Penentuan posisi eutrofikasi dalam upaya mendukung sea carbon storage fitoplankton menjadi minyak fosil berbasis remote sensing

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENENTUAN POSISI EUTROFIKASI DALAM UPAYA MENDUKUNG
SEA CARBON STORAGE FITOPLANKTON MENJADI MINYAK FOSIL
BERBASIS REMOTE SENSING

BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS (PKM-GT)

Diusulkan Oleh:
Muhammad Bahrun R.C54080076
Fahmi Rahmansyah C54080084
Muhammad Sudibjo C54090065

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

(2008)
(2008)
(2009)


2011
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan

: Penentuan Posisi Eutrofikasi dalam Upaya Mendukung
Sea Carbon Storage Fitoplankton Menjadi Minyak Fosil
Berbasis Remote Sensing
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI
(X) PKM-GT
3. Bidang Ilmu
: ( ) Kesehatan
( ) Pertanian
( ) MIPA
(X ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi
( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap
: Muhammad Bahrun Rohadi

b. NIM
: C54080076
c. Jurusan
: Ilmu dan Teknologi Kelautan
d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor
e. Alamat Rumah dan No.Tel/Hp : Pondok Asad, Jln. Raya Dramaga, Gg.
Masjid 3,
Bogor, Jawa Barat 16680/ 085711559803
f. Alamat email
: bahrun_ipb@yahoo.com atau
bahrunrohadi@gmail.
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Beginer Subhan S.Pi M.Si
b. NIP
: 198001182005011003
c. Alamat Rumah dan No. Tel/Hp : Jl. Bambu Ori IV No 22 Taman Yasmin,
Bogor. Jawa Barat. / 08128347579


Menyetujui

Bogor, 4 Maret 2011

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan

Pelaksana Kegiatan

(Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, MSc) m
NIP 195809091983031003

(Muhammad Bahrun Rohadi)
NIM C54080076

Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan

Dosen Pendamping


(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS)
NIP 195812281985031003

(Beginer Subhan S.Pi M.Si.)
NIP 19800118200501100

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan
karya tulis yang berjudul “Penentuan Posisi Eutrofikasi dalam Upaya Mendukung
Sea Carbon Storage Fitoplankton Menjadi Minyak Fosil Berbasis Remote
Sensing”. Karya tulis ini disusun untuk diajukan pada Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis bidang ilmu teknologi dan rekayasa. Karya tulis ini
berisi tentang gagasan penulis menangapi masalah gas rumah kaca yang semakin
memrihatinkan. Tim penulis mengagas dibentuknya suatu wilayah isolasi karbon
di laut (sea carbon storage) yang berperan menjaga keseimbangan karbon di
bumi. Wilayah isolasi ini dicari dengan mengunakan sistem pengindraan jauh
dengan memperhatikan berbagai faktor penyebab terjadinya blooming serta faktor
topografi dan oseanografi pendukung storage.

Terima kasih tim penulis sampaikan kepada orang tua atas dukungan dan
doanya. Terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada bapak Beginer Subhan
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan semangat kepada penulis
sehingga karya tulis ini dapat selesai.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka mengatasi
masalah gas rumah kaca dan perubahan iklim global yang cukup meresahkan. Tim
penulis sadari tulisan ini jauh dari kata sempurna sehingga segala bentuk kritik
dan masukan sangat penulis harapkan demi pengembangan karya tulis ini yang
lebih baik.

Bogor, 4 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL..................................................................................................................i
LEMBAR
PENGESAHAN...................................................................................................ii

PRAKATA...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................iv
RINGKASAN......................................................................................................v
PENDAHULUAN................................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................1
Tujuan Gagasan............................................................................................2
Manfaat Gagasan..........................................................................................2
GAGASAN...........................................................................................................3
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan (Diperoleh dari Bahan Bacaan,
Wawancara,Observasi, Imajinasi yang Relevan)..........................................3
Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya untuk
Memperbaiki Keadaan Pencetus Gagasan.....................................................4
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki
Melalui Gagasan yang Diajukan....................................................................5
Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu
Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau Kontribusi MasingMasingnya....................................................................................................5
Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk
Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan atau Perbaikan yang

Diharapkan Dapat Tercapai...........................................................................6
KESIMPULAN .....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8
LAMPIRAN.........................................................................................................10
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 1.1 Emisi Karbon dari Bahan Bakar Fosil Global..................................1
2 Gambar 2.1 Sistem Carbon Storage di Darat ......................................................5
3 Gambar 2.2 Negara dan Perusahaan Produsen Minyak Mentah yang Tergabung
dalam IEA Greenhouse Gas R&D Programme....................................................8
4 Gambar 2.3 Flow Chart Carbon Storage Berbasis Remote Sensinv....................9
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar riwayat hidup penulis

RINGKASAN
Pemanasan Global disebabkan oleh lapisan rumah kaca yang didominasi
oleh CO2. Lapisan tersebut merupakan hasil dari aktivitas pemakaian bahan bakar
fosil secara berlebihan selama 120 tahun terakhir. Padahal untuk membentuk
bahan bakar fosil yang selama ini digunakan dibutuhkan waktu 10 juta hingga 270
juta tahun. Hal ini menyebabkan keseimbangan siklus karbon di atmosfer menjadi
tidak seimbang. Untuk menyeimbangkannya diperlukan pengembalikan karbon ke

sumber asalnya yaitu minyak bumi di dasar laut. Minyak bumi tersebut bersumber
dari jasad renik fitoplankton dan organisme yang mengendap di dasar perairan
dalam waktu yang cukup lama dan memfosil pada kondisi anoksik. Oleh karena
itu, diperlukan eutrofikasi di laut lepas untuk meningkatkan aktivitas pengikatan
dan penyerapan karbon fitoplankton.
Eutrofikasi dilakukan dengan harapan terjadi blooming fitoplankton di
perairan, selanjutnya mengendap di dasar perairan, dan kembali tersimpan sebagai
minyak bumi di laut dalam (Anderson, 2008). Akan tetapi hal tersebut sering
terkendala dengan kondisi fisika dan kimia perairan. Kondisi tersebut diantaranya
suhu, salinitas, densitas, kecepatan arus, jumlah oksigen terlarut, serta kedalaman.
Oleh karena itu harus ditentukan posisi yang sesuai dengan kriteria kandungan
DO tidak terlalu tinggi, berada jauh dari aktivitas manusia, kecepatan arus rendah,
resident time tinggi, serta kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/l (Aunurohim,et al.
2008). Suhu terbaik adalah kisaran 27-30 oC (Thornton et al., 1990). Menurut
Sukimin (1990) pada kisaran 26-31,5 oC fotosintesis dan pembentukan komponen
seluler sel fitoplankton. Intensitas cahaya yang baik yang memungkinkan terjadi
blooming fitoplankton adalah 70.102 – 106.755 lux. Kisaran ini digunakan karena
fitoplankton dapat berfotosintesis sempurna (Baksir, 2004). Salinitas yang terbaik
untuk eutrofikasi berkisar antara 5‰–30‰. Kesemuanya parameter di atas
selanjutnya akan dicari irisan daerah yang mewakili kesemuanya untuk dijadikan

wilayah eutrofikasi. Dengan demikian diharapkan pemanasan global dapat diatasi.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Efek rumah kaca merupakan peristiwa ketika panas matahari yang masuk
ke bumi tidak bisa keluar dari atmosfer bumi akibat terhalang oleh gas – gas yang
ada di sekitar atmosfer sehingga terpantul kembali ke Bumi. Dari mana gas – gas
ini berasal, gas – gas ini terutama berasal dari pemakaian bahan bakar fosil secara
berlebihan yang dapat menghasilkan gas CO2. Selama berapa dekade ini
pemakaian energi dunia yang terutama berasal dari bahan bakar fosil, menipisnya
lahan gambut dan pemabakaran hutan serta aktivitas antropogenik lain turut
menymbangkan karbon 7 petagram karbon (Pg C) setiap tahunnya ke atmosfer.
Tiga petagram setiap tahunnya terakumulasi di atmosfer dan hanya 4 petagram
yang dapat diserap lapisan biosfer dan lautan(Feely et al., 2001). Penyumbang
terbesar berasal dari aktivitas pembakaran bahan bakar minyak bumi yang
mencapai 50% (Batycky et. al, 1997).

Gambar 1.1 Emisi Karbon dari Bahan Bakar Fosil Global (Batycky et. al, 1997)
Hal tersebut berdampak pada tergangunya siklus karbon di bumi.
Penghematan pengunaan bahan bakar tidaklah berdampak besar terhadap kegiatan

ini. Hal ini dikarenakan jumlah karbon yang sudah terlepas dari perut bumi dalam
bentuk minyak fosil tidak dapat dikembalikan ke posisi semula hanya dengan
melalui proses biogenous sederhana saja. Selain itu, jumlah bahan bakar fosil
semakin hari jumlahnya akan semakin menurun dan akhirnya habis. Oleh sebab
itu, diperlukan cara–cara untuk menanggulanginya salah satunya adalah dengan
sea carbon storage. Penggunaan metode sea carbon storage dinilai cukup baik
mengingat 95% karbon dipermukaan tersimpan di laut (Feely et al., 2001). Selain
itu laut dipilih dalam metode sea carbon storage karena laut merupakan daerah
yang lebih luas dari pada daratan, laut tidak seperti daratan yang banyak
digunakan sebagai tempat pembangunan dan kegiatan lainnya, kemudian sumber
minyak bumi terbesar yaitu berasal dari laut, bukan dari daratan sehingga dengan
mengembalikan karbon ke keseimbangan, diharapkan siklus karbon dapat kembali
normal.

Sea carbon storage dilakukan dengan melakukan blooming fitoplankton
yang menjadi sumber bahan bakan fosil melalui proses eutrofikasi. Eutrofikasi
dilakukan dengan penambahan nutrien yang bersumber dari limbah industri. Akan
tetapi umur fitoplankton yang singkat dan kegiatan predasi makluk hidup di tropik
level diatasnya menyebabkan sedimentasi biogenous fitoplankton ini sulit
tercapai. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya pemetaan daerah yang sesuai

dijadikan posisi eutrofikasi agar kegiatan ini berdampak maksimal. Metode
penentuan posisi ini dilakukan menggunakan pemetaan terhadap kondisi fisika
dan kimia dilautan yang cocok bagi pertumbuhan plankton dengan menggunakan
pengeinderaan jauh. Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah
atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Penggunaan
penginderaan jauh ini dinilai lebih cepat dan akurat untuk memperoleh suatu data
studi. Kelebihan dari sistem penginderaan jauh ini, yaitu dapat mencari suatu
kedalaman yang dalam dan tertutup untuk mencegah fitoplankton yang sudah
blooming berpindah sehingga keberhasilan dalam metode ini akan menjadi lebih
tinggi dan pemanasan global dapat teratasi dengan baik. Dalam metode
penginderaan jauh ini terdapat empat komponen dasar, yaitu sumber energi,
target, transmisi, dan sensor. Keempat komponen ini memiliki kerja yang saling
berkaitan satu sama lainnya sehingga sangat berpengaruh dalam penerimaan data
studi. Adapun parameter kimia yang akan dilihat, yaitu salinitas, kadar DO, TOM,
pH, konsentrasi nutrien dan mineral lain dan iklim tempat eutrofikasi (Aziz dan
Settari, 1979). Selain itu dipertimbangkan pula faktor fisik seperti suhu,
kecerahan, kekeruhan, densitas perairan, kedalaman batimetri, arus, kecepatan
angin permukaan, serta pengaruh ekternal lain.

Tujuan Gagasan
Karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan (1) tingkat pencemaran
lingkungan terhadap pemanasan global, (2) menanggulangi terjadinya global
warming degan metode sea carbon storage, (3) penetuan posisi yang tepat untuk
pembloomingn fitoplankton, serta (4) pengolahan limbah secara berkelanjutan.

Manfaat Gagasan
Manfaat karya tulis ini adalah (1) dapat mengurangi karbon yang berada di
atmosfer bumi, (2) mengembalikan cadangan minyak bumi yang sudah mulai
menipis, (3) menjaga keseimbangan siklus karbon di ekologi dan mecegah
terjadinya pemanasan global, serta (4) bentuk menejemen limbah sebagai bahan
baku eutrofikasi perairan sehingga tidak terbuang percuma di perairan.

GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan (Diperoleh dari Bahan Bacaan,
Wawancara,Observasi, Imajinasi yang Relevan)
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas
karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat
kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis
molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), gas karbon dioksida sangat
memiliki peran yang penting dalam kehidupan makhluk hidup sehari-hari. Gasgas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon
(BPPT dan KLH, 2009). Saat ini, gas yang berada di bumi ini adalah gas rumah
kaca yang memiliki konsentrasi di atmosfer semakin bertambah dan berperan
dalam pemanasan global. Untuk saat ini, jumlah karbon yang berada di atmosfer
mencapai 750 giga ton (Situmeang, 2008). Menurut Sukatma (1999), pembakaran
sumber energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara juga melepaskan gas-gas,
antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx) dan sulfur dioksida
(SO2) yang juga menjadi penyebabkan pemanasan global. Emisi karbon dioksida
(CO2) dan gas rumah kaca lainnya akan menyebabkan terjadinya penyerapan
sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu
atmosfer menjadi naik. Aktivitas pemakaian bahan bakar fosil secara berlebihan
selama 120 tahun terakhir merupakan penyebab terbesar hal tersebut. Padahal
untuk membentuk bahan bakar fosil yang selama ini digunakan dibutuhkan waktu
10 juta hingga 270 juta tahun. Hal ini menyebabkan keseimbangan siklus karbon
di atmosfer menjadi tidak seimbang. Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara
penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya:
bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya
minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Perisitiwa ini sangat membahayakan bagi kehidupan di bumi terutama
bagi manusia, jika suhu muka bumi semakin meningkat maka es yang berada
kutub ataupun di pegunungan akan mencair sehingga menyebab ketinggian air
dilaut meningkat. Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan
dampak sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b)
perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air
laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e)
berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil. Selain itu, peristiwa
ini juga dapat mengakibatkan kepunahan jenis hewan maupun tumbuhan karena
habitatnya terganggu. Pada Juni 2007, Bank Dunia sudah melaporkan bahwa telah
terjadi peningkatan suhu global yang menyebabkan kemarau berpanjangan, hujan
lebat luar biasa diikuti banjir dan ombak besar di kebanyakan negara.

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya untuk
Memperbaiki Keadaan Pencetus Gagasan
Beberapa langkah telah dilakukan dalam upaya penanganan tingginya
jumlah karbon di atmosfer. Langkah konvensional yang dilakukan seperti
reboisasi tidaklah efektif mengingat ruang hijau di daratan semakin menipis akibat
aktivitas pembangunan dan pertanian. Kegiatan penghematan bahan bakar fosil
juga tidak berdampak banyak terhadap kondisi ini dikarenakan konsumsi dan dan
demand akan bahan bakar terus melonjak seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan tingginya aktivitas masyarakat. Memperhatikan hal tersebut,
tercetus ide untuk menyimpan karbon (carbon storage)di dalam perut bumi.
Namun fakta yang dihasilkan dari berbagai langkah carbon storage di darat
sangatlah minim. Luasnya wilayah yang dibutuhkan menjadi faktor utama
pertimbangan pelaksanaan kegiatan ini, mengingat daratan digunakan sebagai
tempat berbagai kegiatan manusia. Selain itu, mahalnya biaya kegiatan ini juga
menjadi pertimbangan tersendiri pelaksanaan gagasan ini (Batycky et. al, 1997).
(Lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1 Sistem Carbon Storage di Darat (Batycky et. al, 1997)
Menghindari konflik ini, beberapa peneliti mencoba langkah osean carbon
storage. Akan tetapi terkendala berbagai faktor seperti kondisi laut yang berubahubah, dan adanya arus sehingga karbon terbawa tak tentu arah dan faktor-faktor
lain yang menghambat kegiatan ini. Sifat ini menyebabkan karbon masih dapat
terlepas dan saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah
upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling
karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan,
asam karbonat terbentuk CO2 + H2O ⇌ H2CO3. Reaksi ini memiliki sifat dua arah,
mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam
mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3− mengontrol perubahan yang besar pada pH (Brinks, J., and
J. Fanchi, 2001),.
Perubahan iklim di masa datang dapat berpengaruh terhadap penyerapan
karbon dioksida di laut dan juga pola sirkulasinya. Dengan bertambahnya suhu

permukaan laut, densitas air laut akan berkurang dan akan memperlambat
sirkulasi termohalin, sehingga kemampuan laut untuk menyerap karbon dioksida
juga akan berkurang. Hal ini akan mengakibatkan jumlah karbon dioksida di
atmosfer bertambah dan memperburuk masalah yang ada. Melemahnya sirkulasi
laut akan memperlemah proses percampuran di laut, sehingga akan mengurangi
ventilasi ke atmosfer dari karbon dioksida yang diinjeksikan ke laut dalam.
Memindahkan karbon ke laut dalam bukan merupakan solusi yang permanen
untuk menguranngi jumlah karbon dioksida di atmosfer. Karbon dioksida yang
disimpan di laut tidak akan selamanya dapat bertahan. Kadang kala ia akan
menampis ke permukaan dan ke dalam atmosfer. Hal ini terjadi apabila karbon
tidak sepenuhnya berbentuk sedimen di dalam bumi akibat posisi penyimpanan
karbon yang labil.
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki
Melalui Gagasan yang Diajukan
Permasalah utama yang dihadapi dalam upaya sea carbon storage adalah
masalah penentuan posisi wilayah yang strategis serta stabil untuk dijadikan
wilayah storage. Wilayah ini merupakan area terisolasi yang memiliki sifat fisik
dan kimia pendukung blooming. Selanjutnya wilayah ini akan dilakukan
eutrofikasi untuk meningkatkan aktivitas blooming. Melalui pengindraan jauh
penentuan ini dapat dilakukan dengan pemodelan sehingga data area yang
diperoleh lebih akurat. Selain itu pengindraan jauh memiliki keungulan dalam hal
kecepatan pengambilan data serta keterwakilan wilayah pengambilan data yang
luas karena satelit pengindraan jauh mampu mengeliling hampir seluruh bagian
bumi. Pengindraan jauh ini juga memiliki kelebihan dalam hal biaya penentuan
posisi wilayah yang dapat ditekan. Dibandingkan metode injeksi, metode alami ini
cenderung lebih ramah lingkungan karena meminimalkan gesekan dengan sifat
lempeng dasar bumi yang labil dan terus bergerak. Dalam pelaksananya dengan
metode ini energi (bahan bakar) yang dikelurakan lebih rendah karena tidak
membutuhkan pendorong/injektor sehingga emisi yang dikelurakan lebih minim.
Melalui pengidraan jauh dan metode eutrofiksai alami, pekerja yang digunakan
dalam proyek ini lebih sedikit sehingga lebih menghemat sumberdaya manusia.

Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu
Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau Kontribusi MasingMasingnya
Pelaksanan ide ini membutuhkan kerja sama pihak-pihak terkait masalah
pengindraan jauh, serta lembaga lokal dan internasional yang bergerak di bidang
storage carbon. Lembaga lokal yang dapat membantu proses ini di antaranya
LAPAN dan BMKG yang berkerja sama menentukan posisi storage carbon di
laut. Kementrian Luar Negeri, Kementrian Kelautan dan Perikanan, serta
Kementrian Lingkungan Hidup berperan dalam menjalin kerjasama dan
mengankat masalah ini ke manca negara, karena masalah lingkungna merupakan
masalah bersama yang dalam pelaksanaanya membutuhkan peran serta banyak
pihak. Dinas Oseanografi dan Hidrologi (Dishidros) TNI AL dan LIPI berperan

dalam mengamati perkembangan fitoplankton dan efektivitas kerja sistem storage
sehingga monitoring dan eveluasi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini akan
sangat menetukan keberhasilan kegiatan ini. Terakhir, tidak ketingalan jalinan
kerja sama juga perlu dibangun antara negara produsen terbesar minyak dunia dan
perusahaan minyak dunia yang bertangung jawab terhadap emisi gas buang hasil
pembakaran bahan bakar fosil yang di eksploitasi terutama dalam penyediaan
permodalan dan saran-prasarana pendukung pengembangan penelitian ini. Melalui
kerja sama semua elemen ini diharapkan masalah efek rumah kaca dapat diatasi
bersama-sama.

Gambar 2.2 Negara dan Perusahaan Produsen Minyak Mentah yang Tergabung
dalam IEA Greenhouse Gas R&D Programme
Para negara dan perusahaan produsen minya ini sudah sepatutnya ikut membantu
pelaksanaan program ini sebagai bukti tanggung jawab lingkungan akibat
kegiatan ekploitasi yang mereka lakukan.

Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk
Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan atau Perbaikan yang
Diharapkan Dapat Tercapai
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah peramalan posisi-posisi
potensial untuk carbon storage. Peramalan posisi dilakukan dengan
memperhatikan parameter fisik dan kimia perairan. Kondisi tersebut diantaranya
suhu, salinitas, densitas, kecepatan arus, jumlah oksigen terlarut, serta kedalaman.
Oleh karena itu harus ditentukan posisi yang sesuai dengan kriteria kandungan
DO tidak terlalu tinggi, berada jauh dari aktivitas manusia, kecepatan arus rendah,
resident time tinggi, serta kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/l (Aunurohim,et al.
2008). Suhu terbaik adalah kisaran 27-30 oC (Lillesand., 1990). Menurut Wan
Mohd Ruzlan Wan Omar (1990) pada kisaran 26-31,5 oC fotosintesis dan
pembentukan komponen seluler sel fitoplankton. Intensitas cahaya yang baik yang
memungkinkan terjadi blooming fitoplankton adalah 70.102 – 106.755 lux.
Kisaran ini digunakan karena fitoplankton dapat berfotosintesis sempurna
(Bommer, P. M., and R. S. Schechter, 1979). Salinitas yang terbaik untuk

eutrofikasi berkisar antara 5‰–30‰. Terakhir yang tidak kalah penting adalah
kedalaman batimetri yang terisolasi dan tidak banyak dipengaruhi pengaruh
eksternal. Kesemuanya parameter di atas selanjutnya akan dicari irisan daerah
yang mewakili kesemuanya untuk dijadikan wilayah potensial untuk dilakukan
eutrofikasi.
Eutrofikasi dilakukan dengan pembangunan bangunan penampung limbah
nutrien cair pada jarak tertentu dari batimetri palung tempat fitoplankton akan
tengelam (jarak disesuaikan dengan kecepatan dan arah arus, serta kecepatan
tengelam fitoplankton pada wilayah tersebut). Hal ini dimaksudkan agar
fitoplankton hasil blooming dapat tepat jatuh ke dalam palung tempat isolasi
sehingga tidak dapat mengalir ke area lain. Tanki tempat penampungan limbah
cair indusrti yang mengandung nutrien ini terbuka dan tertutup otomatis
berdasrkan perintah dari bagian monitor di pusat setelah diperkirakan kondisi
fisika dan kimia perairan pada saat itu sesuai untuk dilakukakn eutrofikasi.
Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi kerja keseluruhan mulai
dari posisi dan waktu eutrofikasi, konsentrasi nutrien yang digunakan, dan
penilaian indikator fisik dan kimia penentu terjadinya blooming.
(Lihat Gambar 2.3)
Pembentukan TIM Pelaksanaan

Peramalan daerah eutrofikasi
mengunakan pengindraan jauh
Pembangunan bangunan tanki
penampung nutriean eutrofikasi

Pemantauan waktu yang tepat
untuk dilakukan eutrofikasi

Proses eutrofikasi

Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan kegiatan secara kontinu
Gambar 2.3 Flow Chart Pelaksanaan Carbon Storage Berbasis Remote Sensing

Langkah terakhir adalah pelaksanaan eutrofikasi secara kontinu apabila telah
ditemuka posisi eutrofikasi yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk meningkat
tekanan permukaan dari endapan fitoplankton dan menjaga agar fitplankton yang
telah mengendap tidak terlepas kembali ke permukaan ketika terjadi up welling.

KESIMPULAN
Pemanasan Global disebabkan oleh lapisan rumah kaca yang didominasi
oleh CO2. Lapisan tersebut merupakan hasil dari aktivitas pemakaian bahan bakar
fosil secara berlebihan selama 120 tahun terakhir. Padahal untuk membentuk
bahan bakar fosil yang selama ini digunakan dibutuhkan waktu 10 juta hingga 270
juta tahun. Hal ini dapat menganggu siklus karbon di bumi. Sehingga diperlukan
suatu teknik penyimpanan agar karbon tersebut dapat dikembalikan ke dalam
dasar bumi. Hal ini dilakukan dengan proses biogenous sediment dengan
mengendapkan fitoplankton. Proses eutrofikasi dilakukan dengan pemberian
limbah indutri yang mengandung nutrien bagi plankton sehingga terjadi blooming.
Penentuan posisi terjadinya blooming dilakuakan dengan mengunakan
pengindraan jauh. Pengindraan jauh digunakan untuk memperoleh data terkait
kondisi fisik dan kimia di perairan secara global. Data global ini selanjutnya
dimodelkan dan diramalkan daerah yang berpotensi dilakukan kegiatan ini.
Eutrofikasi dilakukan dengan harapan terjadi blooming fitoplankton di
perairan, selanjutnya mengendap di dasar perairan, dan kembali tersimpan sebagai
minyak bumi di laut dalam (Anderson, 2008). Akan tetapi hal tersebut sering
terkendala dengan kondisi fisika dan kimia perairan. Kondisi tersebut diantaranya
suhu, salinitas, densitas, kecepatan arus, jumlah oksigen terlarut, serta kedalaman.
Oleh karena itu harus ditentukan posisi yang sesuai dengan kriteria kandungan
DO tidak terlalu tinggi, berada jauh dari aktivitas manusia, kecepatan arus rendah,
resident time tinggi, serta kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/l (Aunurohim,et al.
2008). Suhu terbaik adalah kisaran 27-30 oC (Lillesand., 1990). Menurut Wan
Mohd Ruzlan Wan Omar (1990) pada kisaran 26-31,5 oC fotosintesis dan
pembentukan komponen seluler sel fitoplankton. Intensitas cahaya yang baik yang
memungkinkan terjadi blooming fitoplankton adalah 70.102 – 106.755 lux.
Kisaran ini digunakan karena fitoplankton dapat berfotosintesis sempurna (Baksir,
2004). Salinitas yang terbaik untuk eutrofikasi berkisar antara 5‰–30‰.
Kesemuanya parameter di atas selanjutnya akan dicari irisan daerah yang
mewakili kesemuanya untuk dijadikan wilayah eutrofikasi. Dengan demikian
diharapkan pemanasan global dapat diatasi.
Berdasarkan hasil pemaparan sistem ini dapat mengatasi masalah tingkat
pencemaran lingkungan terhadap pemanasan global, menanggulangi terjadinya
global warming dengan metode sea carbon storage, penetuan posisi yang tepat
untuk mendukung terjadinya blooming fitoplankton, serta pengolahan limbah
secara berkelanjutan. Gagasan ini diharapkan dapat mengurangi karbon yang
berada di atmosfer bumi, mengembalikan cadangan minyak bumi yang sudah
mulai menipis, menjaga keseimbangan siklus karbon di ekologi dan mecegah
terjadinya pemanasan global, serta bentuk menejemen limbah sebagai bahan baku
eutrofikasi perairan sehingga tidak terbuang percuma di perairan.

DAFTAR PUSTAKA
Amqam H dan Hasyim Djaffar M, ( 2006), Buku Ajar Pencemaran Udara,
Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM-UNHAS, Makassar
Aziz, K., and A. Settari (1979), Petroleum Reservoir Simulation, Blitzprint,
Calgary, Alberta, Canada.
Batycky, R. P., M. J. Blunt, and M. R. Thiele (1997), A 3D field-scale
streamline-based reservoir simulator, SPE Reservoir Eng., 12(4), 246–254.
Bear, J. (1972), Dynamics of Fluids in Porous Media, Dover, Mineola, N. Y.
Bommer, P. M., and R. S. Schechter (1979), Mathematical modeling of insitu
uranium leaching, SPE J., 19, 393–400.
BPPT dan KLH, 2009, “Indonesia’s Technology Needs Assessment for Climate
Change”, Jakarta: Maret 2009
Bratvedt, F., T. Gimse, and C. Tegnander (1996), Streamline computations
for porous media flow including gravity, Transp. Porous Media, 25,
63– 78.
Brinks, J., and J. Fanchi (2001), Geological sequestration: Modeling and
monitoring injected CO2, SPE Pap. 66749, Soc. of Pet. Eng., Richardson,
Feely et. al., 2007, Uptake Storage Carbon Dioxcide In The Ocean : The Global
CO2 Survey, JGOFS: Wasington.
Lillesand, Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada
University: Yogyakarta
Situmeang, Hardiv H. Dr, “CCS – Financing Challenges and Opportunities:
Investment Drivers, Incentives and Financing Options, The Role of
Developing Countries”, Presentation at World Energy Council, London:
2008
Sukatma Maja Messmer, 1999, Energi, PPPGT / VEDC, Malang.
Wan Mohd Ruzlan Wan Omar, 2009, Ancaman Serius Pemanasan Global
Tahun 2009, dari jurnal metro: Maret 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS I
Nama Lengkap
Tempat, Tanggal lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat Asal

: Muhammad Bahrun Rohadi
: Jakarta, 11 Juli 1990
: Laki-laki
: Islam
: Jalan Swasembada Timur V No. 28 Kebon Bawang,
Tanjung Priok, Jakarta Utara.
: 085711559803 / email: bahrunrohadi@yahoo.co.id

HP/e-mail
Riwayat Pendidikan :
-SD Yappenda Jakarta
-SLTP Negeri 129 Jakarta
-SMU Negeri 13 Jakarta
-Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
-Institut Pertanian Bogor

1996-2005
2003-2005
2005-2008

2008-sekarang

Pengalaman Organisasi :
-Anggota Pramuka SLTP 129 Jakarta
-Ketua Umum Kelompok Ilmiah Remaja SMA 13 Jakarta
-Kadiv Syiar Sie Rohani Islam SMA 13 Jakarta
-Anggota Teater Seroja
-Anggota Fisheries Diving Club, FPIK, IPB
-Dewan Evolusi UKM Uni Konservasi Fauna-IPB
-Kesekretariatan UKM Uni Konservasi Fauna-IPB
-Anggota Forces IPB
Prestasi :
-Juara I Lomba Cerdas Cermat SMP Agama Islam se-Kota Madya Jakarta Utara
-Juara I Lomba Regu Berprestsi Pramuka SMP se-Jakarta

(Muhammad Bahrun Rohadi)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS II

Nama Lengkap
Tempat, Tanggal lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat Asal
HP/e-mail

: Fahmi Rahmansyah
: Cirebon, 6 Oktober 1990
: Laki-laki
: Islam
: Jl. Bandung Ungu No. 1A BTN Kalijaga Permai Timur
Cirebon 45144
: +6285710258535 / fahmi_itk45@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :
SDN Kalijaga Permai
SMPN 1 Cirebon
SMAN 1 Cirebon
Ilmu dan Teknologi Kelautan, IPB
Pengalaman Organisasi :
No Organisasi/kepanitiaan
1
Pramuka SMP
2
Pramuka SMA
3
Paskibraka SMA
4
Jurus Kalam Suci (JKS)
5
Marine Goes to School
6
Fieldtrip Osenografi Umum
7
PORIKAN
8
Fieldtrip Biologi Laut
9
BEM-FPIK IPB
10 Dewan Formatur ITK
11 Bina Desa FPIK

Cirebon
Cirebon
Cirebon
Bogor

1996-2002
2002-2005
2005-2008
2008-sekarang

Posisi
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Sie. Humas
Sie. Logstran
Sie. Logstran
Ketua
Sie. Sosling
Anggota
Kadiv Logstran

Tahun
2002-2005
2005-2008
2005-2008
2006-2008
2010
2009
2010
2009
2009-2010
2010- sekarang
2010

Prestasi : -

(Fahmi Rahmansyah)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS III

Nama Lengkap
: Muhammad Sudibjo
Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 17 September 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat Asal
: Kp. Masjid Tanah 80 No.21 Rt 008/09
Klender, Jaktim
HP/e-mail
: +085780798874/ bio_shi_ppu@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
-SDN 05 Malaka Jaya, Jakarta
1997-2003
-SLTPN 139 Jakarta
2003-2006
-SMAN 50 Jakarta
2006-2009
-Ilmu dan Teknologi Kelautan, IPB Bogor 2009-sekarang
Pengalaman Organisasi :
No Organisasi/kepanitiaan
1
Rohis SMP
2
Rohis SMA
3
OSIS SMA
4
PB SMA
5
Fieldtrip Osenografi Umum
6
DPM C IPB
7
Lokakarya DPM C

Posisi
Anggota
Anggota
Anggota pembantu
Anggota
PDD
Komisi Eksternal
Kadiv.Acara

Tahun
2003-2006
2006-2004
2006-2008
2007-2009
2010
2010-2011
2011

Prestasi :
-Juara 2 lomba pitaloka SMAN 50
-Juara 3 cerdas cermat Bhs. Inggris SMAN 50

(Muhammad Sudibjo)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PENDAMPING

Nama lengkap
Tempat/Tanggal lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat rumah/telepon
Instansi Tempat kerja
Jabatan

:Beginner Subhan S.Pi, M.Si
: Sungai Geong,18 Januari 1980
: Laki-laki
: Islam
: Jl. Bambu Ori iV No. 22 Yasmin /(0251)8400578
: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
: Asisten ahli lab Biologi Laut

Riwayat pendidikan

: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Sarjana 2003

Riwayat Pekerjaan
-2005-Sekarang
-2005-Sekarang
-2005-Sekarang

:
Staf Pengajar mata kuliah Widya selam, ITK IPB
Staf Pengajar mata kuliah Biologi Laut, ITK IPB
Staf Pengajar mata kuliah Ekologi Laut Tropis, ITK IPB

Keangotaan Profesi

: POSSI, Ikatan sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI)

Pelatihan
Pengalaman Riset

: Selam (two star scuba diver)
: -RUT XII
-RUI 2007
-Hibah Bersaing 2006
-Hibah Pasca 2005

Publikasi ilmiah
Buku/Diktat

: 3 prosiding (Nasional) dalam Jurnal/prosiding
: 1 Diktat mata kuliah Biologi Laut

Dosen Pendamping

(Beginer Subhan S.Pi M.Si.)