Tingkat Perkembangan Tanah Berdasarkan Pola Distribusi Mineral Liat di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir

LAMPIRAN
Deskripsi Profil I (Desa Sionggang Selatan)
Profil I
Horison
Kedalaman
(cm)
A
0 - 7/13

Bw1

7/13 - 42/39

Bw2

42/39 - 80/94

B/C

> 94


Keterangan
Warna Coklat keabu-abuan
sangat gelap (10YR 3/2);
tekstur
lempung
liat
berpasir, struktur remah,
halus, lemah; konsistensi
agak lekat, plastis (basah),
sangat gembur (lembap),
agak
keras
(kering),
perakaran halus sedang,
batas jelas dan berombak
ke…
Warna Coklat kekuningan
gelap (10 YR 5/4); tekstur
lempung berpasir; struktur
gumpal bersudut, sedang,

sedang; konsistensi agak
lekat,
plastis
(basah),
gembur (lembap) agak
keras (kering), perakaran
halus sedikit, batas baur
dan berombak ke…
Warna Coklat kekuningan
(10 YR 5/6), tekstur
lempung liat berpasir;
struktur gumpal bersudut,
sedang; konsistensi agak
lekat
plastis
(basah)
,gembur (lembap), agak
keras (kering), batas baur
dan berombak
Warna Coklat sangat pucat

(10 YR 7/4), tekstur
lempung liat berpasir;
struktur gumpal bersudut,
sedang; konsistensi tidak
lekat
plastis
(basah),
gembur (lembap), agak
keras (kering)

Universitas Sumatera Utara

Deskripsi Profil II (Desa Jangga Toruan)
Profil II
Horison
Kedalaman
(cm)
Ap
0 - 18/20


Keterangan
Warna Coklat (10 YR
4/3), Tekstur liat berpasir,
struktur remah, sedang,
lemah; konsistensi agak
lekat
plastis
(basah)
gembur (lembap), agak
keras (kering), perakaran
halus banyak, batas jelas
dan berombak ke…

Bw1

18/20 - 77/73

Bw2

77/73-128/121 Warna Coklat kekuningan

(10 YR 5/6)
tekstur
lempung liat berpasir,
struktur gumpal bersudut,
sedang, lemah; konsistensi
agak lekat plastis (basah)
,gembur (lembap), agak
keras (kering) batas baur
dan berombak ke…

Bw3

> 128

Warna Coklat kekuningan
gelap (10 YR 4/4), tekstur
liat berpasir, struktur
remah sedang, sedang;
konsistensi
plastis dan

agak
lekat
(basah)
,gembur (lembap), agak
keras (kering) perakaran
halus sedang, batas baur
dan berombakke…

Warna Coklat sangat
pucat (10 YR 7/4), tekstur
lempung liat berpasir;
struktur gumpal bersudut,
sedang; konsistensi tidak
lekat
plastis
(basah),
gembur (lembap), agak
keras (kering)

Universitas Sumatera Utara


Deskripsi Profil III (Desa Sibaruang)
Profil III
Horison
A

Kedalaman
(cm)
0 - 23/22

Keterangan

B/A

23/22 - 40/45

Warna Coklat kekuningan
(10 YR 5/4), tekstur
lempung liat berpasir,
struktur granular sedang,

sedang, konsistensi plastis
dan agak lekat (basah),
gembur (lembap), agak
keras (kering), perakaran
halus sedang, batas baur
dan berombak ke..

Bw1

40/45 - 95/93

Warna Coklat kekuningan
(10 YR 5/6), tekstur
lempung liat berpasir,
struktur gumpal bersudut
sedang, lemah, konsistensi
agak lekat plastis (basah)
gembur (lembap), agak
keras (kering), batas baur
dan berombak ke…


Bw2

> 95

Warna Coklat kekuningan
(10 YR 6/4), tekstur
lempung liat berpasir,
struktur gumpal bersudut
sedang, kuat; konsistensi
agak lekat dan plastis
(basah), gembur (lembap),
agak keras (kering)

Warna Coklat keabuabuan sangat gelap (10
YR 2/3), tekstur lempung
liat berpasir, struktur
remah, sedang, lemah,
konsistensi sangat gembur
plastis dan agak lekat

(basah), sangat gembur
(lembap), lepas (kering),
perakaran halus banyak ,
batas jelas dan berombak
ke..

Universitas Sumatera Utara

Deskripsi Profil IV (Desa Hatinggian )
Profil
Horison
A

Kedalaman
(cm)
0 - 36/30

Keterangan

Bw1


36/30 – 77/69

Warna Kuning Kecoklatan
(10 YR 6/8), tekstur
lempung liat berpasir,
struktur granular sedang,
sedang;konsistensi plastis
dan agak lekat (basah),
lepas (lembap), lepas
(kering), perakaran halus
sedang, batas baur dan
berombak ke

Bw2

> 77

Warna Coklat kekuningan
(10YR
5/6),
tekstur
lempung liat berpasir,
struktur granular, sedang,
lemah, konsistensi agak
lekat plastis (basah), lepas
(lembap), agak keras
(kering)

Warna Coklat gelap (10
YR 3/3), tekstur lempung
liat berpasir, struktur
granular, sedang, lemah,
konsistensi agak lekat
plastis (basah), lepas
(lembap), lepas (kering),
perakaran halus banyak ,
batas jelas dan berombak
ke..

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Data Curah Hujan Stasiun Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Bulan
mm mm mm mm mm mm mm mm
Januari
197 235 167 194 120 214 149 312
Februari
119 79
99 128 74 130 124 220
Maret
63 148 416 257 201 177 194 68
April
138 269 261 138 216 281 244 142
Mei
217 368 63
11 76 163 39 154
Juni
194 129 95
71 58
41
84
67
Juli
19 294 138 105 219
6
150 44
Agustus
83 189 265 146 64 234 69 118
September
227 207 1367 131 270 149 104 282
Oktober
278 259 342 142 85 208 219 298
November
229 180 287 206 186 259 255 253
Desember
177 356 192 234 174 150 249 132
11
9
10
7
10
9
9
Jumlah Bulan Basah 9
0
0
1
1
2
1
1
Jumlah Bulan Kering 1

2014
mm
74
24
103
411
192
62
2
254
190
204
232
240
8
2

2015
mm
485
68
161
226
213
189
83
155
154
80
364
144
9
0

RataRata
214.7
106.5
178.8
232.6
149.6
99
106
157.7
308.1
211.5
245.1
204.8
9.1
0.9

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ; Stasiun Klimatologi Sampali
Medan 2016
Data Suhu Udara Stasiun Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bulan
Januari 20.9 20.8 21.1 21.2 20.5 21.3 20.5 21.2 21.4 20.5
Februari 21.6 21.4 21.0 21.0 21.0 20.9 20.8 21.1 20.6 21.4
Maret 21.7 22.0 21.3 20.3 21.2 21.2 21.2 21.2 22.1 21.9
April
21.9 21.7 21.6 21.0 21.9 21.6 21.6 21.4 22.3 21.3
Mei
22.2 21.7 22.1 21.7 22.6 22.1 22.0 22.3 22.3 21.8
Juni
22.6 21.7 21.8 21.3 22.3 21.8 22.2 22.2 22.1 23.1
Juli
21.9 22.2 21.7 21.2 22.1 21.7 22.4 21.5 22.1 22.7
Agustus 22.3 22.2 21.3 21.3 21.9 21.3 21.4 21.7 22.2 21.4
September 22.0 21.1 21.6 21.3 21.8 21.6 21.6 21.8 21.6 21.3
Oktober 21.3 21.1 20.8 20.9 21.7 20.8 21.3 21.1 21.8 21.4
November 21.3 20.7 21.3 21.3 21.2 21.3 21.3 21.5 21.0 21.1
Desember 21.2 20.8 20.6 20.9 21.1 20.6 21.3 21.0 21.2 21.2
Rata - Rata
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ; Stasiun
Medan 2016

Rata Rata
20.94
21.08
21.41
21.63
22.08
22.11
21.95
21.7
21.57
21.22
21.2
20.99
21.49
Klimatologi Sampali

Universitas Sumatera Utara

Prosedur Pemakaian DTA
1. Unit control dan amplifier dihidupkan selama 30 menit sebelum analisa dimulai
2. Timbang bahan pembanding (serbuk alumina) sebanyak 30 milligram dengan
menggunakan mangkok platina sebagai tempat sampel
3. Timbang bahan yang akan diuji (sampel) sebanyak 30 milligram dengan menggunakan
mangkok platina sebagai tempat sampel
4. Bahan pembanding dan sampel diletakkan ke dalam gagang sampel (bahan pembanding
ditempatkan di sebelah kiri dan sampel di tempatkan di sebelah kanan)
5. DETEKTOR, set pada DTG dan Thermocouple set PR
6. PROGRAM MODE, set Up dan kecepatan pemanasan set 5 ºC sampai 20 ºC (biasanya
set 10 ºC)
7. TEMPERATUR, K, ºC, mV, set pada ºC
8. LIMIT TEMPERATUR, set di bawah 1000 ºC
9. Saklar amplifier DTA, switch ON dan RANGE ± 250 μV, set sesuai dengan yang
diinginkan (± 100 μV). Selektor set TG
10. RECORDER:
- Pen 1 (temperatur), POWER switch ON dan RANGE set “S”
- ZERO, set pen 1 pada titik 0 (nol)
- RANGE, seleksi sesuai dengan tempeeratur percobaan, thermocouple PR
(biasanya set 15 mV)
- Pen 2, (DTA), POWER switch ON dan RENGE set “S”, dan set pen 2 pada titik
awal DTA dan RANGE DTA set 20 mV (lihat perubahan pen 2). Jika pen DTA
bergerak set kembali ke titik awal dengan memutar tombol ZERO pada
amplifier DTA
- Unit control, ST-BY switch ON
- START TEMPERATUR, set 2 ºC sampai 3 ºC lebih kecil dari temperatur yang
terbaca pada digital panel meter
- RECORDER, CHART SPEED, dipilih dari 1,25 sampai 40 mm/menit dan
CHART SW, Switch ON
- Amatilah kurva DTA VS Temperatur yang terjadi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Amerijcrx, J. B., 1985. General Pedology. International Training Centre for Post
Graduate Soil Scientists. State University Gent, Belgium.
Buckman, H. O., dan N. C Brady, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhatara
Karya Akasara, Jakarta.
Darmawijaya, I., 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Adisoenarto Adisoemarno.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Goenadi, D. H., dan Rajagukguk, 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terjemahan
dari The Principles of Soil Chemistry. Tan K. H. Gadjah Mada University
Press.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha,
G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Hardjowigeno,S., 1993. Klasifikasi dan Pedogenesis Tanah. Akademika Presindo,
Jakarta.
Hasibuan, B, E. 2006. Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ismail, I. 1981. Beberapa Penilaian Tingkat Perkembangan Tanahpada Suatu
Toposekuens di G. Selacau, Batuajar, Bandung. Tesis. Departemen Ilmu-ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Marpaung, P., 1992. Pola Distribusi Mineral Liat Dalam Dua Pedon Berbahan
induk Liparit dan Andesit.. DEPDIKBUD Universitas Sumatera Utara,
Medan.
__________, 2005. Genesis dan Taksonomi Tanah, Practice Guide Book.
Laboratorium Mineralogi dan Klasifikasi Tanah, Departemen Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Marshall, C. E., 1977. The Physical Chemistry and Mineralogy of Soils. Vol II.
Soils In place. John Wiley and Sons, Canada.
Mulyani, M. S., dan A. G. Kartasapoetra, 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Rineka
Cipta, Jakarta.

Munir, M., 1996. Geologi Dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta.
Poerwowidodo, 1991. Genesa Tanah. Rajawali Press, Jakarta.
Rafi’i, S., 1990. Ilmu Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.

Rajamuddin, U. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan
Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Universitas Tadulako.Sulawesi Tengah.
Soil Survey Staff, 1975. Soil Taxonomy A Basic System of Soil Classification for
Makiing and Interpreting Soil Surveys. Soil Conservation Service USDA.
Washington, DC.
Tan, K. H., 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarata

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Sionggang Selatan, Jangga Toruan,
Sibaruang, dan Hatinggian, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir. Analisis tanah
dilakukan di laboratorium PT Socfindo Medan, Laboratorium Asian Agri Tebing Tinggi dan
Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan pada bulan Juli 2015 - April
2016.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari setiap lapisan profil, bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium, formulir isian deskripsi profil tanah,
dan bahan lain untuk analisis tanah di lapangan dan di laboratorium.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah DTA (Differential Thermal
Analysis), Peta Administrasi Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir skala 1:100.000,

Peta Jenis Tanah Kecamatan Lumbanjulu dengan skala 1 : 100.000, Data curah hujan dan suhu
udara, GPS untuk mengetahui letak titik koordinat lokasi penelitian dan lokasi profil tanah
pewakil, Kompas untuk menentukan arah mata angin, Meteran untuk mengukur ketebalan
horison atau lapisan tanah, Munsell Soil Colour Chart untuk menentukan warna tanah, Ring
sampel untukmengambil contoh tanah tidak terganggu, Kamera untuk foto dokumentasiprofil
tanah serta keadaan daerah penelitian, Kantong plastik untuk tempat contoh tanah, Pisau pandu
untuk menentukan lapisan/horison dan batas horison, Cangkul untuk menggali profil tanah,
Label untuk pertandacontoh tanah.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei dengan melakukan
pengamatan di lapangan untuk mengetahui morfologi dan karakteristik tanah serta analisis DTA
(Differential Thermal Analysis) untuk mengetahui tingkat perkembangan tanah bedasarkan pola

distribusi mineral liat.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang
diperlukan, mengadakan pra survei ke lapangan dan penyediaan bahan serta peralatan yang
digunakan di lapangan.
Kegiatan di Lapangan
a. Pemilihan daerah penelitian
Daerah penelitian ditetapkan atas dasar peta lokasi penelitian dan peta jenis tanah,
kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah dari profil pada masing-masing desa yang
mewakili daerah penelitian, yaitu:
1. Desa Sionggang Selatan dengan jenis tanah Inceptisol dimana titik lokasi profil
020 33’ 54,33’’ LU dan 980 58’ 45,68’’ BT
2. Desa Jangga Toruan dengan jenis tanah Inceptisol dimana titik lokasi profil
020 33’ 6,91’’ LU dan 990 02’ 52,94’’ BT
3. Desa Sibaruang dengan jenis tanah Inceptisol dimana titik lokasi profil

020 31’

17,36’’ LU dan 990 02’ 26,50’’ BT
4. Desa Hatinggian dengan jenis tanah Inceptisol dimana titik lokasi profil
020 32’ 13,88’’ LU dan 990 01’ 27,20’’ BT

Universitas Sumatera Utara

b. Pembuatan profil tanah
Profil tanah dibuat dengan menggali sampai kedalaman maksimal (solum tanah) 1m x 1m
x 1,5 m dan digambarkan menurut lapisan atau horizon tanahnya. Pada tiap daerah penelitian
dilakukan penggalian profil yang mewakili tiap daerah penelitian untuk karakterisasi tanah yang
menunjukkan sifat dan ciri morfologi tanah yang akan diamati.
c. Pengamatan sifat dan morfologi tanah pada profil tanah
Pengamatan sifat-sifat tanah ini meliputi batas horison atau lapisan tanah, warna tanah,
tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah dan kedalaman efektif.
d. Pengambilan contoh tanah
Contoh tanah diambil pada setiap horizon atau lapisan tanah untuk dianalisis di
laboratorium. Pada saat pengambilan sampel tanah dicatat juga data-data dari daerah penelitian
yang meliputi vegetasi, fisiografi, drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan
lahan.
Tahapan Analisis
a. Analisis Laboratorium
-

Analisis mineral liat dengan interpretasi termogram yang dihasilkan dengan alat DTA (
Differential Thermal Analysis)

-

Analisis Tekstur tanah dengan metode pipet

-

Analisis Bulk Density dengan metode ring sampel

-

Analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode ekstraksi NH4OAC pH7.

-

Analisis Basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) dengan menggunakan metode
NH4OAc pH 7.

-

Analisis C- Organik dengan menggunakan metode Walkey and Black.

-

AnalisispH H2O dan KCl dengan menggunakan metode Electrometry.

Universitas Sumatera Utara

-

Retensi Posfat dengan metode Blackmore.

-

P2O5 dengan ekstrak HCl 25%

b. Analisa Data
-

Diinput data lapangan dan analisis tanah di laboratorium.

-

Dideskripsikan profil tanah berdasarkan data lapangan, batas dan kedalaman horizon
profil pengamatan serta hasil analisis fisik dan kimia tanah di laboratorium.

-

Analisis dapat dilakukan dengan menginput data hasil analisa termograam dan analisa
kualitatif yaitu dengan menghitung luas dari kurva endotermik hasil dari analisa
termogram dengan menggunakan millimeter, kalkir, dan hitung jumlah mineral dengan
rumus:
Luas = Luas kurva endotermik dari sampel tanah (30 mg)
Luas kurva endotermik dari mineral standar

c. Klasifikasi Tanah
Sistem pengklasifikasian tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014 yang memiliki tahapan

sebagai berikut :
-

Penentuan simbol horison utama dan sub horison.

-

Penentuan horizon atas penciri.

-

Penentuan horizon bawah penciri.

-

Penentuan penciri lain : dilihat dari rezim suhu tanah, rezim lengas tanah dan sifat tanah
andik.

-

Penentuan

ordo tanah : dengan melakukan pengecekan pada seluruh “Kunci Ordo

Tanah” guna menetapkan nama dari ordo pertama, berdasarkan kriteria / sifat tanah
sesuai dengan tanah yang diklasifikasi.
-

Penentuan sub ordo : dengan mencari halaman yang telah ditentukan untuk memperoleh
“Kunci Sub Ordo” dari ordo yang bersangkutan kemudian dicocokkan seluruh kunci

Universitas Sumatera Utara

untuk mengidentifikasi sub ordo dari tanah yang diklasifikasi, mulai dari yang pertama
dijumpai dalam daftar dan semua kriteria yang diperlukan dipenuhi oleh tanah yang
diklasifikasi.
-

Penentuan great group : dengan mencari halaman sesuai kriteria sub ordo yang telah
diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Great group” dengan melihat kesamaan jenis
tanah, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim kelembapan
dan suhu.

-

Penentuan sub group : dengan mencari halaman sesuai kriteria great group yang telah
diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Sub group” dengan melihat sifat inti dari great
group (subgroup typic), peralihan sifat - sifat tanah ke great group lain.

Universitas Sumatera Utara

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Lokasi Penelitan
Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, berjarak 20 km dari kota Parapat ke
arah kota Balige memiliki luas wilayah sekitar 9090 ha dengan jumlah penduduk 8237 jiwa
dengan ketinggian tempat antara 1000-1800 meter di atas permukaan laut.
Iklim
Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun pengamatan dari
tahun 2006 – 2015 yang tertera pada lampiran 1. Data curah hujan diperoleh dari Stasiun
Klimatologi Sampali, Medan.
Menurut Schmidt dan Ferguson bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm, bulan
lembab terjadi jika curah hujan 60 – 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan < 60 mm
dengan harga Q yang diperoleh dari perbandingan antara bulan kering dan bulan basah dapat
dituliskan dengan rumus :
Q = Rata rata bulan kering x 100 %
Rata rata bulan basah
Suhu tanah dapat dihitung dari suhu udara sebagaimana dikemukakan oleh Newhall
(1972 dalam Wambecke,1981). Cara ini dikembangkan untuk daerah tropik yang dirumuskan
sebagai berikut : Suhu Tanah = (2,5 + suhu udara rata rata tahunan) 0C.
Variasi suhu tanah musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dari
permukaan tanah adalah : 0,33 x selisih suhu udara rata-rata musim panas dan musim dingin.
Berdasarkan rumusan data di atas kecamatan Lumbanjulu termasuk tipe iklim A (sangat
basah), di mana rata-rata bulan kering 0,9 dan rata-rata bulan basah 9.1 sehingga diperoleh harga
Q sebesar 9.89% yang terletak pada range 0% < Q < 14.3%. Data suhu tanah sebesar 23,990C
dihitung dari 2,5 + suhu udara rata-rata tahunan (2,5 + 21,490C) dan variasi suhu tanah musim

Universitas Sumatera Utara

dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dari permukaan sebesar 0,38 0C dihitung dari
0,3 x selisih suhu udara rata rata musim panas ( 0,3 x (22,110C – 20,940C). .
Daerah penelitian mempunyai regim kelembaban udik .Regim kelembapan udik berarti
tanah tidak kering di beberapa bagian selama 90 hari kumulatif dalam setahun yang dapat dilihat
dari data curah hujan. Hubungan curah hujan dengan regim kelembapan udik yaitu jika data
curah hujan menunjukkan sepanjang tahun didominasi oleh bulan basah atau mempunyai
distribusi hujan yang baik dan mempunyai cukup hujan pada musim panas. Dari Dari data curah
hujan 10 tahun terakhir (2006-2015) menunjukkan tidak adanya bulan kering yang mencapai 3
bulan atau lebih (90 hari atau lebih) dan curah hujan rata-rata tahunan dan bulanan yang tinggi
(2224,4 mm/tahun dan 185,36 mm per bulan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa daerah
penelitian tidak kering selama 90 hari kumulatif.
Daerah penelitian juga mempunyai regim temperatur isohipertermik berarti variasi suhu
terpanas dan terdingin lebih kecil dari 60C yaitu 0,380C dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih
besar dari 220C yaitu 23,990C. Data rata rata curah hujan dan suhu udara disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun 2006 -2015
Bulan

Curah Hujan ( mm )

Suhu udara (0C)

Januari

214,7

20.94

Februari

106,5

21,08

Maret

178,8

21,41

April

232,6

21,63

Mei

149.6

22,08

Juni

99

22,11

Juli

106

21,95

Agustus

157,7

21,7

September

308,1

21,57

Oktober

211,5

21,22

November

245,1

21,2

Desember
204,8
Stasiun : Klimatologi Sampali Medan, 2016.

20,99

Universitas Sumatera Utara

Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Vegetasi yang terdapat di Kecamatan Lumbanjulu antara lain hutan alami, semak
belukar, perkebunan rakyat, lahan basah dan pertanian lahan kering. Penggunaan lahan pada
daerah penelitian secara umum terdiri atas perkebunan, sawah dan perkampungan (peta
penggunaan lahan terlampir).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Profil Tanah
Deskripsi profil tanah di lokasi penelitian adalah:
Deskripsi Profil 1
Lokasi

: Desa Sionggang Selatan Kecamatan Lumbanjulu,
Kabupaten Toba Samosir

Koordinat Profil

: 020 33’ 54,33’’ LU dan 980 58’ 45,68’’ BT

Kemiringan Lereng

: 20 %

Relief

: Bergelombang

Elevasi

: 1067 m dpl.

Tempat di Lereng

: Lereng Tengah

Cuaca

: S = Cerah
K = Cerah

Drainase

: Baik

Genangan/Banjir

: Jarang

Gley

: Tidak ada

Air Tanah

: > 150 cm

Penghanyutan/erosi

: Sedikit

Keadaan batu

: Besar : Tidak ada

Pertumbuhan

: Pinus (Pinus merkusii) , Pakis-pakisan (Cycas rumphii)

Penggunaan Lahan

: Vegetasi alami

Kedalaman Efektif

: 30 - 50 cm

Bahan Induk

: Tuff Toba

Kecil : Tidak ada

Dideskripsi Tanggal : 10 Juli 2015

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Morfologi Profil 1di Desa Sionggang Selatan Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba
Samosir
Horison

Kedalaman (cm)

Keterangan

A

0 - 7/13

Warna Coklat keabu-abuan sangat gelap (10YR 3/2);
tekstur lempung liat berpasir, struktur remah, halus,
lemah; konsistensi agak lekat dan plastis (basah),
sangat gembur (lembap), agak keras (kering),
perakaran halus sedang, batas jelas dan berombak ke…

Bw1

7/13 - 42/39

Warna Coklatgelap kekuningan (10 YR 5/4); tekstur
lempung berpasir; struktur gumpal bersudut, sedang,
sedang; konsistensi agak lekat dan plastis (basah),
gembur (lembap) agak keras (kering), perakaran halus
sedikit, batas baur dan berombak ke…

Bw2

42/39 - 80/94

Warna Coklat kekuningan (10 YR 5/6), tekstur
lempung liat berpasir;struktur gumpal bersudut,
sedang; konsistensi agak lekat dan
plastis
(basah),gembur (lembap), agak keras (kering), batas
baur dan berombak ke…

> 94

Warna Coklat sangat pucat (10 YR 7/4), tekstur
lempung liat berpasir; struktur gumpal bersudut,
sedang; konsistensi tidak lekat dan plastis (basah),
gembur (lembap), agak keras (kering)

B/C

Deskripsi Profil 2
Lokasi

: Desa Jangga Toruan Kecamatan Lumbanjulu,
KabupatenToba Samosir

Koordinat Profil

: 020 33’ 6,91’’ LU dan 990 02’ 52,94’’ BT

Kemiringan Lereng

: 25 %

Relief

: Berbukit

Elevasi

: 1125 m dpl.

Tempat di Lereng

: Puncak Lereng (Summit)

Cuaca

: S = Cerah
K = Cerah

Drainase

: Baik

Universitas Sumatera Utara

Genangan/Banjir

: Jarang

Gley

: Tidak ada

Air Tanah

: > 150 cm

Penghanyutan/erosi

: Sedikit

Keadaan batu

: Besar : Tidak ada

Pertumbuhan

: Aren (Arenga pinata), Pinus (Pinus merkusii),

Kecil : Tidak ada

KacangTanah( Arachis hypogaeaL.),
Jengkol (Archidendron pauciflorum)
Bahan Induk

: Tuff Toba

Kedalaman Efektif

: 70 cm

Dideskripsi Tanggal : 9 Juli 2015
Tabel 3. Morfologi Profil 2di Desa Jangga Toruan, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba
Samosir
Horison

Ap

Kedalaman (cm)

Keterangan

0 - 18/20
Warna Coklat (10 YR 4/3), Teksturliat berpasir, struktur
remah, sedang, lemah; konsistensi agak lekat dan plastis
(basah), gembur (lembap), agak keras (kering),
perakaran halus banyak , batas jelas dan berombak ke…

Bw1

Bw2

Bw3

18/20 - 77/7

77/73-128/121

> 128

Warna Coklat kekuningan (10 YR 4/4), tekstur liat
berpasir, struktur remah sedang, sedang; konsistensi
agak lekat dan plastis (basah),gembur (lembap), agak
keras (kering) perakaran halus sedang, batas baur dan
berombak ke…
Warna Coklat kekuningan (10 YR 5/6) tekstur lempung
liat berpasir, struktur gumpal bersudut, sedang, lemah;
konsistensi agak lekat dan plastis (basah),gembur
(lembap), agak keras (kering) batas baur dan berombak
ke…
Warna Coklat sangat pucat (10 YR 7/4), tekstur
lempung liat berpasir; struktur gumpal bersudut,
sedang; konsistensi tidak lekat dan plastis (basah),
gembur (lembap), agak keras (kering)

Universitas Sumatera Utara

Deskripsi Profil 3
Lokasi

: Desa Sibaruang Kecamatan Lumbanjulu,
Kabupaten TobaSamosir

Koordinat Profil

: 020 31’ 17,36’’ LU dan 990 02’ 26,50’’ BT

Kemiringan Lereng

: 16 %

Relief

: Bergelombang

Elevasi

: 1032 m dpl.

Tempat di Lereng

: Kaki Lereng

Cuaca

: S = Cerah
K = Cerah

Drainase

: Baik

Genangan/Banjir

: Jarang

Gley

: Tidak ada

Air Tanah

: > 150 cm

Penghanyutan/erosi

: Sedikit

Keadaan batu

: Besar : Tidak ada

Pertumbuhan

: Aren (Arenga pinata), Kopi (Coffea Arabica L.),

Kecil : ada

Pakis-pakisa (Cycas rumphii),
Bahan Induk

: Tuff Toba

Kedalaman Efektif

: 30 – 50 cm

Dideskripsi Tanggal : 9 Juli 2015

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Morfologi Profil 3di Desa Sibaruang, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba
Samosir
Horison

Kedalaman (cm)

Keterangan

A

0 - 18/20

Warna Coklat keabu-abuan sangat gelap (10 YR 2/3),
tekstur lempung liat berpasir, struktur remah, sedang,
lemah, konsistensi agak lekat dan plastis (basah),
sangat gembur (lembap), lepas (kering), perakaran
halus banyak, batas jelas dan berombak ke…

B/A

18/20 - 77/7

Warna Coklat gelap kekuningan(10 YR 5/4), tekstur
lempung liat berpasir, struktur granular sedang, sedang,
konsistensi agak lekat dan plastis (basah), gembur
(lembap), agak keras (kering), perakaran halus sedang,
batas baur dan berombak ke…

Bw1

77/73-128/121

Warna Coklatkekuningan (10 YR 5/6), tekstur lempung
liat berpasir, struktur gumpal bersudut sedang, lemah,
konsistensi agak lekat dan plastis (basah), gembur
(lembap), agak keras (kering), batas baur dan berombak
ke…

Bw2

> 128

Warna Coklat kekuningan(10 YR 6/4), tekstur
lempung liat berpasir, struktur gumpal bersudut sedang,
kuat; konsistensi agak lekat dan plastis (basah),
gembur (lembap), agak keras (kering)

Deskripsi Profil 4
Lokasi

: Desa Hatinggian Kecamatan Lumbanjulu,
Kabupaten Toba Samosir

Koordinat Profil

: 020 32’ 13,88’’ LU dan 990 01’ 27,20’’ BT

Kemiringan Lereng

: 24 %

Relief

: Berbukit

Elevasi

: 1162 m dpl.

Tempat di Lereng

: Lereng Tengah

Cuaca

: S : Cerah
K : Cerah

Universitas Sumatera Utara

Drainase

: Baik

Genangan/Banjir

: Jarang

Gley

: Tidak ada

Air Tanah

: > 150 cm

Penghanyutan/erosi

: Sedikit

Keadaan batu

: Besar : ada

Pertumbuhan

Kecil : ada

: Pakis-pakisan (Cycas rumphii), Durian (Durio zibethinus).

Bahan Induk

: Tuff Toba

Kedalaman Efektif

: 55 cm

Dideskripsi Tanggal : 11 Juli 2015
Tabel 5. Morfologi Profil 4 di Desa Hatinggian, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba
Samosir
Horison

Kedalaman (cm)

Keterangan

A

0 - 36/30

Warna Coklat gelap (10 YR 3/3), tekstur lempung liat
berpasir, struktur granular, sedang,
lemah,
konsistensiagak
lekat
plastis
(basah),
lepas
(lembap),lepas(kering), perakaran halus banyak, batas
jelas dan berombak ke…

Bw1

36/30 – 77/69

Warna Coklat kekuningan (10 YR 6/8), tekstur lempung
liat berpasir, struktur granular sedang, sedang;
konsistensiplastis dan agak lekat (basah), lepas (lembap),
lepas (kering), perakaran halus sedang, batas baur dan
berombak ke…

Bw2

> 77

Warna Coklat kekuningan (10 YR 5/6), tekstur lempung
liat berpasir, struktur granular, sedang, lemah, konsistensi
agak lekat plastis (basah), lepas (lembap), agak keras
(kering)

Berdasarkan morfologi tanah pada profil 1 (Desa Sionggang Selatan) diperoleh 4 horizon
yaitu A, Bw1, Bw2, dan B/C yang memiliki warna, struktur, tekstur, dan konsistensi yang
berbeda-beda. Memiliki batas peralihan yang berombak dan bebaur. Pada profil 1 didominsi oleh

Universitas Sumatera Utara

warna tanah coklat kekuningan, coklat keabu-abuan dan coklat sangat pucat Hasibuan (2006)
mengatakan dimana warna coklat atau merah pada tanah ini disebabkan oleh drainase yang baik
dimana besi mengalami oksidasi menghasilkan Ferri yang berwarna merah, sehingga tanah
berwarnah merah, coklat atau kuning. Bila fluktuasi air selalu berubah turun ataupun naik
kadang-kadang basah dan kering seperti pada tanah sawah, maka warna tanah menjadi abu-abu
dan berbecak-becak kuning seperti berkarat.
Pada profil 2 memiliki horizon Ap, Bw1, Bw2, dan Bw3 yang didominasi oleh warna
coklat, coklat kekuningan sampai kuning pucat. Memiliki struktur, tektur, warna dan konsistensi
tanah yang berbeda. Perbedaan warna dapat disebabkan oleh proses leachingyang terjadi pada
bagian horizon A karena koloid-koloid berpindah ke horizon B. Tubuh tanah yang mengandung
mineral sekunder berwarna pucat dapat menjadi kelabu apabila terdapat bahan organik antara
0,2% - 0,5% dan warna kuning dapat menjadi coklat atau kelabu tua apabila terdapat bahan
organik 2% – 4% (Rafi’I, 1990).
Morfologi tanah pada profil 3 memiliki horizon A, B/A, Bw1, Bw2 dimana pada setiap
horizon memiliki warna, tekstur, struktur, dan konsistensi yang berbeda. Warna tanah yang
terdapt pada profil 3 yaitu Coklat keabu-abuan sangat gelap dan coklat kekuningan. Memiliki
batas peralihan yang berombak dan bebaur. Hakim, dkk (1986) mengatakan bahwa warna gelap
pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang
terdekomposisi. Bahan organik di dalam tanah akan menghasilkan warna kelabugelap, warna
coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral besi oksidasi yang menyebabkan modifikasi dari
warna di atas tersebut.
Pada profil 4 memiliki horizon A, Bw1, Bw2 yang memiliki batas peralihan yang berbaur
dan berombak. Memiliki konsistensi, warna, struktur, dan tekstur yang berbeda. Warna tanah
yang terdapat yaitu coklat gelap hingga coklat kekuningan. Menurut Munir (1996) warna tanah

Universitas Sumatera Utara

yang semakin terang menunjukkan kandungan bahan organik yang semakin sedikit dan jika
warna tanah semakin gelap makan kandungan bahan organic semakin tinggi, sangat porous,
mengandung bahan organic, dan tipe liat amorf, terutama alofan, serta sedikit silikat dan alumina
atau hidroksida besi.
Penentuan notasi warna dilakukan berdasarkan buku pedoman warna tanah yaitu Munsell
soil colour Chart. Warna disusun tiga variable yaitu Hue, Value, Chroma. Value menunjukkan
gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan
kemurnian atau kekuatan dari warna spectrum. Hue menunjukkan warna spectrum yang
dominan, sesuai dengan panjang gelombang.
Konsistensi tanah pada profil 1 yaitu kelekatan pada konsistensi basah didominasi oleh
agak lekat kecuali pada horizon B/C yang memiliki konsistensi tidak lekat. Plastisitas pada
konsistensi basah yaitu plastis, konsistensi tanah pada keadaan lembab yaitu gembur, serta
konsistensi tanah pada keadaan kering yaitu agak keras. Pada profil 2 memiliki kelekatan pada
konsistensi basah didominasi oleh agak lekat kecuali pada horizon Bw3 yang memiliki
konsistensi tidak lekat. Plastisitas pada konsistensi basah yaitu plastis, konsistensi tanah pada
keadaan lembab yaitu gembur, serta konsistensi tanah pada keadaan kering yaitu agak keras.
Menurut Hasibuan (2006) konsistensi tanah ini bervariasi pada setiap tanah dan tergantung pada
keadaan tekstur, kadar bahan ornagik, koloid tanah dan terutama sekalipada kelembaban tanah.
Konsistensi tanah pada profil 3 yaitu kelekatan pada konsistensi basah didominasi oleh
agak lekat. Plastisitas pada konsistensi basah yaitu plastis, konsistensi tanah pada keadaan
lembab yaitu gembur keuali pada horizon A yang memilikikonsistensi sangat gembur, serta
konsistensi tanah pada keadaan kering yaitu agak keras kecuali pada horizo A yang memiliki
konsisten kering yang lepas. Pada profil 4 memiliki kelekatan pada konsistensi basah didominasi
oleh agak. Plastisitas pada konsistensi basah yaitu plastis, konsistensi tanah pada keadaan

Universitas Sumatera Utara

lembab yaitu lepas, serta konsistensi tanah pada keadaan kering yaitu lepas, kecuali pada horizon
Bw2 yang memiliki konsistensi agak keras.
Analisis Laboratorium
Sifat Fisika Tanah
Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tekstur
tanah) dan bulk density dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6 : Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah pada 4 Profil Tanah
Horizon

Kedalaman
cm

Distribusi Ukuran Partikel
Pasir
Pasir
Debu
Liat
Kasar Halus
%

Tekstur

BD
g/cm3

Profil 1
A
Bw1
Bw2
B/C

0 – 7/13
7/13 – 42/39
42/39 – 80/94
> 94

47
63
56
53

8
7
11
9

17
10
11
9

28
20
22
29

LLiP

1.063

LP

0.978

LLiP

1.057

LLiP

1.342

Profil 2
Ap
Bw1
Bw2
Bw3

0 – 18/20
18/20 – 77/73
7 7/73 – 128/121
> 128

44
47
54
51

7
10
9
7

10
7
7
7

39
36
30
35

LiP

1.268

LiP

1.392

LLiP

1.432

LLiP

1.496

Profil 3
A
B/A
Bw1
Bw2

0 – 23/22
23/22 – 40/45
40/45 – 95/93
> 95

47
45
49
46

11
11
8
7

13
13
15
18

29
31
28
29

LLiP

1.095

LLiP

1.047

LLiP

1.431

LLiP

1.450

Profil 4
A
Bw1
Bw2

0 – 36/30
36/30 – 77/69
> 77

53
58
64

9
10
7

10
8
8

28
24
21

LLiP

1.062

LLiP

1.331

LLiP

1.395

Keterangan: LLiP = Lempung liat berpasir, LP = Lempung berpasir, LiP = Liat berpasir
Tekstur tanah pada profil 1 memiliki tekstur lempung liat berpasir dan lempung berpasir,
hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dimana persen pasir lebih pebih besar kemudian diikuti oleh

Universitas Sumatera Utara

persen liat dan persen debu.

NilaiBulk Density(BD) pada profil 1 menunjukkan semakin

meningkat sesuai dengan fungsi kedalaman tanah, kecuali pada horizon Bw2 yang memiliki BD
yang nilai menurun. Menurut Buckman dan Brady (1982) nilai BD akan semakin naik jika
semakin masuk ke dalam profil tanah. Hal ini dikarenakan kandungan bahan organik yang
rendah, kurangnya agregasi dan penembusan akar dan pemadatan yang disebabkan oleh berat
lapisan diatasnya.Sedangkan pada horizon Bw2 nilai BD semakin kebawah semakin menurun
sesuai dengan fungsi kedalaman tanah. Ini disebabkan adanya kandungan bahan organik yang
lebih banyak daripada horizon diatasnya.
Pada profil 2 memiliki tekstur tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir serta memiliki
nilai BD yang cenderung meningkat sesuai dengan kedalaman tanah. Kenaikan BD tanah
disebabkan oleh kandungan bahan organik (%C-Organik) dan bahan organik yang semakin
rendah sesuai dengan fungsi kedalaman. Menurut Hasibuan (2006) tanah lapisan bawah
umumnya mempunyai BD yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan tnah bawah itu lebih padat
karena tekanan lapisan diatasnya, dan mempunyai kandungan bahan organik yang lebih rendah
dan kurangnya granulasi.
Hal serupa ditunjukkan pada profil 3 yang memiliki tekstur lempung liat berpasir, dimana
semakin kebawah fungsi kedalaman tanah BD tanah semakin meningkat. Kecuali pada horizon
B/A (BD = 1.047 g/cm3), yang menunjukkan nilai BD pada horizon B/A hampir mendekati niai
BD horizon A (BD = 1.095 g/cm3) yang cenderung menurun. Penurunan ini disebabkan karena
profil ini terletak kemiringan lereng 16% dengan topografi bergelombang sehingga kemungkinan
tertimbun oleh sedimen yang terbawa erosi yang miskin bahan organik sangat besar.
Tekstur tanah pada profil 4 memiliki tekstur lempung liat berpasir dan memiliki nilai BD
yang cenderung meningkat sesuai dengan fungsi kedalaman tanah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tambah kedalaman tanah maka kandungan bahan organiknya cenderungsemakin sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Hardjowigeno (2003) mengatakan bahwa BDbanyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti
porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan drainase. Sifat fisik tanah ini
banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaaan.

Universitas Sumatera Utara

Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O dan KCl, basa-basa tukar, KTK, P2O5, kandungan C-organik ,
retensi posfat dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 3 :
Tabel 3 : Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada 4 Profil
Horizon

Kedalaman

pH
H 2O

----cm---Profil 1
A
Bw1
Bw2
B/C
Profil 2
Ap
Bw1
Bw2
Bw3
Profil 3
A
B/A
Bw1
Bw2
Profil 4
A
Bw1
Bw2

0 – 7/13
7/13 – 42/39
42/39 – 80/94
> 94

4,7

0 – 18/20
18/20 – 77/73
7 7/73 – 128/121
> 128

5,3

0 – 23/22
23/22 – 40/45
40/45 – 95/93
> 95

4,5

0 – 36/30
36/30 – 77/69
> 77

5,2

KTK

KB

me/100g

%

Ca-dd

P 2O 5

Mg-dd

K-dd

Na-dd

KCL
me/100 g

Corg

BO

Ret-P

mg/kg

me/100g

me/100g me/100g

-%-

142,46
22,98
22,50
33,79

0,14
0,08
0,04
0,09

0,31
0,06
0,02
0,39

0,14
0,05
0,00
0,38

3,430
0,880
0,260
0,210

5,913 85,82
1,517 93,27
0,448 94,95
0,362 74,16

5,4
5,5
4,3

4,20
5,25
5,33
4,10

14,44
11,52
11,28
14,93

50,48
38,54
62,50
72,00

6,70
4,25
6,99
9,89

5,3
4,9
5,2

3,83
3,81
3,83
3,76

11,43
7,64
17,94
11,33

39,80
79,18
54,79
96,20

4,05
5,63
9,06
10,14

104,36
34,24
29,52
27,37

0,37
0,36
0,49
0,42

0,13
0,06
0,20
0,12

0,00
0,00
0,08
0,22

1,290
0,420
0,500
0,360

2,223
0,724
0,862
0,620

47,48
52,52
48,44
44,83

5,0
4,7
4,4

3,94
3,95
3,99
4,02

12,88
8,93
10,62
26,71

82,14 10,18
92,72
7,81
30,79
3,03
70,57 18,35

100,41
25,36
16,28
20,77

0,13
0,13
0,18
0,21

0,12
0,09
0,06
0,11

0,15
0,25
0,00
0,18

2,040
0,240
0,210
0,290

3,516
0,413
0,362
0,499

58,65
60,46
52,04
59,50

5,4
5,8

4,09
4,25
4,18

10,94
22,37
24,06

59,32
71,92
35,03

89,90
38,80
14,24

0,07
0,14
0,14

0,15
0,08
0,86

0,00
0.00
7,29

2,140 3,689
1,331 2,294
1,395
2,404

69,11
74,16
50,84

6,27
15,87
0,14

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat pH H2O pada keempat profil kisaran
4,4-5,8 dimana kriteria tergolong agak masam dengan pola penyebaran yang
bervariasi menurut kedalaman tanah. Kemasaman tanah ini disebabkan karena
lokasi penelitian yang memiliki curah hujan tinggi sehingga pencucian lebih
intensif sehingga Al3+yang merupakan sumber kemasaman potensial terjerap yang
kemudian melepaskan H+ sebagai sumber kemasaman aktif. Tipe kemasaman
inilah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Tan, 1991).
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pH KCl pada keempat profil
lebih rendah dibandingkan dengan pH H2O. Pada profil 1 dan 4 memiliki pH KCl
3,76- 5,33 me/100g yang tergolong netral sedangkan pada profil 2 dan 3 tergolong
dalam pH asam.
Dari hasil pengukuran pada semua profil, terlihat bahwa pH H2O lebih
tinggi dibandingkan pH KCl. Ini menunjukkan bahwa tanah tersebut masih
didominasi oleh muatan negatif, yang mencirikan bahwa tanah tersebut tergolong
tanah muda.
Menurut Tan (1991) Kapasitas tukar kation (KTK) didefinisikan sebagai
kapasitas tanah untuk mempertukarkan dan menjerap kation. KTK biasanya
dinyatakan dalam me/100g tanah yang dihitung dengan rumus :
KTK = Σ mEk kation dapat dipertukarkan per 100 g tanah
KTK liat dapat dihitung berdasarkan rumus) yaitu :
KTK-liat (me/100 g liat) = KTK Tanah – KTK Bahan Organik
Sedangkan untuk KTK bahan organik menggunakan rumus yaitu:
KTK-BO (me/100 g bahan organik) = %Cx 200
100

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8 : Kapasitas Tukar Kation Tanah dan Kapasitas Tukar Kation Liat
Kedalaman (cm)

% C-Organik

KTK Tanah
(me/100 g tanah)

KTK Liat (me/100 g liat)

3,430

14,44

7,58

Bw1

0 – 7/13
7/13 – 42/39

0,880

11,52

9,76

Bw2
B/C

42/39 – 80/94
> 94

0,260
0,210

11,28
14,93

10,76
14,51

0 – 18/20

1,290

11,43

8,85

Bw1

18/20 – 77/73

0,420

7,64

6,80

Bw2

7 7/73 – 128/121

0,500

17,94

16,94

Bw3

> 128

0,360

11,33

10,61

Profil 3
A
B/A

0 – 23/22
23/22 – 40/45

2,040
0,420

12,88
8,93

8,8
8,45

Bw1

40/45 – 95/93

0,210

10,62

10,20

Bw2

> 95

0,290

26,71

26,13

0 – 36/30

2,140

10,94

6,66

Bw1

36/30 – 77/69

1,331

22,37

19,71

Bw2

> 77

1,395

24,06

21,27

Horizon

Profil 1
A

Profil 2
Ap

Profil 4
A

Bedasarkan KTK liat dapat diketahui tingkat perkembangan tanah.
Menurut Goenadi (1985), tingkat pelapukan dibagi atas 3 tingkatan yaitu: Awal
(KTK liat > 40 me/100g liat), Sedang (KTK liat 16-40 me/100g liat), Lanjut
(KTK liat