Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol

KINERJA KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM BIDANG
PENDANAAN SEKRETARIAT BADAN PENGATUR JALAN
TOL

ALZULLVA RIZQHI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Keuangan Badan
Layanan Umum Bidang Pendanaan Badan Pengatur Jalan Tol adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Alzullva Rizqhi
NIM H 24124104

ABSTRAK
ALZULLVA RIZQHI. Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Bidang
Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol. Dibimbing oleh FARIDA
RATNA DEWI.
Badan Layanan Umum Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan
Tol (BLU-BP Set BPJT) merupakan instansi yang berfungsi untuk melakukan
skema dana bergulir untuk pengadaan tanah jalan tol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis mekanisme skema dana bergulir BLU-BP Set BPJT dan APBN
langsung, menganalisis kelebihan dan kekurangannya, menganalisis kondisi
keuangan BLU-BP Set BPJT, serta menganalisis kinerja keuangan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan pada Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per33/PB/2014. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis trend, rasio keuangan,
dan analisis penilaian kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT berdasarkan Perdirjen

Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014. Mekanisme skema dana bergulir yaitu
dengan pendanaan pembebasan tanah oleh BLU-BP Set BPJT kemudian
mendapatkan pengembalian dan nilai tambah, sedangkan APBN langsung tanpa
pengembalian dan nilai tambah. Kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT mengalami
peningkatan dari 2010 sampai dengan 2014 terutama pada aset dan pendapatan.
Berdasarkan penilaian Perdirjen Perbendaharaan No Per-33/PB/2014 kinerja
keuangan BLU-BP Set BPJT juga dalam kondisi baik dengan mendapatkan skor
lebih dari 50% dari total skor.
Kata Kunci : analisis kinerja keuangan, analisis trend, rasio keuangan

ABSTRACT
ALZULLVA RIZQHI. Financial Performance Public Service Agency in Finance
Division of Secretariat of Indonesia Toll Road Regulatory Agency. Supervised by
FARIDA RATNA DEWI.
Public Service Agency in Finance Division of Secretariat of Indonesia Toll
Road Regulatory Agency (BLU-BP Set BPJT) is an agency that serve to make the
managing the revolving funds to procure land highways. The purpose of this
research is to analyze the mechanism of the revolving fund BLU-BP Set BPJT
scheme and direct state budget, analyzing strengths and weaknesses, analyzing
financial condition BLU-BP Set BPJT, and analyzing financial performance based

on the criteria established by the Director General of the Treasury Regulation No.
Per-33/PB/2014. Analytical techniques used are trend analisys, financial ratios, and
financial performance assesment based on Director General of the Treasury
Regulation No. Per-33/PB/2014. The mechanism of the revolving fund scheme with
funding land acquisition by BLU-BP Set BPJT and then get returns and added
value, while the direct state budget without refund and added value. BLU-BP Set
BPJT’s financial condition has increased from 2010 to 2014 largely on assets and
income. Financial performance based on Director General of the Treasury
Regulation No. Per-33/PB/2014 in good condition by getting a score ratings over
50% of the total score.
Key Word : financial performance analysis, trend analysis, financial ratio

KINERJA KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM BIDANG
PENDANAAN SEKRETARIAT BADAN PENGATUR JALAN
TOL

ALZULLVA RIZQHI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Maret
2015 adalah keuangan, dengan judul Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum
Bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, S.E, MM
selaku dosen pembimbing, yang telah banyak membimbing dan memberikan
sarannya. Terima kasih juga untuk Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Ibu

Dra Siti Rahmawati, M.Pd atas kritik dan sarannya yang sangat membantu dalam
pembuatan tulisannya. Terima kasih saya ucapkan juga kepada Bapak Ir Arif
Haryono, SH, MM selaku Kepala Satuan Kerja BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat
BPJT yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di instansi
tersebut. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Djumirin
dan Bapak Saman beserta staf BLU-Bidang Pendanaan Sekretariat BPJT, yang
telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada ayah, ibu, dan adik-adik penulis atas doa dan kasih sayangnya, serta temanteman terdekat yang telah membantu dan memberi motivasi dalam penyelesaian
karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

Alzullva Rizqhi

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


iii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
Kinerja Keuangan

Penelitian Terdahulu
METODE
Kerangka Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Trend
Analisis Persentase per Komponen
Rasio keuangan
Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU
Penilaian Kinerja Keuangan BLU-BP Set BPJT
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Perusahaan
Visi dan Misi
Sumber Pendanaan dan Pendapatan
Mekanisme Pendanaan Pengadaan Tanah Jalan Tol
Kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT
Analisis Rasio Keuangan BLU-BP Set BPJT
Kinerja Keuangan BLU-BP Set BPJT

Implikasi Manajerial

1
1
3
4
4
4
4
4
6
6
7
7
7
7
8
8
9
9

9
10
11
11
12
12
13
13
13
17
20
21
23

SIMPULAN DAN SARAN

23

DAFTAR PUSTAKA


25

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

45

ii

iii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4


Perbandingan sumber dana pengadaan tanah jalan tol
Hasil perhitungan rasio keuangan BLU-BP Set BPJT
Hasil penilaian subaspek rasio keuangan BLU-BP Set BPJT 2010-2014
Skor penilaian subaspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU Set
BPJT 2010-2014
5 Hasil skor penilaian kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT 2010-2014

16
20
21
22
22

DAFTAR GAMBAR
1 Laju pertumbuhan aktivitas BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014
2 Laju pertumbuhan per tahun BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014
tanpa beban penyisihan piutang
3 Kerangka pemikiran konseptual
4 Skema dana bergulir BLU-BP Set BPJT
5 Pendanaan pengadaan tanah dengan APBN langsung
6 Perkembangan Total Aset dari neraca BLU-BP Set BPJT tahun
2010-2014
7 Laju pertumbuhan total aset dalam neraca BLU-BP Set BPJT
tahun 2010-2014
8 Laju pertumbuhan komponen aset BLU-BP Set BPJT Tahun
2010-2014
9 Laju pertumbuhan komponen ekuitas BLU-BP Set BPJT Tahun
2010-2014
10 Laju pertumbuhan aktivitas BLU-BP Set BPJT Tahun 2010-2014

2
2
8
14
15
17
18
18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Penelitian terdahulu
Laporan keuangan BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014
Indikator dan skor penilaian kinerja keuangan
Format penilaian subaspek rasio keuangan BLU
Format penilaian subaspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU
Perhitungan aspek rasio keuangan
Skor penilaian subaspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU
Daftar istilah

29
30
33
34
36
40
42
44

iv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Investasi infrastruktur merupakan salah satu cara untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur dapat
mendukung terciptanya investasi yang merata, sehingga tercipta pembangunan
yang memadai dan dapat melayani pergerakan ekonomi masyarakat. Salah satu
infrastruktur yang berperan dalam mempercepat proses perpindahan dan
pemerataan arus barang dan jasa adalah pembangunan jalan baru dan jalan tol.
Menurut Puskastra Kementerian PU (2012), pembangunan jalan baru diarahkan
untuk mengembangkan jaringan yang dapat memperluas aksesibilitas wilayah,
terutama pada daerah terpencil, sedangkan pengembangan jalan tol diarahkan pada
pengembangan jaringan dan alternatif pembiayaan dengan prinsip fee for service
dan cost recovery sebagai dasar penetapan tarif tol. Pembangunan jalan tol
bermanfaat untuk meningkatkan arus distribusi barang dan jasa guna menunjang
pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil pembangunan, dan meringankan beban
dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.
Kendala yang dihadapi dalam pembangunan jalan tol pada umumnya
menyangkut dua aspek, yaitu masalah pendanaan dan masalah pelaksanaan.
Masalah yang dihadapi pada aspek pendanaan diantaranya adalah ketidakpastian
waktu dan besarnya biaya pembebasan lahan, sehingga badan usaha yang
menandatangani PPJT (Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol) kesulitan dalam
mengestimasi dan menyediakan dana, baik dari modal mandiri maupun kredit
perbankan. Di sisi lain, masalah yang dihadapi pada aspek pelaksanaan yaitu
mengenai status kepemilikan, luas area, dan sumber daya lahan lainnya yang
terdapat pada area pembebasan.
Keputusan Menteri Keuangan No. 406/KMK.05/2009 dibuat untuk
mengatasi kendala pendanaan tersebut, yaitu Bidang Pendanaan Sekretariat Badan
Pengatur Jalan Tol (BP Set BPJT) pada Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat ditetapkan sebagai instansi pemerintah yang menerapkan pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Badan Layanan Umum
(BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk menyediakan
barang dan jasa, yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Sedangkan Pengelolaan Keuangan Layanan Umum, adalah pengelolaan keuangan
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktekpraktek bisnis yang sehat, namun tidak berorientasi pada keuntungan.
Salah satu tugas dan fungsi BLU Bidang Pendanaan Sekretariat Badan
Pengatur Jalan Tol (BLU-BP Set BPJT) adalah melakukan pengelolaan dana
bergulir pengadaan tanah jalan tol. Melalui skema dana bergulir tersebut,
pembebasan tanah didanai terlebih dahulu oleh BLU-BP Set BPJT. Kemudian
setelah tanah dibebaskan, Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) mengembalikan dana
talangan tersebut kepada BLU-BP Set BPJT disertai nilai tambah tertentu dan denda
apabila terjadi keterlambatan pembayaran sesuai dengan nilai yang telah
ditetapkan. Selanjutnya, dana yang telah kembali kepada BLU-BP Set BPJT dapat
dipakai untuk membebaskan seksi atau proyek lainnya. Oleh karena itu, walaupun
BLU-BP Set BPJT merupakan instansi pemerintah, tetapi dalam pengelolaan

2

Laju pertumbuhan
per tahun

keuangannya dikelola secara profesional. Laju pertumbuhan aktivitas BLU-BP Set
BPJT dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dijelaskan pada Gambar 1.
1,600
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
0
-200
Pendapatan (%/th)
Biaya (%/th)
Surplus (%/th)

2010

2011

2012

2013

2014

-

48
-76
9

93
12
13

30
1486
63

36
-12
75

RataRata
51.75
352.5
40

Gambar 1 Laju pertumbuhan aktivitas BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014

Laju pertumbuhan
per tahun

Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 biaya
operasional meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, disebabkan oleh
tingginya beban amortisasi, beban penyisihan piutang nilai tambah, dan beban
penyisihan piutang denda nilai tambah. Nilai tambah adalah bunga yang dihasilkan
dari pinjaman pokok BLU-BP Set BPJT kepada BUJT. Hal tersebut terjadi karena
pembayaran piutang nilai tambah dan piutang denda nilai tambah dari BUJT kepada
BLU-BP Set BPJT banyak yang tidak tertagih khususnya pada tahun 2013,
sehingga menyebabkan pertumbuhan pendapatan BLU-BP Set BPJT pada tahun
tersebut menurun. Namun, pertumbuhan surplus setiap tahunnya meningkat,
artinya BLU-BP Set BPJT tetap menghasilkan surplus walaupun masih banyak
piutang nilai tambah dan piutang denda nilai tambah yang pembayarannya tidak
lancar. Apabila nilai beban penyisihan piutang nilai tambah dan beban penyisihan
denda nilai tambah tidak dihitung, maka kenaikan beban tidak terlalu tinggi dan
rata-rata pertumbuhan pendapatan per tahunnya akan lebih tinggi daripada biaya.
Laju pertumbuhan per tahunnya dijelaskan pada Gambar 2.
100
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
-80
-100
Pendapatan (%/th)
Biaya (%/th)
Surplus (%/th)

2010

2011

2012

2013

2014

-

48
-76
9

93
12
13

30
13
63

36
18
75

RataRata
51.75
-8.25
40

Gambar 2 Laju pertumbuhan per tahun BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014 tanpa
beban penyisihan piutang

3

Banyaknya piutang tak tertagih BLU-BP Set BPJT menyebabkan wacana
untuk pendanaan pengadaan tanah jalan tol dipusatkan pada alternatif lain, yaitu
pendanaan menggunakan dana APBN langsung yang diatur dalam Undang-Undang
Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum (No 2 Tahun 2012). Pendanaan
menggunakan APBN langsung dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN)
sebagai instansi yang dibentuk pemerintah untuk mengurus pengadaan tanah bagi
kepentingan umum termasuk jalan tol dan dibayarkan menggunakan APBN melalui
Dirjen Perbendaharaan, yang kemudian disalurkan melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).
Program pemerintah untuk meningkatkan percepatan infrastruktur khususnya
jalan tol, memerlukan dukungan dana yang memadai khususnya dalam pengadaan
tanah untuk jalan tol. Oleh karena itu, memanfaatkan semua alternatif pendanaan,
terutama pendanaan dari BLU-BP Set BPJT dapat menjadi solusi dalam mengatasi
masalah pendanaan pengadaan tanah jalan tol. Penelitian terhadap kondisi
keuangan dan kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT akan membantu BPJT sebagai
regulator pembangunan jalan tol di Indonesia untuk menganalisis bahwa dengan
melihat kondisi keuangan dan kinerja keuangan selama 5 tahun terakhir, BLU-BP
Set BPJT dapat melakukan tugasnya sebagai sumber pendanaan untuk pengadaan
tanah jalan tol.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi oleh BUJT dalam pembangunan jalan tol adalah
permasalahan pendanaan pengadaan tanah. Untuk mendukung upaya pemerintah
dalam percepatan pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol, maka perlu
didukung oleh pendanaan yang mencukupi. Memanfaatkan semua alternatif
pembiayaan terutama pendanaan pengadaan tanah jalan tol akan membantu
mengatasi kendala masalah pendanaan. Deskripsi dari mekanisme pembayaran
yang dilakukan oleh masing-masing sumber pendanaan, dapat menunjukkan bahwa
kedua alternatif pembiayaan ini dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan masingmasing ruas tol yang akan dibangun.
Analisis terhadap kondisi keuangan dan kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT
dapat menunjukkan bahwa BLU-BP Set BPJT dapat menjalankan kegiatannya
dengan baik, sehingga pendanaan menggunakan skema dana bergulir pada BLUBP Set BPJT dapat dijadikan alternatif pendanaan pengadaan tanah jalan tol. Untuk
mendapatkan hasil penilaian kinerja yang baik, BLU-BP set BPJT perlu melakukan
internal monitoring dan evaluasi terhadap kinerja keuangan secara berkala, dengan
memperhatikan perkembangan keuangan institusi dan pengukuran rasio keuangan
berdasarkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dapat
dibahas adalah :
1. Bagaimana mekanisme pendanaan pengadaan tanah jalan tol melalui skema
dana bergulir BLU-BP Set BPJT dan pendanaan APBN langsung?
2. Bagaimana kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014?
3. Bagaimana kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT berdasarkan berdasarkan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Perdirjen Perbendaharaan
Nomor Per-33/PB/2014?

4

Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis mekanisme pendanaan pengadaan tanah jalan tol melalui skema
dana bergulir BLU-BP Set BPJT dan pendanaan APBN langsung.
2. Menganalisis kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT tahun 2010-2014.
3. Menganalisis kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT berdasarkan berdasarkan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Perdirjen Perbendaharaan
Nomor Per-33/PB/2014.
Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi BLU-BP Set BPJT sebagai salah satu bahan informasi untuk mengevaluasi
kinerja keuangan dan dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk meningkatkan
kinerja dan memperbaiki apabila ada kekurangan dan kelemahan.
2. Bagi BPJT, menjadi bahan informasi untuk kajian lebih lanjut dalam menilai
sumber dana alternatif pengadaan tanah jalan tol.
3. Bagi pihak lain, diharapkan hasil ini dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan apabila dilakukan penelitian selanjutnya dengan tema yang sama.
Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian yang dianalisis difokuskan pada mekanisme pendanaan
pengadaan tanah jalan tol dan analisis terhadap laporan keuangan BLU-BP Set
BPJT yaitu laporan neraca, laporan aktivitas, dan laporan arus kas. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis trend, analisis rasio keuangan
dan analisis berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Lainnya. Data
yang digunakan dari tahun 2010 sampai tahun 2014.

TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Laporan keuangan
merupakan
alat pelaporan utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan keuangan
untuk membuat keputusan. Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang
pokok yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu, laporan neraca, laporan laba rugi, dan
laporan aliran kas. Laporan-laporan keuangan tersebut pada dasarnya ingin
melaporkan kegiatan-kegiatan perusahaan: kegiatan investasi, kegiatan pendanaan,
dan kegiatan operasional, sekaligus mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Hanafi dan Halim, 2014).

5

Laporan keuangan menurut Dirjen Perbendaharaan (Nomor Per-33/PB/2014)
adalah bentuk pertanggungjawaban Satker BLU berupa Laporan
Operasional/Aktivitas, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Neraca
Neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada waktu
tertentu, ekuitas pemegang saham, kewajiban dan modal yang disediakan (Keown
et all 2004). Menurut Fahmi (2012), neraca merupakan informasi yang
menggambarkan tentang kondisi dan situasi current asset, non current asset,
liabilities, dan shareholders equity serta berbagai item lainnya yang termasuk
disana, untuk selanjutnya informasi tersebut dijadikan sebagai alat dalam
mendukung pengambilan keputusan.
Menurut Peraturan KemenPU (04/PRT/M/2013) tentang Pedoman Akuntansi
BLU, tujuan utama neraca adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan
BLU meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Informasi dalam
neraca digunakan bersama-sama dengan informasi yang diungkapkan dalam
laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan untuk
menilai : (i) kemampuan BLU dalam memberikan layanan jasa secara berkelanjutan
; (ii) likuiditas dan solvabilitas ; (iii) kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan Realisasi Anggaran/Operasional
Menurut Peraturan KemenPU (04/PRT/M/2013) tentang Pedoman Akuntansi
BLU, laporan realisasi anggaran (LRA) menyajikan informasi tentang anggaran
dan realisasi anggaran BLU secara tersanding yang menunjukkan tingkat capaian
target-target yang telah disepakati dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Laporan
operasional menyajikan informasi tentang operasi BLU mengenai sumber, alokasi,
dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh BLU. Laporan operasional
antara lain dapat berupa laporan aktivitas atau laporan surplus defisit.
Informasi dalam LRA/laporan operasional digunakan bersama-sama dengan
informasi yang diungkapkan dalam komponen laporan keuangan lainnya sehingga
dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk : (i) mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya lokasi sumber-sumber daya ekonomi ;
(ii) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi ; dan (iii) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja BLU dalam hal efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran.
Laporan Arus Kas
Menurut Kasmir (2008), laporan arus kas merupakan laporan yang
menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang
berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Sedangkan menurut Irham
Fahmi (2012), laporan arus kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan
keluar dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama sattu periode
akuntansi.
Dalam Peraturan KEMENPU (04/PRT/M/2013) tentang Pedoman Akuntansi
BLU, tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas dikelompokkan dalam

6

aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi dalam laporan arus kas
digunakan bersama-sama dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan
untuk menilai : (i) kemampuan BLU dalam menghasilkan kas dan setara kas ; (ii)
sumber dana BLU ; (iii) penggunaan dana BLU ; (iv) prediksi kemampuan BLU
untuk memperoleh sumber dana serta penggunaannya untuk masa yang akan
datang.
Analisis Laporan Keuangan
Hanafi dan Halim (2014) menjelaskan bahwa kegiatan dalam analisis
laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara
pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat
dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu
periode.
Menurut Kasmir (2008) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai
pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa
tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang
diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan
cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung
sebagai penguat penilaian financial performance tersebut.
Kinerja keuangan menurut Dirjen Perbendaharaan (Nomor Per-36/PB/2012)
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kualitas pelayanan satker
BLU kepada masyarakat, khususnya untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan
Satker BLU.

7

Penelitian Terdahulu
Hartono (2006) dalam penelitiannya membahas bagaimana penilaian kinerja
keuangan PT. PLN dapat diukur menggunakan analisis berdasarkan penilaian
BUMN berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep 100/M-BUMN/2002. BLU-BP
Set BPJT merupakan instansi pemerintah yang penilaian kinerja keuangannya
berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014.
Dwanintyas (2014) dalam penelitiannya untuk menilai kondisi dan kinerja
PT. Pegadaian (persero) dengan menganalisis trend nilai dari laporan keuangan
yang meningkat seperti aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas, dan ekuitas
meningkat maka perkembangan perusahaan semakin baik.

METODE
Kerangka Penelitian
Sumber dana untuk pengadaan tanah jalan tol saat ini mempunyai dua
alternatif pembiayaan, yaitu melalui skema dana bergulir yang dilakukan oleh
BLU-BP Set BPJT dan melalui pendanaan APBN langsung. Mendeskripsikan
mekanisme dari masing-masing sumber pendanaan tersebut berfungsi untuk
melihat bagaimana proses pendanaan yang dilakukan oleh kedua sumber pendanaan
tersebut, sehingga dapat dilihat mekanisme yang cocok digunakan untuk pendanaan
pengadaan tanah jalan tol.
Analisis terhadap kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 dengan menganalisis laporan keuangannya digunakan
untuk melihat kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT. Kinerja keuangan dapat
diartikan sebagai prestasi BLU-BP Set BPJT dalam mengelola sumber daya
keuangan dalam setiap kegiatannya. Gambaran mengenai kinerja keuangan BLUBP Set BPJT dapat diperoleh dengan cara melakukan interpretasi atau analisis
terhadap laporan keuangannya. Perkembangan kinerja keuangannya dianalisis
menggunakan analisis analisis trend, rasio keuangan, dan analisis berdasarkan
Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014.
Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014 tentang
Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Lainnya mempunyai dua aspek
pengukuran, yaitu aspek keuangan dan aspek pelayanan. Penelitian ini membahas
kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT berdasarkan trend dan laju pertumbuhan serta
aspek keuangan dari Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor Per33/PB/2014. Kerangka pemikiran konseptual dapat dijelaskan pada Gambar 3.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yakni dari bulan Desember 2014
sampai dengan bulan Februari 2015 di Badan Layanan Umum Bidang Pendanaan
Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol (BLU-BP Set BPJT) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang berlokasi di Gedung Binamarga lantai 3, jalan
Pattimura No. 20 Jakarta Selatan.

8

KEMENPUPERA

Badan Pengatur Jalan Tol

Pendanaan Pengadaan Tanah Jalan Tol

Keputusan Menteri Keuangan No. 406/
KMK/05/2009

Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012

BLU-BP Set BPJT

APBN Langsung

Laporan keuangan
Mekanisme
pembayaran

Kondisi keuangan

Rasio keuangan

Analisis berdasarkan
Perdirjen Perbendaharaan
Nomor Per-33/PB/2014

Implikasi Manajerial

Rekomendasi

Gambar 3 Kerangka pemikiran konseptual
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara tidak
terstruktur dengan pihak manajemen BLU-BP Set BPJT. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari laporan keuangan (SAK) BLU-BP Set BPJT yang meliputi laporan
aktivitas, neraca, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas
laporan keuangan periode 2010-2014. Data sekunder diperoleh juga melalui profil
BLU-BP Set BPJT dan literatur penunjang lainnya.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data primer adalah dengan mengadakan wawancara
tidak terstruktur dengan manajemen BLU-BP Set BPJT. Sedangkan untuk teknik
pengambilan data sekunder dilakukan melalui penelusuran literatur-literatur dalam

9

pencarian data di internet dan memperoleh data berupa dokumentasi yang telah
disusun oleh BLU-BP Set BPJT. Adapun data-data yang diperoleh seperti Profil
BLU-BP Set BPJT dan Laporan keuangan (SAK) BLU-BP Set BPJT periode 20102014.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini diolah secara manual maupun dengan
menggunakan komputer. Data yang sudah diolah selanjutnya akan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah untuk dibaca. Analisis data merupakan
bagian yang sangat penting dalam membantu memecahkan permasalahan pada
suatu penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah ;
Analisis Trend
Analisis trend yang dinyatakan dalam persentase (trend percentages)
diperlukan satu tahun sebagai dasar pengukurannya atau tahun dasar. Biasanya data
atau laporan keuangan dari tahun paling awal dalam deretan laporan keuangan yang
dianalisa tersebut dianggap sebagai tahun dasar (base year). Dengan menganalisa
laporan keuangan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun akan diketahui
kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan apakah menunjukkan aeah tetap,
meningkat, atau menurun. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio
karena hasil dari analisis ini akan membantu di dalam menginterpretasikan hasil
analisis rasio. Menurut Munawir (2002) analisis trend dapat dirumuskan sebagai
berikut :
� �

� �= �

0

× 100 % …………………………………………………………(1)

Keterangan : �







0

= nilai persentase untuk tahun ke-t
= pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
= pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

Analisis Persentase per Komponen
Metode analisis ini merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
persentasi investasi terhadap masing-masing komponen yang ada dalam laporan
keuangan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos
dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total
pasivanya, serta setiap pos dalam laba rugi dengan total penjualannya, maka
diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai
pembanding. Menurut Munawir (2002), analisis persentase per komponen dapat
dirumuskan sebagai berikut :
� �

� �= �

0

× 100 % …………………………………………………………(2)

Keterangan : �







0

= nilai persentase pos yang dibandingkan
= pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
= pos dasar sebagai pembanding

10

Analisis Rasio
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angkaangka di dalam neraca atau antara laporan laba-rugi dan neraca. Dengan cara rasio
semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang (Hanafi dan
Halim, 2014). Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam satu periode apakan telah mencapai target yang telah ditetapkan.
Menurut Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-33/PB/2014 tentang tata cara
perhitungan kinerja keuangan Satker BLU menggunakan rasio keuangan dan rasio
pendapatan PNBP terhadap biaya operasional.
Rasio keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat
pada pos laporan keuangan. Untuk menghitung rasio keuangan Satker BLU
menggunakan indikator rasio keuangan sebagai berikut :
1. Rasio kas (cash ratio)
Rasio ini digunakan untuk menilai ketersediaan kas untuk menutupi kewajiban
jangka pendeknya yaitu dengan membandingkan jumlah kas yang dimiliki dan
jumlah kewajiban yang ditagihkan. Pada laporan keuangannya, BLU-BP Set
BPJT tidak mempunyai kewajiban yang harus dibayarkan. Oleh karena itu,
apabila tidak terdapat kewajiban jangka pendek, maka nilai kewajiban jangka
pendeknya adalah Rp 1, dan tidak dikalikan dengan 100%, sehingga rumusnya
adalah :
Rasio Kas =

………………………………...…(3)

w

2. Rasio lancar (current ratio)
Rasio ini digunakan untuk menilai ketersediaan aset lancar untuk menutupi
kewajiban jangka pendeknya yaitu dengan membandingkan aset lancar dan
jumlah kewajiban yang ditagihkan. Pada laporan keuangannya, BLU-BP Set
BPJT tidak mempunyai kewajiban yang harus dibayarkan. Oleh karena itu,
apabila tidak terdapat kewajiban jangka pendek, maka nilai kewajiban jangka
pendeknya adalah Rp 1, dan tidak dikalikan dengan 100%, sehingga rumusnya
adalah :
Rasio Lancar =

………..…………………...…(4)

w

3. Periode penagihan hutang (collection period)
Mengukur berapa lama penagihan piutang dalam suatu periode. Semakin kecil
periode penagihan piutang maka akan semakin baik. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut :
Collection Period =

×360

×

% ………….…...…...…(5)

4. Perputaran aset tetap (fix asset turnover)
Mengidentifikasikan bagaimana aset tetap digunakan untuk menghasilkan
pendapatan suatu satker BLU. Semakin besar nilai dari rasio perputaran aset
tetap menandakan semakin optimal BLU menggunakan assetnya. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut :

11

Perputaran Aset Tetap =

×

% ……......…(6)

5. Imbalan atas aktiva tetap (return on asset)
Rasio ini menunjukan hasil atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan.
Merupakan ukuran efektivitas pimpinan BLU dalam mengelola asetnya. Rasio
ini dirumuskan sebagai berikut :
ROA =

×

% …...………………………………...(7)

ROE =

×

% ……..……………………………...(8)

6. Imbalan ekuitas (return on equity)
Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini semakin baik, artinya posisi modal satker BLU semakin kuat. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut :

7. Rasio Terhadap pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional
Pendapatan BLU merupakan PNBP BLU yang diperoleh sebagai imbalan atas
barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat termasuk pendapatan yang
berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan lain-lain pendapatan yang tidak berhubungan secara langsung
dengan pelayanan BLU, tidak termasuk pendapatan yang berasal dari APBN.
Biaya operasional merupakan seluruh biaya langsung yang terkait dengan
pelayanan kepada masyarakat meliputi biaya pegawai, biaya bahan, biaya jasa
layanan, biaya pemeliharaan, biaya daya dan jasa, dan biaya langsung lainnya
yang berkaitan langsung dengan pelayanan yang diberikan oleh Satker BLU,
baik yang sumber dananya berasal dari APBN maupun pendapatan operasional
Satker BLU. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio PB =

y

×

% ..….…………………………...(9)

Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU
Salah satu aspek untuk menilai kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT adalah
aspek kepatuhan pengelolaan keuangan BLU. Kepatuhan pengelolaan keuangan
BLU adalah tingkat kepatuhan Satker BLU terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pengelolaan BLU.
Penilaian Kinerja Keuangan BLU-BP Set BPJT
Menurut Dirjen Perbendaharaan (Nomor Per-33/PB/2014), mengenai
pedoman penilaian kinerja Satker BLU, penilaian kinerja keuangan BLU dinilai
berdasarkan dua subaspek penilaian, yaitu subaspek rasio keuangan dan subaspek
kepatuhan pengelolaan keuangan BLU. Subaspek dari penilaian kinerja keuangan
tersebut mempunyai indikator, dimana setiap indikatornya mempunyai skor
penilaian sebagai hasil penilaian terhadap kinerja keuangan BLU-BP Set BPJT.
Hasil penilaian kinerja BLU-BP Set BPJT ditentukan berdasarkan total skor
(TS) yang diperoleh oleh BLU-BP Set BPJT. Kriteria penilaiannya adalah sebagai
berikut :

12

1. Kriteria BAIK, terdiri dari :
a. AAA, apabila TS > 95
b. AA, apabila 80 < TS ≤ 95
c. A, apabila 65 < TS ≤ 80
2. Kriteria SEDANG, terdiri dari :
a. BBB, apabila 50 < TS ≤ 65
b. BB, apabila 40 < TS ≤ 50
c. B, apabila 30 < TS ≤ 40
3. Kriteria BURUK, terdiri dari :
a. CC, apabila 15 < TS ≤ 30
b. C, apabila TS pada hasil penilaian aspek kinerja keuangan yang dicapai BLU
kurang dari 50%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Perusahaan
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
mempunyai wenangan untuk melaksanakan pengaturan, pengusahaan dan
pengawasan Badan Usaha Jalan Tol pada pengembangan sebagian jalan tol. Pada
tahun 2006, Kementerian PUPR mengajukan pembentukan Badan Layanan Umum
(BLU) BPJT kepada Kementerian Keuangan dan disetujui melalui SK Menteri
Keuangan nomor 791/KMK.02/2006 sebagai BLU Bertahap, yaitu instansi
pemerintah sebagai pelaksana pengelolaan keuangan negara yang bersifat mandiri
dan memiliki kewajiban untuk menyetorkan kembali pendapatannya ke kas negara.
BLU-BP Set BPJT Set memiliki fungsi melakukan pengelolaan dana bergulir
pengadaan tanah jalan tol. Melalui skema dana bergulir, BLU-BP Set BPJT
melakukan pembebasan tanah, dan kemudian Badan Usaha Jalan Tol (BUJT)
mengembalikan dana talangan tersebut kepada BLU-BP Set BPJT disertai nilai
tambah.
Untuk dapat meningkatkan kinerja dalam mempercepat pembebasan lahan,
Kementerian PUPR pada bulan Oktober 2009 mengajukan permohonan kepada
Kementerian Keuangan untuk mendapatkan status BLU Penuh, yaitu instansi
pemerintah sebagai pelaksana pengelolaan keuangan negara yang memiliki sifat
mandiri, diantaranya mengelola pendapatan untuk digunakan di tahun berikutnya,
tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Kas Negara, dan memiliki kewenangan penuh
dalam pengelolaan dana bergulir termasuk dalam hal ini penyaluran dana kepada
pihak ketiga. Penetapan BLU-BP Set BPJT untuk menerapkan BLU Penuh disetujui
berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 406/KMK.05/2009.
BLU-BP Set BPJT menyalurkan dana bergulir untuk pembebasan lahan jalan
tol kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) melalui fungsi dan kewenangan
operasional yang diatur pemerintah, yaitu: (1) mengelola dana/hasil pengusahaan
jalan yang belum ditetapkan operator permanennya; (2) mengelola dana/hasil
pengusahaan jalan tol setelah selesai masa konsesi; (3) mengelola dana/hasil
pengusahaan jalan tol yang gagal dalam pelaksanaan konsesi. Fungsi ini

13

dilaksanakan sebagai bagian dari bentuk pelayanan jasa kepada penerimanya atau
stakeholder.
Visi dan Misi
Visi BLU-BP Set BPJT adalah terwujudnya percepatan pengadaan tanah
jalan tol, pengelolaan dan pengembangan pengusahaan jalan tol secara profesional.
Misi BLU-BP Set BPJT adalah menyelenggarakan pembiayaan pengadaan
tanah, pengelolaan, dan pengembangan jalan tol secara akuntabel dan transparan.
Meningkatkan manajemen pembiayaan pengadaan tanah, pengelolaan, dan
pengembangan jalan tol secara akuntabel dan transparan. Dan meningkatkan
kapasitas dan kompetensi sumber daya organisasi.
Sumber Pendanaan dan Pendapatan
Berdasarkan Profil BLU-BP Set BPJT (2013), sumber dana awal BLU-BP
Set BPJT adalah modal pinjaman dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dengan
plafon tahap I sebesar Rp 600 M, dan plafon tahap 2 adalah sebesar Rp 844 M
sehingga total pinjamannya adalah Rp 1.444 M, dengan beban berupa Nilai Tambah
(bunga) sebesar 49% x Tingkat Bunga LPS, dimana kewajiban pembayaran PIP
sebesar 41,5% dibayar langsung setiap tahun dan 7,5% digulirkan kembali menjadi
pokok pinjaman PIP kepada BLU-BP Set BPJT.
Kemudian BLU-BP Set BPJT mendapat alokasi APBN sebesar Rp 7.050 M
dengan rincian pada tahun 2010 sebesar Rp 2.300 M, tahun 2011 sebesar Rp 3.850
M, dan tahun 2012 sebesar Rp 900 M. Realisasi dana APBN Tahun Anggaran 2010
sebesar Rp 2.300 M sebagian digunakan untuk pembayaran kembali seluruh hutang
pokok kepada PIP sebesar Rp 1.444 M, sehingga BLU-BP Set BPJT tidak
mempunyai kewajibanyang harus dibayarkan kepada PIP.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 152/PMK.05/2007 tentang
tarif BLU, pendapatan BLU-BP set BPJT adalah sebagai berikut :
1. Biaya administrasi perjanjian sebesar Rp 25.000.000,-.
2. Biaya provisi sebesar 1% dari plafon pinjaman.
3. Nilai tambah sebesar tingkat bunga LPS+1%.
4. Denda atas keterlambatan pembayaran Nilai Tambah sebesar 2% per bulan.
5. BLU-BP Set BPJT juga memperoleh pendapatan lain-lain, seperti bunga
deposito dan jasa giro.
Mekanisme Pendanaan Pengadaan Tanah Jalan Tol
BLU-BP Set BPJT adalah salah satu unit kerja yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi sebagai pelaksana yang memiliki kewenangan operasional dalam
pengelolaan dana bergulir pengadaan tanah jalan tol. Undang-undang Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum mengatur bahwa
untuk pengadaan tanah untuk kepentingan umum salah satunya adalah jalan tol,
dibiayai oleh APBN. Sehingga, terdapat dua alternatif pembiayaan untuk
pengadaan jalan tol, yaitu melalui skema dana bergulir yang dilakukan oleh BLUBP Set BPJT dan menggunakan APBN langsung.
Mekanisme Skema Dana Bergulir BLU-BP Set BPJT
Skema dana bergulir yang dilakukan oleh BLU-BP Set BPJT dalam
pengadaan tanah yaitu pembebasan tanah yang didanai terlebih dahulu oleh BLU-

14

BP Set BPJT, kemudian setelah tanah dibebaskan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT)
mengembalikan dana talangan tersebut kepada BLU-BP Set BPJT disertai nilai
tambah tertentu dan denda apabila terjadi keterlambatan pembayaran sesuai dengan
nilai yang telah ditetapkan. Skema dana bergulir lebih lengkap dijelaskan pada
Gambar 4.
Pengembalian
Piutang pokok,
nilai tambah
dan denda

Retur

BLU-BP Set BPJT

SPP, Daftar
Nominatif, dan
Dokumen
SPM
Pendukung

Tim Pengadaan Tanah

Perjanjian
Dana
Bergulir
Sertifikat dan
Dokumen
SPM
Pendukung

SPM
BUJT

BANK

Pembayaran

Pemilik Tanah

Gambar 4 Skema dana bergulir BLU-BP Set BPJT
Berdasarkan Gambar 4 dijelaskan bahwa mekanisme skema dana bergulir
dimulai dari perjanjian dana begulir antara BLU-BP Set BPJT dengan BUJT,
kemudian Tim Pengadaan Tanah (TPT) melakukan musyawarah dengan
masyarakat penerima ganti rugi jalan tol. Setelah disepakati, tim pengadaan tanah
akan mengirimkan Surat Permintaan Pembayaran, daftar nominatif, dan dokumen
pendukung lainnya seperti peta bidang kepada BLU-BP Set BPJT. Kemudian,
setelah diverifikasi oleh tim verifikator, kepala BLU-BP Set BPJT akan
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) dan mengirimnya kepada Bank
melalui bendahara BLU-BP Set BPJT untuk melakukan pembayaran kepada
masyarakat dalam bentuk buku tabungan. Sertifikat tanah dan dokumen lainnya
yang berhubungan dengan tanah diserahkan kepada TPT pada saat dilakukan
pembayaran.
Retur terjadi ketika pada saat pembayaran, masyarakat tidak menerima harga
yang disepakati sebelumnya, kelebihan pembayaran, atau terjadi permasalahan
terhadap tanah seperti tanah yang masih sengketa dan harus diselesaikan dengan
keputusan pengadilan, maka dana yang sebelumnya telah disalurkan harus
dikembalikan kepada BLU-BP Set BPJT dengan mengirimkan kembali ke rekening
pusat BLU-BP Set BPJT. Setelah dilakukan pembayaran untuk pengadaan tanah
jalan tol, maka BUJT harus mengembalikan dana pengadaan tanah kepada BLUBP Set BPJT disertai dengan nilai tambah dan denda jika terjadi keterlambatan
sesuai dengan perjanjian.
Mekanisme Pendanaan Pengadaan Tanah dengan APBN Langsung
Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum (No 2
Tahun 2012) mengatur bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus
menggunakan dana APBN langsung, sehingga mekanisme yang dilakukan yaitu
mekanisme pencairan dana APBN langsung. Mekanisme pendanaan pengadaan
tanah dengan APBN langsung dijelaskan pada Gambar 5.

15

Daftar
Tanah

BPJT

Perjanjian
Jalan Tol

BUJT

BPN

Sertifikat, Daftar
Nominatif, dan
Dokumen
SPM
Pendukung

Tim Pengadaan Tanah

Sertifikat Tanah dan
Dokumen
SPM
Pendukung

SPM

Bendahara Umum
Negara

KPPN

Pemilik Tanah

Pembayaran

Gambar 5 Pendanaan pengadaan tanah dengan APBN langsung
Pada Gambar 5 dijelaskan bahwa BPJT sebagai Pengguna Anggaran
mengadakan perjanjian pembangunan jalan tol dengan BUJT, kemudian
menyerahkan daftar tanah yang akan dibebaskan oleh BPN sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran. TPT yang telah melakukan musyawarah dengan masyarakat,
menyerahkan sertifikat pemilik tanah, daftar nominatif dan dokumen pendukung
lainnya. BPN akan mengeluarkan SPP kepada Bendahara Umum Negara (BUN)
untuk melakukan pembayaran pengadaan tanah jalan tol. Setelah dilakukan
verifikasi, BUN akan mengeluarkan SPM kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk melakukan pembayaran kepada masyarakat
pemilik tanah.
Pendanaan pengadaan tanah jalan tol menggunakan APBN langsung, pemilik
tanah harus menyerahkan sertifikat tanah pada saat telah menyetujui hasil
musyawarah, kemudian setelah dilakukan proses verifikasi tanah akan dibayarkan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya retur. Untuk tanah yang bermasalah
setelah dilakukan musyawarah seperti tanah sengketa, pembayarannya akan
dititipkan ke pengadilan setempat untuk diselesaikan. BUJT sebagai badan usaha
pembangunan infrastruktur jalan tol tidak mengembalikan dana APBN, yang
artinya tidak timbul hutang dari BUJT kepada negara. Pengembalian yang
dilakukan kepada negara yaitu tersedianya jalan tol yang akan digunakan oleh
masyarakat.
Perbandingan Sumber Dana Pengadaan Tanah Jalan Tol
Sumber dana untuk pengadaan tanah jalan tol di atas 1 hektar saat ini
mempunyai dua alternatif, yaitu melalui BLU-BP Set BPJT dan melalui
APBN/APBD langsung. BLU-BP Set BPJT dibentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 406/KMK.05/2009, sedangkan sumber dana
menggunakan APBN/APBD langsung terdapat pada Undang-undang Nomor 2
tahun 2012. Perbandingan sumber dana pengadaan tanah jalan tol dijelaskan pada
Tabel 1.

16

Tabel 1 Perbandingan sumber dana pengadaan tanah jalan tol
Indikator

BLU-BP Set BPJT

APBN/APBD

Sumber dana

Alokasi dana APBN sebesar Rp 7.050
Miliar yang dibayarkan dalam 3 tahap
pada tahun 2010, 2011, dan 2012

Alokasi dana APBN yang dianggarkan
pada setiap tahun anggaran

Penganggaran ditetapkan oleh BLUBP Set BPJT, dilakukan berdasarkan
kebutuhan dan bersifat fleksibel

Penganggaran dilakukan oleh BPJT
yang kemudian disahkan oleh Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Dana yang tersedia pada tahun 2014
adalah sebesar Rp 3,8 Triliun
Pengadaan tanah dilakukan oleh
Badan Pertanahan Nasional sebagai
instansi pengadaan tanah untuk
kepentingan umum atas kuasa dari
BPJT dengan menyalurkan melalui
KPPN kepada masyarakat penerima
UGR
Pembayaran dilakukan selama 4
sampai dengan 5 hari kerja
Pengembalian berupa tersedianya
jalan tol untuk meningkatkan
transpotasi di Indonesia.

Penganggaran
Ketersediaan
dana

Pengelolaan

Jangka waktu
pembayaran

Pengembalian
nilai pokok

Pendapatan

Pengendalian

Dana yang tersedia adalah sebesar Rp
8,8 Triliun pada akhir 2014
Pengelolaan pendanaan pengadaan
tanah jalan tol dilakukan oleh BLUBP Set BPJT dengan menggunakan
skema
dana
bergulir
dengan
menyalurkan melalui bank yang telah
ditunjuk untuk menyalurkan langsung
kepada masyarakat penerima UGR.
Pembayaran dilakukan maksimal 3
hari kerja
BUJT sebagai badan usaha harus
mengembalikan dana pokok sesuai
dengan skema dana bergulir yang
kemudian akan digunakan kembali
untuk pendanaan pengadaan tanah
jalan tol lainnya. BUJT mendapatkan
keuntungan melalui tarif tol yang
didapatkan saat tol sudah beroperasi
sampai jangka waktu yang telah
disepakati dalam perjanjian (masa
konsesi).
Pendapatan didapatkan dari nilai
tambah, denda, pendapatan provisi,
administrasi, dan pendapatan lainnya
yang
didapatkan
dari
hasil
pengembalian nilai pokok.
Permasalahan yang terjadi dalam
pengadaan tanah jalan tol adalah
kelebihan pembayaran dan tanah
sengketa. Kelebihan pembayaran
dapat dilakukan dengan melakukan
retur, yaitu mengembalikan kelebihan
dana ke rekening BLU-BP Set BPJT
dengan segera dan dapat dilaksanakan
dalam waktu 1 hari. Pembebasan
tanah sengketa dilakukan dengan
keputusan pengadilan, dan dana yang
telah dicairkan dapat dikembalikan ke
rekening BLU-BP Set BPJT sampai
permasalahan
tanah
sengketa
diselesaikan.

Tidak memiliki pendapatan dari nilai
pokok yang disalurkan untuk
pendanaan tanah jalan tol.

Mekanisme pendanaan pengadaan
tanah menggunakan APBN langsung
menghindari terjadinya kelebihan
pembayaran. Penyelesaian tanah
sengketa, yaitu dengan menitipkan
penyelesaian di pengadilan beserta
dengan dana ganti rugi untuk
pengadaan tanah.

Berdasarkan Tabel 1, untuk mendukung upaya pemerintah dalam percepatan
pembangunan jalan tol maka sumber dana menggunakan skema dana bergulir BLUBP Set BPJT lebih baik dibandingkan dengan sumber dana menggunakan APBN

17

langsung, dilihat dari ketersediaan dana dan jangka waktu pembayaran. Mekanisme
yang dilakukan oleh BLU-BP Set BPJT dalam melakukan pengendalian terhadap
masalah yang muncul di lapangan seperti adanya kelebihan dana dan penyelesaian
tanah sengketa juga lebih baik daripada melalui APBN langsung. Sehingga, BLUBP Set BPJT menjadi alternatif dalam penyelesaian isu dan tantangan yang
disebutkan dalam Renstra Kementerian PU yaitu permasalahan pendanaan tanah
jalan tol.
Kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT
BLU-BP Set BPJT mendapatkan status BLU penuh pada tahun 2010, yang
artinya sejak tahun 2010 BLU-BP Set BPJT mendapatkan kewenangan untuk
mengatur dan mengelola keuangannya secara mandiri serta mengelola pendapatan
untuk digunakan sebagai dana bergulir pada tahun berikutnya. Untuk mengetahui
perkembangan terhadap kondisi keuangan BLU-BP Set BPJT dapat dilihat dari
trend keuangannya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Melalui analisis
trend ini dapat diketahui kecenderungan atau perkembangan dari BLU-BP Set
BPJT dari laporan neraca dan laporan aktivitas yang telah dilakukan.
Perkembangan Kondisi Neraca
Kondisi neraca BLU-BP Set BPJT dapat dilihat dari perkembangan laporan
neraca keuangannya. Dalam laporan neraca terdapat dua bagian yaitu aktiva dan
pasiva, dimana di dalam laporan keuangan BLU-BP Set BPJT komponen aktiva
adalah komponen aset, sedangkan komponen pasiva adalah komponen kewajiban
dan ekuitas. Tahun dasar untuk analisis trend neraca adalah tahun 2010, hal ini
dikarenakan pada tahun 2010 BLU-BP Set BPJT ditetapkan sebagai BLU penuh.
Komponen pada neraca yaitu komponen aset, kewajiban, dan ekuitas. Pada BLUBP Set BPJT tidak terdapat kewajiban, baik itu kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang, sehingga nilai aset sama dengan nilai ekuitas pada BLUBP Set BPJT, artinya seluruh aset yang dimiliki oleh BLU-BP Set BPJT merupakan
modal untuk melakukan kegiatannya. Perkembangan kondisi neraca dijelaskan
pada Gambar 5.

Trend Total Aset (%)

350
300
250
200
150
100
50
Neraca (%)

2010
100