ABSTRACT Oktavia ruth Prawidiasari

ABSTRAKSI
Nama : Oktavia Ruth Prawidiasari
Nim : D2C 006 067
Judul : Proses Gatekeeping Berita Kekerasan Terhadap Perempuan Di Harian
Meteor
Pada Harian Meteor ditemukan berita-berita kekerasan terhadap perempuan.
Berita-berita kekerasan terhadap perempuan yang ditulis oleh harian Meteor,
cenderung memojokkan dan merendahkan perempuan. Pemilihan kata, bahasa,
angel, gambar, dll dalam berita kekerasan perempuan di harian Meteor tidak lepas
dari proses gatekeeping. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses gatekeeping yang dilakukan oleh bagian redaksi berita
kekerasan terhadap perempuan pada Harian Meteor.
Proses gatekeeping pada berita kekerasan terhadap perempuan, yaitu di
mana gatekeeper tidak hanya memilih kata dan bahasa, tetapi juga memotong,
menentukan bentuk, menampilkan, mengulang, dan menentukan lamanya
informasi yang berjalan kepada para audience. Penelitian ini menggunakan teori
Gatekeeping untuk menjelaskan proses gatekeeping yang berlangsung pada berita
kekerasan terhadap perempuan dan teori Feminis Sosialis untuk melihat adanya
ideologi patriarki dan kapitalisme di dalam berita kekerasan perempuan.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi
kritis.

Hasil Penelitian menunjukan, level-level di dalam proses gatekeeping
selalu terjadi dalam produksi berita kekerasan perempuan. Dalam berita kekerasan
terhadap perempuan yang dimuat oleh Meteor, level ekstramedia memiliki
kekuatan yang dominan dibandingkan dengan level-level gatekeeping lainnya.
Audience, pasar dan pengiklan merupakan pihak ektramedia yang memiliki
pengaruh yang besar. Hal ini dinilai sebagai bisnis media, untuk menarik pembaca
guna memperoleh profit yang akan berdampak pada eksistensi medianya. Pada
akhirnya teks-teks berita kekerasan terhadap perempuan di Meteor menjadi bias
jender. Kata-kata yang digunakan untuk memberitakan seperti digagahi,
menyetubuhi, karaokean, melucuti, merudalnya, ‘berdiri’, dan ngulum, cenderung
berani dan vulgar. Hal ini dikarenakan gatekeeper ataupun pekerja media di
Meteor yang sebagian besar adalah laki-laki. Harian Meteor melaui proses
gatekeeping berita kekerasan terhadap perempuan mereproduksi budaya
kekerasan. Harian ini menjual kekerasan melalui berita kekerasan perempuan
dengan penulisan dan kata-kata yang tidak berpihak kepada publik.
Disarankan kepada harian Meteor untuk memiliki kesadaran jender yang
baik, sehingga dalam proses gatekeeping berita kekerasan terhadap perempuan,
pemilihan kata dan bahasanya dapat menggunakan kata-kata yang lebih baik dan
sopan. Sebagai media tidak hanya memikirkan provit tetapi juga harus
memberikan informasi yang tepat dan mendidik bagi masyarakat.

Key Words : Gatekeeping; Jender; Kapitalisme; Patriarki.

ABSTRAKSI
Name : Oktavia Ruth Prawidiasari
Nim : D2C 006 067
Title : Gatekeeping Process of News of Violence Toward Women in the
Newspaper Meteor
In daily Meteor found on the news of violence toward women. Reports of
violence against women, written by the daily Meteor, tend to discredit and
degrading women. Choice of words, language, angel, images, etc. in the news of
violence toward women in the daily Meteor can not be separated from the process
of gatekeeping. Therefore, the purpose of this research is to know the gatekeeping
process undertaken by the editorial news of violence toward women on the daily
Meteor.
Gatekeeping process on the news of violence toward women, that is where
the gatekeepers are not only choose the words and language, but also cut,
determine the form, displays, repeat, and determine the duration of the current
information to its audience. This research uses Gatekeeping theory to explain the
gatekeeping process that goes on the news of violence against women and
Socialist Feminist theory uses to see the ideology of patriarchy and capitalism in

the news of violence of women. This study uses qualitative research with a critical
ethnographic approach.
The research results show, that the levels in the gatekeeping process
always occurs in the production of female violence news. In the news of violence
toward women that was published by the Meteor, the ekstramedia level has a
dominant power compared with other gatekeeping levels. Audience, market, and
advertisers are in ektramedia parties who have a major impact. This is assessed as
media businesses, to attract the readers to obtain profit that will impact on the
media’s existence. Finally the text of the news of violence toward women in the
Meteor seems to be gender biased. The words used to preach such as digagahi,
menyetubuhi, karaokean, melucuti, merudalnya, ‘berdiri’, dan ngulum, tend to be
bold and vulgar. This is caused by the gatekeeper or media’s workers in the
Meteor, which is mostly male. Daily Meteor through gatekeeping process of the
news of violence toward women reproduce the culture of violization. This naily
sells violence through the news violence toward women by writing and words that
are not aligned to the public.
Suggested to the daily Meteor to have a good gender awareness, so that in
the gatekeeping process of the news of violence toward women, the selection of
words and language may use better words and politeness. As a media do not only
thinking about profit but must also provide appropriate information and educate

the community.
Keywords: Gatekeeping; Gender; Capitalism, Patriarchy

RESUME SKRIPSI
Judul Skripsi

: Proses Gatekeeping Berita
Perempuan di Harian Meteor
Nama Penyusun : Oktavia Ruth Prawidiasari
NIM
: D2C 006 067
Jurusan
: Ilmu Komunikasi

Kekerasan

Terhadap

Pada Harian Harian Meteor banyak ditemukan berita-berita kekerasan
terhadap perempuan. Harian ini merupakan Harian kriminal yang terbit setiap

hari, pertama dan terbesar di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Harian ini sangat
populer terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Harian Harian
Meteor beroplah 150 ribu eksemplar per hari dan juga menguasai persaingan
untuk media sejenis. Bejan Syahidan, pemimpin redaksi Harian Harian Meteor,
mengakui Harian Harian Meteor sebagai media kuning. “Isi dari media kami
memang tidak jauh-jauh dari kriminal, seks, dan supranatural. Itu sudah maqomnya media kuning mas,” akunya. “Tapi perlu digarisbawahi bahwa berita yang
kami

tulis

adalah berdasarkan

fakta, tidak dibuat-buat,” jelas

Bejan.

(http://chabibdutahapsoro.com/blog/ media-kuning-itu_21.html).
Berita-berita kekerasan perempuan lebih banyak ditemukan pada mediamedia kuning atau yang dikenal dengan “yellow press”. Menurut Muhammad
Sulhan, konsep media ini sudah tersegmentasi. Yellow press sebagai pemenuhan
kebutuhan bagi kalangan menengah ke bawah. Buktinya terlihat dari struktur

bahasa yang sederhana. Narasumber-narasumber yang tampil di media ini ratarata adalah golongan menengah ke bawah. Jadi secara psikologis media ini adalah
media kepunyaan mereka. ”Arah pembaca yellow press merasa senang dan
terlayani kebutuhannya sehingga mereka membeli. Ini pasar yang sangat potensial
karena rata-rata orang Indonesia adalah golongan menengah ke bawah,” jelasnya.
Menurutnya,

fungsi

yellow

press

terlihat

penting

(http://chabibdutahapsoro.com/blog/ media-kuning-itu_21.html).
Berita-berita kekerasan terhadap perempuan yang ditulis oleh surat kabar
cenderung memojokkan dan merendahkan perempuan. Judul-judul pemberitaan
seperti yang terdapat dalam Harian Harian Meteor (12/01/2010) “Suami Kaploki

ISTERI, (Emosi, Konangan Onani Sambil Telepon WIL)”, (18/03/2010) “Tim
Cabub Cabuli ABG”, (27/03/2010) “Hamil, Pacar Dibunuh (mau enaknya, enggak
mau tanggung jawabnya)”, dll merupakan contoh berita-berita yang merendahkan

perempuan. Surat kabar sangat sering memberitakan adegan pelecehan dan
kekerasan tanpa berusaha mengkaitkannya dengan kondisi objektif masyarakat
dan memberi tips bagaimana menghindarinya. Surat kabar lebih sering
menonjolkan hal-hal yang sensasional daripada alasan dan motif yang sebenarnya
dari pelecehan dan kekerasan yang terjadi.
Ada asumsi yang meyakini bahwa orientasi media amat dipengaruhi oleh
bagaimana visi dan persepsi atau orientasi para pengelola media terhadap dunia
kehidupan, maka kurangnya kesadaran jender dan sensitif jender di kalangan
pengelola media cenderung melahirkan pemberitaan yang bias jender. Atau
setidak-tidaknya, banyak peristiwa atau persoalan yang sensitif jender dalam
masyarakat yang terluput dari perhatian para wartawan dalam menulis berita dan
angle tulisannya. Pemberitaan kekerasan terhadap perempuan oleh surat kabar
cenderung dilihat sebagai bahan untuk komodifikasi semata.
Dalam kegiatan produksinya, redaksi berita suatu surat kabar setiap
harinya menerima banyak sekali berita yang berasal dari berbagai sumber. Ruang
redaksi berita akan terus-menerus menerima berita dari wartawan, baik beritaberita yang yang bernilai tinggi atau rendah. Di sinilah tugas para staf redaksi

untuk menyeleksi berita. Staf redaksi harus benar-benar cermat dalam
menentukan berita mana yang dibutuhkan dan menarik bagi para pembaca
(publik). Berbagai informasi dan berita yang masuk harus disaring untuk
menentukan berita mana yang layak untuk dimuat. Untuk setiap berita yang
terkumpul dilakukan rapat redaksi untuk menentukan berita yang akan dimuat.
Proses pemilihan berita apa yang layak untuk terbit atau tidak inilah yang
dinamakan proses gatekeeping. Proses gatekeeping ini selalu dilakukan di setiap
media, seperti media pemberitaan seperti Harian Meteor. Penelitian awal tentang
gatekeeping hanya membatasi jangkauan permasalahan sekitar kegiatan pemilihan
berita yang berlangsung di dalam ruang berita. Dalam ruang berita dilakukan
seleksi berita dari sejumlah berita dan gambar yang ada. Dari hasil seleksi beritaberita tersebut terkumpul sejumlah berita yang layak ditampilkan (McQuail, 1996
: 162). Dari proses gatekeeping ini akan terlihat bagaimana staf redaksi
mempertimbangkan nilai-nilai sebuah berita yang layak untuk diterbitkan. Selain
itu dalam proses ini juga dapat memperlihatkan apakah staf-staf redaksi
melakukan tugasnya dengan benar, menulis suatu beria secara subjektif atau
objektif. Proses gatekeeping juga diartikan sebagai proses seleksi berita-berita

yang ada dalam media massa. Dari latar belakang di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui proses gatekeeping yang dilakukan oleh
bagian redaksi berita kekerasan terhadap perempuan pada Harian Meteor.

Proses gatekeeping pada berita kekerasan terhadap perempuan, yaitu di
mana gatekeeper tidak hanya memilih kata dan bahasa, tetapi juga memotong,
menentukan bentuk, menampilkan, mengulang, dan menentukan lamanya
informasi yang berjalan kepada para audience. Penelitian ini menggunakan teori
Gatekeeping untuk menjelaskan proses gatekeeping yang berlangsung pada berita
kekerasan terhadap perempuan.
Gatekeeping adalah proses penyeleksian berita-berita dalam sebuah media
massa. Tetapi pada perkembangannya proses gatekeeping tidak hanya sekedar
menyeleksi. Menurut Donohue, Tichenor, dan Olien (dalam Shoemaker, 1991),
gatekeeping bisa diartikan sebagai sebuah proses luas yang meliputi kegiatan
mengkontrol informasi, yang mencakup semua aspek pengkodean pesan.
Gatekeeping tidak hanya menyeleksi, tetapi juga menyembunyikan, mentransmisi,
menajamkan atau menonjolkan, menayangkan, mengulang, dan menentukan
waktu terbit sebuah informasi.
Dalam studi komunikasi dan jurnalistik gatekeeper tampak sebagai
pemilih atau filter informasi manusia (misalnya, wartawan, editor, pemimpin
redaksi). Meskipun penyajian teori bervariasi, Shoemaker (dalam Barzilai, 2008)
mengakui konsep yang lebih luas mengenai gatekeeping. Namun, proses
gatekeeping juga dianggap sebagai atau sekadar seleksi. Bahkan, gatekeeping
dalam komunikasi massa dapat dilihat sebagai proses keseluruhan melalui realitas

sosial yang dikirimkan oleh media berita, dibangun, dan bukan hanya serangkaian
'dalam' dan 'keluar' keputusan. Jadi, teori-teori komunikasi berfokus pada proses
gatekeeping dan mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhinya.

Studi tentang gatekeeping ini memberikan gambaran kepada media massa
mengenai struktur konseptual untuk membandingkan antara isi media dengan
beberapa ukuran tentang realitas. Di dalam proses gatekeeping terdapat lima
levek. Level individu, level rutinitas media, level organisasi, level ekstramedia,
dan level system sosial.
Selain itu juga digunakan, teori Feminis Sosialis untuk melihat adanya ideologi
patriarki dan kapitalisme di dalam berita kekerasan perempuan. Feminisme
sosialis ini melihat penindasan terhadap wanita itu disebabkan oleh saling
keterkaitan antara kapitalisme dan patriarkisme. Menurut perspektif ini,
penindasan terhadap wanita bukan disebabkan oleh hasil tindakan intensif
individual tetapi merupakan produk dari struktur politik, sosial, dan ekonomi di
mana individu itu hidup. Pemikiran feminisme ini dipengarui oleh pemikiran Karl
Marx mengenai sifat manusia, teori ekonomi, teori masyarakat dan teori politik
(Sunarto, 2009:36).
Feminisme sosialis, melihat bahwa kapitalisme dan patriarki merupakan
ideologi yang menyebabkan terjadinya penindasan terhadap perempuan.

Perspektif feminis sosial memperlihatkan bahwa media sebagai instrumen dalam
menyampaikan stereotipe, patriakal dan nilai-nilai hegemoni mengenai wanita
dan feminitas. Media berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial, menurut
perspektif ini media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki yang
dianggap sebagai sistem yang paling menarik. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi kritis, metoda yang mencoba
mennjelasakan adanya ketidakadilan, ketertindasan, dominasi, diskriminasi
dalam suatu budaya tertentu, misal kelas, ras, dan gender.
Hasil Penelitian menunjukan, level-level di dalam proses gatekeeping
selalu terjadi dalam produksi berita kekerasan perempuan. Dalam berita kekerasan

terhadap perempuan yang dimuat oleh Meteor, level ekstramedia memiliki
kekuatan yang dominan dibandingkan dengan level-level gatekeeping lainnya.
Audience, pasar dan pengiklan merupakan pihak ektramedia yang memiliki
pengaruh yang besar. Hal ini dinilai sebagai bisnis media, untuk menarik pembaca
guna memperoleh profit yang akan berdampak pada eksistensi medianya. Pada
akhirnya teks-teks berita kekerasan terhadap perempuan di Meteor menjadi bias
jender. Kata-kata yang digunakan untuk memberitakan seperti digagahi,
menyetubuhi, karaokean, melucuti, merudalnya, ‘berdiri’, dan ngulum, cenderung
berani dan vulgar. Hal ini dikarenakan gatekeeper ataupun pekerja media di
Meteor yang sebagian besar adalah laki-laki. Harian

Meteor

melaui proses

gatekeeping berita kekerasan terhadap perempuan mereproduksi budaya
kekerasan. Harian ini menjual kekerasan melalui berita kekerasan perempuan
dengan penulisan dan kata-kata yang tidak berpihak kepada publik.
Disarankan kepada harian Meteor untuk memiliki kesadaran jender yang
baik, sehingga dalam proses gatekeeping berita kekerasan terhadap perempuan,
pemilihan kata dan bahasanya dapat menggunakan kata-kata yang lebih baik dan
sopan. Sebagai media tidak hanya memikirkan provit tetapi juga harus
memberikan informasi yang tepat dan mendidik bagi masyarakat.