10. Peresepan antibiotika yang tidak tepat rute pemberian kategori IIC
Rute pemberian antibiotika perlu disesuaikan dengan kondisi klinis dan kebutuhan pasien. Rute pemberian yang paling utama adalah secara oral.
Pemberian antibiotika secara intravena dapat dilakukan ketika pasien tidak memungkinkan mengkonsumsi antibiotika secara oral, misalnya pasien
muntah atau tidak sadar National Health Service, 2010. Peresepan antibiotika yang tidak tepat rute pemberian pada penelitian ini ditemui pada
peresepan metronidazol kasus 31. Pasien pada kasus 31 terdiagnosa gastroenteritis amoebiasis, dengan
keluhan BAB cair berwarna hitam, mual, muntah, dan demam tinggi 39 C.
Pasien menerima metronidazol tablet dengan dosis 3x500mg selama 6 hari. Pemberian metronidazol tablet pada kasus ini kurang tepat, karena pasien
mengalami muntah yang cukup berat. Metronidazol dalam kasus ini masuk dalam kategori antibiotika tidak tepat rute pemberian kategori IIC, karena
seharusnya diberikan secara intravena.
11. Peresepan antibiotika yang tidak tepat waktu pemberian kategori I
Waktu pemberian antibiotika akan mempengaruhi ketersediaan obat di dalam tubuh yang terkait pula dengan efek terapi yang dihasilkan. Hasil
evaluasi dengan metode Gyssens menunjukkan tidak ditemukan antibiotika yang masuk dalam kategori I pada penelitian ini.
12. Peresepan antibiotika tepat kategori 0
Peresepan antibiotika tergolong tepat jika lolos kategori I-VI sesuai alur Gyssens. Penggunaan antibiotika tergolong tepat jika tepat indikasi, tepat
obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval pemberian, dan durasi pemberian sesuai alur Gyssens. Peresepan antibiotika yang tergolong tepat
pasien terkait dengan tingkat keparahan, rute, interval, dan lama pemberiannya, Tepat indikasi apabila antibiotika diberikan pada kasus yang
menunjukkan tanda-tanda infeksi bakteri. Tepat obat artinya antibiotika yang diberikan efektif untuk melawan bakteri yang diperkiran menjadi penyebab
diare dan tidak memberikan efek toksik, sehingga memberikan outcome terapi yang baik. Tepat dosis artinya pasien menerima antibiotika yang
diberikan sesuai antara jumlah dengan kebutuhan dan kondisi klinis pasien World Health Organization, 2001.
Menurut hasil evaluasi dengan metode Gyssens, ditemukan sebanyak 6 peresepan antibiotika yang tergolong tepat kategori 0. Antibiotika yang
masuk dalam kategori 0 antara lain, siprofloksasin kasus 3, 15, dan 22, sefotaksim kasus 9, dan metronidazol kasus 27 dan 33. Antibiotika
tersebut masuk dalam kategori 0 karena telah lolos alur evaluasi metode Gyssens dari kategori I-VI. Antibiotika yang telah lolos kategori I-VI berarti
telah memenuhi kriteria penggunaan antibiotika yang tepat, yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval
pemberian, dan durasi pemberian.
Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien diare pernah dilakukan sebelumnya di rumah sakit lain di luar kota Yogyakarta dengan
kelas rumah sakit yang sama dengan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yaitu kelas B. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Utami 2011
dengan pendekatan yang sama namun dengan metode yang berbeda dilakukan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Evaluasi peresepan antibiotika
pada penelitian Utami 2011 menggunakan beberapa literatur. Hasil yang diperoleh adalah peresepan antibiotika dengan kategori tepat pasien sebanyak
100, tepat dosis sebanyak 70, dosis kurang sebanyak 20, dosis berlebih sebanyak 8, tepat frekuensi sebanyak 56, frekuensi kurang sebanyak 45, dan
tidak ada pasien yang mendapatkan antibiotika dengan frekuensi berlebih.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Diare dengan Metode Gyssens di Instalasi
Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode April 2015” adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik pasien didominasi laki-laki 62, dewasa 59, dengan status
pulang membaik 82. 2.
Antibiotika yang paling banyak diresepkan adalah siprofloksaasin 24,1, rute pemberian paling banyak secara intravena 65, lama penggunaan
paling banyak selama 4 hari 24,1. 3.
Hasil evaluasi dengan metode Gyssens ditemukan peresepan antibiotika yang tepat sebanyak 6 peresepan. Penggunaan antibiotika yang digolongkan tidak
tepat yaitu : a
Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika sebanyak 21 peresepan. ada antibiotika lain yang lebih efektif sebanyak 23 peresepan, ada antibiotika
lain yang kurang toksik, ada antibiotika lain dengan harga yang lebih murah, dosis penggunaan antibiotika tidak tepat, dan rute pemberian
antibiotika tidak tepat masing-masing sebanyak 1 peresepan. b
Tidak ada antibiotika yang masuk dalam kategori data tidak lengkap, ada antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit, interval pemberian
antibiotika tidak tepat, dan timing pemberian antibiotika tidak tepat.