2.2. Proses Komunikasi Teori Komunikasi

II. 2.2. Proses Komunikasi

Komunikasi tidak berjalan begitu saja, sebab satu kegiatan komunikasi harus menjalani proses komunikasi sehingga baru terlaksana kegiatan komunikasi tersebut. Proses komunikasi yang lengkap bermula sejak peralatan rohaniah manusia bekerja menghasilkan hasil kerja peralatan rohaniah : penyusunan falsafah hidup, pembentukan konsepsi kebahagiaan, munculnya motif komunikasi, dan disusunnya pesan yang disampaikan melalui tindakan komunikasi. Proses komunikasi tahap 1 yaitu penginterpretasian. Yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi di dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap ini bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan abstrak kedalam pesan. Proses tahap 2 yakni penyandian. Tahap ini masih terjadi dalam diri komunikator, berawal sejak pesan abstrak berhasil diwujudkan akal budi manusia kedalam lambang komunikasi. Proses ini disebut tahap encoding atau proses penyandian. Akal budi manusia berfungsi sebagai encoder, alat penyandi untuk merubah pesan abstrak menjadi konkrit. Proses komunikasi tahap 3 yakni pengiriman. Dalam tahap ini, komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah sebagai transmitter atau alat pengirim pesan. Misalnya saya menyukai seorang lelaki alasannya karena lelaki itu memenuhi kriteria saya untuk seseorang yang memenuhi kriterria untuk menjadi kekasih. Akal budi saya menginterpretasikan hal ini sebagai rasa cinta tahap 1. Saya ingin menyatakannya dengan menyusun kata-kata yang menurut saya dapat mewujudkan rasa cinta di hari mengubah pesan abstrak menjadi konkrit. Lalu saya menyatakan rasa cinta tersebut denan sebuah surat yang saya sampaikan kepada lelaki tersebut. Disinilah proses pengiriman pesan melalui tulisan. Proses komunikasi tahap 4 yaitu perjalanan. Tahap ini terjadi sejak komunikator mengirim pesan surat kepada komunikan hingga pesan diterima oleh komunikan. Dalam penyampaiannya terdapat saluran komunikasi, dimana dapat dilalui dengan dua cara dengan media mediated communication atau tanpa media nonmediated communication. Dalam hal ini proses komunikasi yang saya lakukan tidak menggunakan media karena saya langsung menyampaikan surat lambang komunikasi langsung kepada lelaki tersebut. Proses komunikasi tahap 5 : penerimaan. Ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi yakni bahasa yang saya sampaikan ketika memberi surat, verbal maupun nonverbal, dan diterima melalui peralatan jasmaniah komunikan. Seiring dengan diterimanya lambang komunikasi maka alat penerima komunikan yakni peralatan jasmaniah atau transmitter, maka akal budinya juga bekerja membawa proses komunikasi masuk ke tahap 6. Proses komunikasi tahap 6 : penyadian balik. Tahap ini hanya terjadi pada komunikan. Bermula ketika lambang komunikasi diterima oleh peralatan jasmaniah komunikan sebagai transmitter, sampai penguraian lambang komunikasi oleh akal budi komunikan. Proses ini disebut decoding, atau penyandian balik. Misalnya dalam kasus saya tadi, ketika surat saya berikan pada lelaki tersebut, dan jika ia menanggapi pemberian surat saya dengan baik maka ia akan tersenyum, ini berarti akal budinya berhasil men-docode lambang komunikasi saya atau malah menanggapi sebaliknya ia malah mengangap lain atas tindakan saya. Inilah yang disebut decoding atau penyandian balik. Proses komunikasi tahap 7 : penginterpretasian. Tahap ini terjadi dalam diri komunikan. Berawal sejak lambang komunikasi berhasil diuraikan oleh komunikan kedalam bentuk pesannya : cinta. Komunikan saya, lelaki tadi mencoba untuk menginterpretasikan dan memaknai hal itu denotatif dan konotatif, dikaji oleh akal budi Vardiansyah, 2004 : 84-87. Dalam bukunya, Sendjaja 2002 menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, proses komunikasi diawali oleh sumber source baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain. Langkah pertama yang dilakukan oleh sumber adalah ideation, yatu penciptaan suatu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lainl. Pesan atau message adalah alat-alat dimana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tertulis ataupun perilaku norverbal, seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar langkah ketiga dalam proses komunikasi ini adalah penyampaian pesan yang telah disandi encode. Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis menggambar, ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ini kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio, dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti televisi, LCD, kaset video, atau OHP Overhead Projector. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interprestasi terhadap pesanan disampaikan padanya. Pemahaman merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya hanya penerima pula memberikan respon terhadap pesan tersebut. Tahap terakhir pada proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respon atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi Bungin, 2006 : 253-254.

II. 2.3. Fungsi Komunikasi