95 Grafik 2. Rekapitulasi Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM
Dalam penelitian ini, setiap indikator mempunyai bobot yang sama. Kinerja LSM dinilai dari pembobotan setiap elemen yang diperoleh dengan menentukan
nilai setiap indikator terhadap jumlah nilai secara keseluruhan indikator. Jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja LSM dalam program PHBM ini
berjumlah 36 indikator. Berdasarkan rumus dalam metode pengambilan keputusan sertifikasi PHBML yang dikembangkan oleh LEI, maka:
Kinerja yang baik, jika B
≥ 18 indikator dan C ≥ 9 indikator
Kinerja yang cukup baik, jika B
≥ 9 indikator dan C ≥ 18 indikator
Kinerja yang kurang baik, jika selain yang diatas.
Berdasarkan rumus tersebut sebagian besar LSM yaitu 5 mempunyai kinerja yang baik dalam pelaksanaan program PHBM dan sebanyak 2 LSM masing-masing
memiliki kinerja yang cukup baik dan kurang baik Grafik 3.
Rekapitulasi Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM
72.2
30.6 61.0
88.9
33.3 16.7
41.7 58.3
55.6 27.8
50.0 38.9
8.3
41.7 47.2
50.0 36.1
38.9 0.0
19.4 0.0
2.8 25.0
36.1 8.3
5.6 5.6
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
LSM 1 LSM 2
LSM 3 LSM 4
LSM 5 LSM 6
LSM 7 LSM 8
LSM 9 Nama LSM
J u
m lah
I n
di ka
to r
Jumlah Nilai Baik Jumlah Nilai Cukup
Jumlah Nilai Kurang
96
Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM
55,6 22,2
22,2
Baik Cukup baik
Kurang baik
Grafik 3. Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM Berdasarkan hasil penilaian kinerja LSM dalam menjalankan program
PHBML, diperoleh peringkat kinerja berdasarkan tingkat kinerja dan kategori fokus proyek UNDP Tabel 18. LSM 4 yang termasuk dalam kategori fokus
proyek dalam pendampingan teknis memiliki kinerja paling baik dibandingkan dengan LSM lainnya. Sementara LSM 6 yang mengusung pendampingan teknis
juga, menjadi LSM yang paling kurang baik kinerjanya dalam melaksanakan program PHBM dibandingkan dengan LSM yang lainnya. Dapat disimpulkan
bahwa kategori fokus proyek dalam UNDP tidak mempengaruhi kinerja LSM dalam menjalankan proyek UNDP. Faktor-faktor lainnya misalnya basis
pengetahuan tentang program PHBM, pengalaman pelaksana dan lembaga dalam program PHBM, pendekatan yang dilakukan, serta besar kecilnya permasalahan
yang terjadi di masyarakat merupakan sebagian dari faktor penentu kinerja LSM.
97 Tabel 18. Peringkat Kinerja LSM dalam Program PHBM
No Nama LSM
Tingkat dan Peringkat Kinerja Kategori Fokus Proyek
1 LSM 4
Baik Pendampingan teknis
2 LSM 1
Baik Konservasi
3 LSM 3
Baik Konservasi
4 LSM 8
Baik Advokasi
5 LSM 9
Baik Advokasi
6 LSM 7
Cukup baik Advokasi
7 LSM 2
Cukup baik Konservasi
8 LSM 5
Kurang baik Pendampingan teknis
9 LSM 6
Kurang baik Pendampingan teknis
Sumber: Hasil pengolahan data
Dalam pelaksanaan proyek UNDP, penelitian ini menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari setiap LSM dalam program PHBM Tabel 19.
Temuan adanya kelebihan dapat dijadikan secara pemicu untuk lebih meningktakan kinerjanya. Sementara adanya kelemahan terhadap lembaga dapat
dijadikan sebagai pelajaran berharga lesson learned sehingga kinerjanya lebih dapat ditingkatkan.
98 Tabel 19. Kelebihan dan Kelemahan LSM dalam Program PHBM
No Nama LSM
Kelebihan dalam Program PHBM
Kelemahan dalam Program PHBM
1 LSM 1
• Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program konservasi pantai hutan
mangrove • Memiliki kedekatan dengan pihak pemerintah daerah
• Lokasi proyek di pantai yang sudah terdegradasi parah dan memiliki kesulitan yang tinggi untuk merehabilitasinya
• Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami manfaatnya
• Karena dampak yang dirasakan jangka panjang sehingga masyarakat tidak dapat langsung memperoleh dampaknya dalam
jangka pendek • Munculnya isu tenurial yaitu konflik antara masyarakat dengan
pemerintah daerah yang muncul terkait dengan tanah timbul tanah yang muncul akibat degradasi pantai
2 LSM 2
• Program yang diangkat spesifik dan unik serta hanya ada di lokasi proyek ini
• Telah melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan dan kalangan akademis setempat
• Pengalaman lembaga dan pelaksana proyek terhadap program PHBM masih lemah
• Lembaga dan pelaksana proyek tidak mempunyai basis pengetahuan dasar dan pemahaman yang cukup terkait dengan
program PHBM • Pelaksanaan proyek belum sepenuhnya mencerminkan konsep dasar
dan makna yang sesungguhnya tentang partisipasi dan PHBM • Dalam prakteknya, tidak terdapat proses pengorganisasian
masyarakat • Lembaga tidak mengembangkan konsep kelembagaan yang kuat
• Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami manfaatnya
• Karena dampak yang dirasakan jangka panjang sehingga masyarakat tidak dapat langsung memperoleh dampaknya
3 LSM 3
• Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai kompetensi tentang kelola pesisir dan pulau-pulau kecil dalam program
konservasi hutan mangrove • Program yang diangkat spesifik serta fokus pada isu pesisir
dan pulau-pulau kecil • Pembuatan Kebun Rakyat yang dikelola secara kelompok
• Adanya indikasi saling ketergantungan antara masyarakat dan lembaga karena pendampingannya telah berlangsung sekitar 10
tahun • Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami
manfaatnya • Meski sudah berlangsung selama 10 tahun namun dampak yang
99
No Nama LSM
Kelebihan dalam Program PHBM
Kelemahan dalam Program PHBM
dan telah memberikan manfaat bagi masyarakat dirasakan oleh masyarakat masih belum sepenuhnya terasa
4 LSM 4
• Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program sertifikasi ekolabel di hutan
milik • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada
sertifikasi ekolabel • Dukungan yang penuh dari pemerintah daerah Dinas
Kehutanan dan Lingkungan, perguruan tinggi dan pihak swasta pengusaha kayu terkait dengan sertifikasi
ekolabel • Mampu melakukan kolaborasi yang intensif antara LSM,
pemerintah dan kalangan bisnis pengusaha • Bekerja pada hutan milik yang secara legalitas tidak
menjadi masalah utama • Berhasil menfasilitasi masyarakat untuk memperoleh
sertifikasi ekolabel dari LEI • Kesulitan dalam menyampaikan ide sertifikasi ekolabel karena
dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang • Masyarakat belum memiliki pengalaman dalam melakukan proyek
yang berorientasi pada bidang konservasi
5 LSM 5
• Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program pola kemitraan di wilayah
proyek • Memiliki kedekatan dengan pihak pemerintah daerah
• Belum tersedianya road map yang jelas atas pelaksanaan proyek • Belum adanya runtutan pemikiran yang lebih praktis yang dapat
menjadi acuan • Masih belum ada koneksitas yang jelas antara tujuan proyek dengan
basis pengorganisasian masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari sebuah gerakan
6 LSM 6
• Lembaga mempunyai pengalaman yang panjang dengan pendampingan di masyarakat di dalam kawasan hutan
negara Tahura • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada
lokasi tertentu • Mengangkat isu ekowisata sebagai strategi untuk
memperoleh pengakuan dari pemerintah agar masyarakat memperoleh akses terhadap sumberdaya hutannya
• Mampu menaikkan posisi tawar bargaining power dihadapan pemerintah karena interaksinya cukup intensif
• Kesulitan dalam memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah karena status hutan negara dengan
fungsi konservasi Tahura • Masyarakat belum memahami dengan benar tentang gagasan
ekowisata sebagai instrumen untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah
• Produksi hasil hutan dan pertanian belum dapat dikembangkan lebih lanjut pengolahan pascapanen dan pemasarannya
• Peran pemerintah desa belum optimal dalam mendukung program PHBM
• Sistem kelembagaan internal masih lemah
100
No Nama LSM
Kelebihan dalam Program PHBM
Kelemahan dalam Program PHBM
7 LSM 7
• Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program tanah simpen di kawasan
hutan negara Perum Perhutani • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada
lokasi tertentu • Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif
• Berhasil memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap sumberdaya hutan melalui MoU dengan
Perhutani • Menggunakan metode pendekatan penggalian status tanah
dan penggunaannya sesuai dengan perspektif sejarah lokal sebagai dasar untuk menata ulang kepemilikan dan
pengelolaan hutan • Mampu memfasilitasi kelembagaan di tingkat masyarakat
sehingga menjadi kuat • Wilayah dampingan termasuk ke dalam kawasan hutan negara
Perhutani • Batas-batas yang tidak jelas antara kawasan hutan negara
Perhutani dengan kawasan hutan yang diklaim oleh masyarakat tanah simpen sehingga menimbulkan konflik
• Perhutani mempunyai bukti legalitas yang lebih kuat dibandingkan dengan masyarakat
8 LSM 8
• Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai kapasitas dan pengalaman yang panjang dengan program advokasi
kebijakan untuk masyarakat adat di kawasan Taman Nasional
• Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu
• Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif • Dukungan dari masyarakat sangat besar untuk
mewujudkan tujuan bersama • Produksi hasil hutan dan pertanian belum dapat dikembangkan
lebih lanjut pengolahan pascapanen dan pemasarannya • Belum adanya titik temu tentang perbedaan kepentingan tenurial
antara masyarakat adat dengan pihak Taman Nasinal • Tujuan untuk membuat peraturan daerah Perda tentang hak kelola
hutan ulayat masih belum terwujud • Lokasi proyek yang mempunyai jarak yang jauh dari pusat
pemerintahan daerah sehingga menyulitkan kerja advokasi 9 LSM
9 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman
yang panjang dengan program HKm • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada
lokasi tertentu • Berhasil memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh
akses terhadap sumberdaya hutan melalui ijin definitif HKm
• Lokasi proyek dijadikan sebagai kampung belajar dari pihak lain karena keberhasilannya
• Belum membuat strategi pemasaran sosial social marketing untuk melakukan perluasan dampak proyek di lokasi lainnya
• Belum melibatkan pihak perguruan tinggi dan swasta untuk mengembangkan hasil hutan dan hasil pertanian
101
No Nama LSM
Kelebihan dalam Program PHBM
Kelemahan dalam Program PHBM
• Mampu memfasilitasi kelembagaan di tingkat masyarakat sehingga menjadi kuat
• Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif • Dukungan dari masyarakat sangat besar untuk
mewujudkan tujuan bersama • Mampu membangun kolaborasi dengan lembaga
internasional ICRAF dalam mengembangkan proyek • Berhasil mengembangkan pola pertanian organik
5.3. Analisis Pengembangan Institusi Lokal