meningkatkan outputnya karena turunnya biaya produksi termasuk biaya faktor produksi tenaga kerja. Hal ini akan berdampak meningkatnya aggregat supply
yang secara perlahan akan mereduksi pengangguran sehingga perekonomian dapat mendekati kondisi full employment tingkat pengangguran kurang dari 4 persen.
Namun pada saat kesejahteraan pekerja masih rendah, kebijakan seperti ini juga kurang efektif. Hal yang lebih realistis dilakukan adalah dengan menetapkan upah
minimum sewajarnya yang diikuti dengan peningkatan skill pekerja agar produktivitasnya meningkat sebanding dengan kenaikan upah minimum.
5.2.4.3 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah juga berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan asumsi variabel lain adalah tetap, kenaikan satu
persen pengeluaran pemerintah dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat sebesar 0,2356 persen. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
kenaikan pengeluaran pemerintah dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja. Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar output yang dihasilkan oleh
suatu sektor ekonomi. Selain itu, juga dapat menaikkan pendapatan masyarakat karena pengeluaran pemerintah akan menjadi penerimaan masyarakat sehingga
mendorong permintaan agregat. Karena adanya kenaikan permintaan agregat sehingga mendorong produsen untuk meningkatkan output produksinya. Untuk
itu, produsen memerlukan tambahan input produksi, salah satunya adalah tenaga kerja, sehingga akan tercipta kesempatan kerja baru. Dengan demikian, kenaikan
pengeluaran pemerintah akan menambah kesempatan kerja baru bagi masyarakat. Proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah seperti membangun jalan, sekolah,
atau fasilitas lain umumnya bersifat padat karya sehingga dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hipotesis Minsky 1974 dalam Prasetyantoko 2008 bahwa pengangguran tidak bisa diatasi tanpa campur tangan
pemerintah. Dalam hal ini, pasar tidak akan dengan sendirinya menyelesaikan persoalan pengangguran serta derivasi masalah yang ditimbulkannya sehingga
pemerintah harus lebih meningkatkan pengeluaran pembangunan yang nantinya akan merangsang penyerapan tenaga kerja.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil empiris dan pembahasan, sesuai dengan tujuan penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah penduduk di Sumatera Barat Tahun 2005-2010 meningkatkan jumlah penduduk usia kerja. Jumlah angkatan kerja yang
bekerja juga mengalami peningkatan. Angkatan kerja yang bertambah tanpa adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja dapat mengakibatkan
pengangguran. Sektorlapangan Usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan serta
sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel. 2. Faktor-faktor yang secara nyata atau signifikan memengaruhi penyerapan
tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2010 adalah pengeluaran pemerintah dan besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang
berpengaruh positif. Sedangkan upah riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
3. Nilai elastisitas yang tertinggi dihasilkan oleh PDRB yang diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi yakni sebesar 0,7612. Artinya pertumbuhan ekonomi
sebesar satu persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,7612 persen dengan asumsi variabel lain dianggap tetap atau konstan.