Alat dan Bahan Penelitian 4. 7.1 Alat

cured selama 20 detik. b. SIK modifikasi resin nano + kitosan nano dari blangkas SIK modifikasi resin nano ditambahkan dengan kitosan nano dari blangkas. Pengadukan pasta yang keluar dari dispense sebanyak 2 klik dengan penambahan gel kitosan nano sekaligus selama 20 detik, kemudian pengerasan dilakukan dengan penggunaan light cured selama 20 detik. SIK modifikasi resin nano ditambah kitosan nano dengan variasi berat 0,015 dan 0,45 berat kitosan. SIK modifikasi resin nano + kitosan nano 0,015 berat dapat meningkatkan sifat mekanik, SIK nano + kitosan nano 0,45 berat dapat menurunkan sifat mekanik SIK nano. Nominal 2. Variabel tergantung Compressive Strength SIK modifikasi resin nano dan SIK modifikasi resin nano yang ditambahkan kitosan nano dari blangkas Ketahanan terhadap kekuatan tekan dari bahan restorasi Dengan penekanan pada spesimen uji. Dalam satuan MegaPascal MPa. Numerik Torsee’s universal testing machine

4.7 Alat dan Bahan Penelitian 4. 7.1 Alat

 Syringe insulin berdiameter 4 mm sebagai mould cetakan spesimen  Pisau cutter untuk memotong syringe insulin  Gelas ukur Pyrex ® , USA  Labu ukur Pyrex ® , USA  Jar Test Aztec  Neraca analitik Sartorius, Germany untuk menimbang berat SIK modifikasi resin nano dan berat gel kitosan nano  Neraca elektrik Chyo Balance, Japan untuk menimbang serbuk kitosan yang akan dibuat menjadi kitosan nano dalam bentuk gel  Kamera digital  Spatula plastik untuk pengadukan pasta SIK modifikasi resin nano  Instrumen plastis untuk memadatkan bahan yang dimasukan kedalam mould  Inkubator Isotemp ® Incubator Fisher Scientific,USA  Pelat kaca  Alat uji tekan Torsee Universal testing machine, Japan  Light curing Runyes ® , China untuk mengeraskan semen  Ultrasonic Bath Kerry Fulsatron, Sonic, USA  Kertas saring Whatman ® , USA

4. 7.2 Bahan

 SIK modifikasi resin nano Ketac Nano light curing Glass Ionomer Restorative Gambar 11. Ketac N100 light cured  Serbuk kitosan blangkas Gambar 12. Serbuk kitosan Blangkas  Asam asetat 1  Amoniak  Aquadest

4. 8 Prosedur Penelitian

 Pembuatan Mould cetakan Mould dibuat dari syringe insulin yang berukuran diameter 4 mm Gambar 13. Syringe insulin diukur sepanjang 6 mm dengan penggaris besi kemudian tandai. Potong syringe tepat pada tanda yang dibuat yaitu sepanjang 6 mm. Mould cetakan yang selesai diukur kembali yaitu diameter 4 mm dan tinggi 6 mm Gambar 14. Gambar 13. Syringe insulin Gambar 14. Mould tempat pencetakan spesimen  Pembuatan gel kitosan nano Kitosan nano dibuat dengan melarutkan 1 gram kitosan dalam 50 ml larutan asam lemah asam asetat 1 lalu diaduk dengan jar test Gambar 15 pada kecepatan 200 rpm sehingga diperoleh gel selama ± 30 menit. Kemudian larutan kitosan ditetesi dengan amoniak sebanyak 20 tetes sambil diaduk. Campuran larutan kitosan dengan amoniak diaduk kembali dengan jar test selama ± 30 menit Gambar 16. Penambahan amoniak dilakukan agar permukaan larutan halus. Larutan yang telah membentuk gel tersebut dimasukkan ke dalam Ultrasonic bath untuk memecahkan partikel kitosan tersebut menjadi nano. Selanjutnya disaring dan residunya dicuci dengan aquadest untuk menghilangkan bau amoniak. Hasil residu yang berbentuk gel kitosan nano inilah yang akan ditambahkan ke dalam SIK nano untuk melihat pengaruhnya dalam persen berat yang berbeda Gambar 17. Gambar 15. Pengadukan campuran kitosan dan asam asetat 1 dengan Jar Test Gambar 16. Penambahan amoniak dan pengadukan Campuran kitosan Gambar 17. Gel kitosan nano dari blangkas yang siap dipakai.  Pembuatan Spesimen Spesimen dibuat dengan mengaduk pasta SIK modifikasi resin nano sebagai kontrol, campuran SIK modifikasi resin nano dengan kitosan nano dari blangkas 0,015 berat kitosan sebagai uji I, dan campuran SIK modifikasi resin nano dengan kitosan nano dari blangkas 0,45 berat kitosan sebagai uji II. Pengukuran berat pasta SIK modifikasi resin nano dan kitosan nano dari blangkas menggunakan neraca analitik empat digit Gambar 18. Gambar 18. Neraca Analitik Spesimen kontrol dibuat dengan mengaduk pasta SIK modifikasi resin nano sebanyak 2 klik 0,44 gram dengan mengunakan spatula plastik selama ±20 detik hingga membentuk campuran homogen, kemudian pasta dimasukkan kedalam mould. Untuk spesimen uji dibuat dengan mengaduk pasta SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano sebanyak 0,015 berat 0,0001 gram gel kitosan nano 3 klik pasta SIK modifikasi resin nano untuk spesimen uji I dan SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano sebanyak 0,45 berat 0,0002 gram gel kitosan nano 2 klik pasta SIK modifikasi resin nano untuk spesimen uji II Gambar 19. Gambar 19. Proses pengadukan SIK modifikasi resin nano Pengadukan spesimen ini mengunakan spatula plastik dilakukan selama ±20 detik hingga membentuk campuran homogen, kemudian pasta dimasukkan kedalam mould. Bagian alas dan atas dari mould cetakan ditahan dengan pelat kaca Gambar 20, kemudian sinari dengan light cure selama 20 detik pada bagian atas dan bawah spesimen Gambar 21. Gambar 20. Penekanan spesimen dengan pelat kaca Gambar 21. Penyinaran spesimen dengan alat light cure Setelah SIK modifikasi resin nano mengeras maka lepaskan pelat kaca dan spesimen dikeluarkan dari mould, kemudian spesimen disimpan dalam air dan disesuaikan suhu dengan kondisi suhu rongga mulut yaitu 37,5 o selama 20 jam dengan menyimpannya dalam inkubator Gambar 22. Setelah itu, spesimen dikeluarkan dari inkubator dan dikeringkan, maka spesimen SIK modifikasi resin nano dapat diuji kekuatan tekannya Gambar 23 . Gambar 22. Inkubator Gambar 23. spesimen yang akan diuji  Pengujian Kekuatan tekan Spesimen diuji dengan menggunakan Torsee’s Universal Testing Machine Gambar 24. Spesimen diberi tekanan 200 kilogramforce kgf dengan kecepatan 1,0 mmmenit hingga pecah Gambar 25. Besar beban dicatat dari alat uji Torsee’s Universal Testing Machine, Japan dalam satuan kilogramforce kgf dan dikonversikan kedalam satuan newton N. Kemudian hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan MPa. Gambar 24. Universal Testing Machine a sebelum penekanan b sesudah penekanan Gambar 25. Spesimen sebelum dan sesudah pengujian

4. 9 Analisa Statistik

Untuk melihat adanya perbedaan compressive strength secara keseluruhan pada sampel uji, data dianalisis secara statistik dengan mengunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Kemudian data dianalisa kembali dengan Tukey’s Test Post hoc Tukey’s HSD untuk melihat adanya perbedaan compressive strength antar masing‐masing kelompok. 15 Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung Compressive Strength CS dari penelitian ini adalah: 7 dimana: CS = ketahanan kekuatan tekan MPa P = beban yang diberikan N = kgf x 9,807  = konstanta 3,14 r = jari-jari spesimen mm

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap 30 spesimen yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh spesimen. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol yaitu spesimen yang dibuat dari bahan restorasi SIK modifikasi resin nano yaitu Ketac N100. Kelompok kedua adalah kelompok Uji I yaitu spesimen yang dibuat dari bahan SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano dari blangkas 0,015 berat. Kelompok ketiga adalah kelompok Uji II yaitu spesimen yang dibuat dari bahan SIK modifikasi resin nano ditambahkan kitosan nano dari blangkas 0,45 berat. Hasil pengujian kekuatan tekan compressive strength pada ketiga kelompok spesimen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. DATA HASIL PENGUKURAN KEKUATAN TEKAN COMPRESSIVE STRENGTH DALAM KGF Spesimen Kontrol SIK nano Uji I SIK nano + 0.015 ww kitosan Uji II SIK nano + 0.45 ww kitosan I 119.500 124.100 75.300 II 155.300 123.400 83.500 III 87.500 162.800 112.900 IV 108.500 132.200 92.500 V 160.500 125.900 85.100 VI 100.600 160.800 104.900 VII 83.600 88.800 103.400 VIII 131.800 121.300 79.100 IX 106.100 95.600 89.700 X 148.600 132.200 98.700 Keterangan : Nilai terendah Nilai tertinggi

Dokumen yang terkait

Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypleus gigas) Nanopartikel Pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin Dan Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (In vitro)

3 73 129

Pengaruh Penambahan Kitosan Nano dari Blangkas Terhadap Flexural Strength dari Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin pada Kavitas Klas II (Site 2 Size 2) Minimal Intervensi (In Vitro).

8 95 85

Perbedaan Compressive Strength Dua Jenis Semen Ionomer Kaca Pada Kavitas Klas II Dengan Prinsip Minimal Intervensi (Penelitian In Vitro)

5 61 71

Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Sebagai Bahan Restorasi

1 30 41

Compressive Strength Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Penambahan Serat Kaca 1% dengan Metode yang Berbeda

3 82 58

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKSI APATIT DARI SERBUK CANGKANG TELUR TERHADAP KEKUATAN TEKANSEMEN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

0 3 13

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKSI APATIT DARI SERBUK CANGKANG TELUR TERHADAP KEKUATAN TEKAN SEMEN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

3 12 7

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Penambahan Hidroksi Apatit Dari Serbuk Cangkang Telur Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR).

2 10 4

Efek Penambahan Kitosan Blangkas (Tachypleus gigas) Nanopartikel Pada Varian Semen Ionomer Kaca Terhadap Mikrostruktur Dentin Dan Komposisi Kimia Melalui SEM-EDX (In vitro)

0 1 20