Kesimpulan Penerapan Hukum Internasional dalam Menyelesaikan Konflik Internasional Israel dan Palestina.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut dengan kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu dan juga sebagai identitas subjek hukum internasional. Lahirnya Negara Israel pada tahun 1948 telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Konvensi Montevidio 1933 tentang Syarat-Syarat Terbentuknya Suatu Negara. Israel juga merupakan negara anggota PBB pada tanggal 11 Mei 1949. Dengan demikian selain memiliki hak-hak internasional, Israel juga memiliki kewajiban internasional yaitu menjaga dan memelihara perdamaian dan keamanan internasional, serta melaksanakan setiap resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB. Sedangkan eksistensi Palestina dalam hukum internasional agak lemah karena masalah penetapan wilayah geografis negaranya yang masih belum jelas, Universitas Sumatera Utara serta pengakuan negara asing terhadap kemerdekaan Palestina. Hal ini disebabkan karena tidak ada persatuan didalam negeri Palestina yaitu terjadinya konflik internal atau “perang saudara” di Negara Palestina antara sesame Kelompok Pembebas Palestina PLO. Meskipun Palestina bukan negara anggota PBB, berdasarkan pasal 1 ayat 6 Piagam PBB bahwa negara yang bukan anggota dalam PBB tetap berkewajiban tunduk pada ketentuan berdasarkan piagam, dalam rangka pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. 2. Hukum internasional berperan memelihara hubungan negara-negara dalam menjalankan kedaulatan dalam negaranya demi terciptanya perdamaian dan keamanan dunia, termasuk dalam keadaan negara-negara yang sedang berkonflik. Seperti yang termuat dalam Pasal 1 dan Pasal 33 Piagam PBB, tujuan utama dari PBB adalah menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, menghindarkan generasi yang akan datang dari peperangan, memajukan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar serta mendorong negara-negara untuk menyelesaikan konflik- konflik melalui cara-cara penyelesaian dengan hubungan yang bersahabat. Dewan Keamanan yang bertugas memelihara perdamaian dunia termasuk dalam keadaan konflik bersenjata antara Israel dan Palestina telah mengeluarkan resolusi Dewan. Akan tetapi meskipun telah banyak resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai organ yang yang bertanggung jawab dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional, konflik antara Israel dan Palestina tidak kunjung selesai. Universitas Sumatera Utara Ketentuan hukum internasional dalam Piagam PBB menyebutkan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan atau langkah lain dalam usaha menghentikan konflik Israel dan Palestina. Namun jika langkah-langkah yang diambil itu dianggap tidak cukup, Dewan dapat menjatuhkan sangsi militer atau tindakan-tindakan dengan kekuatan darat, laut dan udara jika memang dianggap perlu. Hukum internasional lainnya yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik Israel dan Palestina adalah hukum humaniter yang bersumber dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977, yang merupakan perangkat hukum utama hukum humaniter internasional menyebutkan bahwa orang-orang yang tidak terlibat secara aktif dalam suatu konflik, termasuk angkatan bersenjata yang telah meletakkan senjata-senjata mereka serta mereka yang tidak dapat lagi terlibat hors de combat karena sakit, luka-luka, penahahan, atau alasan lain apapun juga, dalam kedaan bagaimanapun harus diperlakukan secara manusiawi, tanpa perbedaan yang merugikan apapun. Ketentuan hukum internasional lainnya adalah Statuta Roma tahun 1998 tentang Mahkamah Pidana Internasional untuk menghukum para pelaku kejahatan berat, yaitu individu.

B. Saran