Tri eko makalah semnas bsa

MITOS DALAM TEKS CUISINE ORNEMENTALE
(Kajian Semiotik Roland Barthes dalam Buku Mythologies)
Tri Eko Agustiningrum, M.Pd.
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
trieagustine_unnes@yahoo.fr
Abstract
Roland Barthes proposed a semiotic theory in the form of "order of signification",
includes the denotation and connotation. Barthes also looks at other aspects of the
designation of "myth" that marks a society. "Myth" by Barthes is located on the
second level tagging, so as to form a system of sign-signifier-signified; the sign will
be a new marker which then has a second marker and establish a new mark. Thus,
when a sign which has connotations later evolved into the meaning of denotation,
the meaning of denotation will be a myth. Barthes, in the book Mythologies,
analyzes this emerging phenomenon by linking social, cultural, and visual. One of
the phenomena analyzed are pictures of cuisine in ELLE magazine. Each week,
ELLE always displays the photos look beautiful dishes. Nappé (outer layer) on the
dish was used as a wrapping material or the main ingredient of the dish, so it looks
like a mask. In the visual aspect, the outer layer (nappé) is as an ornament to invite
readers to imagine about the taste. These beautiful ornaments are a representation
of ELLE readers, people on a social level “popular”, who love beautiful things,
according to the appearance of the dish full of decoration (ornament).

Key words: semiotic, denotation, connotation, nappé, myths.
PENDAHULUAN

namun bersifat aktual. Mitos dalam buku ini

Mythologies adalah koleksi teks tertulis

bukan sekadar cerita yang terjadi pada masa

antara tahun 1954 hingga 1956, merinci dan

lampau, legenda dan sebuah retotika yang

seribu aspek kehidupan Prancis pada saat itu.

bersifat naratif serta tidak bisa terbantahkan.

Berbagai kejadian dan fenomena saat itu

Mitologi atau mitos menurut Roland Barthes


menggugah Barthes untuk menemukan makna

bisa disamakan dengan “ideologi”. Barthes

Barthes juga mengkritik mentalitas para "borjuis

menunjukkan bahwa ada pelanggaran ideologi

kecil". Golongan orang kaya baru dalam kelas

yang tersembunyi dalam peristiwa-peristiwa

sosial Prancis. Barthes menyebut makna yang

pada kurun masa itu. Gejala pelanggaran itu

muncul dari proses tanda, penanda, dan petanda

disebutnya langage de culture.


sebagai mitos. Dia juga memberikan penjelasan

Barthes

menggunakan

pendekatan

lengkap dan komprehensif tentang mitologi

semiotik untuk pemaknaan seluruh peristiwa

yang berkaitan dengan fenomena dan benda-

dalam buku Mythologies. Dalam teorinya,

benda yang ada di sekitar kita yang kerap

Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2


dianggap

fotografi,

tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan

tayangan televisi sampai pada jargon iklan,

konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan

remeh

seperti

iklan,

yang menjelaskan hubungan penanda dan

petanda pada realitas, menghasilkan makna


KAJIAN LITERATUR

eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah

SEMIOTIK

tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan

Semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu:

penanda

dalamnya

semeion yang berarti tanda. Dalam pandangan

beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak

Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode


langsung, dan tidak pasti (Kusumarini 2006).

kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini

dan

Roland

petanda

yang

Barthes

di

adalah

penerus


dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk

pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara

memandang berbagai wacana sosial sebagai

kompleks

cara

fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa

makna,

dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.

tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa

Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh


kalimat yang sama bisa saja menyampaikan

praktek sosial dapat dianggap sebagai fenomena

makna yang berbeda pada orang yang berbeda

bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang

situasinya.

sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena

pembentukan

bentuk-bentuk

kalimat

kalimat


dan

menentukan

Barthes juga melihat aspek lain dari

luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang

penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu

1998:262).

masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak

Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan

pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah

menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi


terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda

semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang

tersebut akan menjadi penanda baru yang

bagaimana

kemudian

benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan

memiliki

petanda

kedua

dan


tanda-tanda

membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda

kondisi

yang

kemudian

(Littlejohn, 2009 : 53). Semiotik bertujuan untuk

berkembang menjadi makna denotasi, maka

mengetahui makna-makna yang terkandung

makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna

memiliki

makna

konotasi

Pada penelitian ini, peristiwa yang

tersebut

di

luar

merepresentasikan

sehingga

tanda-tanda

itu

diketahui

sendiri

bagaimana

dianalisis adalah foto-foto tentang masakan yang

komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep

dimuat

dalam

menemukan

majalah

ELLE.

Barthes

pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau

mitos-mitos

baru

melalui

nilai-nilai

ideologis

menjadi

serta

ranah

konsep

pendekatan semiotik yang dikembangkannya.

kultural

Barthes menemukan tanda-tanda dan melakukan

masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan.

pembongkaran

(démontage

Kode kultural yang menjadi salah satu faktor

sémiologique) melalui aspek sosial, budaya, dan

konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi

visual.

aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi

semiologi

yang

tertentu

pemikiran

pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna

tanda. Sedangkan dalam 'mitos' (semiotika

yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi

tingkat kedua), penanda dianggap bentuk,

dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda.

pertanda tetap sebagai konsep, dan tanda diganti

Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam

dengan penandaan. Proses simbolisasi seperti itu

cultural studies, semiotik tentunya melihat

bertujuan

bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran

membedakan antara linguistik dan mitos dalam

dari pembentukan makna dalam suatu tanda.

semiologi.

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-

Barthes (Seuil 1957 : ) menjelaskan bahwa tanda

aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan

konotatif

tanda-tanda

tambahan namun juga mengandung kedua

tersebut

mempunyai

arti.

mempermudah

tidak

(Kriyantono, 2007 : 261).

bagian

KONSEP SEMIOTIK ROLAND BARTHES

keberadaannya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran

tanda

sekedar
denotatif

kita

dalam

memiliki
yang

melandasi

Sesungguhnya,

penyempurnaan

semiologi

Saussure,

teks dengan pengalaman personal dan kultural

berhenti

penandaan

dalam

penggunanya, interaksi antara konvensi dalam

denotatif.

dengan

(Kriyantono

karena ia akan mencari batasan antara pesan

2007 : 268). Gagasan Barthes ini dikenal dengan

denotatif dan konotatif. Untuk menciptakan

order

of signification, mencakup denotasi

sebuah semiotika konotasi gambar, kedua pesan

(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi

ini harus dibedakan terlebih dahulu karena

(makna ganda yang lahir dari pengalaman

sistem konotasi sebagai semiotik tingkat dua

kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan

dibangun di atas sistem denotatif. Konsep

Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap

tersebut

mempergunakan istilah signifier-signified yang

tridimensional berikut :

penggunanya

dialami

tataran

Barthes membedakan dua macam itu

oleh

yang

pada

yang

dan

diharapkan

konvensi

inilah

sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi

Saussure dengan menekankan interaksi antara

teks

makna

diusung Saussure.
Dalam semiotik Barthes, terdapat tiga
tahapan
penanda,

penting

pembentuk

pertanda,

dan

makna,

tanda.

yaitu

Bahasa

Penanda

merupakan subyek, pertanda ialah obyek, dan
tanda merupakan hasil perpaduan keduanya.
Dalam semiotika tingkat pertama (linguistik),
penanda

diganti

dengan

sebutan

makna,

pertanda sebagai konsep, dan tanda tetap disebut

Mitos

digambarkan

dalam

skema

1. Denotasi

Hampir tiap pekan majalah ELLE

Makna denotasi adalah makna awal utama dari

menampilkan foto-foto masakan indah dan

sebuah tanda, teks, dan sebagainya. Pada tahap

penuh warna, misalnya burung perdrix yang

ini menjelaskan relasi antara penanda (signifier)

dimasak hingga keemasan dan diberi hiasan

dan penanda (signified) di dalam tanda, dan

buah ceri di atasnya, kue-kue penuh krim yang

antara tanda dengan objek yang diwakilinya (its

dihiasi oleh manisan buah.

referent) dalam realitas ekternalnya. Barthes
menyebutnya

sebagai

denotasi.

Pada hidangan tersebut, kategori yang

Denotasi

ditonjolkan adalah bagian nappé. Nappé adalah

merujuk pada apa yang diyakini akal sehat/orang

lapisan paling luar dari hidangan tersebut. Para

banyak (common-sense), makna yang teramat

juru masak berusaha mempercantik dengan

dari sebuah tanda.

berbagai cara, misalnya dengan memberikan

2. Konotasi

icing (lapisan krim). Icing berfungsi untuk

Konotasi merupakan istilah yang digunakan

membentuk permukaan masakan bentuk. Tidak

Barthes untuk menjelaskan salah satu dari tiga

hanya

cara kerja tanda di tahap kedua signifikasi tanda.

ditambahkan agar makin menarik.

sebatas

itu,

saus

dan

selai

juga

Konotasi menjelaskan interaksi yang terjadi

Nappé, bagian penting dalam hidangan

ketika tanda bertemu dengan perasaan atau

berfungsi sebagai ornament atau dekorasi yang

emosi dari pengguna dan nilai-nilai di dalam

dapat memberikan kesan indah dan penuh

budaya mereka. Bagi Barthes, faktor utama

keanggunan (sens distinguée). Hal tersebut

dalam konotasi adalah penanda tanda konotasi.

sesuai dengan majalah ELLE sebagai ikon

3. Mitos

keanggunan. ELLE adalah majalah yang telah

Barthes menjelaskan cara yang kedua dalam

menjadi legenda mode di Prancis. Majalah ini

cara kerja tanda di tatanan kedua adalah melalui

selalu menyuguhkan impian-impian tentang

mitos. Penggunaan lazimnya adalah kata-kata

keanggunan (rêve du chic) kepada pembacanya.

yang

Oleh karena itu, hidangan yang ditampilkan pun

menunjukkan

penggunanya.

Barthes

ketidakpercayaan
mitos

tak lepas dari lapisan-lapisan (cuisine de

sebagai orang yang mempercayainya, dalam

revêtement) dan penuh ornamen dekoratif agar

pengertian sebenarnya. Mitos dalah simpulan

tetap menunjukkan kesan elegan dan indah

yang

sesuai dengan ikon ELLE.

dihasilkan

dari

menggunakan

pengetahuan

dan

pemahaman seseorang tentang kebudayaan dan

Secara visual, ornamen dekoratif itu

aspek-aspek lain yang menjadi konteks dari

bagai sebuah topeng (alibi). Para pembacanya

peristiwa dalam teks atau gambar.

akan sulit melihat bentuk asli dari bahan utama
hidangan yang ditampilkan. Pembaca justru

CUISINE ORNEMENTALE

menemukan kesan lembut dari bahan dasar

hidangan, misalnya daging dan ikan laut yang
penuh duri tajam,

berkat lapisan (nappé)

ornament yang ditambahkan. Nappé yang
digunakan untuk hidangan ini bermacammacam, misalnya jamur cincang, buah ceri,
potongan jeruk sitrun, dan manisan buah. Dalam
bukunya, Barthes menyebut bahwa nappé yang
penuh hiasan itu sebagai endapan (sédiment).
HASIL DAN PEMBAHASAN
MITOS DALAM TEKS CUISINE
ORNEMENTALE
Mitos yang terdapat dalam teks ini
adalah mitos tentang nappé, ornamen, dan
majalah ELLE. Pada pembahasan ini,
dilakukan melalui dua sistem, yaitu
bahasa dan mitos.
Unsur dalam
teks
1. Nappé

Sistem
Bahasa
Lapisan
di
atas atau luar
masakan

2. Ornamen

Hiasan,
barang-barang
yang
digunakan
untuk
memperindah,
yang
sebelumnya
biasa menjadi
lebih menarik.

Sistem Mitos
Nappé
adalah
topeng
atau
alibi.,
lapisan
yang
berfungsi
untuk
menyembunyikan
sifat dan bentuk
asli bahan dasar
masakan.
Ornamen
berbagai bentuk
yang
selalu
digunakan dalam
hidangan
pada
rubrik masakan di
majalah
ELLE
memunculkan
mitos
bahwa
ketika berbicara
tentang ornamen,
maka
akan
muncul
mitos

keindahan dan
keanggunan
3. ELLE
Majalah
ELLE merupakan
mingguan di majalah
yang
Prancis yang dibaca
oleh
berisi
publik pembaca
informasi
perempuan dari
untuk publik golongan sosial
perempuan.
menengah
ke
ELLE berarti bawah. Pada masa
Dia
(orang itu, pembacanya
ketiga
adalah golongan
perempuan)
borjuis. Golongan
ini
adalah
golongan
yang
muncul
setelah
masa
revolusi
industri
di
Prancis. Mereka
sebagian
besar
adalah
para
pekerja
dan
pedagang.
Informasi
dan
gambar-gambar
yang ditampilkan
lebih
menonjolkan
unsur keindahan
dan
penuh
impian. Hal-hal
yang sulit untuk
dimiliki
atau
dirasakan
(masakan penuh
hiasan).
ELLE
menjadi
mitos
pemberi mimpi.
Pada mitos majalah ELLE, Barthes mengkontraskan
dengan majalah lain di Prancis, yaitu l’EXPRESS.
Barthes
membedakan
keduanya
berdasarkan
informasi, gambar, dan publik pembaca mereka.
4. l’EXPRESS Majalah
L’EXPRESS
mingguan
adalah
majalah
Prancis untuk yang
memiliki
publik
pria pembaca
dari
dan wanita. golongan
kelas
EXPRESS
atas.
Mereka
berarti cepat.
adalah
para

politisi
dan
pengusaha.
Karakter
masyarakat
golongan
ini
adalah
lebih
menyukai
informasi
yang
sesuai kenyataan
dan
tidak
menunjukkan halhal
yang
berlebihan atau
dibuat-buat. Oleh
karena itu, mitos
yang muncul dari
majalah
l’EXPRESS
adalah kenyataan
tanpa
kepurapuraan.

SIMPULAN
Semiotika visual mengkaji materi yangg
berbentuk teks dan gambar . semiotika gambar
atau visual secara khusus dalam berbagai bentuk
dan tingkatannya. Pemikiran Roland Barthes,
salah satu konsep yang paling terkenal adalah
sistem semiologis bertingkat. Dijelaskan dengan
cukup sederhana dan padat, bahwa Barthes
mengembangkan konsep dikotomis Saussure
dalam melihat struktur tanda menjadi beberapa
tingkatan sistem semiologis. Tingkat pertama
adalah hubungan penanda dan petanda yang
menghasilkan

makna

denotasi.

Tingkat

berikutnya adalah pemaknaan konotatif, dan
tingkat berikutnya adalah pemaknaan yang
menghasilkan mitos.
Pada teks cuisine ornementale, kita
menemukan dominasi unsur visual, berupa
deskripsi hidangan yang muncul di majalah

ELLE.

Barthes

menganalisis

gambagambar

tersebut dan menemukan mitos-mitos yang
dihubungkan dengan aspek sosial dan budaya
pada masa itu di Prancis. Mitos yang dihasilkan
dari proses pemaknaan bertingkat dalam teks
Cuisine ornementale adalah, nappé, ornament,
majalah ELLE, dan majalah l’EXPRESS.
REFERENSI

Barthes, Roland. Mythologies. 1957. Paris :
Editions du Seuil.
1997. Elements of Semiology.
Terjemahan Bahasa Inggris. Atlantic
Books.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Littlejohn, Stephen W, 2009 . Teori
Komunikasi edisi 9. Jakarta. Salemba
Humanika.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Piliang, Yasraf Amir. 1998. Sebuah Dunia
yang Dilipat: Realitas Kebudayaan
Menjelang Milenium Ketiga dan
Matinya Posmodernisme, Jakarta:
Mizan