Pembahasan PEMBUATAN ALAT DAN METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mesin pendingin jenasah dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan data yang baik. Udara di dalam pendingin jenasah sebelum penelitian dimulai, dikondisikan sama dengan udara pada lingkungan sekitar. Data penelitian diambil ketika suhu udara di dalam mesin pendingin mendekati 26 O C, untuk penelitian tanpa menggunakan beban, sedangkan pada penelitian dengan menggunakan beban, data diambil ketika suhu speimen mencapai 24,8 O C. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data berupa suhu refrigerant masuk kompresor T 1 , suhu refrigerant masik pipa kapiler T 3 , tekanan masuk kompresor P1 dan tekanan keluar kompresor P2 yang kemudian dapat digunakan untuk menggambarkan siklus kompresi uap pada P-h diagram. Hasil yang didapat dari P-h diagram berupa nilai entalpi yang dapat dilihat pada tabel 4.7 untuk variasi penelitian tanpa beban, dan tabel 4.8 untuk variasi penelitian dengan pembebanan berupa air seberat 20 kg. Dari data entalpi yang didapat maka dapat diperoleh nilai kerja kompresor W in , nilai kalor persatuan massa refrigerant yang dilepas oleh kondensor Q out , nilai kalor persatuan massa refrigerant yang diserap oleh evaporator Q in , Coefficient of performance Actual COP Aktual , Coefficient of performance Ideal COP Ideal , nilai efisiensi kalor η. Untuk nilai kerja kompresor W in , diperoleh hasil yang tertera pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Dari data yang diperoleh, untuk penelitian tanpa beban: tanpa kipas, nilai kerja kompresor terendah sebesar 53,32 kJkg, nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 54,55 kJkg, rata-rata nilai kerja kompresor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 53,93 kJkg; satu kipas, nilai kerja kompresor terendah sebesar 53,21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kJkg, nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 53,46 kJkg, rata-rata nilai kerja kompresor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 53,31 kJkg; dua kipas, nilai kerja kompresor terendah sebesar 52,74 kJkg, nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 53,15 kJkg, rata-rata nilai kerja kompresor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 52,89 kJkg. Untuk penelitian dengan beban: tanpa kipas, nilai kerja kompresor terendah sebesar 54,02 kJkg, nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 54,62 kJkg, rata-rata nilai kerja kompresor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 54,31 kJkg; satu kipas, nilai kerja kompresor terendah sebesar 52,69 kJkg, nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 53,48 kJkg, rata-rata nilai kerja kompresor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 53,16 kJkg; dua kipas, nilai kerja kompresor terendah sebesar 51,18 kJkg, nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 52,39 kJkg, rata-rata nilai kerja kompresor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 51,90 kJkg. Untuk mengetahui perbandingan nilai kerja kompresor untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2. Gambar 4.1 berisi grafik perbandingan antara nilai kerja kompresor untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan gambar 4.2 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor, nilai kerja kompresor semakin menurun untuk setiap jumlah kipas yang digunakan, hal ini menjelaskan bahwa semakin banyak penambahan kipas kondensor meringankan kerja kompresor. Nilai kalor persatuan massa refrigerant yang dilepas oleh kondensor Q out dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12. Dari data yang diperoleh, untuk penelitian tanpa beban: tanpa kipas, nilai kalor yang dilepas kondensor terendah sebesar 162,43 kJkg, nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi sebesar 210,44 kJkg, rata-rata nilai kalor yang dilepas kondensor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 172,38 kJkg; satu kipas, nilai kalor yang dilepas kondensor terendah sebesar 169,21 kJkg, nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi sebesar 214,32 kJkg, rata-rata nilai kalor yang dilepas kondensor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 177,59 kJkg; dua kipas, nilai kalor yang dilepas kondensor terendah sebesar 181,73 kJkg, nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi sebesar 218,12 kJkg, rata-rata nilai kalor yang dilepas kondensor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 190,29 kJkg. Untuk penelitian dengan beban: tanpa kipas, nilai kalor yang dilepas kondensor terendah sebesar 168,29 kJkg, nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi sebesar 181,10 kJkg, rata-rata nilai kalor yang dilepas kondensor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 171,56 kJkg; satu kipas, nilai kalor yang dilepas kondensor terendah sebesar 176,87 kJkg, nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi sebesar 195,08 kJkg, rata-rata nilai kalor yang dilepas kondensor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 182,60 kJkg; dua kipas, satu kipas, nilai kalor yang dilepas kondensor terendah sebesar 181,13 kJkg, nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi sebesar 195,88 kJkg, rata-rata nilai kalor yang dilepas kondensor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 185,70 kJkg. Untuk mengetahui perbandingan nilai kalor persatuan massa refrigerant yang dilepas oleh kondensor untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Gambar 4.3 berisi grafik perbandingan antara nilai kalor persatuan massa refrigerant yang dilepas oleh kondensor untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.4 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor, kalor yang dilepas oleh kondensor meningkat dibandingkan dengan penelitian tanpa menggunakan kipas pendingin kondensor. Hal ini disebabkan adanya aliran udara yang lebih cepat jika digunakan kipas pada kondensor, sehingga kalor dari kondensor akan lebih cepat terbuang keluar. Nilai kalor persatuan massa refrigerant yang diserap oleh evaporator Q in dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14. Dari data yang diperoleh, untuk penelitian tanpa beban: tanpa kipas, nilai kalor yang diserap evaporator terendah sebesar 109,11 kJkg, nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi sebesar 155,89 kJkg, rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 118,45 kJkg; satu kipas, nilai kalor yang diserap evaporator terendah sebesar 115,75 kJkg, nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi sebesar 161,01 kJkg, rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 124,28 kJkg; dua kipas, nilai kalor yang diserap evaporator terendah sebesar 128,58 kJkg, nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi sebesar 165,16 kJkg, rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 137,40 kJkg. Untuk penelitian dengan beban: tanpa kipas, nilai kalor yang diserap evaporator terendah sebesar 114,09 kJkg, nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi sebesar 126,48 kJkg, rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 117,26 kJkg; satu kipas, nilai kalor yang diserap evaporator terendah sebesar 123,45 kJkg, nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi sebesar 141,64 kJkg, rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 129,44 kJkg; dua kipas, nilai kalor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang diserap evaporator terendah sebesar 128,91 kJkg, nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi sebesar 143,54 kJkg, rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 133,81 kJkg. Untuk mengetahui perbandingan nilai kalor persatuan massa refrigerant yang diserap oleh evaporator untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Gambar 4.5 berisi grafik perbandingan antara nilai kalor persatuan massa refrigerant yang diserap oleh evaporator untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.6 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor menyebabkan penyerapan kalor pada ruangan pendinginan menjadi lebih tinggi daripada tanpa menggunakan kipas. Hal ini di karenakan dengan penambahan kipas, kerja kompresor menjadi ringan, sehingga mempengaruhi penyerapan kalor pada ruangan menjadi lebih tinggi. Nilai Coefficient Of Performance COP aktual dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16. Dari data yang diperoleh, untuk penelitian tanpa beban: tanpa kipas, nilai COP actual terendah sebesar 2,03, nilai COP actual tertinggi sebesar 2,86, rata-rata nilai COP actual t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 2,20; satu kipas, nilai COP actual terendah sebesar 2,17, nilai COP actual tertinggi sebesar 3,02, rata-rata nilai COP actual t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 2,33; dua kipas, nilai COP actual terendah sebesar 2,42, nilai COP actual tertinggi sebesar 3,12, rata-rata nilai COP actual t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 2,60. Untuk penelitian dengan beban: Tanpa kipas, nilai COP actual terendah sebesar 2,10, nilai COP actual tertinggi sebesar 2,32, rata-rata nilai COP actual t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 2,16; Satu kipas, nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI COP actual terendah sebesar 2,31, nilai COP actual tertinggi sebesar 2,65, rata-rata nilai COP actual t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 2,44; Dua kipas, nilai COP actual terendah sebesar 2,47, nilai COP actual tertinggi sebesar 2,74, rata-rata nilai COP actual t = 0 menit sampai 3600 menit sebesar 2,58. Untuk mengetahui perbandingan nilai COP aktual untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. Gambar 4.7 berisi grafik perbandingan antara COP aktual untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.8 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor menyebabkan meningkatnya nilai COP aktual dari mesin pendingin. Peningkatan nilai COP aktual dipengaruhi oleh tingkat kemampuan refrigerant untuk menyerap kalor dari dalam ruangan pendinginan dan daya yang digunakan kompresor untuk melakukan proses pendinginan. Dengan adanya peningkatan jumlah kalor yang dapat diserap oleh refrigerant dari dalam ruangan pendinginan, maka hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan nilai COP aktual akibat penambahan jumlah kipas pendingin pada kondensor. Meningkatnya nilai COP aktual juga dipengaruhi oleh penurunan nilai kerja kompresor akibat efek pendinginan pada kondensor. Nilai Coefficient Of Performance COP idea l dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18. Dari data yang diperoleh, untuk penelitian tanpa beban: Tanpa kipas, nilai COP ideal terendah sebesar 3,11, nilai COP ideal tertinggi sebesar 3,40, rata-rata nilai COP ideal t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 3,21; Satu kipas, nilai COP ideal terendah sebesar 3,24, nilai COP ideal tertinggi sebesar 3,48, rata-rata nilai COP ideal t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 3,33; Dua kipas, nilai COP ideal terendah sebesar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3,33, nilai COP ideal tertinggi sebesar 3,60, rata-rata nilai COP ideal t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 3,42. Untuk penelitian dengan beban: Tanpa kipas, nilai COP ideal terendah sebesar 3,18, nilai COP ideal tertinggi sebesar 3,24, rata-rata nilai COP ideal t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 3,20; Satu kipas, nilai COP ideal terendah sebesar 3,24, nilai COP ideal tertinggi sebesar 3,34, rata-rata nilai COP ideal t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 3,27; Dua kipas, nilai COP ideal terendah sebesar 3,32, nilai COP ideal tertinggi sebesar 3,40, rata-rata nilai COP ideal t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 3,37. Untuk mengetahui perbandingan nilai COP idea l pada setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10. Gambar 4.9 berisi grafik perbandingan antara nilai COP idea l untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.10 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor menyebabkan nilai COP idea l meningkat. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan tekanan kerja kompresor sehingga mempengaruhi suhu kerja evaporator dan kondensor. Nilai COP idea l dapat diperoleh dengan mengetahui suhu kerja kondensor T c dan evaporator T e . Efisiensi Kalor Mesin Pendingin Jenasah dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20. Dari data yang diperoleh, untuk penelitian tanpa beban: tanpa kipas, nilai efisiensi kalor terendah sebesar 62,89 , nilai efisiensi kalor tertinggi sebesar 84,14 , rata-rata nilai efisiensi kalor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 68,19 ; Satu kipas, nilai efisiensi kalor terendah sebesar 65,75 , nilai efisiensi kalor tertinggi sebesar 86,70 , rata-rata nilai efisiensi kalor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 70,44 ; Dua kipas, nilai efisiensi kalor terendah sebesar 71,25 , nilai efisiensi kalor tertinggi sebesar 86,54 , rata-rata nilai efisiensi kalor t = 0 menit sampai 120 menit sebesar 75,88 . Untuk penelitian dengan beban: Tanpa kipas, nilai efisiensi kalor terendah sebesar 65,70 , nilai efisiensi kalor tertinggi sebesar 71,47 , rata-rata nilai efisiensi kalor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 67,41 ; Satu kipas, nilai efisiensi kalor terendah sebesar 71,33 , nilai efisiensi kalor tertinggi sebesar 79,41 , rata-rata nilai efisiensi kalor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 74,42 ; Dua kipas, nilai efisiensi kalor terendah sebesar 72,50 , nilai efisiensi kalor tertinggi sebesar 81,35 , rata-rata nilai efisiensi kalor t = 0 menit sampai 360 menit sebesar 76,51 . Untuk mengetahui perbandingan efisiensi kalor mesin pendingin jenasah untuk setiap variasi, data dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12. Gambar 4.11 berisi grafik perbandingan antara nilai kerja kompresor untuk setiap variasi pada penelitian tanpa beban pendinginan dan Gambar 4.12 pada penelitian dengan menggunakan beban 20 kg air. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor akan meningkatkan nilai efisiensi kalor dari mesin pendingin jenasah. Peningkatan nilai efisiensi kalor dipengaruhi oleh perbedaan nilai COP aktual dan COP ideal yang dihasilkan mesin pendingin jenasah. Dari data pada tabel diatas diketahui suhu terendah pada ruangan pendingin yang dihasikan oleh mesin pendingin adalah 6,1 o C untuk penelitian tanpa kipas, tanpa beban pendinginan dan 12,2 o C untuk penelitian dua kipas dengan menggunakan beban pendinginan 20 kg air. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa pada penelitian tanpa beban dengan adanya penambahan kipas pendingin pada kondensor maka akan meningkatkan kemampuan kerja mesin pendingin dan menghasilkan suhu akhir yang lebih dingin dibandingkan dengan mesin pendingin yang tidak menggunakan pendingin pada bagian kondensornya. Begitu juga dengan penelitian dengan beban pendinginan 20 kg air, meskipun hasil suhu akhir yang dihasilkan belum mencapai suhu di bawah 12 o C sampai pada menit ke-360, yaitu sebesar 12,2 o C, namun suhu di ruangan evaporator sudah mencapai 8,1 o C. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini masih berhasil untuk dapat mencapai suhu di bawah 12 o C agar bakteri tidak hidup, hanya diperlu penambahan waktu penelitian sampai beberapa menit selanjutnya permasalahan di atas dapat di selesaikan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan:

1. Mesin pendingin jenasah yang telah dibuat bekerja dengan baik. Dengan menghasilkan suhu akhir 6,3 o C untuk penelitian tanpa beban. 2. Karakteristik mesin pendingin jenasah, antara lain: a. Kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigerant Q in untuk tanpa beban, pada kipas satu rata-ratanya sebesar 124kJkg dan dua kipas rata-ratanya sebesar 137kJkg. Untuk dengan beban, pada kipas satu rata-ratanya sebesar 129 kJkg dan dua kipas rata-ratanya sebesar 133 kJkg. b. Kalor yang dibuang oleh kondensor persatuan massa refrigerant Q out untuk tanpa beban, pada satu kipas rata-ratanya sebesar 177 kJkg dan dua kipas rata-ratanya sebesar 190 kJkg. Untuk dengan beban, pada satu kipas rata-ratanya sebesar 182 kJkg dan dua kipas rata-ratanya sebesar 185 kJkg. c. Kerja kompresor persatuan massa refrigerant W in untuk tanpa beban, pada kipas satu rata-ratanya sebesar 53 kJkg dan dua kipas rata-ratanya sebesar 52 kJkg. Untuk dengan beban, pada satu kipas rata-ratanya 53 kJkg dan dua kipas rata-ratanya sebesar 51 kJkg.