangan untuk menghindari overcrowding.
Penilaian efektivitas berdasarkan desain ruangan dengan demikian dilihat dari
layout ruangan, terdiri dari ada tidak adanya ruang kosong (daerah untuk
pergerakan pengunjung; Gambar 4) serta letak pintu masuk dan keluar MKI.
Bangunan MKI terdiri dari tiga lantai, yaitu: Ruang Serbaguna (Gambar 5), Ruang
Peraga Lantai Atas (Gambar 6) dan Ruang Peraga Lantai Bawah (Gambar 7) yang
isinya ditentukan berdasarkan tema materi yang disampaikan.
6
Gambar 4 Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI.
Gambar 5 Ruang Serbaguna
Gambar 6 Ruang Peraga Lantai Atas
7
Sumber : diadopsi dari Badan Geologi Bandung 2010
Gambar 7 Ruang Peraga Lantai Bawah.
Ketiga lantai di dalam MKI (Gambar 5-7) memiliki ruang kosong di bagian
tengah untuk memudahkan pergerakan/sirkulasi pengunjung dan dalam membaca
materi. Umumnya pengunjung yang datang ke MKI akan ramai pada hari Minggu
atau hari libur lainnya, sehingga dapat saja pengunjung yang datang berada dalam
kondisi padat/berdesakan ketika membaca materi. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung dalam membaca materi karena akan
memiliki kecenderungan untuk segera beralih ke media atau tempat lain yang
lebih nyaman, sehingga dapat menyebabkan ketidakutuhan penerimaan
informasi/materi.
Syarat suatu layout ruangan yang baik adalah adanya pintu masuk dan
keluar yang berbeda, sehingga hanya tersedia satu jalur bagi pengunjung
(Domroese & Sterling 1999). Layout demikian menjadikan ruangan MKI
memiliki arah jalur memutar dengan pintu masuk berada pada lantai 2 (Ruang
Peraga Lantai Atas) dan pintu keluar pada lantai 1 (Ruang Peraga Lantai Bawah)..
Secara tidak langsung, jalur satu arah akan menempatkan pengunjung untuk
mengikuti alur materi interpretasi, didukung dengan petunjuk arah yang tersedia,
sehingga pengunjung tidak perlu melihat kembali materi yang sudah dilihat
sebelumnya. Hal ini menjadi penting untuk meminimalisir kejenuhan terhadap
materi yang disampaikan karena dalam proses pendidikan seseorang memiliki
kecenderungan akan lebih mudah menerima informasi terakhir yang diperolehnya
(Putro et al. 2012).
Berdasarkan kriteria desain ruangan, ketiga ruangan di MKI sudah
memenuhi kriteria. Selain itu, ketiga ruangan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
yang memudahkan pengunjung untuk menerima pesan yang disampaikan.
Perbedaan desain dan fasilitas yang ada di ketiga ruangan secara lebih rinci
dijelaskan dalam sub-sub bab berikut.
8
Ruang Serbaguna
Ruang Serbaguna (lihat Gambar 5) merupakan ruang auditorium dan
pemutaran film yang dilengkapi dengan media audiovisual serta fasilitas ruang
pemandu sekaligus operator, layar, proyektor, pengeras suara, kursi yang mampu
menampung sekitar 150 orang, dan balkon di bagian luar ruangan. Sayangnya, di
ruangan ini hanya terdapat satu pintu yang berfungsi sebagai pintu masuk-keluar
dan tidak dilengkapi dengan aturan kunjungan, sehingga dikhawatirkan
pengunjung yang masuk-keluar secara bebas ke dalam ruangan dapat mengganggu
pengunjung yang sedang menerima informasi melalui film.
Fasilitas balkon yang terdapat di luar Ruang Serbaguna (Gambar 8)
merupakan potensi dalam penyampaian materi mengenai karst. Desain letak
balkon berhadapan langsung dengan pemandangan karst Desa Gebangharjo,
sehingga pengunjung dapat mengkaitkan materi dalam MKI dengan kondisi nyata.
Gambar 8 Pemandangan dari balkon di luar Ruang Serbaguna.
Ruang Peraga Lantai Atas
Ruang Peraga Lantai Atas (lihat Gambar 6) merupakan lantai utama karena
merupakan pintu masuk ke dalam MKI (Gambar 9). Setelah masuk, pengunjung
dapat mengisi buku tamu dan melihat denah isi museum. Fasilitas pendukung
yang digunakan pada ruangan ini adalah petunjuk arah berupa gambar seorang
penelusur gua yang sedang menunjuk, kelelawar yang membawa arah petunjuk
dan jejak kaki (Gambar 10a). Namun, penempatan petunjuk arah berupa stiker
jejak kaki tidak sesuai dengan fungsinya dan terkesan mengurangi nilai estetika di
dalam MKI (Gambar 10b).
Gambar 9 Pintu masuk ke dalam MKI.
9
Ketidaksesuaian
penempatan
Gambar 10 Petunjuk arah di dalam MKI: (a). jenis petunjuk arah dan (b)
ketidaksesuaian peletakkan petunjuk arah jejak kaki.
Ruang Peraga Lantai Bawah
Ruang Peraga Lantai Bawah (lihat Gambar 7) memiliki fasilitas berupa
ruang pengelola, media, petunjuk arah dan pintu keluar museum. Berbeda dengan
kedua lantai lainnya, lantai ini memiliki media tiga dimensi berupa replika gua
yang didesain di pintu masuk Ruang Peraga Lantai Bawah (Gambar 11). Replika
gua ini menjadi daya tarik bagi pengunjung, terbukti dengan banyaknya
pengunjung yang berfoto di depan media ini.
Gambar 11 Replika gua pada awal Ruang Peraga Lantai Bawah.
Penempatan pintu keluar MKI yang berada di tengah Ruang Peraga Lantai
Bawah belum sepenuhnya dilengkapi oleh fasilitas penunjuk arah, sehingga dapat
menyebabkan pengunjung tidak terarah kunjungannya (dalam menerima materi
yang disampaikan) atau malas untuk melanjutkan membaca materi dan memilih
untuk langsung keluar MKI. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas berupa penunjuk
arah yang hanya menyediakan satu jalur di ruangan, sehingga memudahkan
pengunjung untuk melihat semua materi yang disampaikan.
Materi yang Disampaikan
Isi materi MKI (Tabel 1) dikelompokkan ke dalam dua tema besar yaitu
“Kars untuk Ilmu Pengetahuan” di Ruang Peraga Lantai Atas dan “Kars untuk
Kehidupan” di Ruang Peraga Lantai Bawah. Materi bertemakan “Kars untuk Ilmu
Pengetahuan” bersifat non-hayati, berbasiskan ilmu geologi, hidrologi, speleologi
dan paleologi. Materi yang disampaikan terdiri dari: (1) bentukan kars di dunia;
(2) proses terjadinya batu gamping; (3) bentukan dan proses terjadinya topografi
10
kars; (4) jenis batu gamping (kalsit dan dolomit); (5) peta penyebaran kars di
Indonesia; (6) tipe-tipe kars di Indonesia; dan (7) fenomena kars di Indonesia.
Sedangkan materi bertemakan “Kars untuk Kehidupan” lebih menitikberatkan
kepada nilai-nilai sosial dan hayati kawasan karst berbasiskan ilmu ekologi,
antropologi, arkeologi, sosiologi dan biologi. Materi yang disampaikan adalah: (1)
konservasi dan pengelolaan kawasan kars; (2) nilai kawasan kars (ilmiah, sosialbudaya, dan konservasi kawasan kars); (3) sosial-budaya masa lalu dan masa kini;
(4) kearifan lokal di kawasan kars; (5) keragaman flora-fauna di kawasan kars; (6)
air dan tanah di kawasan kars; (7) kondisi gua, melalui replika gua; dan (8)
topografi kars Gombong, Gunung Sewu, dan Maros dalam bentuk maket.
Tabel 1 Materi di dalam MKI
No.
-
Judul materi
Ruang Serbaguna
(Pemutaran film)
-
-
-
1
Ruang Peraga Lantai Atas
Kars untuk Ilmu Pengetahuan (Karst for Science)
Peta sebaran kars dunia
Isi materi
Sub tema
Kawasan kars:
1) Mengenal dan memahami
Kawasan Kars
2) Kars Raja Mandala
3) Cekungan Bandung
-
Kawasan non-kars:
1) Danau Kelimutu
2) Lumpur Sidoarjo
3) Gunung Merapi
-
Sebaran kars di dunia
Proses
terjadinya karst
2
Kars dunia
(Karst of the world)
Foto-foto di beberapa kawasan kars
di dunia
”
3
Terjadinya kars
(Genesis of karst)
Proses dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya kars
”
4
Terjadinya batu gamping
1) Proses terjadinya batu gamping
2) Lempeng (benua dan samudra)
3) Proses pengangkatan koloni koral
menjadi batu gamping di
pegunungan
4) Tektonik
5) Peraga: koral, gastropoda, dan
fosil pelesipoda
6) Film
”
5
Kalsit dan dolomit
1) Kalsit dan dolomit
2) Peraga : batu gamping
”
6
-
1) Batuan karbonat
2) Peraga : dolomit
”
7
Kepulauan terumbu/atoll
Panel gambar terumbu
”
11
Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)
No.
8
Judul materi
-
Isi materi
Peraga: koral, kalsit, potongan
stalaktit dan heliktit, serta stalakmit
Sub tema
”
9
Karstisifikasi
1) Pembentukan kars (karstifikasi)
2) Unsur-unsur bentang alam kars
3) Isi gua (speleoterm)
”
10
Tipe-tipe kars di Indonesia
Tipe: Gombong (kokpit), Gunung
Sewu (kerucut), dan Maros (menara)
Tipe-tipe karst
11
Fenomena eksokars di
Indonesia
Peraga: stalaktit dan stalakmit
Proses
terjadinya karst
12
Tentang kars
1)
2)
3)
4)
5)
6)
13
Peta penyebaran batuan
karbonat di Indonesia
Gambar peta
14
Fenomena kars Indonesia
15
”
”
Foto-foto fenomena kars
Film
Kars Indonesia Timur
Kars Indonesia Tengah
Kars Indonesia Barat
Tipe-tipe karst
Kars Gunung Sewu
1) Tentang Karst Gunung Sewu
2) Peraga : batu gamping
3) Film
”
16
Kars Ciampea
Tentang Kars Ciampea dan foto
”
17
Kars Gudawang
Tentang Kars Gudawang dan foto
”
18
19
-
Kars Maros-Pangkep,
Sulawesi Selatan
1)
2)
I.
II.
III.
Gambar kars
Apa itu karst?
Jenis kars
Sejarah kars
Gua: proses, ragam,
Peraga: stalaktit dan stalakmit
Foto-foto speleotem
Proses
terjadinya karst
1) Tentang Kawasan Kars MarosPangkep (KKMP)
2) Peraga : Lapies, stalakmit,
stalaktit, batu gamping berfosil,
batu gamping terhablur ulang,
kalsit, dolomit gampingan
Tipe-tipe karst
Proses
terjadinya karst
20
-
Peraga: potongan stalakmit dan fosil
gastropoda
21
-
Peraga: stalaktit dan stalakmit
22
Kars Gombong,
Jawa Tengah
1) Tentang Kars Gombong
2) Peraga: stalaktit dan stalakmit
”
Tipe-tipe karst
12
Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)
No.
23
Judul materi
Kars Sangkulirang,
Kalimantan Timur
Isi materi
Tentang Kars Sangkulirang
24
Kars Wawolesea,
Sulawesi Tenggara
Tentang Kars Wawolasea
”
25
Kars Cisaeng, Jawa Barat
Tentang Kars Ciseeng
”
26
Kars Padang,
Sumatera Barat
Tentang Kars Padang
”
27
Gua Pawon
1) Tentang Kars Rajamandala
2) Peraga : replika penemuan
manusia prasejarah Gua Pawon
”
28
Gua Liang Bua, NTT
1) Peraga: penemuan manusia
prasejarah Gua Liang
2) Gambar prasejarah
”
29
Kars Muna,
Sulawesi Tenggara
Tentang Kars Muna
”
30
Kars Papua
1) Tentang Kars Papua
2) Peraga: batu gamping rigangan
dan kapak batu
3) Film
”
31
Pembangunan Museum
Kars Indonesia
1) Peraga: museum dan
lingkungannya
2) Film
Sosial-budaya
Miniatur gua: speleoterm dan
manusia gua
Proses
terjadinya karst
32
Ruang Peraga
Lantai Bawah
Kars untuk kehidupan
(Karst for life)
-
Sub tema
”
33
Kars vertebra/
Vertebra kars
1) Peraga: kuda nil
2) Film
Biota karst
34
Kars untuk kehidupan
1) Tentang kars untuk kehidupan
2) Peraga: porositas air di batuan
3) Film
Karst untuk
kehidupan
35
Pembentukan endokars
1) Foto-foto
2) Film
Proses
terjadinya karst
36
Air dan tanah di kawasan
kars (water resources and
soil in karst area)
1) Foto-foto
2) Peraga: alat penampung air
Air dan tanah
kawasan karst
37
Keragarman flora dan
fauna di kawasan kars
(Karst biodiversity)
1) Foto-foto
2) Peraga: spesimen kering fauna
kars
Biota karst
13
Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)
No.
38
Judul materi
Sosial budaya masa lalu
(pre-historic sosio-culture
conditions of karst area)
Isi materi
1) Kehidupan manusia pra-sejarah
2) Peraga: manusia pra-sejarah dan
peralatannya
Sub tema
Sosial-budaya
39
Sosial budaya masa kini
Foto dan materi
”
40
Nilai ekonomi kawasan kars
1) Foto dan materi
2) Peraga: maket pemanfaatan kars
dan beberapa kerajinan
”
41
Aneka ragam nilai kawasan
kars
1) Nilai kawasan kars: ekonomi,
ilmiah, sosial budaya, dan
konservasi
2) Peraga: kehidupan kawasan kars
masa kini
Sosial-budaya
42
Konservasi dan pengelolaan
kawasan kars
1) Kriteria kawasan kars yang harus
dilindungi
2) Sasaran pengelolaan kawasan kars
Sosial-budaya
43
-
1) Peraga: patung caver (penelusur
gua) beserta peralatan SRT (Single
Rope Technique)
2) Film
Proses terjadinya
karst
44
-
Maket kars gunung sewu
Tipe-tipe karst
45
-
Maket kars gombong selatan
”
46
-
Maket KKMP
”
47
-
Peraga : kars gunung sewu
Foto-foto
”
48
Kars Wonogiri
Tentang Kars Wonogiri
”
49
Sebentuk kearifan lokal di
kawasan kars
Kearifan lokal di kawasan kars
Sosial-budaya
50
Fenomena dan daya tarik
kars Tuban
Tentang Kars Tuban
Tipe-tipe karst
51
-
1) Peraga: penambangan batu
gamping
2) Film
Sosial-budaya
52
-
1) Peraga: manusia pra-sejarah Song
Terus, kehidupan masa lalu, dan
manusia pra-sejarah Song Keplek
2) Film
Sosial-budaya
53
-
Peraga: batu gamping berongga
Proses terjadinya
karst
Keterangan : (-) = tidak ada nama/keterangan tema yang tertulis di dalam MKI; dan
(“) = sub tema sama dengan sub tema sebelumnya.
14
Pemahaman terhadap materi
(%)
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebenarnya semua materi sudah mewakili
berbagai nilai kawasan karst menurut Samodra (2001). Gambar 12 menunjukkan
bahwa pemahaman pengunjung mengenai materi yang ada di dalam MKI hanya
mencapai nilai rata-rata 69.49%. Gambar 12 menggambarkan bahwa pengunjung
lebih mudah memahami materi bertemakan “Kars untuk Kehidupan”, dengan
tingkat pemahaman terendah mengenai materi proses terjadinya karst serta air dan
tanah (66.10%) dan tertinggi mengenai sosial dan budaya (74.58%). Sebagian
besar pengunjung berasal dari Wonogiri dan 20% wilayah Wonogiri adalah
kawasan karst. Kedekatan mereka sehari-hari dengan kawasan karst
memungkinkan mereka untuk lebih mudah menyerap materi mengenai “Kars
untuk Kehidupan”.
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
68.00%
66.00%
64.00%
62.00%
60.00%
74.58%
67.79%
66.10%
Proses
terjadinya
karst
67.79%
Tipe-tipe
karst
66.10%
Sosial dan Flora dan
budaya
fauna
Air dan
tanah
Sub tema/isi materi
Gambar 12 Tingkat pemahaman pengunjung dewasa terhadap materi MKI.
Tingkat pemahaman pengunjung yang tidak sesuai dengan kelengkapan
materi yang disampaikan, menyiratkan adanya hambatan dalam penyampaian
pesan. Hambatan ini menurut Effendy (2000) dapat disebabkan oleh kepentingan
yang berbeda seperti tujuan kunjungan dalam penelitian ini (Gambar 13).
64%
64%
Menikmati pemandangan
Tujuan utama ke lokasi
Belajar ke museum
79%
75%
82%
73%
82%
55%
55%
55%
86%
71%
71%
86%
71%
Caving
31%
54%
62%
54%
54%
40%
60%
Lainnya
0%
20%
80%
100%
Tingkat pemahaman materi (%)
Prsoses terjadinya karst
Sosial-budaya
Air dan tanah
Tipe-tipe karst
Flora dan fauna
Gambar 13 Tingkat pemahaman materi berdasarkan tujuan kunjungan.
15
Tingkat efektifitas (%)
Tujuan kunjungan akan menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan
tingkah laku/respon pengunjung terhadap objek yang ada (Damanik & Weber
2006). Gambar 14 menunjukkan bahwa pengunjung dengan tingkat pemahaman
yang lebih tinggi ditemukan pada pengunjung dengan tujuan kedatangan
memperoleh pengalaman/berinteraksi langsung dengan obyek yang dipelajari. Hal
tersebut ditunjukkan oleh rata-rata tingkat pemahaman pengunjung yang
melakukan kegiatan di luar ruangan yaitu menikmati pemandangan (72.80%) dan
caving (77%) dibandingkan dengan pengunjung yang datang dengan tujuan
belajar ke museum (64%).
Faktor penghambat lainnya adalah adanya gangguan yang dalam penelitian
ini dapat berasal dari cara penyampaian materi, yaitu melalui media yang
digunakan. Domroese dan Sterling (1999) menyebutkan empat kriteria suatu
media dinilai baik, yaitu: menarik untuk dilihat, relevan/tema sesuai dengan
pengunjung, terorganisasi/sistematik dan mudah dibaca. Pada Gambar 14 dapat
dilihat penilaian pengunjung terhadap keempat kriteria tersebut.
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
93.22%
81.36%
77.97%
59.32%
Menarik
Sesuai tema
Sistematik
Jelas dan mudah
dibaca
Kriteria
Gambar 14 Penilaian pengunjung terhadap media di dalam MKI.
Penilaian terhadap media pada Gambar 14 menunjukkan bahwa penilaian
terendah adalah terhadap sistematika penyampaian materi (59.32%). Kriteria yang
menjadi dasar dalam sistematika penyampaian materi adalah berdasarkan kaidah
umum dalam pembelajaran (Kurniasih 2011), yaitu penyampaian materi dari: (1)
konkret ke abstrak; (2) sederhana ke kompleks; dan (3) mudah ke sulit.
Sistematika media di dalam MKI dapat dilihat melalui pembagian ruangan dan
materi yang disampaikan (lihat Tabel 1).
Tabel 1 menunjukkan adanya kekurang sesuaian antara materi yang
disampaikan dengan susunan ruangan di MKI. Nilai kawasan karst yang lebih
mudah dirasakan adalah nilai kehidupan. Mengacu kepada kriteria sistematika
oleh Kurniasih (2011), seharusnya pintu masuk MKI diawali dengan materi
bertemakan “Kars untuk Kehidupan” dan dilajutkan dengan materi “Kars untuk
Ilmu Pengetahuan”. Selain itu Tabel 1 juga menunjukkan adanya tumpang tindih
materi berdasarkan pembagian sub tema materi. Terdapat materi-materi dalam
sub-tema “Karst untuk Ilmu Pengetahuan” yang diberikan di dalam ruang peraga
mengenai “Karst untuk Kehidupan”. Walaupun di satu sisi, hal tersebut dapat
16
berdampak positif karena pengunjung dapat mengingat kembali materi yang
disampaikan, namun dapat menimbulkan kebingungan terhadap materi yang
sedang disampaikan. Hal tersebut diduga menjadi penyebab rendahnya kriteria
sistematika media dalam penilaian pengunjung.
Media yang Digunakan
Media berperan penting sebagai lambang/simbol untuk menyampaikan
pesan. Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium” yang berarti “perantara atau pengantar”, yaitu segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
komunikan sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Tidak ada suatu jenis
media yang cocok untuk semua proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan
belajar (Sastromiharjo 2008).
Domroese dan Sterling (1999) membagi media interpretasi menjadi empat
jenis, yaitu: (1) Media dinding, berupa tulisan yang menempel pada dinding; (2)
Pameran bergerak, berupa panel yang berdiri sendiri di lantai dan mudah
dipindahkan; (3) Tiga dimensi, berupa obyek asli atau tiruan dan diorama; dan (4)
Media sentuh, berupa media berbahan asli atau tiruan yang dapat disentuh
langsung oleh pengunjung. Jenis media di setiap ruang peraga MKI meliputi
media dinding, audio-visual dan peraga tiga dimensi berupa benda asli atau tiruan
karst (Gambar 15).
(a)
(b)
Gambar 15 Beberapa jenis media di MKI: (a) media dinding dan audio-visual;
(b) media tiga dimensi, dengan larangan untuk tidak menyentuh.
Media Dinding
Desain dan elemen media interpretasi merupakan faktor penting karena akan
berpengaruh pada ketertarikan dan kemampuan pengunjung dalam menyerap
materi. Menurut Sadiman (1990) dalam Sastromiharjo (2008) media dinding
dapat digolongkan ke dalam media grafis yang lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibandingkan dengan media verbal semata serta dapat mengatasi
keterbatasan dalam ruang dan waktu, keterbatasan ketika menggunakan media
lain dan keterbatasan pengamatan, serta murah dan mudah tanpa memerlukan
peralatan khusus. Langkah-langkah dalam mendesain media dinding menurut
Domroese dan Sterling (1998) adalah: (1) memilih skema warna; (2) mencari dan
membuat ilustrasi (foto, lukisan, peta dsb.); (3) membuat judul; (4) menulis teks
materi; (5) menentukan gaya penulisan; (6) menentukan komposisi; dan (7)
17
memasukkan ilustrasi dan teks materi. Aspek penting pada langkah 1 dan 2
adalah kontras/perbedaan warna antara background/warna dasar media dengan isi
media. Gambar 16 menunjukkan bahwa warna dasar pada media dinding di MKI
menggunakan warna biru dengan tulisan berwarna putih. Kombinasi warna
tersebut cukup kontras dan mudah dibaca oleh pengunjung. Ilustrasi yang terdapat
pada media dinding juga terlihat menarik dan jelas.
Gambar 16 Media informasi di dinding dan televisi.
Langkah pada nomer 3-6 berkaitan dengan isi materi, yang harus
disesuaikan dengan kelompok sasaran pengunjung yang diinginkan. Gambar 17
menunjukkan bentuk dan ukuran tulisan serta penempatan media panel di MKI
dibandingkan dengan desain media pada Gambar 18 yang diperuntukkan untuk
orang dewasa. Secara keseluruhan, penempatan materi media dinding di MKI
tergolong sesuai/cocok hanya untuk pengunjung dewasa. Kemudahan akses yang
diberikan oleh desain media akan berpengaruh terhadap pemahaman pengunjung
mengenai materi yang disampaikan. Oleh karena itu, bentuk dan desain media di
MKI perlu dikembangakan untuk mencapai target kelas umur atau karakteristik
pengunjung lainnya.
Gambar 17 Posisi media di dinding MKI.
18
Sumber: diadopsi dari Domroese dan Sterling (1999)
Gambar 18 Desain posisi media.
Media Audio-Visual
Media audio-visual (Gambar 15a) adalah berupa layar pada Ruang
Serbaguna untuk pemutaran film dan berupa televisi yang penempatannya
bersamaan dengan media dinding. Ukuran layar sudah cukup ideal untuk ukuran
ruangan. Media audio-visual dianggap penting karena film merupakan daya tarik.
Selain itu, berdasarkan Kerucut Pengalaman Edgar Dayle (Effendi 2000), media
berupa film akan lebih memberikan pengetahuan konkret kepada pengunjung,
sehingga pemahaman terhadap materi yang disampaikan akan lebih tinggi jika
dibandingkan hanya menggunakan media dinding.
Media Peraga Tiga Dimensi
Media peraga tiga dimensi (Gambar 15b) di dalam MKI terdiri dari peraga:
batuan, kerangka manusia gua, miniatur gua, patung kuda nil, spesimen fauna gua,
patung manusia gua, alat pemanfaatan air berupa ember, miniatur topografi karst
(Gunung Sewu, Gombong dan Maros), patung caver (penelusur gua) dan miniatur
penambangan karst. Media peraga yang ditampilkan disesuaikan dengan tema
materi pada media dinding. Dengan demikian, peraga tiga dimensi dapat
memvisualisasikan materi yang disampaikan, sehingga akan lebih mudah
dibayangkan (konkret) dan diterima oleh pengunjung. Selain itu, media peraga
tiga dimensi juga lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
pengunjung terhadap materi yang disampaikan.
Bahan Media
Bahan media yang digunakan bervariasi, ada yang menggunakan bahan asli
(contoh: batuan, spesimen fauna gua, dsb; Gambar 15b) serta bahan buatan
(contoh: gypsum dan koran untuk membuat replika gua (Gambar 11), steroform
untuk membuat replika topografi kawasan karst, kaca, plastik, dsb). Dengan
adanya jenis media yang berasal dari bahan buatan, maka secara langsung akan
19
dapat mengurangi dampak lingkungan dari asal media yang berbahan asli,
walaupun juga dapat berpengaruh terhadap biaya yang perlu dikeluarkan, daya
tahan bahan media, serta jenis dan penampilan media (Domroese & Sterling
1999). Secara tidak langsung, penggunaan media antara yang asli dengan buatan
akan menimbulkan kesan yang berbeda bagi pengunjung sebagai hasil interaksi
panca indera pengunjung dengan obyek yang dipelajari (Gambar 19). Gambar 19
menunjukkan media verbal masih sebatas memberikan informasi secara
abstrak/sekilas, namun akan semakin konkret/nyata ke arah media yang mampu
memberikan pengalaman/interaksi langsung dengan obyek yang dipelajari.
Gambar 19 Kerucut pengalaman Edgar Dayle.
Penilaian Efektivitas Museum Kars Indonesia
Penilaian efektivitas MKI dilakukan berdasarkan pada tiga unsur yang
dikemukakan oleh Domroese & Sterling (1999). Pertama, unsur desain ruangan
sudah memenuhi kriteria ketersediaan ruang kosong, namun belum memenuhi
kriteria dalam hal: (a) pada Ruang Serbaguna terdapat satu pintu masuk-keluar,
namun tidak dilengkapi dengan aturan kunjungan, sehingga pengunjung yang
sedang menerima materi (menonton film) dapat terganggu oleh pengunjung yang
bebas masuk-keluar ke dalam ruangan; (b) penempatan fasilitas penunjuk arah
berupa stiker jejak kaki pada Ruang Peraga Lantai Atas tidak sesuai dengan
fungsinya; dan (c) kurangnya fasilitas penunjuk arah kunjungan pada Ruang
Peraga Lantai Bawah.
Kedua, unsur materi yang disampaikan sudah memenuhi kriteria isi materi,
namun belum memenuhi kriteria dalam hal sistematika materi yang disampaikan.
Tingkat pemahaman pengunjung menunjukkan bahwa materi mengenai “Kars
untuk Kehidupan” lebih tinggi daripada “Kars untuk Ilmu Pengetahuan”. Dengan
demikian, jika mengacu kepada kaidah umum pembelajaran yang disampaikan
Kurniasih (2011), maka materi yang seharusnya disampaikan terlebih dahulu pada
lantai utama adalah mengenai “Kars untuk Kehidupan”.
20
Ketiga, unsur media sudah memenuhi kriteria bahan yang digunakan karena
di dalam MKI juga digunakan jenis media dengan bahan buatan untuk
mendukung jenis bahan asli. Kriteria jenis media berupa preferensi pengunjung
sudah terpenuhi karena >75% pengunjung menganggap media di dalam MKI
menarik dan mudah dibaca, namun memiliki kekurangan karena jenis media
dinding lebih sesuai untuk ukuran pengunjung dewasa. Mengacu pada kriteria
ketepatan pemilihan media berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dayle, maka
media yang digunakan di dalam MKI belum sepenuhnya efektif karena belum ada
media asli karst yang dapat disentuh atau memberikan kesempatan kepada
pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan obyek karst, sehingga diperlukan
pengembangan media interpretasi baik di dalam maupun di luar MKI.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa ketiga unsur terdapat di dalam MKI,
namun kriteria pada setiap unsur belum terpenuhi dengan baik. Dengan demikian,
maka MKI dapat dikategorikan belum efektif sebagai media interpretasi
konservasi kawasan karst, sehingga dibutuhkan pengembangan media interpretasi
yang sudah ada agar dapat meningkatkan pemahaman pengunjung dan
membentuk perilaku pengunjung yang positif terhadap kawasan karst.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
Pengunjung MKI didominasi pengunjung dari Wonogiri (60.44%) dan kelas
umur dewasa (59%) dengan tujuan kunjungan utama untuk menikmati
pemandangan alam (47.46%).
Ketiga unsur efektivitas terdapat di dalam MKI, namun dalam
pelaksanaannya belum sesuai dengan kriteria di masing-masing unsur.
Unsur desain tidak memenuhi kriteria letak pintu masuk-keluar yang
berbeda dan minimnya fasilitas pendukung berupa penunjuk arah di Ruang
Peraga Lantai Bawah; unsur materi memiliki kekurangan dari sistematika
penyampaian materi; dan media memiliki keterbatasan dalam hal jenis
media yang digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MKI
belum efektif sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst.
Saran
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah perlunya
pengembangan MKI sebagai media interpretasi mengenai karst, meliputi materi
yang disampaikan dan jenis media yang digunakan. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam pengembangan tersebut adalah:
1.
Penelitian mengenai materi dan media interpretasi yang sesuai dengan
masing-masing kelas umur pengunjung.
2.
Penelitian mengenai obyek-obyek karst di luar MKI yang dapat digunakan
sebagai media interpretasi.
3.
Pembuatan program interpretasi sesuai kelas umur pengunjung di dalam dan
di luar MKI.
21
DAFTAR PUSTAKA
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata: dari teori ke aplikasi.
Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Domroese MC, Sterling EJ. 1999. Interpreting biodiversity. New York (USA):
Center of Biodiversity and Conservation American Museum of Natural
History Central Park.
Effendy OU. 2000. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung (ID): Citra
Aditya Bakti.
Hidayati S. 2011. Analisis persepsi siswa Sekolah Dasar kelas 4, 5, dan 6 terhadap
gua dengan metode DAET-R. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Joni A. 2012. Pengembangan media interaktif online sebagai sarana pendidikan
konservasi goa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kurniasih D. 2011. Penerapan meotde silaba untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan (penelitian tindakan kelas terhadap siswa Kelas I SD
Negeri Sukanagara III Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur).
[skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.
Putro HR, Supriatin, Sunkar A, Rossanda D, Prihatin ER. 2012. Pengelolaan
kolaboratif taman nasional di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.
Samodra H. 2001. Nilai strategis kawasan kars di Indonesia: pengelolaan dan
perlindungannya. Bandung (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Sanjaya W. 2007. Strategi pembelajaran: berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta (ID): Kencana.
Sastromiharjo. 2008. Media dan sumber pembelajaran. Bandung (ID): Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sharpe GW 1982. Interpreting the environment. 2nd ed. Singapore (SI): John
Wiley & Sons, Inc.
Wijaya RP. 2008. Konservasi fauna gua melalui media interpretasi. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
22
Lampiran 1 Kuesioner pengunjung
Kuesioner Penelitian Pengunjung
“Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai
Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst“
Oleh : Ahmad Gozali Darda
Selamat pagi/siang/sore/malam,
Sebelumnya Saya mohon maaf apabila dengan adanya pengisian
kuesioner ini dapat mengganggu aktivitas rekreasi Bapak/Ibu/Saudara/i.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Institut Pertanian Bogor. Kuesioner yang diberikan juga akan sangat
bermanfaat sebagai masukan dalam pengembangan pariwisata di lokasi
ini, khususnya dalam pelaksanaan program interpretasi bagi pengunjung.
Data kuesioner ini akan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Apabila ada pertanyaan yang dirasa kurang jelas, mohon kiranya untuk
menanyakannya. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I Saya
ucapkan terima kasih.
Isilah bagian yang kosong dibawah ini dan pilihlah bagian pilihan dengan
cara menyilang (x) atau mencontreng (v)! Pada bagian pilihan, silahkan pilih
satu jawaban saja yang Anda anggap paling sesuai... Trima kasih...
A.
Komposisi Pengunjung
1.
Kota tempat tinggal :
2.
Waktu tempuh ke lokasi :
3.
Jenis kelamin
:
4.
Umur
:
5.
Pendidikan terakhir :
SD
Universitas
SLTP
Lainnya,..................................
SLTA
23
6.
Pekerjaan
:
PNS
Pelajar
Swasta
Lainnya,.....................
Wirausaha
7.
Pendapatan
:
< 500 ribu
1,5 – 2 juta
500 ribu – 1 juta
> 2 juta
1 – 1,5 juta
8.
Dana yang siap/biasa dikeluarkan untuk berwisata :
9.
Sumber informasi lokasi
B.
:
Keluarga
Media
Teman
Lainnya,..................
Tujuan dan Pola Kunjungan
1.
Apakah tujuan utama Anda datang ke lokasi ini?
Menikmati pemandangan
Caving (penelusuran gua)
Belajar ke museum
Lainnya,...........................
Kegiatan penelitian/akademik di luar museum
2.
3.
4.
C.
Dengan siapakah Anda berkunjung?
Sendiri
Teman
Keluarga
Lainnya,................................
Berapa lamakah waktu yang Anda sediakan dalam kunjungan ini?
< 1 jam
2 – 3 jam
1 – 2 jam
> 3 jam
> 1 hari
Kegiatan apa yang Anda lakukan/sukai?
Menikmati pemandangan
Mengamati flora
Belajar di museum
Mengamati fauna
Caving
Lainnya,...........................
Minat/Preferansi Pengunjung
1.
Menurut Anda, potensi apa yang menjadi daya tarik utama di lokasi ini?
Museum
Sejarah di kawasan
Gua
Budaya masyarakat
24
Flora
Pemandangan alam
Fauna
Lainnya,..............................................
2.
Pernahkah Anda masuk gua?
Ya
3.
Gua manakah yang pernah Anda masuki atau menarik bagi Anda?
a. Gua Sodong
c. Gua Potro Bunder
e. Gua Gilap
b. Gua Sapen
d. Gua Sonya Ruri
f. Gua Tembus
Tidak
g. belum pernah
Berikan penjelasan Anda :
....................................................................................................................
4.
Apakah alasan Anda melakukan penelusuran gua (caving) bagi Anda
yang pernah melakukan? Bagi Anda yang belum pernah, apa yang Anda
harapkan dengan caving?
Petualangan
Menikmati keindahan gua
Mengamati flora gua
Lainnya,...........................
Mengamati fauna gua
5.
Materi/pengetahuan apa yang ingin Anda ketahui di lokasi?
Karst secara umum
Biota di luar gua (eksokarst)
Gua (endokarst)
Sosial-budaya masyarakat
Biota gua
Lainnya,......................
Topik/hal apa dari materi di atas yang ingin Anda ketahui?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
6.
Bagaimanakah pendapat Anda jika diadakan program yang dapat
memenuhi keinginan Anda di atas (nomor 5)?
Setuju
Tidak setuju
Berikan penjelasan Anda:
......................................................................................................................
......................................................................................................................
7.
Program seperti apakah yang Anda inginkan?
Menonton
Belajar/workshop
Bermain
Lainnya,........................
Kegiatan outdoor, contoh.............................................
25
8.
Berapakah anggaran yang dapat Anda berikan untuk mengikuti program
di atas?
9.
< 50 ribu
100 – 200 ribu
50 – 100 ribu
> 200 ribu
Untuk dapat mengikuti dan menikmati program di atas, apakah Anda
memerlukan peran fasilitator? (misalkan pemandu)
Ya
Tidak
10. Jika program yang Anda