Perdagangan reptilia sebagai binatang peliharaan di DKI Jakarta

(1)

PELIHARAAN DI DKI JAKARTA

STEFHEN DANIEL

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

STEFHEN DANIEL. E34062107. Perdagangan Reptilia Sebagai Binatang Peliharaan di DKI Jakarta. Dibimbing oleh MIRZA DIKARI KUSRINI dan ANI MARDIASTUTI

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dalam dunia perdagangan satwa disebut sebagai titik kuning, yaitu kota yang rawan akan perdagangan ilegal. Perdagangan satwa di DKI Jakarta tidak hanya pada jenis ikan hias, mamalia dan burung bahkan reptilia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lokasi pemasaran, mengidentifikasi jenis yang diperdagangkan dan menganalisa tingkat kesukaan masyarakat terhadap reptilia.

Penelitian dilakukan di lima pasar tradisional dan 35 toko hewan peliharaan yang ada DKI Jakarta, dengan metode wawancara dan investigasi. Selain itu dilakukan juga pengambilan data perdagangan cyber market dan wawancara kepada 20 orang pecinta reptilia. Penelitian berlangsung dari 20 Agustus-20 November 2010.

Sebanyak 52 jenis (26 jenis kura-kura, 23 jenis ular dan tiga jenis kadal) diperdagangkan pada pasar tradisional, sedangkan pada toko hewan peliharaan dijumpai 46 jenis (21 jenis kura-kura, 19 jenis ular dan enam jenis kadal). Pada pasar tradisional dijumpai jumlah dari jenis lokal lebih banyak daripada jenis asing, namun pada toko hewan peliharaan dijumpai kondisi sebaliknya. Secara keseluruhan ditemukan lima jenis reptilia yang dilindungi PP No. 7 Tahun 1999, empat jenis reptilia yang dikategorikan Apendiks I CITES dan enam jenis reptil yang masuk dalam daftar merah IUCN sebagai kritis (Critically Endangered). Pada cyber market dijumpai tiga forum jual beli yang menjual reptilia sebagai binatang peliharaan. Kelompok ular mendominasi reptilia favorit, sedangkan untuk jenis favorit adalah ball python (Python regius). Masih adanya jenis-jenis yang dilindungi serta jenis dari luar negeri berstatus appendiks I CITES menunjukkan monitoring perdagangan satwa ini harus diperketat oleh pihak berwenang selain adanya penyuluhan bagi pecinta reptilia.


(3)

STEFHEN DANIEL. E34062107. Reptiles Trade as Pets in Capital City of JAKARTA. Under Supervision of MIRZA DIKARI KUSRINI and ANI MARDIASTUTI

DKI Jakarta in the world of wildlife trade is often referred as yellow dots, a city vulnerable to illegal trade. Wildlife trade in DKI Jakarta consists not only on ornamental fish, mammals and birds, but even reptiles. This study aims to describe trade locations, identify species of trade and analyze preferences of pet reptiles.

The study was conducted in five traditional markets and 35 pet shops in DKI Jakarta, using interviews and investigative methods. I also carried out survey on cyber-market trade and interviews to pet reptile owners. The study was carried out from August 20th to November 20th, 2010.

A total of 52 species (26 species of turtles, 23 snakes and three lizards) were traded on traditional markets, and 46 species (21 species of turtles, 19 species of snakes and six species of lizards) at the pet store. In traditional markets the common species sold are local species, but not on pet stores where most are imported species. In total, survey found five species of protected reptiles according to PP No. 7 of 1999, four species of Appendix I CITES’s reptiles and six species listed as critically endangered by IUCN Red List. Three forums in internet carried out cyber markets of pet reptiles. The most favorite pet reptiles were snakes, especially the ball python (Python regius).


(4)

STEFHEN DANIEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(5)

 

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perdagangan Reptilia Sebagai Binatang Peliharaan di DKI Jakarta” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Stefhen Daniel NRP E34062107


(6)

NIM : E34062107

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc

NIP. 196511 14 199002 2 001 NIP. 195909 25 198303 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. H. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003

   


(7)

Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 24 September 1988 sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Jater Pakpahan dan Ibu Anna Marbun. Tahun 1994 penulis lulus dari TK Santo Fransiskus, kemudian tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di SDK Nusa Melati. Selanjutnya penulis lulus dari SLTPN 20 Jakarta tahun 2003 dan SMAN 64 Jakarta tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mulai aktif belajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB tahun 2007.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) anggota Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) periode 2008-2010. Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain: Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA)-HIMAKOVA di Cagar Alam Gunung Simpang Jawa Barat, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI)-HIMAKOVA di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Leuweung Sancang dan Cagar Alam Kamojang tahun 2008. Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA)-HIMAKOVA di Cagar Alam Rawa Danau Jawa Barat, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI)-HIMAKOVA di Taman Nasional Manupeu Tanadaru tahun 2009, serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Merbabu tahun 2010. Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi yang berjudul “Perdagangan Reptilia Sebagai Binatang Peliharaan Di DKI Jakarta” di bawah bimbingan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.


(8)

anugrah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini sebagai tugas akhir yang berjudul “PERDAGANGAN REPTILIA SEBAGAI BINATANG PELIHARAAN DI DKI JAKARTA”. Penulis menyadari bahwa terlaksananya penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan moril maupun materiil. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Orang tua (Bapak Janter Pakpahan dan Ibu Anna Marbun), kakak (Heni Dolorosa, Maria Franciska dan Nuraini) dan Keponakan (Carlo dan Andrew), beserta semua anggota keluarga lainnya atas doa dan dukungannya.

2. Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan dan saran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Sudaryanto yang telah menjadi penguji dan memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi.

4. Seluruh dosen, staf Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu penulis selama kuliah.

5. Bapak George T. Saputra (IRATA) yang telah memberikan bantuan dana penelitian.

6. Lisa Mariance Marbun yang telah memberikan perhatian, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Rekan seperjuangan “SITUA” (Kuli, Gun, Radit, Ebhay, Didit, Abdi, Too cool, Haray, Riki, Opang, Banting, Afroh, Obi, Junef, Arga, Bayu).

8. Noor Aenni, Reni Lestari dan Septa Febrina yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar Wisma Mahameru (Kang Udi, Bang Deden, Bang Adi) atas dukungannya.

10. Mba Muti dan Teh Lina yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi. 11. Rekan Cendrawasih 43 atas kebersamaan dan kekeluargaanya.


(9)

(KPH) “Python” HIMAKOVA.

13. Forum reptilia Kaskus atas kerjasama menjadi responden dalam penelitian ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Juli 2011


(10)

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih karunia-Nya yang begitu besar dalam menyusun skripsi yang berjudul “Perdagangan Reptilia Sebagai Binatang Peliharaan di DKI Jakarta”, sehingga akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan masukan yang bertujuan untuk memperbaiki skripsi ini sangat diharapkan penulis. Akhir kata penulis hanya dapat berharap semoga karya yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya bagi kemajuan ilmu pengetahuan kehutanan di Indonesia.

Bogor, Juli 2011

Stefhen Daniel E34062107


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Bio-ekologi Reptilia ... 3

2.2 Perdagangan Reptilia ... 3

2.3 Status Perlindungan ... 5

2.4 Reptilia sebagai Binatang Peliharaan ... 7

BAB III METODE PENELITIAN ... 8

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

3.2 Bahan dan Alat ... 10

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 10

3.4 Analisis Data ... 12

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI ... 13

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

5.1 Hasil ... 17

5.1.1 Pemasaran reptilia sebagai binatang peliharaan di DKI Jakarta ... 17

5.1.2 Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di DKI Jakarta ... 19

5.1.3 Harga ... 30

5.1.4 Status perlindungan ... 31

5.1.5 Cyber market ... 34

5.1.6 Hasil kuisioner ... 35


(12)

5.2.1 Lokasi pemasaran ... 38

5.2.2 Jenis dan jumlah reptilia ... 40

5.2.3 Harga ... 42

5.2.4 Status perlindungan ... 43

5.2.5 Cyber market ... 46

5.2.6 Hasil kuisioner ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 49

Daftar Pustaka ... 50


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Daftar pasar tradisional yang menyediakan reptilia ... 8 2. Daftar toko hewan peliharaan di DKI Jakarta ... 9 3. Tipologi pasar tradisional yang menjual reptilia di DKI Jakarta ... 17 4. Enam toko hewan peliharaan di DKI Jakarta yang menjual reptilia

sebagai binatang peliharaan ... 18 5. Ketersediaan kelompok reptitilia di kelima pasar tradisional ... 19 6. Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di lima pasar

tradisional di DKI Jakarta ... 20 7. Jumlah reptilia yang diperdagangkan pada toko hewan peliharaan

berdasarkan kelompok famili ... 25 8. Jenis reptilia yang diperdagangkan di toko hewan peliharaan di DKI

Jakarta ... 26 9. Jenis-jenis reptilia yang masuk dalam kategori dilindungi menurut

PP 7/1999 dan kategori terancam dalam daftar merah IUCN serta

Apendiks CITES ... 27 10. Tiga website pada hasil penelusuran cyber market ... 33 11. Jenis reptilia yang dipelihara beserta frekuensi peliharaan ... 35 12. Perbedaan perdagangan reptilia di pasar tradisional dan toko hewan

Peliharaan ... 37 13. Perbedaan perdagangan reptilia di pasar tradisional dan toko hewan


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi penelitian di DKI Jakarta ... 8

2. Lokasi pasar yang menyediakan reptilia sebagai barang dagangnya, a) bagian depan Pasar Pramuka, b) kios-kios di Pasar Kartini, c) gerbang utama Pasar Sumenep, d) kondisi Pasar Kemuning dan e) kios-kios di Pasar Barito ... 15

3. Beberapa toko hewan peliharaan yang sudah dilakukan survei. a) toko hewan peliharaan di Kemang, b) toko hewan peliharaan di Sunter, Jakarta Utara, c) toko hewan peliharaan di Cibubur, Jakarta Timur, d) kios toko reptil, Kemang ... 16

4. Beberapa jenis reptilia yang dijumpai pada kelima pada pasar tradisional ; a) Python reticulatus, b) sepasang Python curtus, c) Candoia carinata, d) Morelia viridis, e ) Ahaetulla prasina, f) kura-kura brasil (Trachemysscripta elegans) g) Malaclemys terrapin, h) Cuora amboinensis i) tegu (Tupinambis merianae) ... 24

5. (a) Poster pada salah satu kios di Pasar Kartini tentang status perlindungan pada kura-kura, (b) Python molurus yang disembunyikan ... 34

6. Diagram persentase pekerjaan responden dan persentase umur responden ... 36

7. Persentase jenis reptilia favorit ... 36

8. Lama waktu pemeliharaan reptilia oleh pecinta reptilia ... 37


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Reptilia merupakan salah satu bagian dari kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Diperkirakan di Indonesia tercatat 816 jenis reptilia (Iskandar 1996). Sekarang ini reptilia telah dimanfaatkan dengan daya guna tinggi seperti obat, makanan, pertunjukan dan juga binatang peliharaan. Pemanfaatan terhadap reptilia akan menyebabkan permintaan akan reptilia meningkat. Perdagangan reptilia mempunyai prospek yang tinggi dan akan mempengaruhi keberadaannya (Samedi & Iskandar 2000). Perburuan untuk perdagangan yang tidak terkendali merupakan ancaman utama terhadap kepunahan satwaliar (Noerdjito et al. 2005).

Mardiastuti & Soehartono (2003) menyatakan perdagangan reptilia internasional sebagai binatang peliharaan telah dimulai tahun 1980. Tahun 1999, sebanyak 161 spesies reptilia hidup tercatat diperjualbelikan. Jenis ular sanca dan boa dimanfaatkan sebagai binatang peliharaan. Sinaga (2008) menyatakan bahwa pemanfaatan reptilia (kura-kura air tawar dan kura-kura darat) sejak lama telah dimanfaatkan salah satunya sebagai binatang peliharaan.

Dewasa ini masyarakat sudah mulai melirik reptilia sebagai binatang peliharaan menggantikan burung dan beberapa mamalia yang sudah dijadikan binatang peliharaan sebelumnya. Di Asia, perdagangan satwa sebagai binatang peliharaan telah dilakukan dalam skala luas dan jumlah yang besar (Nijman & Sheperd 2007). Reptilia sebagai binatang peliharaan mempunyai daya tarik yang cukup tinggi. Powell (2005) menyatakan bahwa jenis ular sangat baik dijadikan binatang peliharaan karena eksotik, indah dan unik, selain itu jenis iguana, biawak dan kadal dan cukup menarik untuk dipelihara. Permintaan akan jenis reptilia dari Indonesia bagian timur di pasar internasional cukup tinggi permintaan, karena keindahan tubuh dan status keendemikannya (Mardiastuti 2009). Pemanfaatan reptilia dikhawatirkan dapat mempengaruhi populasinya di alam. Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian terhadap isu perdagangan satwaliar. Indonesia sudah mengikuti konvensi CITES dalam perdagangan satwa, yang mengatur segala bentuk perdagangan satwa pada skala internasional (Soehartono


(17)

& Mardiastuti 2003). Keterikatan Indonesia terhadap konvensi tersebut, mengharuskan Indonesia berhati-hati dalam mengelola lingkungan pendukung keanekaragaman hayati agar tidak terjadi kepunahan (Noerdjito et al. 2005).

Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang menjadi pusat perekonomian negara dan tidak menutup kemungkinan menjadi pusat perdagangan reptilia di Indonesia. Hasil penelitian Mardiastuti (2009) mencatat Jakarta sebagai salah satu kota yang disebut titik kuning yaitu kota yang rawan terhadap perdagangan ilegal. Sheperd dan Nijman (2007) di tahun 2004 telah melakukan penelitian untuk perdagangan kura-kura di Jakarta dan tercatat 48 jenis kura-kura yang diperdagangkan di toko hewan. Hal tersebut telah memberi informasi akan tingginya aktivitas perdagangan reptilia di ibukota.

Dalam dunia perdagangan satwaliar, DKI Jakarta disebut sebagai pasar yang prospektif karena keunggulan dalam aksesbilitas yang sangat mudah dicapai (Mardiastuti 2009). Penelitian mengenai perdagangan reptilia telah dibahas dalam penelitian Sinaga (2008) mengenai perdagangan kura-kura, namun tidak dikhususkan perannya sebagai binatang peliharaan. Penelitian ini diharapkan memberi informasi mengenai reptilia yang menjadi binatang peliharaan oleh para pecinta reptilia dan informasi perdagangan reptilia sebagai binatang pemeliharaan di DKI Jakarta yang masih dirasakan kurang.

1.2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Menjelaskan lokasi pemasaran reptilia di DKI Jakarta

2. Mengindentifikasi jenis reptilia yang diperdagangkan di DKI Jakarta

3. Menganalisa tingkat kesukaan masyarakat terhadap jenis-jenis reptilia yang dijadikan binatang peliharaan.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan mampu menjadi bahan acuan pemerintah setempat untuk mengontrol keberadaan perdagangan reptilia dan pemanfaatannya sebagai binatang peliharaan terutama di DKI Jakarta.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Bio-ekologi Reptilia

Reptilia merupakan satwa yang mempunyai ciri yang khas yang membedakannya dengan satwa pada umumnya, Reptilia menutupi tubuhnya dengan sisik yang rata maupun berduri dengan fungsi mengatur sirkulasi air. Reptilia juga tidak mempunyai telinga eksternal dan termasuk satwa eksotermal karena saat metabolisme reptilia membutuhkan sumber panas eksternal dan tidak mempunyai rambut atau bulu (Grizmek 1975). Penyebaran reptilia sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yang sampai ke permukaan bumi (Halliday & Adler 2000).

Ciri lain reptilia ialah mayoritas ovipar dan sebagian lagi ovivipar (Goin & Goin 1971). Umumnya reptilia merupakan karnivora, terkecuali kura-kura air yang omnivora dan kura-kura darat yang herbivora (O’shea & Halliday 2001). Ciri utama dalam membedakan jantan dan betina pada reptilia ialah ukuran, bentuk dan warna tubuh dewasa (Halliday & Adler 2000).

Dalam taksonomi reptilia masuk dalam kingdom Animalia, filum Chordata, sub-filum Vertebrata, kelas Reptilia, sub kelas Eureptilia, dibagi menjadi tiga super ordo: Lepidosauria, Testudinidae, Archosauria. Pengelompokkan ordo dibagi menjadi empat yaitu Testudinidae, Squamata, Rhynchocephalia dan Crocodylia (Savage 1998). Reptilia yang ada Indonesia berasal dari Ordo Testudinata, Squamata dan Crocodylia (Halliday & Adler 2000). Di Indonesia terdapat 39 jenis kura-kura yang terdiri dari 25 jenis kura-kura air tawar, enam labi-labi, enam penyu dan dua kura-kura darat, sedangkan pada buaya di Indonesia terdapat enam jenis buaya (Iskandar 2000).

2.2 Perdagangan Reptilia

Perdagangan satwa menjadi bentuk pemanfaatan satwa yang keberadaannya mengancam populasi dan keberadaan satwa tersebut di alam. Perdagangan salah satu penyebab hilangnya keanekaragaman hayati (Diamond 1984). Dalam perdagangan satwa pengambilan dari alam merupakan cara yang dominan


(19)

ditempuh dibandingkan cara lain seperti penangkaran. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan pengambilan langsung dari alam akan mengancam populasi reptilia penelitian seperti yang ditulis oleh Situngkir (2009) tentang perdagangan ular, Soehartono dan Mardiastuti (2003) dan Sinaga (2008) tentang cara mendapatkan reptilia.

Perdagangan reptilia dilakukan dalam jumlah yang besar dengan nilai yang sangat komersil. Sinaga (2008) mencatat beberapa penelitian pada pasar tradisional, perdagangan jenis reptilia asing cenderung meningkat seperti yang tercatat dalam penelitian Sheperd dan Nijman (2007) di Thailand dan Goh dan O’Riordan (2007) di Singapura. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sinaga pada tahun 2008 dan Sheperd dan Nijman di tahun 2007, kedua penelitian ini hanya mengambil kura-kura darat dan air tawar sebagai objek penelitian. Penelitian Sinaga (2008) mencatat selain untuk binatang peliharaan, kura-kura darat dan air tawar juga digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan dan keagamaan seperti pada Pasar Petak Sembilan Glodok. Sebanyak 48 jenis kura-kura dari total 264 individu dijual di Jakarta.

Pasar maya (cyber market) memperluas jaringan penawaran perdagangan kura-kura (Sinaga 2008). Informasi yang diperlukan oleh pembeli terdapat dalam situs tersebut yang meliputi data mengenai ukuran, harga, kondisi dan cara transaksi. Penelitian Nijman dan Sheperd (2007) mencatatt bahwa tidak ada perbedaan harga yang signifikan antara kura-kura yang terancam punah atau tidak. Hal menarik lainnya bahwa dalam mendapatkan dan menjual satwa, akan lebih mudah mendapatkan dan menjual satwa yang masuk dalam daftar CITES.

Perdagangan ilegal tumbuhan dan satwaliar merupakan jenis pelanggaran kehutanan yang sangat memarak dilakukan di pasar umum dan pasar satwa (Mardiastuti 2009). Waryono (2008) menyatakan bahwa pelanggaran dalam penangkapan dan pemasaran satwa bisa terbagi kedalam tiga kelompok :

1. Kelompok pemanfaatan di daerah hulu

Kelompok ini merupakan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan habitat satwa. Kelompok ini merupakan kelompok yang masih berpengetahuan kurang dalam konservasi satwa, ditambah dengan perekonomian rendah menjadikan pengambilan satwa dari alam menjadi penghasilan tambahan bahkan


(20)

menjadi pekerjaan tetap. Para pemburu biasanya mengetahui perilaku atau aktifitas dan habitat satwa yang akan diburu (Soehartono & Mardiastuti 2003). 2. Kelompok perantara

Kelompok ini merupakan kumpulan orang yang bergerak untuk mencari satwaliar yang telah dikumpulkan oleh kelompok pertama untuk menjualnya ke kota-kota. Kelompok ini memanfatakan satwa untuk kepentingan keuntungan materi semaksimal mungkin tanpa memperhitungkan proses konservasi.

3. Kelompok pemanfaatan hilir

Kelompok ini terdiri dari pedagang di kota yang menjual satwa untuk kalangan domestik dan luar negeri. Biasanya terdiri dari satwa eksotik dan dilindungi. Perdagangan ilegal bisa diartikan dengan membeli, menjual dan memelihara satwaliar. Beberapa bentuk pelanggaran sudah banyak terjadi, dalam hal ini Departemen Kehutanan telah mengambil sikap represif dan preventif berupa patroli, sosialisasi dan kampanye (Mardiastuti 2009). Pemburu satwa di Pulau Jawa lebih banyak dibandingkan pemburu satwa di Pulau Sumatera dan Kalimantan, namun untuk jumlah satwa yang diburu atau dipanen belum tentu sama (Soehartono & Mardiastuti 2003).

2.3 Status Perlindungan

Perdagangan satwa untuk konsumsi ekspor di Indonesia sudah mengikuti konvensi CITES, yang berarti setiap negara-negara yang telah bergabung harus mengikuti aturan-aturan yang diterapkan oleh CITES. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) merupakan konvensi internasional mengenai perdagangan fauna dan flora. Komitmen Indonesia untuk mengikuti konvensi CITES pada tahun 1978 mewajibkan pengontrolan dan meminimalkan adanya pelanggaran yang mengakibatkan ancaman satwa terhadap kepunahan (Waryono 2008).

Dalam Aturan CITES satwa dikelompokkan menjadi Apendiks I yaitu satwa yang jumlahnya sangat terbatas dan tidak bisa diperdagangkan secara komersil sedangkan Apendiks II yaitu jenis yang masih bisa diperdagangkan, namun untuk memastikan proses pemanfaatan secara lestari maka dilakukan adanya penentuan kuota tahunan oleh Scientific Authority, hal ini berlaku untuk spesies hidup dan


(21)

produk turunannya (Soehartono & Mardiastuti 2003). Waryono (2008) menyebutkan adanya Apendiks III yaitu satwa yang perdagangannya memperoleh kuota dari otorita pengelola dan otorita ilmiah negara masing-masing. Kuota yang ditetapkan untuk setiap jenis tidak boleh melebihi laju pertambahan populasi. Nilai perdagangan satwa liar ilegal menurut sekretariat CITES menduduki peringkat kedua setelah perdagangan ilegal narkotika (Waryono 2008). Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyatakan, peraturan konvensi CITES juga mengenal beberapa pengecualian terhadap; pertunjukkan satwa, perdagangan non komersil, barang-barang pribadi, spesimen yang transit, spesimen yang diperdagangkan sebelum berlakunya konvensi, spesimen dari penangkaran dan spesimen ranching (pembesaran dari alam).

Dalam rangka mengetahui status populasi hidupan liar, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Nature Resources) juga membagi status populasi konservasi (versi 3.1) satwa ke dalam kategori: Extinct (punah) yaitu satwa sudah punah, Extinct in the wild (punah di alam) satwa tidak ditemukan di alam dan bertahan di area penangkaran, Critically endangerd (kritis) yaitu satwa yang mengalami ancaman kepunahan yang tinggi dalam rentang waktu dekat, Endangered (genting) yaitu yang tidak tergolong kritis namun ancaman kepunahan tinggi di alam, Vulnerable (rentan) yaitu tidak tergolong dalam kedua kategori diatas namun rentan terhadap kepunahan di alam, Near threatened (mendekati terancam punah) yaitu jenis satwa yang tidak masuk kategori genting, rentan dan krisis namun mendekati klasifikasi terancam di masa yang akan datang, Least concern (resiko rendah) yaitu yang telah dilakukan evaluasi dan tidak tergolong dalam keempat kategori diatas, Data deficient (kurang data) yaitu informasi tidak memadai untuk dilakukan penilaian terhadap status perlindungan, Not evaluated (tidak dievaluasi) karena tidak memenuhi kriteria yang ada. Indonesia sendiri telah ada peraturan menyangkut perlindungan satwa, yaitu PP RI No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan flora dan fauna.

Segala bentuk perlindungan hukum terhadap jenis satwa yang diperdagangkan sudah ada, namun masih ditemukan pelanggaran terhadap hukum tersebut. Sebagai contoh Sinaga (2008) meyatakan bahwa masih terdapat satwa yang dilindungi yaitu Batagur baska yang dilindungi oleh PP RI No. 7 tahun


(22)

1999), serta termasuk kategori Apendiks 1 (CITES) dan Critically endangered (IUCN) yang masih diperdagangkan pada pasar-pasar di Jakarta. Perdagangan jenis-jenis reptil yang telah mulai langka perlu dihentikan agar kelestariannya dapat senantiasa terjaga (Soehartono & Mardiastuti 2003).

2.4 Reptilia sebagai Binatang Peliharaan

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa jenis-jenis reptilia yang tercatat sebagai binatang peliharaan antara lain jenis kura-kura darat dan air (Sinaga 2008), jenis ular seperti Morelia viridis (Mardiastuti 2009) dan jenis phyton (Soehartono & Mardiastuti 2003). Lebih lanjut lagi Soehartono dan Mardiastuti (2003) mengatakan bahwa perdagangan ekspor binatang peliharaan mencapai puncaknya pada tahun 1990-an, dimana untuk jenis-jenis reptilia yang menjadi komoditi dalam bisnis binatang peliharaan antara lain Varanus salvator, Varanus salvadori dan beberapa jenis sanca dan boa. Di pasar internasional jenis buaya, penyu, ular, kadal dan kura-kura mempunyai permintaan yang tinggi untuk dijadikan hewan peliharaan, dengan kura-kura sebagai hewan yang paling banyak diminati (Mardiastuti 2009).

Dalam memelihara satwa di Jakarta, tingkat pendapatan yang tinggi mendorong minat masyarakat untuk memelihara, bahkan untuk jenis-jenis asing. Mardiastuti (2009) menyebutkan perdagangan satwa di DKI Jakarta cenderung tinggi dikarenakan: a) daya beli yang tinggi, b) hobi masyarakat DKI Jakarta untuk memelihara satwa cukup tinggi, c) akses yang mudah dalam impor satwa asing. Faktor lain yang mendukung perdagangan ini adalah kemudahan dalam mendapatkan reptilia karena terdapatnya toko yang menyediakan (Sinaga 2008).


(23)

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian perdagangan reptilia sebagai binatang peliharaan ini dilaksanakan di pasar tradisional dan toko hewan peliharaan di daerah DKI Jakarta (Gambar 1). Survei pasar dilakukan di beberapa pasar yang sudah diketahui menyediakan reptilia sebagai barang dagangannya berdasarkan penelitian Sinaga 2008 (Tabel 1).

Gambar 1 Lokasi penelitian di DKI Jakarta. Tabel 1 Daftar pasar tradisional yang menyediakan reptilia

No. Pasar / jalan Lokasi Keterangan

1. Pramuka Jakarta Timur Menjual obat dan komoditi utama burung

2. Kemuning Jakarta Timur Menjual beragam satwaliar

3. Kartini Jakarta Pusat Menjual ikan hias dan reptilia

4. Barito Jakarta Selatan Menjual buah, parsel dan satwaliar


(24)

Selain di pasar tradisional juga dilakukan survei pada 35 toko hewan peliharaan (petshop) yang ada di wilayah DKI Jakarta. Toko tersebut didapat dari penelusuran internet dan penelusuran lapang. Survei dilakukan untuk mengetahui apakah toko hewan peliharaan menyediakan jenis reptilia. Berikut merupakan daftar toko hewan peliharaan yang telah disurvei (Tabel 2).

Tabel 2 Daftar toko hewan peliharaan di DKI Jakarta

No. Nama toko hewan peliharaan Lokasi

1. Yaya Jalan Raya Pondok Gede, Jakarta timur

2. Meteor Jalan Alternatif Cibubur, Jakarta timur

3. Rams Jakarta Timur

4. Snowy Jakarta Timur

5. Gm Jakarta Timur

6. Tokoreptile Kemang, Jakarta Selatan

7. 3torto Kemang, Jakarta Selatan

8. Groovy Kemang, Jakarta Selatan

9. Jakietz Kemang, Jakarta Selatan

10. Neurx Kemang, Jakarta Selatan

11. Petstation Kemang, Jakarta Selatan

12. BBpets Kebayoran Baru

13. Hush Gajah Mada Plaza

14. Sccoby Gajah Mada Plaza

15. Rex Gajah Mada Plaza

16. Vip Gajah Mada Plaza

17. Pack leader Gajah Mada Plaza

18. Exo reptile Gajah Mada Plaza

19. Paskal Gajah Mada Plaza

20. Uekanuba Gajah Mada Plaza

21. Supreme Gajah Mada Plaza

22. Pro plan Gajah Mada Plaza

23. ScienCR diet Gajah Mada Plaza

24. Saverareptil Jalan Kartini, Jakarta Pusat

25. Exo reptile Jalan Kartini, Jakarta Pusat

26. World of reptile Kelapa Gading

27. GM Sunter, Jakarta Utara

28. Pet depo Sunter. Jakarta Utara

29. Pet lovers Boulevard Timur

30. Gm Kelapa Gading

31. Espree Kelapa Gading

32. Metro Kelapa Gading

33. Wendy Meruya, Jakarta Barat

34. Gm Jalan Panjang, Jakarta Barat


(25)

Data mengenai perdagangan reptilia di dunia maya (cyber market) diambil untuk menjadi data sekunder terhadap penelitian ini. Survei pasar maya dilakukan dengan bantuan search engine google dengan kata kunci : reptilia, beli reptilia, toko reptilia dan toko hewan peliharaan. Data untuk pemanfaatan satwa sebagai binatang peliharaan dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat yang sudah diketahui memiliki reptilia sebagai binatang peliharaan. Waktu penelitian dilakukan pada periode 20 Agustus-20 November 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan adalah: kuisioner, alat tulis, kamera, field guide dan tally sheet.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data untuk pemanfaatan reptilia sebagai binatang peliharaan dilakukan dengan pengamatan langsung di pasar dan toko hewan peliharaan (Tabel 1 dan Tabel 2), wawancara kepada masyarakat yang sudah diketahui memiliki reptilia sebagai binatang peliharaan, sedangkan untuk pedagang dilakukan wawancara langsung saat pengambilan data. Masyarakat yang menjadi responden adalah anggota dari forum reptilia kaskus (http://www.kaskus.us/forumdisplay.php?f=98). Forum kaskus dipilih dikarenakan sudah tersedianya forum khusus reptilia yang akan memudahkan pencarian responden.

Pencarian data dilakukan dengan cara: a) investigasi tertutup melalui pertanyaan yang diajukan dengan berpura-pura menjadi calon pembeli b) wawancara langsung dengan menyatakan untuk data penelitian. Metode wawancara langsung menjadi metode utama dalam pengambilan data, jika cara ini tidak berhasil maka data sudah didapatkan sebelumnya melalui investigasi. Survei dilakukan oleh satu orang dengan menempuh metode diatas. Waktu survei tidak dibatasi, pengambilan data berakhir saat keseluruhan data sudah didapat.

Data yang diambil untuk survei perdagangan di pasar tradisional dan toko hewan meliputi:

1) Jenis: data mengenai jenis reptilia yang dipelihara dan data tambahan seperti jenis mamalia, burung atau lainya. Data tambahan tersebut hanya diambil pada


(26)

penjual yang menawarkan reptilia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah reptilia menjadi komoditi utama dalam dagangannya. Pengambilan data mengenai jenis hewan peliharaan favorit juga dilakukan

2) Harga: harga yang dicatat ialah harga penawaran pertama 3) Ukuran dan umur

4) Ketersediaan stok: data yang diambil berupa jumlah individu per jenis.

5) Asal satwa lokal (Indonesia bagian barat atau Indonesia bagian timur) ataupun eksotik (jenis dari luar Indonesia)

6) Foto

7) Lama berdagang 8) Asal satwa

9) Status perlindungan.

Pengambilan data juga dilakukan untuk cyber market (perdagangan maya). Data yang diambil sama dengan di atas, namun dengan tambahan data alamat situs dan cara transaksi untuk perdagangan reptilia di dunia maya. Perdagangan di dunia maya hanya dikhususkan di daerah Jakarta. Data perdagangan hanya diambil pada situs forum jual beli.

Data mengenai binatang peliharaan dilakukan pada masyarakat diketahui memiliki reptilia sebagai binatang peliharaannya. Sebanyak 20 orang responden diwawancarai untuk mendapatkan data berupa: jenis reptilia peliharaan, jumlah jenis, lama memelihara, habitat, ukuran, harga, satus perlindungan, cara mendapatkannya. Pengambilan data frekuensi pemeliharaan juga dilakukan untuk mengetahui jenis yang paling banyak dipelihara oleh 20 responden tersebut dengan menggunakan persamaan :

Fp= np Σtot

Fp : Frekuensi pemeliharaan np : Jumlah reptilia pada jenis x Σtot : Jumlah responden


(27)

3.4 Analisis Data

Data yang didapati dari survei pasar dikelompokkan berdasarkan jenis reptilia yang diperoleh seperti dalam lampiran dan disajikan dalam bentuk tabel. Data yang didapatkan, diolah dan dipadukan dengan beberapa pustaka, analisis deskriptif, tabulasi data dan gambar, sedangkan data untuk binatang peliharaan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Saat survei, jenis reptilia yang ditemukan langsung diidentifikasi dengan menanyakan kepada penjual dan pengambilan foto serta dilakukan pengecekan ulang menggunakan buku panduan reptilia Snakes of Borneo (Stuebing & Inger 1999) dan Turtles of Borneo and Peninsular Malaysia (Lim & Das 1999). Penelusuran data dilakukan di internet jika tidak ditemukan data pada kedua buku panduan lapang diatas. Data survei perdagangan dikelompokkan kedalam jenis lokal atau eksotik (asing), selain itu juga dikelompokkan kedalam status perlindungan (PP No. 7 tahun 1999), status populasi (IUCN) dan status perdagangan (CITES) yang diberlakukan pada jenis reptilia. Harga yang ditampilkan merupakan harga penawaran pertama yang disodorkan meskipun harga tersebut bukan harga asli dari reptilia tersebut. Hasil wawancara terhadap pecinta reptilia akan disajikan bentuk grafik.


(28)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI

 

Jakarta merupakan ibukota Negara Republik Indonesia, dengan ketinggian rata-rata 7 m dpl. DKI Jakarta memiliki luas 7.659,02 km², terdiri dari daratan seluas 661,52 km², terletak pada 6°12’ LS dan 106°48’ BT. Di sebelah utara DKI Jakarta berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta dan Laut Jawa, di sebelah selatan dengan Bogor dan Depok, di sebelah timur dengan Bekasi dan di sebelah barat dengan Tangerang.

Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima kotamadya (Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara) dan satu kabupaten administratif yakni Kepulaan Seribu. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta (2011) mencatat jumlah penduduk mencapai 8.525.423 jiwa. Kotamadya Jakarta Timur tercatat dengan jumlah jiwa mencapai 2,5 juta jiwa. Kepadatan penduduk kotamadya Jakarta Pusat sebesar 19.447/km². Beberapa suku yang mendiami wilayah DKI Jakarta antara lain: Betawi, Jawa, Sunda, Batak dan Bugis. Keragaman struktur penduduk DKI Jakarta menurut keagamaannya yaitu : Islam (90.19%), Protestan (4,73%), Katholik (2,5%), Budha (2%) dan lainnya (0.45%). 

DKI Jakarta mempunyai satu taman nasional yaitu Taman Nasional Kepulauan Seribu dengan luas 108,05 ha, dan dua Suaka Margasatwa (SM) yaitu SM Pulau Rambut dengan luas 4 ha dan SM Muara Angke dengan luas 25,2 ha. Luasan hutan kota di kawasan DKI Jakarta berkisar 379,58 ha. DKI Jakarta beriklim panas dengan suhu udara pada siang hari berkisar 32,7°-34°C dan 23,8°-25,4°C pada malam hari, dan memiliki curah hujan rata-rata 237,96 mm, sedangkan kelembapan udara maksimum rata-rata 95,60% dan rata-rata minimum 51,60% (Bapedda 2007).

Pasar Pramuka didirikan pada tahun 1976 dan terletak di kawasan Jakarta Timur. Pasar Pramuka juga merupakan pasar satwa terbesar di Asia Tenggara dengan intensitas perdagangan satwa yang sangat tinggi, hal ini ditandai dengan luasan pasar dan jumlah kios yang ada mencapai 600 kios. Pasar Pramuka dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama merupakan gedung yang menjual


(29)

obat-obatan, perlengkapan kesehatan dan perlengkapan perawatan rumah sakit sedangkan bagian kedua berupa gedung yang menjual satwa dan perlengkapan pemeliharaan satwa terutama jenis burung. Pada bagian satwa, seperti pada pasar umumnya bentuknya berupa kios-kios yang menawarkan berbagai jenis satwaliar. Satwaliar yang diperdagangkan didominasi oleh jenis burung diikuti oleh mamalia dan reptilia.

Pasar Kartini terletak di pusat kota Jakarta tepatnya di kawasan Jakarta Pusat. Letaknya bersebelahan langsung dengan Sungai Ciliwung. Pasar Kartini terdiri dari puluhan kios dan beberapa toko hewan peliharaan diseberangnya. Lokasi Pasar Kartini memang dikhususkan untuk menjual beragam satwa seperti berbagai jenis ikan hias dan reptilia. Jenis ikan hias terlihat lebih mendominasi dibandingkan dengan reptilia. Selain ikan hias dan reptilia kios-kios tersebut juga menyediakan beragam jenis perlengkapan pemeliharaan satwa seperti akuarium, lampu dan pakan satwa. Kondisi pasar tertata rapih dan cukup bersih, tentunya memberikan kenyamanan pada para pembeli, namun letaknya yang berada di pinggir jalan membuat para pembeli harus berhati-hati dalam melakukan aktivitas disana.

Pasar Sumenep ini terletak di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Pasar Sumenep dikhususkan untuk lokasi promosi ikan hias yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1969. Pasar Sumenep berupa kumpulan kios yang tertata rapi dan bersih dan ditutupi oleh rerimbunan pohon yang membuat lebih sejuk. Pasar ini menjajakan ikan hias seperti arwana, koi dan kura-kura. Perlengkapan pemeliharaan satwapun dijual seperti akurium berbagai ukuran, lampu, penyaring air dan karang. Saat survei dijumpai akuarium yang sudah diberi perlengkapan pemeliharaan lengkap dan ditambah terumbu karang. Akuarium-akuarium tersebut memiliki harga yang beragam, saat survei diketahui terdapat akuarium seharga Rp 6.000.000 bahkan mungkin bisa lebih tergantung pada jenis terumbu karangnya.

Pasar Kemuning terletak di Jatinegara, Jakarta Timur. Letaknya tepat berada diseberang Pasar Mester dan bersebelahan dengan PGJ (Pusat Grosir Jatinegara). Lokasi Pasar Kemuning hanya berupa jalan berukuran kecil yang kanan kirinya berupa kios-kios yang menjual satwa. Kondisi pasar sangat mengkhawatirkan,


(30)

kotor dan kios-kios tidak tertata dengan rapih, bahkan dijumpai para pedagang satwaliar berjualan di trotoar jalan raya. Kondisi satwa juga sangat mengkhawatirkan, satwa yang dijual tanpa mempertimbangkan nilai kesejahteraan satwa. Pasar Kemuning menjual beragam mamalia (monyet dan kukang), reptilia, ikan hias (koi) dan burung. Jenis burung masih mendominasi jenis satwa yang diperjualbelikan. Perlengkapan pemeliharaan burung seperti kandang dan pakan juga mendominasi komoditi di Pasar Kemuning. Reptilia di Pasar Kemuning hanya menjadi bagian kecil, salah satu kios bernama Agen di Pasar Kemuning yang terletak di ujung jalan, secara ekslusif menyediakan jenis kura-kura.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2 Lokasi pasar yang menyediakan reptilia sebagai barang dagangnya, a) bagian depan Pasar Pramuka, b) kios-kios di Pasar Kartini, c) gerbang utama Pasar Sumenep, d) kondisi Pasar Kemuning dan e) kios-kios di Pasar Barito

Pasar Barito terletak di Jakarta Selatan. Pasar Barito hanya berupa beberapa kios yang berbaris sepanjang Jalan Barito. Lokasi sekarang ini merupakan lokasi setelah Pasar Barito yang terkena gusuran pada 18 Januari 2008 menjadi taman kota. Kios di Pasar Barito terdiri dari pedagang bunga, buah, parsel, kandang burung dan reptilia. Lokasi di Pasar Barito cukup nyaman untuk melakukan aktivitas jual beli, karena dilengkapi dengan kios yang rapih dan bersih. Pada saat


(31)

survei dilakukan, terdapat dua kios yang khusus menjual reptilia. Reptilia yang disediakan cukup beragam, mulai dari kadal sampai ular, baik jenis lokal atau asing.

Kondisi fisik dari toko hewan peliharaan relatif sama, hanya berupa satu ruangan berisi akuarium-akuarium yang digunakan untuk menempatkan reptilia. Reptilia yang menjadi komoditi tersusun rapih, bersih dan terlihat dalam perawatan yang intensif.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3 Beberapa toko hewan peliharaan yang sudah dilakukan survey, a) toko hewan peliharaan di Kemang, b) toko hewan peliharaan di Sunter, Jakarta Utara, c) toko hewan peliharaan di Cibubur, Jakarta Timur, d) kios toko reptil, Kemang.


(32)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Pemasaran reptilia sebagai binatang peliharaan di DKI Jakarta

Dari lima pasar tradisional yang disurvei (Pasar Pramuka, Kartini, Sumenep, Kemuning dan Barito), semua pasar ditemukan penjualan reptilia sesuai dengan lokasi penjualan reptilia (Sinaga 2008). Walaupun demikian, tipologi dari penjualan reptilia beragam, dimana umumnya komoditi yang diperjualbelikan tidak terbatas untuk peliharaan saja (Tabel 3). Sebagai contoh perdagangan reptilia di Pasar Pramuka hanyalah sebagian kecil dari perdagangan satwa, saat survei hanya ditemukan dua kios yang menjual reptilia. Kedua kios tersebut menyediakan jenis kucing peliharaan sebagai komoditi utama. Seluruh jenis reptilia yang diperjualbelikan di Pasar Pramuka merupakan jenis lokal atau berasal dari wilayah Indonesia.

Tabel 3 Tipologi pasar tradisional yang menjual reptilia di DKI Jakarta No. Nama pasar Lokasi Komoditi utama Satwa dominan Jumlah kios* Ket

1. Barito Jln Barito

Jakarta Selatan

Bunga Parsel

Reptilia 64 2 kios

menjual reptilia

2. Kartini Jln Kartini

Jakarta Pusat

Ikan hias Ikan hias 85 3 kios yang

menjual reptilia

3. Kemuning Jln Kemuning

Jakarta Timur

Satwaliar Burung 48 1 kios yang

ekslusif menjual kura-kura

4. Pramuka Jln Pramuka

raya, Jakarta Timur

Obat-obatan Satwaliar

Burung 600 2 kios yang

menjual reptilia

5. Sumenep Jln Sumenep

Jakarta Pusat

Ikan hias Ikan hias 150 3 kios

menjual kura-kura Ket : * = Data kios diperoleh dari papan informasi yang ada di lokasi pasar, kecuali Pasar

Pramuka didapat dari wawancara

Dari survei yang dilakukan di Pasar Kartini terdapat tiga kios yang menyediakan reptilia sebagai barang dagangannya. Kios pertama menjual hanya jenis kura-kura, kios kedua dan ketiga menjual berbagai macam jenis reptilia.


(33)

KiosnIndra Cobra hanya menyediakan jenis-jenis reptilia lokal atau berasal dari Indonesia. Penjual menyatakan bahwa reptilia yang diperjualbelikan diperoleh dari pemasok yang datang ke kiosnya dan merupakan pemasok yang tetap.

Perdagangan reptilia di Pasar Sumenep hanya tersedia kelompok kura-kura. Mayoritas pedagang di Pasar Sumenep menjual ikan hias, karena memang Pasar Sumenep merupakan lokalisasi perdagangan ikan hias di DKI Jakarta. Terdapat tiga toko yang menjual kura-kura, namun penjualan kura-kura bersamaan dengan penjualan perlengkapan pemeliharaan ikan hias.

Pasar Kemuning menjajakan jenis mamalia, burung, ikan hias. Perdagangan reptilia hanya sebagian kecil dari komoditi dagang yang ada. Satu toko secara ekslusif menjual jenis kura-kura. Beberapa pedagang hanya menjual reptilia sebagai komoditi tambahan.

Pasar Barito sudah ada sejak lama dan diketahui menjadi pasar yang menyediakan satwaliar. Pada Pasar Barito terdapat dua kios tersebut menyediakan reptilia sebagai barang dagangannya, baik jenis lokal dan asing dan menjadikan reptilia sebagai komoditi utama dalam kios-kios tersebut.

Tabel 4 Enam toko hewan peliharaan (petshop) di DKI Jakarta yang menjual reptilia sebagai binatang peliharaan

No. Petshop Alamat Komoditi Website

1. Savera reptile Jalan Kartini,

Jakarta Pusat

Reptilia perlengkapan pemeliharaaan

saverareptil.com

2. Exoreptil Jalan Kartini,

Jakarta Pusat

Reptilia exoreptile.com

3. Exoreptil Gajah Mada,

Jakarta Pusat

Reptilia exoreptile.com

4. Worldof reptile Kelapa Gading,

Jakarta Utara

Reptilia worldofreptile.multiply.com

5. Tokoreptil Kemang,

Jakarta Selatan

Reptilia perlengkapan pemeliharaan

tokoreptil.com

6. 3torto Kemang,

Jakarta Selatan

Reptilia perlengkapan pemeliharaan

3torto.com

Sejumlah 35 toko hewan peliharaan dikunjungi dalam pengambilan data enam diantaranya menjual reptilia sebagai binatang peliharaannya. Secara umum toko hewan peliharaan di DKI Jakarta dijumpai lebih banyak menjual jenis


(34)

kucing, anjing dan perlengkapan pemeliharaanya. Toko hewan peliharaan juga menyediakan jasa perawatan seperti salon, klinik kesehatan dan penitipan binatang peliharaan. Dari keenam toko hewan peliharaan yang diketahui menyediakan reptilia, keseluruhannya memang mengkhususkan komoditi dagang mereka pada reptilia (Tabel 4).

5.1.2. Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di DKI Jakarta

Dari kelima pasar yang sudah disurvei diketahui hanya Pasar Kartini, dan Pasar Kemuning yang menyediakan tiga kelompok reptilia yakni ular, kura-kura dan kadal, sedangkan Pasar Sumenep hanya menjual kelompok kura-kura. Pada Pasar Barito, saat survei tidak dijumpai kelompok kura-kura, perjumpaan hanya terjadi pada kelompok ular dan kadal (Tabel 5).

Tabel 5 Ketersediaan kelompok reptilia di kelima pasar tradisional.

Kelompok/Pasar Kemuning Pramuka Kartini Sumenep Barito

Ular 8 11 15 0 16

Kura-kura 8 0 19 17 0

Kadal 1 1 2 0 2

Jumlah 17 12 36 17 18

Jumlah ketersediaan reptilia sebagai hewan peliharaan terbanyak pada kelima pasar tradisional di DKI Jakarta tercatat di Pasar Kartini dengan 36 jenis reptilia. Pada Pasar Barito tersedia 18 jenis reptilia, Pasar Sumenep 17 jenis, Pasar Kemuning 17 jenis dan hanya 12 jenis pada Pasar Pramuka (Tabel 5). Berdasarkan keseluruhan pengamatan dari lima pasar tradisional yang dijadikan lokasi penelitian, dijumpai 52 jenis reptilia yang terdiri dari 26 jenis kura-kura, 23 jenis ular dan tiga jenis kadal (Tabel 6).


(35)

Tabel 6 Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di lima pasar tradisional di DKI Jakarta

No. Nama dagang Nama Ilmiah Famili Lokasi Pasar

Ke Pr Su Ka Ba Σ ULAR

1. Boa super salmon Boa sp. Boidae 1 1 2

2. Mono tanah Candoia aspera Boidae 1 1

3. Mono pohon Candoia carinata Boidae 1 3 2 6

4. Boa Columbia Epicrates cenchria maurus Boidae 1 1 2

5. Anaconda Eunectes murinus Boidae 1 1

6. Pucuk Ahaetulla prasina Colubridae 10 20 11 41

7. Cincin emas Boiga dendrophila Colubridae 1 1 1 3

8. Ular tali Dendrelaphis formosus Colubridae 30 30

9. Lidah api Dendrelaphis pictus Colubridae 2 20 22

10. Corn snake Elaphe guttata Colubridae 1 1

11. Rat snake Elaphe oxycephala Colubridae 1 1

12. Lanang sapi Elaphe radiata Colubridae 1 1 2

13. King snake Lampropeltis getula Colubridae 1 1 2

14. Koros Ptyas korros Colubridae 2 15 17

15. Welang Bungarus candidus Elapidae 2 1 3

16. Kobra Naja sputatrix Elapidae 1 1 2

17. Patola Morelia amethistina Pythonidae 6 1 7

18. Morelia Morelia spilota Pythonidae 1 1 2

19. Conro Morelia viridis Pythonidae 1 1 1 3

20. Dipong Python curtus Pythonidae 2 4 2 13 21

21. Molurus Python molurus bivittatus Pythonidae 1 3 2 6

22. Ball python Python regius Pythonidae 1 3 4

23. Retic Python reticulatus Pythonidae 2 5 12 12 31


(36)

Tabel 6 Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di lima pasar tradisional di DKI Jakarta (Lanjutan)

No. Nama dagang Nama Ilmiah Famili Ke Pr Su Ka Ba Σ KURA-KURA

24. Biuku Batagur baska Bataguridae 1 1

25. Tiger Malayemys subtrijuga Bataguridae 1 1

26. Moncong babi (MB) Carettochelys insculpta Carettochelyidae 1 1 2

27. Common snaping Chelydra serpentina Chelyidae 20 5 25

28. Dada putih Elseya novaeguineae Chelyidae 1 1 2

29. Dada pink Elseya schultzei Chelyidae 1 1 2

30. Dada merah Emydura subglobosa Chelyidae 7 1 8

31. Aligator Macrochelys temminckii Chelydidrae 16 10 26

32. Pictabelly Chrysemys picta belli Emydidae 1 1

33. Misisipi Graptemys pseudogeographica Emydidae 4 20 5 29

34. Terrapin Malaclemys terrapin Emydidae 2 2

35. Kura-kura Brasil Trachemys scipta elegans Emydidae 56 42 30 128

36. Yellow belly Trachemys scripta scripta Emydidae 3 3

37. Ambon Cuora amboinensis Geoemydidae 11 8 12 31

38. Galbinipron Cuora galbinifrons Geoemydidae 1 1

39. Ceper Cyclemys dentata Geoemydidae 4 4

40. Cilemis Cyclemys oldhamii Geoemydidae 4 4

41. Matahari Heosemys spinosa Geoemydidae 1 1

42. Sinensis Mauremys sinensis Geoemydidae 5 5

43. Odoratus Sternotherus odoratus Kinosternidae 1 4 5

44. Pelesius Pelusios castaneus (castanoides) Pelomedusidae 6 6

45. Sulkata Geochelone radiata Testudinidae 1 1 2

46. Radiata Geochelone sulcata Testudinidae 1 1

47. Forsteni Indotestudo forstenii Testudinidae 1 1 2


(37)

Tabel 6 Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di lima pasar tradisional di DKI Jakarta (Lanjutan)

48. Baning Manouria emys Testudinidae 1 2 3

Tabel 6 Jenis dan jumlah reptilia yang diperdagangkan di lima pasar tradisional di DKI Jakarta (Lanjutan)

No. Nama dagang Nama Ilmiah Famili Ke Pr Su Ka Ba Σ

49. Labi-labi Amyda cartilaginea Trionychidae 2 1 1 4

KADAL

50. Blutong Tiliqua gigas Scincidae 1 3 4

51. Tokek Gecko gecko Geckonidae 50 100 500

52. Tegu Tupinambis merianae Teiidae 2 2 2

Jumlah 173 206 118 111 59 667

22


(38)

Jenis Candoia carinata, Python curtus dan Python reticulatus dan beberapa jenis reptilia lokal bisa dijumpai di Pasar Pramuka. Keseluruhan jenis reptilia yang diperdagangkan yaitu jenis ular dan hanya ada satu jenis kadal yaitu Gecko gecko. Jenis Python molurus bivittatus bisa dijumpai, namun ketersediaan stoknya yang sangat sedikit dan bisa dilakukan pemesanan terlebih dahulu.

Pasar Kartini mempunyai ketersediaan jenis yang tinggi, tercatat tertinggi diantara kelima pasar yang disurvei. Beberapa jenis ular yang tersedia seperti Morelia viridis, Python reticulatus, Python molurus, Python curtus, Python regius, Elaphe guttata dan Elaphe oxycephala, sedangkan untuk jenis kura-kura tercatat Cuora amboinensis, Amyda cartilaginea, Heosemys spinosa serta jenis lainnya dan kadal lidah biru (Tiliqua gigas) dan tegu (Tupinambis merianae). Jenis Python reticulatus yang ditawarkan sangat beragam coraknya tergantung asal daerah, seperti dari Ambon, Buton dan Sumatra, tentunya dengan motif yang berbeda-beda.

Sebanyak tiga kios di Pasar Sumenep didapati menyediakan reptilia. Secara keseluruhan tercatat 17 jenis dari ordo Testudinidae diperjualbelikan. Beberapa jenis kura-kura yang ditawarkan yaitu seperti Elseya schultzei, Elseya novaeguineae, Indotestudo forstenii, Malaclemys terrapin, dan Chelydra serpentina. Kura-kura yang umum diperjualbelikan juga terdapat seperti jenis Cuora amboinensis dan Trachemys scipta elegans. Pada Pasar Sumenep hanya kelompok kura-kura yang diperjualbelikan tidak ada kelompok ular dan kadal yang ditemukan saat survei dilakukan.

Pada Pasar Kemuning, kura-kura yang diperjualbelikan mulai dari Carettochelys insculpta, Pelusios castaneus, Mauremys sinensis, Macrochelys temminckii. Penjual lainnya yang menjual kura-kura hanya menyediakan reptilia pada ember-ember. Jenis yang diperdagangkan hanya Cuora amboinensis dan Trachemys scipta elegans. Jenis-jenis ular yang ditawarkan yaitu Python curtus dan Morelia viridis (Gambar 4).

Dari survei dijumpai 18 jenis reptilia yang menjadi komoditi yang diperdagangkan di Pasar Barito, Jakarta Selatan. Jenis lokal yang ada di Pasar Barito antara lain : Morelia viridis, Python curtus, Python molurus, Morelia spilota dan Candoia aspera, sedangkan untuk jenis asing Elaphe guttata,


(39)

Lampropeltis getula, Tupinambis merianae, Eunectes murinus dan Python regius. Dari keseluruhan reptilia yang diperdagangkan di pasar tradisional terdapat 52 jenis reptilia yang terdiri dari 27 ordo Squamata dan 25 ordo Testudinidae dari 17 famili.

Gambar 4 Beberapa reptilia yang dijumpai pada kelima pasar tradisional; a) Python reticulatus, b) sepasang Python curtus, c) Candoia carinata, d) Morelia viridis, e) Ahaetulla prasina, f) kura-kura brasil (Trachemys scripta elegans) g) Malaclemys terrapin, h) Cuora amboinensis, i) tegu (Tupinambis merianae).

Hasil pengamatan pada kelima pasar tradisional menunjukkan untuk kelompok ular didominasi oleh famili Colubridae dengan jumlah sembilan jenis (17%), diikuti famili Pythonidae dengan tujuh jenis (13%). Pada kelompok kura-kura, didominasi famili Geomidae dengan jumlah enam jenis (12%) (Tabel 7).


(40)

Tabel 7 Jumlah reptilia yang diperdagangkan pada pasar tradisional berdasarkan kelompok famili.

No. Famili Jenis lokal Jenis asing Total keseluruhan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Colubridae 6 67 3 33 9 17

2. Pythonidae 6 86 1 14 7 13

3. Geomydae 2 33 4 67 6 12

4. Boidae 2 40 3 60 5 10

5. Emydidae - 0 5 100 5 10

6. Chelyidae 3 75 1 25 4 8

7. Testudinidae 2 50 2 50 4 8

8. Elapidae 2 100 - 0 2 4

9. Bataguridae 2 100 - 0 2 4

10. Scincidae 1 100 - 0 1 2

11. Geckonidae 1 100 - 0 1 2

12. Trionychidae 1 100 - 0 1 2

13. Carettochelyidae 1 100 - 0 1 2

14. Pelomedusidae - 0 1 100 1 2

15. Chelydidrae - 0 1 100 1 2

16. Teiidae - 0 1 100 1 2

17. Kinosternidae 0 1 100 1 2

Ket: % keseluruhan merupakan Persentase jumlah famili per jumlah total

Pada kelompok ular, Python reticulatus dan Python curtus merupakan reptilia yang umum diperdagangkan di pasar tradisional. Kedua jenis tersebut bisa dijumpai pada keempat pasar tradisional (Pasar Kartini, Kemuning, Pramuka dan Barito). Jenis Coura amboinensis dari kelompok kura-kura bisa ditemukan di tiga pasar tardisional (Pasar Kartini, Kemuning dan Sumenep).

Perdagangan reptilia pada pasar tradisional tercatat 29 jenis reptilia (55,77%) termasuk jenis lokal dan 23 jenis asing (44,23%). Pada Pasar Pramuka tercatat seluruh jenis yang diperdagangkan merupakan jenis reptilia lokal, sedangkan di keempat pasar lainnya jenis yang diperdagangkan merupakan gabungan dari jenis lokal dan asing.

Berdasarkan hasil survei pada lima pasar tradisional dijumpai 667 individu dari 52 jenis reptilia. Pada kelompok kura-kura, Trachemys scripta elegans terbanyak dijumpai sebanyak 128 individu. Pada kelompok ular jenis Python reticulatus sebanyak 31 individu. Pada kelompok kadal jenis Gecko gecko terbanyak mencapai 150 individu (Tabel 6).


(41)

Pada tingkat ketersediaan jenis toko hewan peliharaan, maka toko 3torto tercatat terbanyak menyediakan jenis reptilia sebanyak 36 jenis, diikuti oleh Savera dengan 15 jenis reptilia. Selanjutnya dapat dilihat jumlah reptilia yang diperdagangkan menurut kelompok famili (Tabel 8). Famili Colubridae mendominasi jumlah jenis reptilia yang diperjualbelikan pada toko hewan peliharaansebanyak 12 jenis, terdiri dari jenis cornsnake,milksnake, ratsnake dan kingsnake. Tercatat juga famili Boidae sebanyak empat jenis dan famili Pythonidae tiga jenis. Pada jenis kura-kura hanya terdapat dua famili yaitu famili Emydidae (sepuluh jenis) dan Testudinidae (sebelas jenis). Pada kelompok kadal ada famili Teiidae, Scincidae, Geckonidae, Iguanidae dan Chameleonidae.

Tabel 8 Jumlah reptilia yang diperdagangkan pada toko hewan peliharaan berdasarkan kelompok famili.

No. Famili Jenis lokal Jenis asing Total keseluruhan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %*

1. Colubridae - 0 12 100 12 28

2. Emydidae 2 20 8 80 10 18

3. Testudinidae - 0 11 100 11 25

4. Boidae - 0 4 100 4 9

5. Ptyhonidae 2 33 1 67 3 7

6. Chamaeleonidae - 0 2 100 2 5

7. Geckonidae - 0 1 100 1 2

8. Iguanidae - 0 1 100 1 2

9. Scincidae - 0 1 100 1 2

10. Teiidae 1 100 - 0 1 2

Ket: * = % keseluruhan merupakan Persentase jumlah famili per jumlah total

Dari 46 jenis reptilia yang diperdagangkan pada toko hewan peliharaan di DKI Jakarta, umumnya berasal dari luar Indonesia (jenis asing). Hanya ada enam (13,04%) jenis reptil yang berasal dari Indonesia, seperti jenis Python reticulatus, Python molurus bivittatus, Emydura subglosa, Amyda cartilaginea, Chelodina parkeri dan Tiliqua gigas, sedangkan 40 jenis (86,96%) merupakan reptilia yang berasal dari luar Indonesia.

Pada toko hewan peliharaan di DKI Jakarta, jumlah jenis yang ditawarkan lebih sedikit daripada pasar tradisional. Pengamatan di toko hewan peliharaan mencatat 46 jenis reptilia dari sepuluh famili yang terdiri atas 19 jenis ular, 21 jenis kura-kura dan enam jenis kadal. Jenis Python regius bisa dijumpai di kelima toko (Tabel 9).


(42)

Tabel 9 Jenis reptilia yang diperdagangkan di toko hewan peliharaan di DKI Jakarta No. Nama dagang Nama ilmiah Famili

Nama Toko 3torto World Of

reptile

Savera

Reptil Exo

Toko

reptil Σtoko ULAR

1. Boa salmon Boa constrictors Boidae 9 9 9 3

2. Boa Boa sp. Boidae 9 9 1

3. Tree boa Corallus caninus Boidae 9 9 1

4. Anaconda Eunectes murinus Boidae 9 1

5. Radiata ratsnake Coelognathus radiata Colubridae 9 1

6. Japan rat snake Elaphe climacophora Colubridae 9 1

7. Corn snake Elaphe guttata Colubridae 9 1

8. Texas rat snake Elaphe obsoleata Colubridae 9 9 9 3

9. Hognose Heterodon sp Colubridae 9 1

10. Kings snake Lampropeltis calligaster Colubridae 9 1

11. Kings snake Lampropeltis getula Colubridae 9 9 9 3

12. Kings snake Lampropeltis mexicana Colubridae 9 1

13. Kings snake Lampropeltis pyromelana Colubridae 9 1

14. Milk snake Lampropeltis triangulum Colubridae 9 1

15. Gopher Pituophis catenifer Colubridae 9 1

16. Hygo gopher Pituophis sp Colubridae 9 1

17. Molurus Python molurus bivittatus Pythonidae 9 9 9 3

18. Ball python Python regius Pythonidae 9 9 9 9 9 5

19. Beteater python Python reticulatus Pythonidae 9 9 2


(43)

Tabel 9 Jenis reptilia yang diperdagangkan di toko hewan peliharaan di DKI Jakarta (Lanjutan) No. Nama dagang Nama ilmiah Famili 3torto World Of

reptil

Savera

Reptil Exo

Toko

reptil Σtoko KURA-KURA

20. Labi-labi Amyda cartilaginea Emydidae 9 1

21. Mata-mata Chelus fimbriatus Emydidae 9 1

22. Parker turtle Chelodina parkeri Emydidae 9 1

23. Common snaping Chelydra serpentina Emydidae 9 9 2

24. Spotted turtle Cyclemys dentata Emydidae 9 1

25. Red bellied Emydura subglobosa Emydidae 9 1

26. Mexican giant Staurotypus tripocartus Emydidae 9 1

27. Scorpion turtle Kinosternon scorpoides Emydidae 9 1

28. Wood turtle Rhinoclemmys pulcherimma Emydidae 9 1

29. Kura-kura brasil Trachemys scripta elegans Emydidae 9 9 2

30. Red footed Geochelone carbonaria Testudinidae 9 1

31. Indian star Geochelone elegans Testudinidae 9 1

32. Aldabra giant Geochelone gigantea Testudinidae 9 1

32. Leopard tortoise Geochelone pardalis Testudinidae 9 9 2

34. Burmese star Geochelone platynota Testudinidae 9 1

35. Radiata Geochelone radiata Testudinidae 9 9 2

36. Sulcata Geochelone sulcata Testudinidae 9 9 9 3

37. Madagadskar Geochelone yniphora Testudinidae 9 9 2

38. Pancake Malacochersus tornieri Testudinidae 9 1

39. Spider tortoise Pyxis arachnoids Testudinidae 9 1

40. Golden greek Testuso graeca terrestris Testudinidae 9 1


(44)

Tabel 9 Jenis reptilia yang diperdagangkan di toko hewan peliharaan di DKI Jakarta (Lanjutan) No. Nama dagang Namailmiah Famili 3torto World Of

reptile

Savera

Reptil Exo

Toko

reptil Σtoko KADAL

41. Cameleon Furcifer angeli Chamaeleonidae 9 1

42. Panter cameleon Furcifer pardalis Chamaeleonidae 9 9 2

43. LG Eublepharis macularius Gekkonidae 9 1

44. Iguana Iguana iguana Iguanidae 9 1

45. Blutong Tiliqua gigas Scincidae 9 9 2

46. Tegu Tupinambis merianae Teiidae 9 9 2

Jumlah 36 3 15 4 11


(45)

Pada toko hewan peliharaan data mengenai jumlah individu sulit didapatkan. Kecenderungan pada toko hewan peliharaan jumlah individu tidak banyak. Satu jenis individu hanya ada satu atau sepasang individu reptilia. Hal yang menarik dari jenis reptilia yang dijual pada toko hewan peliharaan yang tidak hanya pada keragaman tingkatan spesies namun pada sub spesies. Famili Pythonidae, Boidae dan Colubridae mempunyai tingkat keragaman tinggi pada tingkatan subspesies. Pada jenis kingsnake dijumpai sub spesies kingsnake California, goins kingsnake, red goins kingsnake, kingsnake Florida. Selain reptilia tercatat beberapa toko hewan peliharaan menjual perlengkapan pemeliharan binatang terrarium, cave snake, vitamin, lampu ular dan bermacam peralatan lainnya.

5.1.3 Harga

Harga reptilia yang dijadikan binatang peliharaan sangat beragam dan berbeda tiap pasarnya. Pasar Pramuka menyajikan reptilia dengan harga yang yang terjangkau. Harga tertinggi hanya Rp 400.000 untuk sepasang Python curtus, bahkan untuk jenis Ptyas korros harga jualnya hanya Rp 15.000 dengan harga beli rata-rata Rp 5.000. Sebagai contoh, pada kios Sumarwanto didapati harga modal dari pedagang tersebut.

Harga yang ditawarkan pada Pasar Kartini cukup beragam. Jenis umum seperti kura-kura brasil (Trachemys scipta elegans) berukuran kecil ditawarkan dengan harga Rp 10.000 dan jenis boa super salmon dengan harga Rp 4.500.000. Jenis Python reticulatus mempunyai harga yang berbeda setiap individunya. Saat survei dijumpai Python reticulatus dari Buton, Sumatera dan Maluku atau jenis Python reticulatus bercorak strip. Jenis dari buton mencapai harga Rp 750.000 untuk ukuran 150 cm dan Rp 2.000.0000 untuk jenis jenis Python bercorak strip.

Harga jual yang ditawarkan di Pasar Sumenep cukup tinggi. Hanya ada satu jenis yang harganya dibawah Rp 100.000, itupun jenis umum seperti kura-kura brasil (Trachemys scipta elegans) dengan harga Rp 10.000. Jenis lain ditawarkan dengan harga-harga yang beragam. Sebagai contoh harga yang termahal ditemukan untuk jenis Cuora galbinifrons dari famili Geomidae ditawarkan dengan harga Rp 5.500.000. Jenis terapin (Malaclemys terrapin) dengan ukuran


(46)

besar ditawarkan dengan harga penawaran Rp 3.700.000. Jenis kura-kura dada merah (Emydura subglobosa), Kura-kura dada pink (Elseya schultzei), dan kura-kura dada putih (Elseya novaeguineae) berada dikisaran harga Rp 500.000- Rp 1.000.000. Saat dilakukan penawaran dari harga awal, pedagang bisa mengurangi besaran harga, dikarenakan harga tersebut bukan harga mati.

Pasar Kemuning di Jatinegara menyediakan reptilia dengan harga relatif rendah untuk jenis Ahaetulla prasina, Ptyas korros, Trachemys scipta elegans yang nilainya dibawah Rp 100.000. Di Pasar Kemuning juga ditawarkan kura-kura moncong babi(Carettochelys insculpta) dengan harga Rp 800.000. Pedagang yang berada di trotoar memilki kecenderungan membuka harga dengan penawaran yang tinggi. Saat survei dijumpai harga yang sangat tinggi pada jenis Ptyas korros dan Boiga dendrophila dengan dihargai mencapai Rp 200.000.

Penawaran harga yang ditawarkan di Pasar Barito sangat beragam, cenderung dengan harga menengah sampai harga tinggi. Di pasar ini jenis reptilia yang ada beragam dan terpelihara dengan baik sehingga harga yang ditawarkan cukup tinggi. Jenis dengan penawaran tertinggi dengan harga Rp 6.000.000 pada jenis boa Columbia berukuran 1 m sementara harga lebih rendah ditawarkan untuk ular anaconda (Eunectes murinus) ukuran 80 cm dengan harga Rp 2.000.000. Jenis termurah pada jenis Ahaetulla prasina dengan harga Rp 25.000.

Pada keseluruhan toko hewan peliharaan, bateater python (hybrid dari Python reticulatus dan Python molurus bivittatus) mempunyai harga tertinggi Rp 25.000.000 dan clown black python Rp 21.000.000. Jenis kura-kura dengan penawaran tertinggi adalah Pyxis arachnoides dengan harga Rp 21.000.000.

5.1.4 Status perlindungan

Dari keseluruhan reptilia yang diperdagangkan pada pasar tradisional tercatat beberapa jenis reptilia yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999, dan masuk dalam daftar merah IUCN serta Apendiks CITES. Lima dari 31 jenis reptilia yang dilindungi oleh PP No. 7 tahun 1999 dijumpai pada pasar tradisional yaitu Python molurus, Morelia viridis, Elseya novaeguineae, Carettochelys insculpta, Tiliqua gigas, dan Batagur baska (Tabel 11).


(47)

Dalam daftar merah IUCN, tiga reptilia tergolong dalam status Critically endangered (kritis) yaitu Cuora galbinifrons, Geochelone radiata dan Batagur baska.Sebanyak lima jenis diklasifikasikan ke status Endangered (genting), yaitu Tupinambis merianae, Manouria emys, Heosemys spinosa, Indotestudo forstenii dan Mauremys sinensis. Padakategori status Vulnerable (rentan) yaitu Malayemys subtrijuga, Macrochelys temminckii, Carettochelys insculpta, Geochelone sulcata, Amyda cartilaginea, Cyclemys dentata dan Cuora amboinensis.

Dua reptilia yang diperdagangkan pada pasar-pasar tradisional termasuk dalam kategori Apendiks I. Jenis Geochelone radiata dan Batagur baska terlihat masih dijumpai dalam survei. Sebanyak 21 jenis reptilia termasuk kategori Apendiks II antara lain jenis Python molurus, Morelia viridis, Morelia spilota, Candoia carinata, Cuora amboinensis dan jenis-jenis lainnya. Sedangkan dua termasuk jenis Apendiks III yaitu Graptemys pseudogeographica dan Mauremys sinensis. Jenis Apendiks III merupakan jenis-jenis yang diberi kuota oleh otorita pengelola dari negara penyebaran asal jenis tersebut.

Berdasarkan dafar merah IUCN beberapa reptilia yang diperdagangkan pada toko hewan peliharaan di DKI Jakarta, diketahui termasuk dalam status populasi Critically Endangerd (kritis) ada empat jenis, yaitu jenis Geochelone radiata, Geochelone yniphora, Geochelone platynota, dan Pyxis arachnoides. Pada kategori Endangered (genting) tercatat jenis tegu (Tupinambis merianae), sedangkan untuk kategori Vulnerable (rentan) seperti Amyda cartilaginea, Malacochersus tornieri, Geochelone sulcata dan Chelodina parkeri.

Dalam regulasi CITES dijumpai juga reptilia yang tergolong dalam Apendiks I yaitu jenis Pyxis arachnoides dan Geochelone yniphora. Sebanyak16 reptilia juga tercatat dalam kategori Apendiks II. Beberapa jenis yang termasuk yaitu Malacochersus tornieri, Furcifer pardalis, Furcifer angeli, Geochelone gigantea, dan Corallus caninus. Reptilia yang dilindungi oleh PP No. 7 tahun 1999 hanya terdapat dua jenis Python molurus bivittatus dan Tiliqua gigas.


(48)

Tabel 10 Jenis-jenis reptilia yang masuk dalam ketegori dilindung menurut PP No. 7/1999 dan kategori terancam dalam daftar merah IUCN serta Apendiks CITES. Ket: (P; Pasar tradisional, T; Toko hewan peliharaan, CR; Critically Endangered, EN; Endangered, VU; Vulnarable)

No. Nama ilmiah Asal

Lokasi

pemasaran Kisaran harga jual (Rp) Status IUCN Red List CITES Apendiks PP No. Tahun7/1999 P T

1. Batagur baska Indonesia dan Asia Tenggara 9 - 1.000.000 CR I D

2. Geochelone radiata Madagaskar 9 9 4.500.00 –9.000.000 CR I TD

3. Geochelone yniphora Madagaskar - 9 CR I TD

4. Pyxis arachnoids Madagaskar - 9 2.100.000 CR I TD

5. Geochelone platynota Myanmar - 9 4.800.000 CR II TD

6. Cuora galbinifrons China dan Vietnam 9 - 5.500.000 CR II TD

7. Mauremys sinensis China 9 - - EN III TD

8. Heosemys spinosa Indonesia 9 - 150.000 EN II TD

9. Manouria emys Indonesia 9 - - EN II TD

10. Tupinambis merianae Amerika Selatan 9 9 4.500.000 EN II TD

11. Indotestudo forstenii Indonesia 9 - - EN NonApp TD

12. Amyda cartilaginea Indonesia 9 - 400.000 VU II TD

13. Carettochelys insculpta Indonesia 9 - 800.000 VU II D

14. Macrochelys temminckii Amerika Serikat 9 9 150.000 – 600.000 VU NonApp TD

15. Chelodina parkeri Indonesia dan Papua Nugini - 9 - VU NonApp TD

16. Geochelone gigantea Aldabra - 9 - VU II TD

17. Geochelone sulcata Afrika utara dan Nigeria 9 9 1.300.000-1.600.000 VU II TD

18. Malacochersus tornieri Kenya dan Tanzania - 9 - VU II TD

19. Malayemys subtrijuga Indonesia 9 - - VU II TD

20. Cuora amboinensis Indonesia 9 - 50.000-250.000 VU II TD

21. Cyclemys dentata Asia Tenggara 9 - - VU NonApp TD

22. Python molurus bivittatus Indonesia 9 9 - - II D

23. Tiliqua gigas Indonesia 9 9 - - NonApp D

24. Elseya novaguineae Indonesia 9 - 750.000 - NonApp D

25. Morelia viridis Indonesia 9 - - - NonApp D


(49)

Pada prakteknya, status perlindungan yang berlaku pada reptilia diketahui oleh para penjual namun tidak dijalankan. Saat survei dijumpai poster reptilia yang dilindungi dan saat wawancara para pedagang juga menyatakan bahwa mereka mengetahui jenis reptilia yang dilindungi. Pada survei dijumpai pedagang menjual jenis-jenis reptilia yang dilindungi tidak selalu diletakkan pada displai reptilia yang dijual, namun letaknya disembunyikan (Gambar 5).

(a) (b)

Gambar 5 (a) Poster pada salah satu kios di Pasar Kartini tentang status perlindungan pada kura-kura, (b) Python molurus yang disembunyikan.

5.1.5 Cyber market

Potensi cyber market dalam perdagangan reptilia sangat tinggi. Umumnya reptilia yang diperjualbelikan dimanfaatkan sebagai binatang peliharaan. Hasil penelusuran menunjukkan tiga website menyediakan reptilia sebagai komoditi yang diperdagangkan. Tiga website merupakan forum jual beli yang tidak dikhusukan untuk perdagangan reptilia.

Pada cyber market beberapa data yang menunjang proses transaksi jual diberikan para penjual. Beberapa website secara lengkap menyediakan data seperti nama jenis, harga, foto, ukuran, kondisi reptilia dan pakan, namun beberapa website juga hanya meyediakan foto, harga, nama jenis. Website yang kurang lengkap menyediakan data, biasanya menunggu respon dari pembeli dan berharap pembeli yang aktif menanyakan dan penjual akan tahu seberapa serius pembeli dalam transaksi. Penjual di cyber market menyertakan cara transaksi dalam website tersebut (Tabel 11).


(50)

Tabel 11 Tiga website pada hasil penelusuran cyber market

No. Nama situs Komoditi Data Cara pembelian

1. tokobagus.com Berbagai produk,

reptilia, mamalia,burung jenis, ukuran, kondisi, harga, foto contact person

2. kaskus.us Berbagai produk,

reptilia,

mamalia,burung

jenis,ukuran, kondisi, harga, foto, umur, sex,

contact person dan posting

3. noafgan.com Berbagai produk,

reptilia

foto, kondisi, reptilia, harga

email dan contact person

Dari pengamatan dijumpai umumnya pemesanan reptilia pada cyber market dilakukan dengan menghubungi penjual langsung. Penjual menyediakan beberapa akses untuk negosiasi biasanya melalui telepon, sms atau yahoo messenger. Cara transaksi bisa dilakukan dengan pengiriman, biasanya setelah terjadi kesepakatan antar kedua pihak atau dengan cara kedua, COD (cash on delivery). Cara ini mempertemukan penjual dan pembeli, lalu transaksi dilakukan. Sebanyak 41 Jenis yang diperdagangkan pada cyber market diantaranya jenis Iguana iguana, Eublepharis macularius, Varanus jobiensis, Geochelone radiata, Chelonia mydas, Python regius, Morelia viridis, dan Python molurus bivittatus.

5.1.6 Hasil kuisioner

Dari 20 responden semuanya menyatakan mengetahui status perlindungan yang ada. Berbagai alasan para pecinta reptilia untuk memelihara reptilia menjadi binatang peliharaannya, alasan yang diberikan mulai dari perawatan yang mudah (n=5), biaya perawatan tidak mahal (n=5), karakteristik, umur yang panjang, dan menghibur. Salah seorang responden mengatakan karakeristik reptilia yang misterius menjadi karakter reptilia yang amat dikagumi oleh pecinta reptilia. Karakteristik misterius menurut para pecinta reptilia yaitu karakteristik yang bisa berubah seketika, terkadang reptilia jinak namun bisa buas sewaktu-waktu.

Kuisioner dibagikan kepada responden yang sebelumnya sudah diketahui memiliki reptilia sebagai binatang peliharaanya. Pertanyaan tersebut dibagi menjadi dua bagian yang pertama tentang jenis dan alasan pemeliharaanya, yang


(51)

kedua yaitu teknis pemeliharaan reptilia. Sebanyak 20 orang telah menjadi responden yang mengisi kuisioner yang diberikan.

Gambar 6 Diagram persentase pekerjaan responden dan persentasi umur responden.

Dari hasil wawancara didapati jumlah pemelihara reptilia laki-laki lebih banyak daripada perempuan, terdiri dari 17 orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Didapati bahwa pemelihara reptilia terbanyak ada dikalangan mahasiswa sebanyak 15 orang. Keseluruhan usia responden ada pada rentang 15 tahun-30 tahun (Gambar 6).

Gambar 7 Persentase jenis reptilia favorit

Grafik menunjukkan jenis-jenis ular masih mendominasi reptilia favorit dengan 10 orang atau 50% dari keseluruhan responden. Diikuti jenis kadal-kadal sebanyak 25% (Gambar 7). Jenis reptilia yang menjadi hewan peliharaan sangat beragam. Kelompok ular masih mendominasi reptilia yang menjadi hewan peliharaan, dilanjutkan oleh kadal dan kura-kura (Tabel 12). Dari Gambar 8 didapati bahwa lama pemeliharaan reptilia didominasi pada rentang waktu 1-5 tahun sebanyak 10 orang. Dari data kuisioner juga menyebutkan bahwa waktu

75% 15%

10%

Mahasiswa Swasta Pelajar

50% 30%

20%

15-20th 21-25th 26-30th

Ular 50% Kadal

25% kura-kura

10% biawak


(1)

Lampiran 1. Beberapa Jenis yang diperdagangkan di DKI Jakarta

Geochelone radiata (syn. Astrochelys radiata)

Kura-kura endemik dari Madagaskar. Dengan panjang karapas mencapai 40 cm dengan beratnya bisa mencapai 16 kg. Radiata mempunyai karapas yang tinggi, dengan kepala yang tumpul dan kaki yang besar. Saat ini Geochelone radiata dalam daftar merah IUCN tergolong pada status Critically Endangered dan tergolong dalam Appendix 1 CITES. (photo by:classroomclipart.com)

Geochelone yniphora (syn. Astrochelys yniphora)  Merupakan kura-kura endemik madagaskar dengan ukuran jantan mencapai 18 kg, sedangkan betina 12 kg dengan panjang mencapai 41,5 cm. Perbedaan jantan dengan etina dapat dilihat dari plastron, pada jantan plastron cekung dan pada betina datar. Geochelone yniphora dalam daftar merah IUCN tergolong pada status Critically Endangered dan tergolong dalam Appendix 1 CITES. (photo by: britishcheloniagroup.org.uk)

Pyxis arachnoids

Disebut juga Kura-kura Spider, hanya ditemukan di wilayah kering daerah pesisir barat daya Madagaskar. Habitatnya berpasir dan dataran rendah dengan semak berduri. Pola spider pada karapasnya menjadi yg membedakan dengan jenis lainnya. Pyxis arachnoids dalam daftar merah IUCN tergolong pada status Critically Endangered dan tergolong dalam Appendix 1 CITES. (photo by: blueventures.org)

Geochelone platynota

Kura terestrial endemik Myanmar. Habitatnya berupa hutan-hutan kering. Panjang karapas menxapai 26 cm dengan ditandai pola binatang pda karapasnya. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Critically Endangered dan tergolong dalam Appendix II (photo by: konicaminolta.com)


(2)

Cuora galbinifrons

Kura-kura mempunyai karapas tinggi seperti kubah dengan warna kekuningan dan bergaris coklat gelap memancar. sementara kepala mememiliki moncong pendek dengan warna abu-abu kekuningan. Panjang karapas bisa mencapai 19 cm. Penyebaran Vietnam dan China, diemukan pada daerah daerah dataran tinggi. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Critically Endangered dan tergolong dalam Appendix II. (photo by: asianturtlenetwork.org)

Mauremys sinensis

Kura-kura air tawar yang dicirikan dengan garis kuning yang menghiasi leher. Plastron berwarna kuning dengan bercak hitam. Perbedaan pada jantan plastron cekung dari betina Panjang mencapai 25cm. Penyebaran china, Taiwan dan Vietnam. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Endangered dan tergolong dalam Appendix III(China). (photo by: reptarium.cz)

Heosemys spinosa

Katak semi akuatik dijumpai pada perairan dankal dan lantai hutan. Dicirikan dengan karapas runcing berwarna cokelat pucat dengan tujuan sebagai kamuflase. Panjang karapas mencapai 22,5 cm dengan berat mencapi 2 kg. Daerah penyebaran meliputi Thailand, Myanmar dan Indonesia. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Endangered dan tergolong dalam Appendix II CITES. (photo by: 3.bp.blogspot.com)

Manouria emys

Kura-kura ini merupakan yang terbesar yang mendiami Asia, dan terbesar keempat di dunia Panjang karapas mencapai 60 cm dan berat 37 kg. Habitatnya berupa hutan hujan tropis. Daerah penyebaran meliputi Thailand, Malaysia dan Indonesia. Dalam daftar merah IUCN tergolong pada status Endangered dan tergolong dalam Appendix II CITES. (photo by: mypets.by/wp-content)


(3)

Tupinambis merinae

Dikenal juga dengan nama Tegu raksasa dari Argentina, karena merupakan spesies terbesar dari familinya. Kadal ini memiliki kulit kuning dengan tanda hitam, akhirnya kuning memudar menjadi putih dalam beberapa bulan setelah shedding. Laki-laki dewasa jauh lebih panjang 4-4,5 meter. Para betina jauh lebih kecil mencapai hingga 3 meter panjang total. Dalam daftar merah IUCN tergolong pada status Endangered dan tergolong dalam Appendix II CITES. (photo by: aquaterraria.com)

Indotestudo forstenii

Ditemukan di Sulawesi dan Halmahera pada hutan hujan yang lembab. Panjang karapasnya mencapai 25cm dan berat 2,3 kg dengan wara agak kekuningan. Kerusakan dan perdagangan menjadi penyebab utama kepunahannya. Dalam daftar merah IUCN tergolong dalam status Endangered.

Amyda cartilaginea

Labi-labi hidup di air tawar, danau atau rawa yang berlumpur. Menariknya jika di air makan sebagai karnivora, sedangakn jika di darat sebagai herbivora. Panjang karapas mencapai 83cm. Daerah penyeberan meliputi asia tenggara. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Vulnarable dan tergolong dalam Appendix II CITES. (photo by: cites.org) 

Carettochelys insculpta

Kura-kura air ini mempunyai ciri utama moncong seperti moncong babi dengan dengan lengan yang serupa dayung. Kura-kura akuatik yang hidup sepenuhnya di air. Panjang karapasnya bisa mencapai 60cm dengan berat 30 kg. Daerah penyebaran : Papua, Papua Nugini, Australia. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Vulnarable dan tergolong dalam Appendix II CITES dan dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999. (photo by: wikimedia.org).


(4)

Macrochelys temminckii

Salah satu kura-kura air tawar terbesar di dunia. Juga disebut “dinosaurus” dunia kura-kura. Panjangnya mencapai 80cm dengan berat 120 kg. Kulit tebal, bersisik dan cakar besar membedakannya dari kura-kura air tawar lainnya. Endemik Amerika serikat bagian Selatan (misisipi), ditemuakan di danau-danau. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Vulnarable. (photo by : karantina.deptan.go.id)

Chelodina parkerii

Spesies ini erat hunbungannya dengan Chelodina siebenrocki, tetapi dapat dibedakan oleh pola kepalanya. Karapas berbentuk oval, rata dan memanjang (26,7cm). Jenis ini hidup di rawa-rawa besar. Dalam daftar merah IUCN dikategorikan pada status Vulnarable.

Geochelone gigantea

Disebut juga kura-kura raksasa Aldabra karena memang hanya di jumpai pada pulau Aldabra. Panjang karapasnya bisa mencapai 122 cm dan beratnya 250 kg. Karapasnya tebal menyerupai kubah berwarna abu-abu gelap untuk warna hitam dan tungkai yang kuat ditutupi oleh sisik. Hidup di berbagai vegetasi. Dalam daftar merah IUCN tergolong status Vulnarable dan Appendiks II CITES.(photo by: wikimedia.org)

Geochelone sulcata

Kura-kura darat ini panjangnya bisa mencapai 83cm dan beratnya mencapai 105 kg. Berasal dari Afrika (Senegal, Mali dan Sahara). HIdup di daerah yang kering, savanna sampai padang gurun Dalam daftar merah IUCN tergolong Vulnerable dan tercatat di Appemdiks II CITES (Photo by: www.exotic-animals.org)


(5)

Malacochersus tornieri

Kura-kura ini panjang karapasnya mencapai 17,8 cm. Dengan karapas lunak berwarna kecoklatan. Daerah penyebaran pada Afrika timur, mulai Kenya samapi Tanzania. Habitatnya berupa lereng bukit dan savana. Dalam daftar merah IUCN tergolong dalam status Vulnarable dan Appendix II CITES. (photo by: bar-zoo.cz)

Malayemys subtrijuga

Merupakan kura-kura karnivora yang hidup disungai kecil yang berlumpur. Dengan panjang kerapas mencapai 20 cm yang dicirikan dengan garis kuning halus. Daerah penyebaran meliputi Thailand, Myanmar dan Malaysia. Dalam daftar merah IUCN tergolong dalam status Vulnarable dan Appendix II CITES. (photo by: acquariofiliaitalia.it)

Cuora amboinensis

Kura-kura Ambon juga sering disebut dengan box turtle karena hampir semua bagian tubuhnya dapat disembunyikan ke dalam tempurungnya. Ciri khas kura-kura ini (selain bentuk tempurungnya) adalah warna tempurung yang hitam pekat dan ada pula yang coklat kehitaman. Selain itu kura-kura Ambon juga mudah dikenali dari garis kuning yang ada di kepalanya. Tersebar di wilayah Asia Tenggra. Dalam daftar merah IUCN tercatat dalam status Vulnarable dan Apendix II CITES. (photo by: britishcheloniagroup.org.uk) 

 

Cyclemys dentata

Kura-kura ini Berasal dari Asia tenggara, dengan ukuran karapasnya bisa mencapai 25cm. Hidup perairan dangkal sungai-sungai. Dalam Daftar merah IUCN tergolong pada status Vulnarable. (photo by: arkive.org)


(6)

Python molurus bivittatus

Ular ini menempati berbagai habitat: hutan tropis, savana, daerah riparian, rawa-rawa. Selain hidup di terestrial, Molurus mempunyai kemampuan memanjat (arboreal), bahkan pada keadaan tetentu masuk ke air. Daerah penyebaran mulai China bagian selatan, India, Myanmar, Thailand, Laos, Cambodia, Vietnam, Nepal, Bengladesh, Malaysia, and Western Indonesia (Sumatra dan Java). Dikategorikan dalam Appendix II CITES dan dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999. (photo by: gallery.usgs.gov)

Elseya novaguineae

Kura-kura air ini biasa disebut juga kura-kura leher putih. Daerah penyebarannya meliputi Papua dan Papua Nugini. Panjang karapas bisa mencapai 30 cm dengan warna karapas coklat sampai hitam. Kura-kura ini dilindungi oleh PP no 7 Tahun 1999. (photo by: flickr.com)

Tiliqua gigas

umumnya dikenal sebagai kadal lidah biru atau ular kaki ampat (blue tongue). Panjang 31cm dari moncong ke pangkal ekor dan 55 cm dari moncong ke ujung ekor, dengan sisi-sisi gelap dan kaki dan garis-garis lateral. Jika terancam kadal akan membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampilkan lidah dan membuat suara mendesis keras Tiliqua gigas adalah omnivora dan sering dikaitkan dengan pemukiman pertanian manusia. Jenis ini dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999. (photo by: )

Morelia viridis

Green Tree Python atau yang biasa dikenal dengan nama Chondro banyak terdapat di Papua, Irian Jaya, Nugini & Australia. Ular Chondro tinggal di habitat yang lembab dan bagian tropis yang hangat. Seperti kebanyakan ular pohon, chondro memangsa binatang pengerat (tikus, mencit) dan unggas kecil. Chondro dewasa berukuran panjang hingga 2,1 meter untuk specimen yang besar, sedangkan untuk specimen yang medium, chondro bisa mencapai panjang 1.8 meter. Chondro suka bergelung di pohon, melingkarkan diri dengan kuat di cabang pohon. Ular ini dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999. (photo by: forodefotos.com)