xv
2. Fa ṭhạh + wawumati
ق
Ditulis ditulis
Au Qaul
7. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
أأ
Ditulis a’antum
عأ
Ditulis u’iddat
ت ش
Ditulis la’insyakartum
8. Kata SandangAlif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
آ
Ditulis al
–Qur’ n
ي
Ditulis al-
Qiy s
b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l el-nya
ء
Ditulis as
–Sam ’ Ditulis
asy- Syams
9. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
xvi
ضو و
Ditulis Zawi al-
furūḍ
هأ
Ditulis Ahl as-Sunnah
17
Abstrak
Di dalam kehidupan masyarakat Kadibeso terdapat sistem bagi hasil dalam pertanian yang sering dilakukan oleh petani padi, masyarakat Kadibeso biasa
menyebutnya dengan sistemparon. Sistem paron digunakan masyarakat Kadibeso sebagai sarana pembagian hasil kerjasama antara petani dengan pemilik sawah.
Sistem paron telah lama dan telah membudidaya di kalangan petani khususnya di pedukuhan Kadibeso.Sistem paron yang mendekati konsep bagi hasil dalam ekonomi
Islam ini menjadi sistem perhitungan antara pemilik modal sawah pertanian dengan penggarap. Dalam ekonomi Islam sistem kerja sama antara pemilik modal sawah
pertanian dengan penggarap di sebut
Muzara’ah dan Mukhabarah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalkan perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenisdata yaitu data primer dan data sekunder.
Sistem paron telah sesuai dengan konsep Ekonomi Islam karena sistem paron bukan menyewakan sawah melainkan memberikan hak garap kepada petani
penggarap untuk dikelola. Hal ini telah sesuai dengan Al-Quran dan Hadis.
Kata Kunci :
Paron, Ekonomi Islam, Muzara’ah, Mukhabarah
ABSTRACT For The Practice Rice Farmers In Terms
Of Isamic Consept Of Economy Study In Kadibeso Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul
By : Julio Basuki Herlangga NIM : 20120730189
In Kaibeso, there is a profit sharing system in agriculture done among paddy farmers, and it is called paron system. Paronsystem is used by Kadibeso people as a
way to share the work profit between farmers and rice field owners. This system has been preserved among farmers, especially those in Kadibeso village. This
system,which is similar to profit sharing system in Islamic economy,becomes the accounting system for capital owners rice field and the cultivators. In Islamic
economy system, this cooperation between capital owners rice field and the cultivators is called Muzara’ah and Mukhabarah. The metod used in this research is
qualitative method- a research done to understand the phenomena experienced by the subject of the research such as behavior, perception, mitivation, and action. The data
used in this reseacrh consist of primary and secondary data. Paron system is line with Islamic economic system because it does not lease ice field but give the right to
farmers to cutivate. It is already in line with Al-Quran and Haditd.
Key word : Paron, Islamic economy, Muzara’ah, Mukhabarah.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara agraris Indonesia pada sektor pertanian di pedesaan memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Melihat pentingnya sektor
pertanian di pedesaan, diantaranya sebagai andalan mata pencaharian sebagian besar penduduk, sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto PDB, kontribusi
terhadap ekspor devisa, bahan baku industri, penyediaan bahan pangan dan gizi sehingga sektor pertanian terbukti mampu menjadi penyangga perekonomian
nasional saat terjadi krisis ekonomi.
1
Banyak provinsi di Indonesia yang menjadi penyumbang PDB salah satunya adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut Badan Pusat Statistik pada
tahun 2015 luas panen tanaman padi di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 154.807 Hektar menurun dari tahun 2014 sebesar 158.903 Hektar. Produktivitas
padi di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 59,64 Ton naik sebesar 1,77 dari tahun 2014. Hasil tersebut menunjukan bahwa usaha pertanian di daerah Istimewa
Yogyakarta didominasi oleh rumah tangga.
2
Hal ini juga terlihat pada pedukuhan Kadibeso yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani padi. Kadibeso berada di desa Sabdodadi
Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kadibeso mempunyai luas lahan pertanian seluas 33 Hektar dengan sekitar 200
1
Ashari dan Sapto, Prospek Pembiayaan Syariah Untuk Sekor Pertanian, Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Pertanian, 2005, hlm 132
2
Bps.go.id diakses ada tanggal Februari 2016
masyaratnya bekerja sebagai buruh tani. Jumlah kepala keluarga di pedukuhan Kadibeso sejumlah 325 KK.
3
Di dalam kehidupan masyarakat Kadibeso terdapat sistem bagi hasil dalam pertanian yang sering dilakukan oleh petani padi, masyarakat Kadibeso biasa
menyebutnya dengan sistem paron. Sistem paron digunakan masyarakat Kadibeso sebagai sarana pembagian hasil kerjasama antara petani dengan pemilik
sawah. Sistem paron telah lama dan telah membudidaya di kalangan petani khususnya di pedukuhan Kadibeso.
Sistem paron yang mendekati konsep bagi hasil dalam ekonomi Islam ini menjadi sistem perhitungan antara pemilik modal sawah pertanian dengan
penggarap. Pemilik sawah biasanya meminta kepada penggarap untuk mengelola sawahnya hingga musim panen tiba. Setelah musim panen tiba kemudian padi
yang sudah menjadi gabah dijual yang kemudian hasil dari penjualan tersebut di bagi hasilkan 50:50 antara pemilik sawah dengan penggarap.
Dalam pelaksanaan bagi hasil dengan sistem paron jika mengalami keuntungan akan dibagi dengan jumlah yang sama antara pemilik dengan
penggarap jika terjadi kerugian kadang-kadang sering terjadi perdebatan antara pemilik sawah dengan penggarap, karena penggarap tidak hanya mengelola sawah
tersebut dengan tenaganya saja akan tetapi penggarap juga membelikan pupuk dan obat pengusir hama secara rutin. Setiap usaha pasti memiliki risiko tertentu begitu
juga dengan bertani padi yang memiliki risiko gagal panen akibat kondisi cuaca, bencana alam, serta serangan dari hama.
3
Hasil wawancara dengan Surami kepala Dukuh Kadibeso pada tanggal 22 Oktober 2015
Dalam ekonomi Islam bagi hasil profit and loss sharing sering disebut dengan istilah al-mudharabah yang menjadi landasan dasar bagi operasional bank
Syariah. Menurut M. Yazid Afandi mudhrabah mudlarabah adalah salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal shahib al-mal dan pedagang atau orang
yang mempunyai keahlian untuk melakukan usaha bersama. Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pengusahapedagang untuk usaha tertentu. Jika
dari usaha tersebut mendapatkan keuntungan maka dibagi bersama sesuai kesepakatan. Apabila terjadi kerugian maka kerugian ditanggung oleh pemilik
modal, dan pengusaha tidak berhak atas upah dari usahanya.
4
Mudharabah mempunyai arti berjalan di atas bumi yang bisa dinamakan berpergian. Secara terminologi Mudharabah adalah kontrak perjanjian antara
pemilik modal dan pengelola untuk digunakan untuk aktivitas yang produktif dimana keuntungan dibagi dua antara pemodal dan pengelola modal. Kerugian
jika ada ditanggung oleh pemilik modal, jika kerugian itu terjadi dalam keadaan normal.
5
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana shahibul maal yang
menyediakan seluruh modal 100, sedangkan pihak lainya sebagai pengelola dana mudharib. Keuntungan yang didapat dari usaha yang dijalankan dibagi
menurut kesepakatan ada awal perjanjian.
6
4
M. YazidAfandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan syariah, Yogyakarta: Legung pustaka.2009, hlm 101.
5
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana.2012, hlm 194.
6
Dimyauddin Djuwairi, Pengantar Fiqh Muamalah,Yogyakarta: Pustaka Belajar.2008, hlm 224.
Landasan hukum akad mudharabah terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan, pada ketentuan Pasal 1 ayat 13 yang mendefinisikan mengenai prinsip syariah di mana mudharabah secara eksplisit merupakan salah satu akad
yang dipakai dalam produk pembiayaan. Pembiayaan berdasarkan akad mudharabah sebagai salah satu produk penyaluran dana juga mendapatkan dasar
dalam PBI No. 919 PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip syariah dalam Kegiatan Penghimunan Dana dan Penyaluran Dana.
7
Menurut Syafi’i Antonio bagi hasil profit and loss sharing terdapat juga
pada pertanian yang biasa disebut dengan istilah al- Muzara’ah. Al-Muzara’ah
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan pertanian memberikan lahan pertanian kepada si penggarap
untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu persentase dari hasil panen.
8
Bagi hasil pada pertanian tidak hanya muzara’ah akan tetapi ada istilah
mukhabarah. Mukhabarah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan pertanian memberikan lahan pertanian
kepada si penggarap dan modal berasal dari pengelola.
9
Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat al-Zukruf ayat 32 :
7
Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-dasar dan dinamika perkembangan di Indonesia
,
Jakarta: PT RajaGrafindo persada.2016, hlm 133.
8
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta:Gema Insani.2001, hlm 99.
9
Sohari dan Ru’fah, Fiqh Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia. 2001, hlm 215.
لْممَ شْيِعملْممهْيبلانْ سقل م ْح ۚ ِ ب لت ْْ لنوم ِسْقيلْ مََأ ل
ل ِِ ﭐ
لِةٰويح ﭐ
لۚايْنل ل ِ ب ل مت ْْ ولۗ اًِ ْ مُلاضْعبلْممه مضْعبل ِخت يِ للتٰـج دل ْعبل ْوفلْممهضْعبلانْعف و
لن ْومع َْلا ـِ مل ْْـخ ٢
٣ خزلا
٢٣:٣٤
Artinya: “apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian lagi
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan
Rasulullah SAW bersabda:
للاقلمهْنعل مهل ِِ لة ْي مهل َِِأل ْ ع ل:
لّسولِهْيلعلمهلَصلِهلملْو مس للاق ل:
لمِل ْتنال ْ م لم ِسْ يْلفلََأل ْن
ِ افلم اخَألاهحنْ يلل ْوَألاهع َْْلفلضْ َأ
ل لّسمل او ل لمهضْ َأ
“Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Bersabda Rasulullah Saw barangsiapa yang memiliki tanah maka hendaklah ditanami atau
diberikan faedahnya kepada saudaranya jika ia tidak mau maka boleh ditahan saja tanah itu.”Hadits Riwayat Muslim
لاهْع َْْلفلاهْع ْزيلْملل ْنِافلاهمع َْْلفلضَْألمِل ْتنالْ م ل اخبلال او م اخَأ
“Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk
menanaminya.”Hadits Riwayat Bukhari
ل ِ ع ل ماعلّسولِهيلعل مهلَصلِهلملو مس لنَألمهنعلمهل ِِ م مُل ِبا
ل اخبلال او ع لوَأل ثل ِملاهِمل مجم َامل طشِبَيخل هَأ
Artinya :” Diriwayatkan oleh Ibnu Umar R.A. sesungguhnya
Rasulullah Saw. Melakukan bisnis atau perdagangan dengan penduduk Khaibar untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil
berupa buah- buahan atau tanaman” HR. Bukhari.
Menurut Mardani Muzara’ah adalah kerja sama pengelola pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu
dari hasil panen. Selain muzara’ah terdapat sistem bagi hasil dalam pengelolaan
lahan pertanian yaitu musaqah dan mugharasah. Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari
muzara’ah dimana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan, sebagai imbalan penggarap mendapatkan nisbah
tertentu dari hasil panen. Mugharasah secara etimologis berarti transaksi terhadap pohon. Menurut terminologis fiqh, al-mugharasah didefinisikan dengan
penyerahan tanah pertanian kepada petani yang ditanami atau penyerahan tanah pertanian kepada petani yang pakar di bidang pertanianya, sedangkan pohon yang
ditanam menjadi milik berdua.
10
Syarat muzara’ah dan mukhabarah dibagi
menjadi ijab qobul, dewasa, berakal, bebas memilih, bukan harta yang dibekukan, kesepakatan pengembangan lahan, publikasi kesepakatan pengembangan,
menentukan bagian pendapatan, menetapkan jangka waktu, kelayakan tanah, penentuan jenis tanaman, pembatasan tanah, dan penentuan biaya. Dimata Islam
petani itu terhormat bukan budak orang yang mengendalikan produksinya dan menguasai hasil jerih payahnya. Hukum-hukum
muzara’ah dalam Islam bertujuan
10
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana.2012, hlm 240-242.
membangun kemuliaan petani, memberinya kemerdekaan yang luas, dan merealisasikan kemuliaan yang di dambakan.
11
Dimata Islam petani itu terhormat bukan budak orang yang mengendalikan produksinya dan menguasai hasil jerih payahnya. Hukum-hukum
muzara’ah dalam Islam bertujuan membangun kemuliaan petani, memberinya kemerdekaan
yang luas, dan merealisasikan kemuliaan yang di dambakan.
12
Musaqah adalah baik pemilik kebun lahan maupun tukang kebun yang mngerjakan keduanya hendaklah orang yang sama-sama berhak ber-tasarruf
membelanjakan harta keduanya, semua pohon yang berbuah boleh diparonkan demikian juga hasil pertahun tanaman yang hanya berbuah satu kali sesudah
berbuah pohon tersebut mati boleh pula diparonkan, pekerjaan yang wajib dikerjakan oleh penggarap ialah semua pekerjaan yang bersangkutan dengan
perawatan dan ditentukan masa bekerjanya, kesepakatan nisbah hendaknya ditentukan bagian masing-masing sesuai dengan kesepakatan.
13
Sistem paron telah lama berkembang di masyarakat, hal ini memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat itu sendiri. Pengolahan lahan
pertanian dengan sistem paron menjadi tambahan pemasukan sebagian masyarakat Dusun Kadibeso dan lahan pertanian di Dusun Kadibeso menjadi
lahan pertanian yang produktif.
11
Ibid., hlm 243-244.
12
QorashiSharief,.Keringat Buruh hak dan peran pekerja dalam islam.Jakarta :Al-Huda.2007, hlm 147-150.
13
Sulaiman Rasjid, Fiqh Muamalah hukum fiqh lengkap.Bandung: Sinar Baru Algensindo.2008, hlm300-301.
Dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk menulis judul “PRAKTIK BAGI HASIL PETANI PADI DITINJAU DARI KONSEP EKONOMI ISLAM”.
Studi kasus di Pedukuhan Kadibeso, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Meneliti apakah bagi hasil pada kalangan masyarakat khususnya petani padi
dengan sistem paron sesuai dengan konsep ekonomi Islam. Kemudian diteliti juga dampak sistem paron terhadap ekonomi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, terkait praktik bagi hasil petani padi ditinjau dari konsep ekonomi Islam,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini : 1.
Apakah praktik bagi hasil pada kalangan masyarakat khususnya petani padi dengan sistem paron sesuai dengan konsep ekonomi Islam ?
2. Bagaimana dampak sistem paron terhadap ekonomi masyarakat ?
C. Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis profit and loss sharing pada kalangan masyarakat
khususnya petani padi dengan sistem paron sesuai dengan konsep ekonomi Islam .
2. Menganalisis Dampak sistem paron terhadap ekonomi masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai proses pembelajaran pengembangan diri dan untuk
memenuhi tugas akhir kuliah.
2. Bagi pembaca, memberikan tambahan informasi dan pengetahuan ilmu
yang bermanfaat. 3.
Bagi masyarakat, memberikan pengetahuan mengenai bagi hasil dalam konsep ekonomi Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis mencari hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan judul “Praktik bagi hasil petani padi ditinjau dari konsep ekonomi Islam”, ditemukan
beberapa jurnal dan skripsi yang hampir mirip dengan skripsi ini, di antaranya adalah:
Menurut pengamatan penulis, penelitian tentang praktik bagi hasil petani padi ditinjau dari konsep ekonomi Islam
. Pada jurnal berjudul “Implementasi Profit and Loss Sharing Petani Bawang Merah Ditinjau dari Konsep Ekonomi
Islam ” yang ditulis oleh Umrotul Khasanah 2009 yang bertujuan untuk
mengidentifikasi bentuk - bentuk profit and loss sharing yang dilakukan oleh petani bawang merah dan mengidentifikasi profit and loss sharing yang selama
ini dilakukan oleh petani bawang merah yang sesuai dengan konsep ekonomi Islam.
Data yang digunakan dalam penelitian ini di peroleh dari lapangan melalui observasi langsung sebagi data primer dan juga menggunakan informasi yang
telah terdokumentasikan baik berupa buku, jurnal, dan makalah ilmiah sebagai data sekunder. Teknik dalam penelitian ini meliputi pendekatan studi, penentuan
lokasi, pengumpulan data lapangan, dan analisis data.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pelaksanaan bagi hasil petani bawang merah adalah menggunakan skim musyarakah yaitu
penggabungan dari sisi modal dan jasa. Pelaksanaan bagi hasil yang dilakukan oleh para petani bawang merah sudah sesuai dengan syarat dan rukun dalam
bersyarikat. Skripsi Adhe Negara 2011 Universitas Negeri Semarang meneliti tentang
“Pelaksanaan Bagi Hasil Pertanian Sawah di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang
“. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lebih jelas tentang pelaksanaan bagi hasil pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo
Kabupaten Semarang, apa kendala yang dihadapi oleh pihak pemilik sawah dan pihak penggarap dalam bagi hasil pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo
Kabupaten Semarang, dan cara menyelesaikan kendala pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis tematis. Data yang dianalisis berasal observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Kesimpulan dari penelitian ini pelaksanaan bagi hasil pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang dilakukan dengan cara lisan
atau musyawarah mufakat antar pihak. Sistem pembagian hasil panen pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang pemilik sawah
mendapatkan 13 dan penggarap mendapatkan 23 apabila benih dan pupuk ditanggung penggarap, pemilik serta penggarap sama-sama mendapatkan 12
apabila benih dan pupuk ditanggung bersama, dan pemilik sawah mendapatkan
23 dan penggarap mendapatkan 13 apabila benih dan pupuk ditanggung oleh pemilik sawah.
Skripsi Mulyo Winarsih 2007 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatull
ah Jakarta meneliti tentang “Pengaruh Muzaraah Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Kalipasu Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Jawa
Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana tingkat pendapatan masyarakat khususnya desa Kalipasu seiring dengan pelaksanaan
sistem muzara’ahdan mengetahui sistem bagi hasil pertanian masyarakat desa
Kalipasu. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif sehingga pengumpulan datanya menggunakan angket atau kuesioner dan wawancara.
Hasil dari penelitian tersebut adalah petani penggarap melakukan kerjasama dengan pemilik sawah dengan bagi hasil 12:12 , 23:23, 34:14. Menurut Mulyo
Winarsih sistem muzara’ah merupakan peluang bisnis atau alternatif yang dapat
diusahakan petani untuk keluarganya dalam memenuhi kebutuhan. Selain itu hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa sistem
muzara’ah berpengaruh signifikan pada tingkat pendapatan masyarakat desa Kalipasu.
Skripsi Erick Prasetyo Agus 2008 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatul
lah Jakarta meneliti tentang “Produktivitas Kerja Petani Ditinjau dari Sistem Muzara’ah Studi Kasus pada Desa Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan,
Sumatera Barat”. Penelitian tersebut lebih fokus terhadap bagaimana produktivitas kerja petani dan bagaimana pelaksanaan
muzara’ah dalam peningkatan produktivitas kerja petani di Desa Pakan Rabaa. Penelitian tersebut
bersifat deskriptif analitif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada berdasarkan data yang ada. Peneliti menggunakan metode yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap hukum
perilaku yang berkembang dalam masyarakat. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada rumusan
masalah dan tujuan pesnelitian dimana penelitian Umrotul Khasanah meneliti bentuk-bentuk profit and loss sharing yang dilakukan oleh petani bawang merah
dan mengidentifikasi profit and loss sharing yang selama ini dilakukan oleh petani bawang merah yang sesuai dengan konsep ekonomi Islam. Penelitian Adhe
Negara mengetahui lebih jelas tentang pelaksanaan bagi hasil pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang, apa kendala yang dihadapi
oleh pihak pemilik sawah dan pihak penggarap dalam bagi hasil pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang, dan cara menyelesaikan
kendala pertanian di Desa Bumen Kecamatan Sumowo Kabupaten Semarang. Penelitian Mulyo Winarsih mengetahui sejauh mana tingkat pendapatan
masyarakat khususnya desa Kalipasu seiring dengan pelaksanaan sistem muzara’ah dan mengetahui sistem bagi hasil pertanian masyarakat desa Kalipasu.
Penelitian Erick Prasetyo Agus lebih fokus terhadap bagaimana produktivitas kerja petani dan bagaimana pelaksanaan
muzara’ah dalam peningkatan produktivitas kerja petani di Desa Pakan Rabaa.
Sedangkan penelitian ini lebih fokus terhadap menganalisis praktik bagi hasil pada kalangan masyarakat terkhusus petani padi dengan sistem paron sesaui
dengan konsep ekonomi Islam dan menganalisis dampak sistem paron terhadap
ekonomi masyarakat. Selain itu dari segi lokasi penelitian ini juga berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu.
Tabel 1.1 Tinjauan ustaka
No Nama
Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang
1 Umrotul Khasanah
Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi
bentuk- bentuk profit and loss sharing
yang dilakukan oleh petani bawang
merah dan
mengidentifikasi profit and loss sharing yang selama ini
dilakukan oleh petani bawang merah yang sesuai dengan
konsep ekonomi Islam. Hasil dari penelitian ini adalah
model pelaksanaan bagi hasil petani bawang merah adalah
menggunakan skim musyarakah
yaitu penggabungan dari sisi modal
dan jasa. Pelaksanaan bagi hasil yang dilakukan oleh
para petani bawang merah sudah sesuai dengan syarat
dan rukun dalam bersyarikat. penelitian
ini lebih
fokus terhadap
menganalisis praktik
bagi hasil
pada kalangan
masyarakat terkhusus petani padi
dengan sistem paron sesaui dengan konsep
ekonomi Islam
dan menganalisis
dampak sistem paron terhadap
ekonomi masyarakat
2 Adhe Negara
Penelitian ini
bertujuan mengetahuai
lebih jelas
tentang pelaksanaan
bagi Perbedaan
dengan penelitian
terdahulu juga terdapat dari segi
hasil pertanian di desa Bumen Kecamatan
Sumowo Kabupaten Semarang, apa
kendala yang dihadapi oleh pihak pemilik sawah dan
pihak penggarap dalam bagi hasil
pertanian di
Desa Bumen Kecamatan Sumowo
Kabupaten Semarang, dan cara menyelesaikan kendala
pertanian di Desa Bumen Kecamatan
Sumowo Kabupaten
Semarang. Kesimpulan daripenelitian ini
pelaksanaan bagi
hasil pertanian di Desa Bumen
Kecamatan Sumowo
Kabupaten Semarang
dilakukan dengan cara lisan atau musyawarah mufakat
antar pihak. waktu
dan lokasi
penelitian
3 Mulyo Winarsih
Penelitian ini fokus untuk mengetahui
sejauh mana
tingkat pendapatan
masyarakat khususnya desa Kalipasu
seiring dengan
pelaksanaan sistem
muzara’ah dan mengetahui sistem bagi hasil pertanian
masyarakat desa Kalipasu. Hasil dari penelitian tersebut
adalah petani
penggarap melakukan kerjasama dengan
pemilik sawah dengan bagi hasil 12:12, 23:23, 34:14.
4 Erick Prasetyo Agus
Penelitian tersebut
lebih fokus terhadap bagaimana
produktivitas kerja petani dan bagaimana
pelaksanaan muzara’ah
dalam peningkatan
produktivitas kerja petani di Desa Pakan
Rabaa.
16
BAB II METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misakan perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan.
1
Menurut Sugiono metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
2
Sutopo dan Adrianus mendefinisikan penelitian kualitatif qualitative
research sebagai
penelitian yang
ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok. Ciri penelitian kualitatif adalah melakukan penelitian pada latar alamiah, mengandalakan manusia sebagai alat penelitian instrumen,
menggunakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian
1
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2012. hlm 6.
2
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.2010, hlm 14.
pada usaha menemukan teori dari dasar grounded theory, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi fokus, memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, desain penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian di diskusikan bersama antara peneliti
dan subyek penelitian.
3
Penelitian ini diawali dengan observasi langsung dengan dasar tersebut maka peneliti diharapkan memperoleh gambaran secara langsung
mengenai praktik bagi hasil dengan sistem paron di Pedukuhan Kadibeso, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul dengan di dukung oleh wawancara,
data, dan dokumentasi. 2.
Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Pedukuhan Kadibeso, Kecamatan
Bantul, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena di Pedukuhan tersebut sebagian besar bekerja sebagai petani dan di pedukuhan
tersebut bagi hasil pertanianya menggunkan sistem paron. 3.
Sumber dan Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
jenisdata yaitu: a.
Data Primer Data
primer merupakan
data yang
didapat secara
langsung.Dalam penelitian ini data primer didapatkan dengan interview atau wawancara terstruktur.Wawancara kepada pihak
3
Sutopo dan Adrianus, Terampil Mengolah data Kualitatif dengan Nvivo, Jakarta : Kencana.2010, hlm 1
petani padi yang mengunakan sistem paron bagi hasil sawah pertanianya. Penulis melakukan tanya jawab langsung kepada
20 petani padi yang menggunakan b.
Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara
langsung.Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen data penilaian petani padi yang mengunakan sistem paron bagi
hasil sawah pertanianya. Macam-macam data kualitatif yang diperoleh dari wawancara,
catatan pengamatan, pengambilan foto, perekaman audio, dan video sebagai berikut:
1 Dokumen wawancara. Dalam penelitian dilakukan wawancara
dengan pertanyaan open-ended sehingga responden dapat memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari
berbagai perspektif. Semua wawancara dibuat transkip dan disimpan dalam file teks.
2 Catatan pengamatan. Pengamatan untuk memperoleh data
dalam penelitian memerlukan ketelitian untuk mendengar dan perhatian yang hati-hati dan terperinci pada apa yang dilihat.
Catatan pengamatan pada umumnya berupa tulisan tangan. 3
Rekaman audio. Dalam melakukan wawancara tidak jarang dibuat rekaman audio. Untuk menangkap inti pembicaraan
diperlukan kejelian
dan pengalaman
seseorang yang
melakukan wawancara. Dengan merekam audio maka akan muda menggali isi wawancara dan akan melengkapi isi
wawancara pada saat pengolahan data dilakukan. 4
Rekaman video. Dalam penelitian sering dibuat rekaman audio untuk melengkapi data. Namun dengan rekaman video akan
membantu menggali lebih dalam pada saat pengolahan data dilakukan.
5 Data dari pedukuhan Kadibeso. Data penelitian akan lebih
akurat dengan ditambah data dari pedukuhan Kadibeso. Data bisa berupa usia responden, penghasilan responden, luas tanah
pertanian yang digarap dan data lain yang dibutuhkan dalam penelitian.
6 Data dari buku. Dalam penelitian kualitatif data dari buku
dapat digunakan. Data dari halaman buku tersebut dapat digunakan dalam pengolahan data bersama data yang lain.
7 Data dari halaman web. Dalam penelitian dapat digunakan data
yang berasal dari halaman website. Data dalam halaman web berupa informasi berita atau file yang diunggah untuk di
publikasikan. Seperti halnya data yang lain, data dari halaman web tersebut dapat digunakan dalam pengolahan data bersama
data yang lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata pengumpulan data kualitatif bersifat interaktif langkah-langkahnya biasa disebut dengan strategi
pengumpulan data. Langkah-langkah pengumpulan data antara lain: a.
Perencanaan Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah-
masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada pengumpulan data.
b. Memulai pengumpulan data
Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik , menumbuhkan kepercayaan
serta hubungan yang akrab dengan individu-individu atau kelompok-kelompok yang menjadi sumber data.
c. Pengumpulan data dasar
Setelah peniliti menciptakan hubungan baik dengan sumber data, peneliti bisa memulai pengumpulan data dengan
wawancara yang lebih mendalam, obsevasi, dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Sementara pengumpulan data
terus berjalan , analisis data mulai dilakukan dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data
baru lagi.
d. Pengumpulan data penutup
Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi
data yang baru. e.
Melengkapi Langkah melengkapi merupakan kegiatan penyempurnaan
hasil analisis datadan mempunyai cara penyajianya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan
dilapangan.
4
Gambar 1 Langkah-langkah teknik pengumpulan data
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,dan dokumentasi penjelasannya sebagai
berikut.
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian pendidikan, Bandung: PT Remaja Risdakarya.2012, hlm 114-115
Perencanaan memulai pengumpulan data
Langkah-langkah Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dasar Pengumpulan data penutup
Melengkapi
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk percakapan secara langsung dengan maksud tetentu percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai interviewer yang
memberi jawaban atas pertanyaan itu. Metode wawancara dibagi menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara semi terstruktur.
5
sDalam penelitian ini objek wawancara adalah petani padi dan pemilik sawah yang
meggunakan sistem paron. Penulis melakukan tanya jawab langsung kepada 20 petani padi yang menggunakan sistem
paron. b.
Observasi Observasi merupakan suatu proses yang komleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku
dengan sengaja, faktor kesenjangan dalam proses obsevasi dimaksudkan agar kegiatan ini dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.
6
Dari uraian di atas dapat disimpulkan melalui observasi, peneliti dapat belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut. Dari observasi tersebut peneliti dapat
5
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2012. hlm 186
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD,Bandung: Alfabeta. 2015, hlm 145
mengamati perilaku kerja petani padi dan memahami makna dari perilaku kerja mereka.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data sekunder yang berupa data-data dari masyarakat pedukuhan Kadibeso, dan mencari sumber lain
berupa buku, majalah, jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini..
5. Keabsahan
Menurut Moleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan pada tingkat kepercayaan,
keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Adapun teknik yang digunakan dalam menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini
sebagai berikut : a.
Keikutsertaan peneliti Keikutsertaan peneliti untuk terjun langsung ke lapangan
dengan demikian maka peneliti dapat mempelajari bagi hasil dengan sistem paron di Pedukuhan Kadibeso, Kecamatan
Bantul, Kabupaten Bantul. b.
Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan. Triangulasi teknik dimana peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk menetapkan data dari sumber yang sama.
7
6. Tehnik Analisis Data
Menurut Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani pengolahan data adalah melakukan analisis terhadap data dengan metode dan cara
tertentu yang berlaku dalam penelitian.
8
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan bersamaan waktunya dengan proses pengumpulan data. Pada saat wawancara peneliti sudah
menganalisis data yang diperoleh, apabila data yang diperoleh kurang memuaskan maka peneliti melanjutkan wawancara kepada responden
sampai diperoleh data yang sesuai. Setelah data diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, dan
dokumentasi kemudian
data diklasifikasikan dengan metode tematis, yaitu dianalisis sesuai dengan
tema: a.
Praktik bagi hasil pada kalangan masyarakat khususnya petani padi dengan sistem paron ditinjau dari konsep ekonomi islam.
b. Dampak sistem paron terhadap ekonomi masyarakat.
Setelah mendapatkan data-data yang sesuai dengan keinginan peneliti kemudian data-data tersebut di deskripsikan secara tertulis
untuk dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian.
7
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2012, hlm 324
8
Boedi Abdullahdan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia 2014
25
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran umun Pedukuhan Kadibeso
Untuk mengetahui hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut,terlebih dahulu penulis memberikan gambaran mengenai lokasi
penelitian yaitu di pedukuhan Kadibeso Sabdodadi Bantul. a.
Letak Desa Berdasarkan data monografi, Pedukuhan Kadibeso terletak
di Desa Sabdodadi Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sabdodadi memiliki lima
pedukuhan yaitu Dukuh, Kadibeso, Keyongan, Manding, dan Neco. Jarak pedukuhan Kadibeso dari kota sebagai pusat wilayah ekonomi
adalah: 1
Jarak ke kecamatan kurang lebih 1 km 2
Jarak ke kabupaten kurang lebih 3 km 3
Jarak ke ibukota kurang lebih 15 km Data demografi berdasarkan populasi per wilayah yang ada
desa Sabdodadi adalah :
Tabel Tiga.1 Data Demografi
No Nama
Dusun Nama
Kepala Dusun
Jumlah RT
Jumlah KK
Jiwa
Lk Pr
1 DUKUH PONIJA
7 471
1433 698
73 5
2 KADIB
ESO SURAMI
5 375
1146 555
59 1
3 KEYON GAN
GIYANTO SUMARSIH
TUGIMAN 8
496 1420
712 70
8
4 MANDI NG
EKO HERMAWAN
1 2
665 1982
987 99
5
5 NECO SUBANDI
6 343
1031 506
52 5
TOTAL 3
8 2350
7012 345
8 35
54
sumber :sabdodadi.bantulkab.go.id Dari data diatas yang di ambil pada Oktober 2015 dapat
dilihat bahwa pedukuhan kadibeso sebagai lokasi penelitian memiliki 375 kepala keluarga dengan sebesar 1146 jiwa. Jumlah laki
–laki di pedukuhan Kadibeso adalah 555 dan jumlah perempuan sebesar 591.
b.
Batas Wilayah Pedukuhan Kadibeso
1 Sebelah Utara
: Pedukuhan Neco 2
Sebelah Selatan : Desa Patalan
3 Sebelah Barat
: Pedukuhan Manding 4
Sebelah Timur : Desa Sumberagung
c. Kondisi geografi
Kecamatan Sabdodadi berada di dataran rendah.Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 45 meter diatas permukaan
laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan Ibukota
Kabupaten Bantul adalah 0,4 Km. Kecamatan Sabdodadi beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan
dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Bantul adalah 34 ºC dengan suhu terendah 22
ºC.Bentangan wilayah di Kecamatan Sabdodadi 98 berupa daerah yang datar sampai berombak dan 2 berupa daerah yang berombak
sampai berbukit.Desa sabdodadi terletak di Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul, tepatnya di jalan Parang Tritis km 11,5 dengan
koordinat 7°5329S 110°2119.
U B
T S
Sumber: Google Map Gambar 3.1 peta Desa Sabdodadi
d. Keadaan Demografis
1
Mata Pencaharia Penduduk
Mata pencaharian setiap pedukuhan yang ada di Desa Sabdodadi tidak sama. Perbedaan itu disbabkan oleh letak
geografis yang tidak sama contohnya Pedukuhan Manding yang memiliki letak geografis dekat dengan jalan utama yaitu
jalan Parangtritis sehingga pedukuhan tersebut menjadi pedukuhan industri kerajinan kulit. Sedangkan pedukuhan
Kadibeso yang menjadi lokasi penelitian yang masih terdapat banyak lahan pertanian sehingga peduduk di Pedukuhan
Kadibeso mayoritas sebagai petani padi Data demografi berdasarkan pekerjaan yang ada di Desa Sabdodadi adalah:
Tabel 3.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Kelompok
Jumlah Laki-laki
Perempuan N
n N
1
PELAJARMA HASISWA
1 3
9 2
19.85 692
9.87 700
9.98
2
BURUH HARIAN
LEPAS 1
2 5
1 17.84
665 9.48
586 8.35
3
WIRASWAST A
9 5
5 13.62
502 7.16
453 6.46
4 BELUMTIDA
K BEKERJA 9
2 12.86
480 6.84
422 6.02
5
KARYAWAN SWASTA
7 3
3 10.45
381 5.43
352 5.02
6 BURUH
TANIPERKEB UNAN
5 4
8 7.81
279 3.98
269 3.84
7
MENGURUS RUMAH
4 5.83
1 0.01
408 5.82
TANGGA 9
8 PEGAWAI
NEGERI SIPIL PNS
2 2
8 3.25
119 1.70
109 1.55
9
PENSIUNAN 9
3 1.33
73 1.04
20 0.29
10
PETANIPERK EBUNAN
5 0.71
28 0.40
22 0.31
11
GURU 4
0.57 12
0.17 28
0.40
12
PEDAGANG 3
7 0.53
9 0.13
28 0.40
13
KEPOLISIAN RI POLRI
3 2
0.46 31
0.44 1
0.01
14
TENTARA NASIONAL
INDONESIA TNI
2 6
0.37 26
0.37 0.00
15
PERDAGANG AN
2 2
0.31 4
0.06 18
0.26
16
TUKANG BATU
1 5
0.21 15
0.21 0.00
17
KARYAWAN HONORER
1 3
0.19 6
0.09 7
0.10
18 SOPIR
1 2
0.17 12
0.17 0.00
19
PERANGKAT DESA
1 1
0.16 9
0.13 2
0.03
20
TUKANG JAHIT
1 0.14
0.00 10
0.14
21
PERAWAT 9 0.13
3 0.04
6 0.09
22 PEMBANTU
RUMAH TANGGA
8 0.11 0.00
8 0.11
23 MEKANIK
5 0.07 5
0.07 0.00
24 TUKANG
KAYU 5 0.07
5 0.07
0.00
25 KARYAWAN
BUMN 4 0.06
2 0.03
2 0.03
26 BIDAN
3 0.04 0.00
3 0.04
27
TUKANG SOL SEPATU
3 0.04 3
0.04 0.00
28
PELAUT 3 0.04
3 0.04
0.00
29 DOSEN
3 0.04 3
0.04 0.00
30 DOKTER
3 0.04 0.00
3 0.04
31 TUKANG
LASPANDAI BESI
3 0.04 3
0.04 0.00
32
TRANSPORTA SI
3 0.04 2
0.03 1
0.01
33
TUKANG CUKUR
2 0.03 2
0.03 0.00
34
KONSTRUKSI 2 0.03
2 0.03
0.00
35 SENIMAN
2 0.03 2
0.03 0.00
36
PETERNAK 2 0.03
2 0.03
0.00
37
KEPALA DESA
1 0.01 1
0.01 0.00
38
PENATA RAMBUT
1 0.01 0.00
1 0.01
39
PILOT 1 0.01
0.00 1
0.01
40 BURUH
NELAYANPE RIKANAN
1 0.01 1
0.01 0.00
41
TUKANG LISTRIK
1 0.01 1
0.01 0.00
42
ANGGOTA DPR-RI
0 0.00 0.00
0.00
43
PENELITI 0 0.00
0.00 0.00
44 PENATA
BUSANA 0 0.00
0.00 0.00
45 ANGGOTA
BPK 0 0.00
0.00 0.00
46 PIALANG
0 0.00 0.00
0.00
47
PENGACARA 0 0.00
0.00 0.00
48 WAKIL
PRESIDEN 0 0.00
0.00 0.00
49 TABIB
0 0.00 0.00
0.00
50
ARSITEK 0 0.00
0.00 0.00
51 BURUH
PETERNAKAN 0 0.00
0.00 0.00
52 ANGGOTA
KABINET KEMENTERIA
N 0 0.00
0.00 0.00
53 PERANCANG
BUSANA 0 0.00
0.00 0.00
54 KONSULTAN
0 0.00 0.00
0.00
55
GUBERNUR 0 0.00
0.00 0.00
56 IMAM MASJID 0 0.00
0.00 0.00
57 BUPATI
0 0.00 0.00
0.00
58 NELAYANPE
RIKANAN 0 0.00
0.00 0.00
59 PASTOR
0 0.00 0.00
0.00
60
APOTEKER 0 0.00
0.00 0.00
61 WALIKOTA
0 0.00 0.00
0.00
62
USTADZMUB ALIGH
0 0.00 0.00
0.00
63
PENYIAR TELEVISI
0 0.00 0.00
0.00
64 ANGGOTA
DPRD PROVINSI
0 0.00 0.00
0.00
65 PROMOTOR
ACARA 0 0.00
0.00 0.00
66 PENATA RIAS
0 0.00 0.00
0.00
67
KARYAWAN BUMD
0 0.00 0.00
0.00
68
ANGGOTA DPD
0 0.00 0.00
0.00
69
PRESIDEN 0 0.00
0.00 0.00
70
PARANORMA L
0 0.00 0.00
0.00
71
NOTARIS 0 0.00
0.00 0.00
72 ANGGOTA
MAHKAMAH KONSTITUSI
0 0.00 0.00
0.00
73
PARAJI 0 0.00
0.00 0.00
74 AKUNTAN
0 0.00 0.00
0.00
75
DUTA BESAR 0 0.00
0.00 0.00
76 BIARAWATI
0 0.00 0.00
0.00
77
PENTERJEMA H
0 0.00 0.00
0.00
78
WAKIL GUBERNUR
0 0.00 0.00
0.00
79
PENDETA 0 0.00
0.00 0.00
80 WAKIL
BUPATI 0 0.00
0.00 0.00
81 INDUSTRI
0 0.00 0.00
0.00
82
WARTAWAN 0 0.00
0.00 0.00
83 PSIKIATERPS
IKOLOG 0 0.00
0.00 0.00
84 WAKIL
WALIKOTA 0 0.00
0.00 0.00
85 JURU MASAK
0 0.00 0.00
0.00
86 PENYIAR
RADIO 0 0.00
0.00 0.00
87
TUKANG GIGI 0 0.00
0.00 0.00
88 ANGGOTA
DPRD KABUPATEN
KOTA 0 0.00
0.00 0.00
BELUM MENGISI
1 7
2.42 75
1.07 95
1.35 TOTAL
7 1
4 100
3459 49.32
3555 50.68
sumber :sabdodadi.bantulkab.go.id 2
Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan karena pendidikan dapat dijadikan tolak ukur untuk
menentukan kemajuan dalam berfikir dan berkembang. Di bawah ini adalah tabel tingkat pendidikan di Desa
Sabdodadi.
Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Desa Sabdodadi
No Kelompok
Jumlah Laki-laki
Perempuan N
N N
1 SLTA
SEDERAJAT 19
47 27.75
1032 14.71
915 13.04
2 TAMAT SD
SEDERAJAT 17
46 24.88
827 11.79
919 13.10
3 TIDAK
BELUM SEKOLAH
11 11
15.83 530
7.55 581
8.28
4
SLTPSEDER AJAT
94 3
13.44 465
6.63 478
6.81
5 BELUM
TAMAT SDSEDERAJ
AT 59
3 8.45
296 4.22
297 4.23
6 DIPLOMA
IV STRATA I
43 2
6.16 212
3.02 220
3.14
7 AKADEMI
DIPLOMA IIIS. MUDA
19 2
2.74 74
1.05 118
1.68
8 DIPLOMA I
II 63
0.90 22
0.31 41
0.58
9 STRATA II
38 0.54
25 0.36
13 0.19
10 STRATA III
1 0.01
0.00 1
0.01 BELUM
MENGISI -
49 -0.70
-23 -0.33
-26 -0.37
TOTAL 70
17 100
3460 49.31
3557 50.69
sumber :sabdodadi.bantulkab.go.id 3
Jumlah Penduduk Menurut Agama
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Kelompok
Jumlah Laki-laki
Perempuan N
N N
1
ISLAM 6873
97.95 3393
48.35 3480
49.59
2 KRISTEN
77 1.10
36 0.51
41 0.58
3
KATHOLIK 115
1.64 53
0.76 62
0.88
4 HINDU
1 0.01
1 0.01
0.00
5
BUDHA 0.00
0.00 0.00
6 KHONGHUCU
0.00 0.00
0.00
7
Kepercayaan Terhadap Tuhan
YME Lainnya 0.00
0.00 0.00
BELUM MENGISI
-49 -0.70
-23 -0.33
-26 -0.37
TOTAL 7017
100 3460
49.31 3557
50.69
sumber :sabdodadi.bantulkab.go.id
2. Bagi Hasil Pertanian di Pedukuhan Kadibeso Sabdodadi Bantul
Pedukuhan Kadibeso mempunyai luas lahan pertanian seluas 3,3 Ha yang menyebabkan mayoritas masyarakat di pedukuhan kadibeso
bekerja sebagai petani padi. Petani padi pada hal ini adalah pemilik sawah maupun buruh tani atau penggarap sawah. Pertanian di Pedukuhan
tersebut memegang peranan yang sangat penting mengingat masih rendahnya taraf pendidikan pada pedukuhan tersebut. Selain itu
kurangnya skill dan bantuan dari pemerintah desa juga menyebabkan masyarakat yang berada di Pedukuhan Kadibeso tidak mempunyai
pilihan lain kecuali sebagai petani padi. Pedukuhan Kadibeso belum terdapat lapangan pekerjaan yang
cukup untuk menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan lulusan SMP dan SMA. Hal ini berbeda dengan Pedukuhan Manding yang
terdapat sentra industri kerajinan kulit yang mampu menyerap banyak tenaga kerja yang tidak mempunyai ketrampilan khusus.
Pemilik sawah adalah seseorang yang mempunyai satu atau lebih lahan pertanian sawah. Pertanian di Pedukuhan Kadibeso dalam
pengerjaanya masih bersifat tradisional. Padi yang sudah siap panen pada umumnya menggunakan mesin untuk memisahkan padi dengan
batangnya namun di pedukuhan kadibeso masih menggunakan secara manual yaitu dengan cara di pukul ke bambu yang memang sudah di buat
sebelumnya oleh penggarap. Pemisahan padi dengan batangnya biasa di sebut dengan istilah gepyok.
Sedangkan yang dimaksud penggarap adalah seseorang yang tidak mempunyai sawah tetapi bersedia untuk mengelola lahan pertanian
sawah milik orang lain. Penggarap sawah biasanya membagi menjadi tiga tahapan dalam pengerjaanya. Tahapan pertama biasanya di sebut
dengan istilah tandur. Tandur adalah penanaman bibit padi dengan menggunakan bilah bambu sebagai pengukur jarak. Tandur biasanya di
kerjakan oleh empat orang. Tahapan kedua adalah ngerabok. Ngerabok adalah penyemprotan atau pemberian pupuk yang dilakukan setelah padi
berusia satu minggu dan dilakukan berulang-ulang minimal 2 kali dalam satu bulan. Tahapan terakhir adalah gepyok. Gepyok adalah pemisahan
antara batang padi dengan benih padi atau biasa disebut dengan gabah. Bagi hasil dalam lahan pertanian yang di lakukan oleh masyarakat
Pedukuhan Kadibeso adalah mengguankan sistem paron. Menurut Mardiwiyono 80 Tahun penggarap sawah mengatakan
bahwa : “Paron niku maro sek kagungan sawah separih sik nanem separih.
Nggih biasane kulo angsal 3 juta niku kulo 1,5 juta pak Gito ingkang gadah sawah 1,5 juta. Misale enten gagal panen sek
gadah sawah mboten angsal nopo-nopo. Sek buruh nggih mboten angsal nopo-nopo neng pun rugi soale pun medalke biaya kathah
kagem tumbas rabok. Biasanipun kulo tumbas rabok telas Rp 700.000
”.
1
Paron itu maro yang mempunyai sawah sebagian yang mengelola sebagian. Biasanya saya mendapat 3 juta dari 3
juta itu saya mendapatkan 1,5 juta dan pak Gito sebagai yang mempunyai sawah mendapatkan 1,5 juta. Misalnya ada gagal
panen yang punya sawah tidak dapat apa-apa, yang mengelola
1
wawancara dengan Mardiwiyono, penggarap sawah, tanggal 20 Maret 2016.
juga tidak dapat apa-apa tetapi rugi soalnya sudah mengeluarkan biaya untuk keperluan membeli pupuk.
Menurut Hari Martuti 40 Tahun mengatakan bahwa :
“Paron itu ya pokoknya padi panen dapet 12 karung masing- masing 6 karung. Kalau kemaren dari 500 m2 separonya saya
dapet 3,5 karung. Biasanya yang dibagikan itu berasnya bukan uang hasil panenanya setelah diual,untuk biaya-biaya semua
ditanggung oleh penggarapnya pokoknya yang punya sawah tinggal terima bersih. jika terjadi kerugian maka yang paling rugi
adalah penggarap soalnya sudah mengeluarkan biaya”.
2
Pelaksanaan bagi hasil di Pedukuhan Kadibeso dengan sistem paron adalah pembagian hasil pertanian yang dibagikan dengan jumlah
yang sama. Misalkan dari hasil panen mendapatkan 12 karung maka di bagi secara rata 6 karung untuk penggarap dan 6 karung utuk pemilik
sawah. Biaya yang muncul dalam proses pengelolaan lahan pertanian meliputi benih padi, pupuk, dan alat pertanian di tanggung oleh penggarap.
Jika terjadi kerugian gagal panen maka pemilik sawah tidak mendapatkan apapun, sedangkan penggarap juga tidak mendapatkan hasil
walaupun sudah mengeluarkan biaya.
a. Perjanjian Bagi Hasil Dengan Menggunakan Sistem Paron
Dalam perjanjian bagi hasil dengan menggunakan sistem paron di Pedukuhan Kadibeso biasanya masyarakat hanyamenggunakan
perjanjian secara lisan hal ini dilakukan secara turun temurun. Dalam sistem paron pemilik sawah lah yang biasanya mencari
penggarap untuk meminta menggarap sawahnya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Madyo Pawiro 75 Tahun
menyatakan sebagai berikut :
2
Wawancara dengan Heri Martuti, Pemilik sawah tanggal 20 maret 2016.