5.5.3 Analisis Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan Tahun 2001-
2011
Hasil analisis perubahan tutupan dan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 21. Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa selama kurun waktu sepuluh
tahun kelas tutupan dan penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah kelas tutupan dan penggunaan lahan hutan primer, hutan
sekunder, pertanian lahan kering, persawahan, dan tanah terbuka.
Tabel 21 Perubahan luas tutupan dan penggunaan lahan DAS Citarum Hulu pada tahun
2001-2011
No. Kelas tutupan
dan penggunaan
lahan Luas tutupan dan penggunaan lahan
LANDSAT ETM
+
tahun 2001 LANDSAT ETM
+
tahun 2011 Luas perubahan
Hektar Hektar
Hektar 1
Badan air 2.246,29
0,97 2.246,29
0,97 0,00
0,00 2
Bandara 191,24
0,08 191,24
0,08 0,00
0,00 3
Hutan primer 1.597,89
0,69 1.004,28
0,43 -593,61
- 0,256
4 Hutan
sekunder 12.592,20
5,42 11.830,42
5,09 -761,78
- 0,328
5 Hutan
tanaman 25.851,20
11,13 26.512,32
11,41 661,12 0,285
6 Perkebunan
4.215,58 1,81
4.256,41 1,83
40,83 0,018 7
Pertanian lahan kering
46.597,94 20,06
44.694,29 19,24
- 1.903,65
- 0,819
8 Pertanian
lahan kering campur
31.296,68 13,47
32.350,83 13,92 1.054,15 0,454
9 Pemukiman
38.707,91 16,66
41.371,16 17,81 2.663,25 1,146
10 Semak belukar
1.603,98 0,69
1.710,43 0,74
106,45 0,046 11
Sawah 64.689,00
27,84 64.664,84
27,83 -24,15
- 0,010
12 Tanah terbuka
2.732,25 1,18
1.491,15 0,64
- 1.241,10
- 0,534
Total luas 232.323,61
100,00 232.323,61 100,00
Kelas tutupan dan penggunaan lahan yang mengalami perubahan terbesar adalah pemukiman. Pada kelas tutupan dan penggunaan lahan pemukiman
mengalami peningkatan total luasan dari 38.707 ha atau 16,66 pada tahun 2001 menjadi 41.371,40 ha atau 17,81 pada tahun 2011 dari total luasan dan
penggunaan lahan. Hal ini terjadi karena disebabkan konversi dari seluruh kelas tutupan dan penggunaan lahan kecuali hutan primer dan yang terbesar dari kelas
hutan tanaman, pertanian lahan kering, dan tanah terbuka yang menjadi areal
65
pemukiman. Sedangkan kelas-kelas yang mengalami peningkatan adalah kelas tutupan dan penggunaan lahan hutan tanaman, perkebunan, pertanian lahan kering
campur, permukiman, dan semak belukar. Grafik perubahan tutupan dan penggunaan lahan berdasarkan luas bisa
dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Grafik perubahan luas tipe-tipe tutupan dan penggunaan lahan di DAS Citarum Hulu tahun 2001 dan 2011.
Pada kelas tutupan dan penggunaan lahan hutan primer mengalami penurunan jumlah luasan areal dari sebesar 1.597,89 ha atau 0,69 dari luas
total arealnya pada tahun 2001 menjadi 1.004,28 ha atau 0,43 dari luas total arealnya pada tahun 2011, sehingga mengalami penurunan luas hutan sebesar
593,61 ha atau 0,2. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena selama kurun waktu lima tahun 2001-2006 ada areal hutan primer yang dikonversi
menjadi hutan tanaman. Pada kelas tutupan dan penggunaan lahan hutan sekunder mengalami
penurunan jumlah luasan areal dari 12.592,2 ha atau 5,42 pada tahun 2001 menjadi 11.830,42 ha atau 5,09 dari total luas tutupan dan penggunaan lahan
pada tahun 2011, sehingga mengalami perubahan sebesar 761,78 ha atau 0,33 . Penurunan jumlah luasan ini disebabkan terjadi konversi hutan sekunder menjadi
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
Lu a
s x
1000 ha
Tahun 2001 Tahun 2011
kelas tutupan dan penggunaan lahan yang lain dengan yang terbesar adalah hutan tanaman sebesar 760 ha.
Pada kelas tutupan dan penggunaan lahan hutan tanaman mengalami peningkatan jumlah luasan dari 25.851 ha atau 11,13 pada tahun 2001 menjadi
26.512 ha atau 11,41 dari total arealnya pada tahun 2011, sehingga terjadi perubahan sebesar 661,12 ha atau 0,28. Peningkatan jumlah areal ini disebabkan
terjadinya perubahan dari kelas tutupan dan penggunaan lahan yang lain dengan yang terbesar dari kelas hutan tanaman, pertanian lahan kering, pertanian lahan
kering campur, dan permukiman. Kelas tutupan dan penggunaan lahan yang mengalami perubahan terkecil
adalah sawah. Pada kelas tutupan dan penggunaan lahan bandara terjadi peningkatan jumlah luas areal dari
64.689
ha atau 27,84 pada tahun 2001 menjadi
64.664 ha
atau 27,83 dari total luas arealnya pada tahun 2011, sehingga terjadi peningkatan luas sebesar 0,64 ha.
Mengacu pada jumlah luasan hutan minimal yang disyaratkan Departemen Kehutanan dimana untuk lahan hutan harus mencapai 30, lahan hutan yang ada
masih kurang dan untuk mencapai luas lahan yang diharapkan maka dibutuhkan sekitar 12.000 ha hutan lagi. Restorasi yang terjadi dari kelas pemukiman menjadi
hutan tanaman terletak di Kecamatan Ciwidey, dimana dilakukan penggusuran lahan terbangun pada daerah tersebut yang kemudian ditanami pepohonan untuk
dikembalikan fungsi hutannya. Pada analisis perubahan tutupan dan penggunaan lahan, menghasilkan dua
citra dengan luas tutupan dan penggunaan lahan yang sama, hal ini dikarenakan areal yang tidak mempunyai data tutupan dan penggunaan lahan seperti awan,
bayangan awan, dan null cell disamakan luas dan lokasinya pada kedua citra.
Kelas tutupan dan pengunaan lahan hutan primer dan hutan sekunder mengalami penurunan jumlah luasan yang paling tinggi disebabkan oleh konversi menjadi
hutan tanaman. Hutan mempunyai peranan penting dalam mengonservasi DAS. Dengan
semakin berkurangnya hutan, maka timbul berbagai masalah dalam pengelolaan DAS, karena hutan mempunyai sifat meredam tingginya debit sungai pada musim
hujan, dan berpotensi memelihara kestabilan aliran air sungai pada musim
kemarau. Hutan juga mempunyai serasah yang tebal sehingga memudahkan air meresap ke dalam tanah dan mengalirkannya secara perlahan ke sungai. Selain itu,
lapisan serasahnya juga melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran permukaan sehingga erosi pada tanah hutan sangat rendah. Hutan mempunyai
banyak pori makro dan pipa di dalam tanah yang memungkinkan pergerakan air secara cepat ke dalam tanah, oleh karena itu maka hutan perlu dipertahankan.
Pengelolaan DAS dilaksanakan secara multidisiplin dan terpadu. Untuk mencapai DAS yang baik maka ada tiga sasaran yang harus dicapai dalam
pengelolaan DAS, yaitu rehabilitasi, proteksi, dan peningkatan. Rehabilitasi dilakukan dengan memperbaiki lahan pertanian atau
kehutanan akibat erosi dan sedimen yang berlebihan dan bahan-bahan yang mudah larut yang tidak diperlukan akibat run-off. Metode rehabilitasi yang
digunakan adalah metode tanah hutan, rangeland, tanah pertanian dan saluran aliran. Rehabilitasi sering dibatasi untuk DAS kecil; pengertian rehabilitasi sering
digunakan untuk membatasi fungsi DAS yang memerlukan penataan kembali. Proteksi dilakukan dengan perlindungan tanah pertanian atau kehutanan
akibat pengaruh yang membahayakan produksi dan kelestarian menggunakan metoda: tanah hutan, rangeland, pencegahan kebakaran, pencegahan terhadap
gangguan serangga atau hama serta penyakit. Peningkatan dilakukan dengan peningkatan sifat sumber air dilakukan
dengan manipulasi ciri-ciri suatu DAS akibat pengaruh hidrologi atau fungsi kualitas air. Tujuan penungkatan pengelolaan DAS didasarkan pada pengakuan
bahwa sistem tanah-tanaman yang alami tidak memerlukan produksi air yang optimum. Ketergantungan pada tujuan pengelolaan tanah tertentu, neraca air, cara
hidup atau kualitas air dapat dirubah. Semua praktek dan program peningkatan yang sekarang dilakukan kuantitas air dan cara hidup dan program perlindungan
serta perbaikan, bertujuan untuk mengontrol atau menata kualitas air. Pelaksanaannya antara lain adalah penebangan dan perubahan tanaman umumnya
tanaman perlu ditebang agar mempertahankan pertemuan permukaan pada tahun pertama, menghindari gangguan pada proses hidrologi alami pada bidang
pertemuan tanah dan air.
DAS Perkotaan yaitu untuk menjaga sumber utama air di perkotaan, diperlukan pengelolaan pengaruh run-off dari DAS sekitar hutan. Pengawasan
rutin perlu untuk menjamin jalannya peraturan bahwa air yang mengalir di saluran atau sungai tidak digunakan untuk rekreasi, penggunaan secara perseorangan,
tempat pembuangan air kotor dan limbah industri. Memperbaiki aliran yaitu dengan pembuatan saluran, pemberantasan
phreatophyte, kontrol erosi pada tepi sungai, program jalan masuk aliran, drainase, perlindungan dan penataan kembali terhadap perikanan, serta program
pengalihan air perlu dilakukan. Banyak pekerjaan saluran berjangka pendek memberikan keuntungan ekonomi.
Apabila hutan sudah terlanjur dibuka terutama pada bagian DAS yang peka erosi, penggunaan lahannya perlu diusahakan supaya mendekati bentuk
hutan. Sistem agroforestri pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan berbagai fungsi hutan Ruijter J dan Agus F 2004. Peta perubahan tutupan dan
penggunaan lahan DAS Citarum Hulu pada tahun 2001 - 2011 disajikan pada Gambar16.
Gambar 16 Peta perubahan penutupan lahan DAS Citarum Hulu Jawa Barat tahun 2001-2011. 70
Tabel 22 Matriks perubahan citra LANDSAT ETM
+
2001-2011 menggunakan kombinasi band 5-4-3
Badan air
Bandara Hutan
primer Hutan
sekunder Hutan
tanaman Kebun
Pertanian lahan
kering Pertanian
lahan kering
campur Permukiman
Semak Sawah
Tanah terbuka
Total Badan air
2.246,3 2.246,3
Bandara 191,24
191,2 Hutan primer
1.004,3 593,6
1.597,9 Hutan sekunder
11.827,5 763,8
0,4 12.592,2
Hutan tanaman 24.326,4
106,4 1375,1
42,6 25.851,2
Kebun 4.210,8
0,3 0,4
3,5 4.215,6
Pertanian lahan kering
1 44.521,8
0,6 2.049,7
0,8 23,9
46.597,9 Pertanian lahan
kering campur 0,3
0,9 0,3
30.972,1 322,6
31.296,7 Permukiman
0,3 204,5
0,4 38.502,1
38.707,9 Semak
184,9 24,8
0,9 1393
1.603,9 Sawah
1,7 0,3
1,6 1,1
24,9 64.659,1
64.689 Tanah terbuka
0,3 436,5
44,1 38,6
1,2 427,6
317,3 0,4
1.466,3 2.732,2
Total 2.246,3
191,2 1.004,3
11.830,4 26.512,3 4.256,4
44.694,3 32.350,8
41.371,2 1.710,4 64.664,9 1.491,1 232.323,6
Keterangan : Kolom= tahun 2011; Baris= tahun 2001
71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN