T1 802010022 Full text

1

ALASAN PRIA DEWASA MADYA BELUM MENIKAH
OLEH
SITI NUR LAILA
802010022

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian
Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

2

3


4

5

ALASAN PRIA DEWASA MADYA BELUM MENIKAH

Siti Nur Laila
Christiana Hari Soetjiningsih
Ratiana Y. E. Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan pria dewasa madya belum
menikah. Selain itu, juga bermaksud menguraikan permasalahan yang dihadapi dan upaya
yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode pengambilan
data dalam penelitian ini adalah angket dan wawancara. Partisipan dalam penelitian ini
adalah 30 orang pria dewasa madya yang berusia 40 tahun sampai dengan 60 tahun yang
belum pernah menikah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan alasan pria dewasa madya
belum menikah diantaranya belum mendapatkan wanita yang diidealkan, lebih bebas,
menganggap karir lebih menguntungkan, karena memiliki tanggungjawab keuangan dan
waktu dengan keluarga, dan sering gagal dalam mencari pasangan. Masalah yang dihadapi
pria dewasa madya yang belum menikah diantaranya masyarakat membicarakan status, rasa
kesepian pada waktu-waktu tertentu, jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari, tekanan dari
keluarga untuk segera menikah, dan takut akan gambaran masa depan yang dihadapinya
sendiri. Upaya yang mereka lakukan diantaranya bekerja lebih giat, mengumpulkan lebih
banyak uang, memperluas pergaulan, mengembangkan karir, dan introspeksi pada
kekurangan diri mereka.
Kata kunci: alasan pria dewasa madya belum menikah, permasalahan, upaya

i

ii


Abstract
The purpose of this research is to know the reasons why middle-age men haven’t got
married yet. The other purpose is to describe the problem that they are facing and their
efforts. This research uses a descriptive method, and it uses questionnaire and interview to
collect the data. The participants of this research are unmarried middle-age man between
40 until 60 years old. The result shows that their reason are that they haven’t get their
ideal woman, unmarried is more free than married, there are more benefits in career than
love, they have their financial responsibility in the own family and also their family time,
and because they often failed when looking for their mate. Furthermore these middle-age
man’s problems are citizens who keep on talking about their status, then loneliness at some
times, the boring feeing their daily activities, the pressure from their family to get married
quickly, and their fear of their future. Lastly, their efforts are work harder, gain more
money, widen their social life, develop their career, and introspecting their weaknesses.
Key word: reason middle-age man haven’t got married, problem, effort

ii

1


PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia, tiap individu ditakdirkan untuk memiliki pasangan hidup,
yang terikat dalam sebuah pernikahan. Pernikahan merupakan salah satu tugas
perkembangan dewasa awal, yang berlanjut kepada individu yang berusia dewasa madya
untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan ialah
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa (Sudarsono, 2010).
Banyak alasan yang menyebabkan pria dewasa madya belum menikah. Menurut Karo
(2009) alasan pria balum menikah diantaranya karir lebih menguntungkan, tak perlu
membuat rencana untuk dua orang, lebih bebas, punya lebih banyak uang, menghabiskan
banyak waktu dengan teman, dan belajar dari apa yang dibutuhkan dari teman. Sedangkan
menurut Sidakaton (2011) alasan pria belum menikah diantaranya fokus pada karir;
mencari wanita yang sempurna; alasan finansial; dan mendapatkan kebebasan.
Berbeda halnya dengan beberapa pria yang belum menikah di usia dewasa madya
yang peneliti temui. Ada diantara mereka yang masih tetap melajang karena pernah ditolak
oleh wanita yang dia lamar. Ada juga yang karena masalah belum tidak adanya uang untuk
modal pernikahan. Ada juga yang dikarenakan pria tersebut tidak berani mendekati wanita
yang dia pilih.

Masalah pada orang-orang yang belum menikah, sesunguhnya bukanlah atau tidaklah
masalah simpel yang tidak layak diperhatikan. Hurlock (1999) ia hanya mempunyai sedikit
masalah-masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi oleh wanita usia madya.

2

Dari data tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui alasan apa sajakah yang
menyebabkan pria dewasa madya belum menikah, permasalahan-permasalahan apa sajakah
yang

timbul

ketika

mereka

mengalami

periode


tersebut,

dan

upaya

yang

akanmerekalakukan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui gambaran mengenai alasan apa sajakah
yang menyebabkan pria dewasa madya belum menikah, masalah yang timbul ketika
memasuki periode tersebut, dan upaya apa yang akan dilakukan oleh mereka.
Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmiah di bidang psikologi
perkembangan mengenai alasan apa sajakah yang menyebabkan pria dewasa madya belum
menikah dan masalah apa saja yang muncul pada para pria dewasa madya yang masih
belum menikah ini.
Perkawinan
Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan ialah
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa (Sudarsono, 2010).
Syarat-syarat Perkawinan
Syarat-syarat perkawinan menurut UU. No. 1 Th. 1974 (Sudarsono, 2010) diatur
di dalam pasal 6, yaitu: (1) perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon
mempelai, (2) untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua, (3) dalam hal salah
seorang dari kedua orangtua sudah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu
menyatakan kehendakanya maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari

3

orangtua yang masih hidup atau orangtua yang mampu menyatakan kehendaknya, (4)
dalam hal kedua orangtua sudah meninggal atau dalamkeadaan tidak mampu untuk
menyatakan kehehdaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau
keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama
mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya, (4) dalam hal
ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4)
pasal ini atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya,
maka peradilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan
perkawinan atas permintaan orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, (5)

ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak
menentukan lain.
Dewasa Madya
Masa dewasa madya adalah periode perkembangan yang diawali kurang lebih usia 40
tahun dan berlangsung hingga sekitar usia 60-65 tahun (Santrock, 2012). Hurlock (2010)
seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia madya pun diasosiasikan
dengan karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda. Diantaranya,

usia madya

merupakan periode yang sangat ditakuti, usia madya merupakan masa transisi, usia madya
adalah masa stress, usia madya adalah “Usia yang Berbahaya”, usia madya adalah “Usia
Canggung”, usia madya adalah masa berprestasi, usia madya merupakan masa evaluasi,
usia madya dievaluasi dengan standar ganda, usia madya merupakan masa sepi, dan usia
madya merupakan masa jenuh.

4

Alasan Pria Dewasa Madya Belum Menikah

Karo (2009) menegaskan, memiliki pasangan bukanlah sekadar memenuhi kebutuhan
semata, tapi lebih dalam kebutuhan emosional, juga kesehatan tubuh. Beberapa alasan yang
diungkap Karo tentang alasan pria lajangtetap melajang diantaranya, pertama, karier lebih
menguntungkan. Ketika seorang pria menapaki tangga kesuksesan di kariernya, ia tentu tak
akan memilih jika harus terlambat datang ke kantor, misalnya. Dengan memiliki kekasih, ia
dituntut untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersamanya. Kedua, tak perlu membuat
rencana untuk dua orang. Sebagian besar pria lajangmengatakan, kebahagiaan berarti tak
pernah meminta izin. Dengan memiliki pasangan, Anda harus saling memelihara dan
berbagi berbagai hal. Ketiga, lebih bebas. Tak punya kekasih ibarat melepaskan tali ikatan
simpul dari tangan untuk Anda bisa melakukan berbagai hal sesuka hati. Keempat, punya
lebih banyak uang. Pria lajang menghabiskan banyak uang pada wanita untuk mengajaknya
kencan dan sesekali membeli hadiah, apalagi jika ada pesaing lain yang juga berusaha
menarik perhatiannya. Tapi, tidak ada yang menghabiskan uang lebih banyak daripada pria
menikah. Kelima, menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman. Setelah menikah,
terjadi banyak perubahan, termasuk urusan bergaul dengan teman. Ketika mereka keluar
dari suatu hubungan atau bercerai, hal pertama yang dilakukan adalah mendapatkan
kembali teman-temannya. Keenam, belajar apa yang dibutuhkan dari sebuah hubungan.
Kesendirian adalah kesempatan yang luar biasa untuk pria lajang belajar tentang dirinya.
Bahkan, ditegaskan Karo, semakin lama seorang pria melajang sebelum akhirnya menikah,
maka semakin baik. Sebab, hanya seorang lajang bisa benar-benar tahu apa yang membuat

mereka bahagia.

5

Menurut Sidakaton (2011), alasan pria dewasa madya tak kunjung menikah
diantaranya adalah pertama, fokus pada pekerjaan. Hidup lajang berarti bisa 100% fokus
pada karir. Karir yang solid lebih mudah dicapai saat masih sendiri. Selain itu, dengan
kesendirian juga bisa bebas menambah jam kerja kantor, lembur di akhir pekan atau
melakukan apa saja supaya sukses. Apalagi jika kebutuhan jenis pekerjaannya menuntut
banyak waktu. Oleh karena itu, tanpa pasangan maka tidak perlu menguras energi untuk
menghadapi masalah cinta yang kerap timbul dalam hubungan serius. Kedua, mencari
wanita yang sempurna. Mencari wanita yang sempurna biasanya pria mempraktekkan
dengan rentetan kencan bersama beberapa kandidat yang memenuhi kriteria. Cap playboy
seringkali mengiringi aksi pencariannya tersebut. Baginya memilih wanita yang terbaik
adalah formula pribadi untuk mencegah masuk dalam statistik perceraian yang kian marak.
Ketiga,alasan finansial. Menurut fakta yang ada, setiap hubungan cinta pasti butuh banyak
biaya. Bila pria tetap lajang, otomatis uang pria tak perlu terkuras untuk ritual kencan atau
pembelian cincin berlian untuk menikah. Hidup sendiri berarti tidak ada kewajiban
finansial kepada siapapun kecuali terhadap dirinya sendiri. Selain menabung, gaji pun bisa
diinvestasikan dalam bentuk mobil atau rumah idaman. Keempat, mendapatkan kebebasan.

Tak perlu repot cari jalan tengah. Dalam arti, berkompromi untuk melakukan apa yang
sebenarnya pria tidak suka. Pacaran memang seru tapi terlalu banyak pengorbanan „remeh‟
yang harus dilakukan. Menjadi single bisa lebih sering bertemu teman-teman. Kebebasan
seperti inilah yang tetap dipertahankan sebelum „menyerahkan‟ diri pada seorang wanita.
Hurlock menambahkan (1999) alasan-alasan orang dewasa tidak mau diantaranya,
penampilan seks tidak tepat dan tidak menarik, cacat fisik, atau penyakit lama, sering gagal
dalam mencari pasangan, tidak mau memikul tanggung jawab perkawinan dan orangtua,

6

keinginan untuk meniti karir yang menuntut kerja lama dan jam kerja tanpa batas dan
banyak berpergian, tidak seimbangnya jumlah anggota masyarakat pria dan wanita di
masyarakat dimana ia tinggal, jarang mempunyai kesempatan untuk berjumpa dan
berkumpul dengan lawan jenis yang dianggap cocok dan sepadan, karena mempunyai
tanggung jawab keuangan dan waktu untuk orangtua dan saudara-saudaranya, kekecewaan
yang pernah dialami karena kehidupan keluarga yang tidak bahagia pada masa lalu atau
pengalaman pernikahan yang tidak membahagiakan yang dialami oleh temannya,
mudahnya fasilitas untuk melakukan hubungan seksual tanpa menikah, gaya hidup yang
menggairahkan, besarnya kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir, kebebasan untuk
mengubah dan melakukan percobaan dalam pekerjaan dan gaya hidup, mempunyai
kepercayaan bahwa mobilitas sosial akan lebih mudah diperoleh apabila dalam keadaan
lajang daripada setelah menikah, persahabatan dengan anggota kelompok seks sejenis yang
begitu kuat dan memuaskan, homoseksual.
Masalah-masalah yang Dihadapi
Menurut Hurlock (1999) pria lajang pada usia madya biasanya lebih beruntung dari
pada wanita lajang. Karena ia belum mempunyai tanggung jawab keluarga selama dewasa
dini, ia dapat memberikan sebanyak-banyaknya waktunya bagi pekerjaan dan dapat
berpindah kerja dengan bebas kebidang-bidang yang lebih tersedia. Walaupun keberhasilan
dalam dunia usaha dapat bergantung pada kerja keras dan kemampuan untuk
mengadaptasikan diri dengan situasi lingkungan yang baru, orang berusia madya lebih
dihargai atas usahanya yang lalu daripada wanita berusia madya yang telah mengikuti pola
yang sama tadi (kerja keras dan pengorbanan diri) dalam tahun-tahun awal, pria mungkin
mendapat promosi. Karena itu, pria lajang berusia madya umumnya mencapai puncak

7

karirnya, dan ia hanya sedikit saja dipusingkan oleh masalah pengangguran. Kemudian,
pria lajang tidak terhalang oleh berbagai masalah yang berhubungan dengan perawatan
orangtua usia lanjut, kecuali kalau tidak ada anggota keluarga lain yang bersedia
merawatnya. Apabila ia terpaksa harus menanggung beban tersebut, biasanya ia hanya
sekedar menyediakan bantuan uang daripada mengorbankan waktu dan usahanya untuk
mengurusi kebutuhannya. Dengan demikian ia bebas untuk membentuk kehidupan yang ia
inginkan, dan ia hanya mempunyai sedikit masalah-masalah penyesuaian diri yang harus
dihadapi wanita usia madya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya memaparkan
situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 2012). Pengolahan data dalam
peneitian ini menggunakan metode persentase.
Partisipan
Partisipan

dalam

penelitian

ini

diambil

dengan

teknik

aksidental

dan

metodepurposive. Adapun karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah pria yang
berumur 40-60 tahun yang belum menikah dan memiliki pekerjaan. Partisipan dalam
penelitian ini berjumlah 30 orang yang tersebar di desa Lopait dan sekitarnya.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan angket. Selain angket, peneliti
juga menggunakan teknik wawancara untuk mempertegas jawaban.

8

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
a. Gambaran Umum Partisipan

Usia
40 – 45
46 – 50
50 – 55
56 – 60

Tabel 1
Identitas Responden
Berdasarkan Usia
Frekuensi Persentase
15
30,00%
11
36,67%
2
6,67%
2
6,67%

Berdasarkan data diatas, mayoritas partisipan berusia antara 40-45 tahun dengan
persentase 50% (15 partisipan), diikuti antara usia 46-50 tahun dengan persentase
36,67% (11 partisipan), usia 50-55 dan 55-60 masing-masing memiliki persentase 6,67%
(2 partisipan).
Tabel 2
Identitas Responden
Berdasarkan Agama
Agama
Frekuensi Persentase
Tidak Mengakui
1
3,33%
Islam
26
86,67%
Kristen
3
10,00%

Berdasarkan data, secara keseluruhan partisipan mayoritas beragama Islam
dengan 26 partisipan, diikuti beragama Kristen 3 partisipan (10.00%), dan 1 partisipan
(3,33%) tidak mengakui agamanya.

9

Tabel 3
Identitas Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Frekuensi
Persentase
Tidak Sekolah
2
6,67%
Tidak Tamat SD/Sederajat
8
26,67%
Tamat SD/Sederajat
7
23,33%
Tidak Tamat SMP/Sederajat
2
6,67%
Tamat SMP/Sederajat
3
10,00%
Tidak Tamat SLTA/Sederajat
0
0,00%
Tamat SLTA/Sederajat
5
16,67%
Perguruan Tinggi
3
10,00%

Berdasarkan data diatas, mayoritas pendidikan partisipan adalah tidak tamat
SD/sederajat dengan total 8 partisipan (26,67%), diikuti tamat SD/sederajat dengan total
7 partisipan (23,33%), dan tamat SLTA/sederajat dengan total 5 partisipan (16,67%).
Tabel 4
Identitas Responden
Berdasarkan Penghasilan Tiap Bulan
Penghasilan
Frekuensi Persentaase
X < Rp 500.000,00
3
10,00%
Rp 500.000,00 < x < Rp1.000.000,00
5
16,67%
Rp 1.000.000,00 < x < Rp 1.500.000,00
7
23,33%
Rp 1.500.000,00 < x < Rp 2.000.000,00
11
36,67%
Rp 2.000.000,00 < x < Rp 2.500.000,00
0
0,00%
Rp 2.500.000,00 < x < Rp 3.000.000,00
1
3,33%
X > Rp 3.000.000,00
3
10,00%

Berdasarkan data diatas, mayoritas partisipan memiliki penghasilan tiap bulan
antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00 yaitu sebanyak 11 paartisipan (36,67%),
diikuti antara Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 yaitu sebanyak 7 partisipan (23,33%),
dan Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 sebanyak 5 partisipan (16,67).

10

b. Alasan Pria Dewasa Madya Belum Menikah

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Tabel 5
Alasan Pria Dewasa Madya Belum Menikah
Alasan
Frekuensi
Belum mendapatkan wanita yang diidealkan
26
Lebih bebas
25
Menganggap karir lebih menguntungkan
17
Karena memiliki tanggung jawab keuangan dan waktu
17
untuk orangtua dan/atau saudara-saudara
Sering gagal dalam mencari pasangan
16
Bisa menghabiskan banyak waktu dengan teman
16
Alasan keuangan/tidak punya uang
15
Kekecewaan yang pernah dialami karena kehidupan
15
keluarga yang kurang bahagia atau pengalaman yang
tidak membahagiakan
Tidak perlu membuat rencana untuk diri sendiri dan
15
keluarga
Jarang memiliki kesempatan untuk berjumpa dan
14
berkumpul dengan lawan jenis
Masih harus belajar apa yang dibutuhkan dari sebuah
12
hubungan
Punya lebih banyak uang
12
Penampilan fisik tidak tepat/kurang menarik
12
Belum tercapainya target sebelum menikah
9
Homoseksual/tidak tertarik dengan perempuan
7
Mudahnya melakukan hubungan seksual tanpa menikah
7
Persahabatan dengan anggota kelompok seks sejenis
6
begitu kuat dan memuaskan
Cacat fisik atau penyakit yang tak kunjung sembuh
6
Masih tinggal bersama orangtua/ belum memiliki rumah
1
sendiri
Hubungan dengan keluarga kurang baik
1
Masih ingin pacaran
1
Tidak berani mendekati perempuan yang diinginkan
1
Tidak pernah melamar gadis
1
Pernah ditolak perempuan
1
Sudah nyaman dengan kehidupan lajang
1
Belum ada keinginan uuntuk menikah
1

Persentase
86,67%
83,33%
56,67%
56,67%
53,33%
53,33%
50,00%
50,00%

50,00%
46,67%
40,00%
40,00%
40,00%
30,00%
23,33%
23,33%
20,00%
20,00%
3,33%
3,33%
3,33%
3,33%
3,33%
3,33%
3,33%
3,33%

11

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat 5 alasan terbanyak mengapa pria dewasa madya
belum memutuskan untuk menikah.
1. Belum mendapatkan wanita yang diidealkan paling banyak dijadikan alasan
mengapa mereka belum menikah lebih dari 86% pria menyatakan alasan dirinya
belum menikah karena belum mendapatkan wanita yang diidealkan. Pria memiliki
beberapa kriteria wanita ideal untuk dijadikan istrinya kelak. Baginya wanita yang
diidealkan bisa menghindari datangnya perceraian.
2. Lebih bebas, lebih dari 83% pria menyatakan alasan dirinya belum memutuskan
untuk menikah adalah agar dia lebih bebas. Tidak memiliki istri bisa membuat
mereka untuk lebih bebas dalam melakukan berbagai hal.
3. Menganggap karir lebih menguntungkan, 56,6% pria mengungkapkan bahwa ketika
mereka belum menikah mereka bisa bebas untuk bekerja dimana saja dan kapan
saja.
4. Karena memiliki tanggung jawab keuangan dan atau waktu untuk keluarga, lebih
dari 56% pria belum memutuskan untuk menikah adalah karena masih memiliki
tanggung jawab keuangan dan atau waktu untuk keluarga. Jika mereka memutuskan
untuk menikah itu berarti mereka harus membagi penghasilan dan waktu selain
untuk orangtua dan atau saudara juga untuk istri dan anak.
5. Sering gagal dalam mencari pasangan, 53% pria meyatakan bahwa dia penah gagal
dalam mencari pasangan.

12

c. Masalah yang Dihadapi

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Tabel 6
Masalah yang Dihadapi
Permasalahan
Frekuensi
Masyarakat membicarakan status
24
Rasa kesepian pada waktu-waktu tertentu
18
Jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari
15
Keluarga menekan untuk segera menikah
13
Takut akan gambaran yang dilewatinya sendiri
13
Kebutuhan biologis yang tidak tersalurkan secara alami
11
dan aman
Kurang ada orang yang perhatian
6
Manajemen keuangan yang kurang baik
5
Iri melihat teman yang sudah menikah
2
Mendapatkan perjodohan dengan orang yang tidak
1
disukai
Disukai perempuan yang tidak sepadan (lebih kaya)
1
Ketika bekerja tidak ada yang menjaga ibu
1

Persentase
80,00%
60,00%
50,00%
43,33%
43,33%
36,67%
20,00%
16,67%
6,67%
3,33%
3,33%
3.33%

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat 5 masalah yang sering dihadapi oleh pria
dewasa madya yang belum menikah diantaranya:
1. Masyarakat yang membicarakan status mereka, 80% partisipan mengakui ini adalah
salah satu masalah mereka. Pembicaraan masyarakat akan masalah seseorang
memang tidak ada habisnya. Terkadang jika didengarkan membuat masalah baru
bagi seseorang.
2. Rasa kesepian pada waktu-waktu tertentu, 60% pria merasa kesepian pada waktuwaktu tertentu terutama pada saat mereka sedang sendiri.
3. Jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari. 50% partisipan menyatakan bahwa
merekajenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari yang pagi sampai dengan sore
bekerja lalu pulang ke rumah atau keluar bersama teman.

13

4. Tekanan dari keluarga untuk segera menikah. Sekitar 43,3% partisipan menyatakan
bahwa keluarga mereka menekan untuk segera menikah padahal mereka tidak
punya kekasih dan atau tidak ada yang tertarik pada mereka.
5. Takut akan gambaran masa depan yang akan dilewatinya sendiri. Sekitar 43,3%
partisipan merasa takut akan gambaran masa depan yang akan mereka lewati
sendiri. Mereka khawatir jika mereka menjadi tua tidak ada yang merawat selain itu
sempat juga terlintas dipikiran mereka untuk apa mereka bekerja keras jika tidak
ada anak dan istri.
d. Upaya yang Akan Dilakukan

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Tabel 7
Upaya yang Akan Dilakukan
Upaya
Frekuensi
Bekerja lebih giat
27
Mengumpulkan lebih banyak uang
20
Memperluas pergaulan
19
Mengembangkan karir
18
Instrospeksi pada kekurangan diri sendiri
15
Menikmati masa lajang lebih lama
13
Memutuskan untuk tidak menikah
9
Meminta bantuan agar dicarikan pasangan
8
Ke biro jodoh
4
Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
4
Pasrah pada rencana Tuhan
4
Mencari penghasilan tambahan
2
Mencari pasangan yang tepat untuk dinikahi
2
Rajin menabung
1
Hidup mandiri
1
Mengejar target sebelum menikah
1
Memperluas pergaulan dengan perempuan
1

Persentase
90,00%
66,67%
63,33%
60,00%
50,00%
43,33%
30,00%
26,67%
13,33%
13,33%
13,33%
6,67%
6,67%
3,33%
3,33%
3,33%
3,33%

14

Berdasarkan tabel 7, mayoritas pria mengupayakan berbagai hal diantaranya:
1. Bekerja lebih giat paling banyak direncanakan oleh partisipan, yaitu sebanyak 90%.
Mereka merencanakan untuk bekerja lebih giat untuk menambah penghasilan
mereka.
2. Sebanyak 66,7% partisipan berencana untuk mengumpulkan lebih banyak uang.
Mereka merasa selagi belum menikah jadi uang yang mereka hasilkan bisa
dikumpulkan.
3. 66,3% partisipan memutuskan untuk memperluas pergaulan, menurut mereka selagi
belum menikah mereka bebas untuk berteman dengan siapa saja dan dimana saja.
4. Sebanyak 60% partisipan memutuskan untuk mengembangkan karir, menurut
mereka selagi belum menikah jadi mereka bisa mengembangkan karirnya.
5.

50% partisipan merasa harus instrospeksi pada kekurangan diri sendiri, mereka
merasa harus berpikir hal-hal apakah yang salah dan atau yang kurang dari mereka
sehingga belum mendapatkan pasangan.

PEMBAHASAN
1. Alasan Pria Dewasa Madya Belum Menikah
Berdasarkan presentase 5 tertinggi diperoleh alasan pria dewasa madya belum
menikah adalah belum mendapatkan wanita yang diidealkan, menginginkan hidup
yang lebih bebas, menganggap karir lebih menguntungkan, memiliki tanggung jawab
keuangan dan atau waktu untuk keluarga dan/atau untuk saudara, dan/atau sering gagal
dalam mencari pasangan. Berikut keterangannya:
a. Belum mendapatkan wanita yang diidealkan paling banyak dijadikan alasan mengapa
mereka belum menikah lebih dari 86% pria menyatakan alasan dirinya belum menikah

15

karena belum mendapatkan wanita yang diidealkan. Pria memiliki beberapa kriteria
wanita ideal untuk dijadikan istrinya kelak. Sebagai contoh salah satu partisipan
mengidealkan pasangannya kelak seorang wanita yang masih gadis atau belum
menikah sama seperti dia, sepadan dengan dia, dan memiliki tempat tinggal yang tidak
jauh dari dia. Dia pernah disukai oleh seorang janda kaya yang sudah memiliki anak,
namun tinggal di luar Jawa. Sidakaton (2011) menyatakan, memilih wanita yang
terbaik adalah formula pribadi untuk mencegah masuk dalam statistik perceraian yang
makin marak. Oleh karena itu, banyak lelaki yang rela mengorbankan waktu untuk
„menyeleksi‟ agar tidak terjebak dalam pernikahan yang hanya didasarkan alasan
dangkal, seperti faktor usia atau sekedar sedang tren.
b. Lebih bebas, lebih dari 83% pria menyatakan alasan dirinya belum memutuskan untuk
menikah adalah agar dia lebih bebas. Tidak memiliki istri bisa membuat mereka untuk
lebih bebas dalam melakukan berbagai hal. Menurut pernyataan salah satu partisipan
bahwa dia lebih bebas daripada teman-temannya yang sudah menikah, dia bebas untuk
melakukan apapun kapan saja dan dimana saja, karena dia tidak perlu memikirkan
anak istri. Hal ini sesuai dengan Karo (2009) yang menyatakan tak punya kekasih
ibarat melepaskan tali ikatan simpul dari tangan untuk bisa melakukan berbagai hal
sesuka hati. Menurut Sidakaton (2011) tak perlu repot cari jalan tengah. Dalam arti,
berkompromi untuk melakukan apa yang sebenarnya pria tidak suka.
c. Menganggap karir lebih menguntungkan, 56,6% pria mengungkapkan bahwa mereka
sangat menyukai pekerjaannya. Menurut pernyataan salah satu partisipan dia
menyatakan bahwa dia bisa melihat beberapa tempat yang baru, teman baru, dan
keluarga baru karena pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan Sidakaton (2011) yang

16

menyatakan hidup lajang bisa 100% fokus pada karir. Karir yang solid mudah dicapai
saat masih sendiri. Selain itu, degan kesendirian juga bebas menambah jam kerja
kantor, lembur di akhir pekan atau melakukan apa saja supaya sukses. Hal ini berbeda
dengan Karo (2009) yang menyatakan ketika seorang pria menapaki tangga kesuksesan
di karirnya, ia tentu tak akan memilih jika harus datang ke kantor. Ini berbeda karena
mayoritas partisipan bekerja sebagai kuli di truk.
d. Karena memiliki tanggung jawab keuangan dan atau waktu untuk keluarga, lebih dari
56% pria belum memutuskan untuk menikah adalah karena masih memiliki tanggung
jawab keuangan dan atau waktu untuk keluarga. Beberapa partisipan yang masih
tinggal bersama dengan keluarga mereka menyatakan bahwa sebagian besar
penghasilan mereka digunakan untuk kebutuhan keluarga, dan sisanya belum cukup
untuk dia berumah tangga. Hal ini sesuai dengan Hurlock (2010) seorang pria masih
tetap bertahan untuk tidak menikah, karena ia mempunyai kewajiban untuk membantu
keuanagan orangtuanya atau harus membiayai sekolah adik-adiknya. Karena kewajiban
masalah tersebut tidak dapat dielakkan lagi, maka untuk mengatasi masalah keuangan
tersebut dan memikirkan saat yang tepat untuk menikah, ia sementara membujang.
e. Sering gagal dalam mencari pasangan, 53% pria meyatakan bahwa dia penah gagal
dalam mencari pasangan. Menurut dua partisipan yang menyatakan bahwa dia pernah
disukai oleh perempuan yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi dan
mereka takut jika nanti setelah menikah hal itu menjadi sebuah permasalahan. Adik
dari salah satu partisipan menyatakan bahwa partisiapan pernah melamar seorang
wanita, tapi wanita yang dilamar menolak dengan alasan partisipan belum memiliki
pekerjaan yang tetap. Hal ini sesuai dengan Hurlock (2010) yang menyatakan salah

17

satu alasan pria dewasa tidak mau menikah adalah sering gagal dalam mencari
pasangan.
2. Masalah yang Dihadapi pada Pria Dewasa yang Belum Menikah
5 masalah yang sering dihadapi oleh pria dewasa madya yang belum menikah
diantaranya:
a. Masyarakat yang membicarakan status mereka, 80% partisipan mengakui ini adalah
salah satu masalah mereka. Menurut dua partisipan pembicaraan masyarakat akan
masalah seseorang memang tidak ada habisnya. Terkadang jika didengarkan
membuat masalah baru bagi seseorang. Hurlock (2010) salah satu kategori stres
pada usia madya adalah stres budaya, yang berasal dari penempatan nilai yang
tinggi pada kemudaan, keperkasaan dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu.
b. Rasa kesepian pada waktu-waktu tertentu, 60% pria merasa kesepian pada waktuwaktu tertentu. Menurut salah satu partisipan rasa kesepian tersebut sering muncul
terutama pada saat mereka sedang sendiri. Hal ini sesuai dengan Hurlock (2010)
bagi kaum pria status lajang hampir tidak mempunyai bahaya apapun kecuali
kesepian pada waktu-waktu tertentu.
c. Jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari. 50% partisipan menyatakan bahwa
merekajenuh

dengan

kegiatan

rutin

sehari-

hari.

Salah

satu

partisipan

mengungkapakan bahwa dia merasa jenuh dengan kegiatannya yang pagi sampai
dengan sore bekerja lalu pulang ke rumah atau keluar bersama teman. Hal ini sesuai
dengan Hurlock (2010) para pria memjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari
dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan.

18

d. Tekanan dari keluarga untuk segera menikah. Sekitar 43,3% partisipan menyatakan
bahwa keluarga mereka menekan untuk segera menikah. Dua partisipan merasa
keluarganya menekan dia untuk segera menikah padahal dia tidak punya kekasih
dan atau tidak ada yang tertarik pada mereka. Menurut Hurlock (2010) salah satu
kondisi umum yang menghambat proses penyesuaian diri bagi orang usia madya
adalah tekanan karena keluarga.
e. Takut akan gambaran masa depan yang akan dilewatinya sendiri. Sekitar 43,3%
partisipan merasa takut akan gambaran masa depan yang akan mereka lewati
sendiri. Dua partisipan menyatakan bahwa mereka khawatir jika mereka menjadi
tua tidak ada yang merawat selain itu sempat juga terlintas di pikiran mereka untuk
apa mereka bekerja keras jika tidak ada anak dan istri. Hurlock (2010) pria dan
wanita mempunyai banyak alasan yang kelihatannya berlaku untuk mereka, untuk
takut memasiki usia madya. Beberapa diantaranya adalah banyaknya stereotip yang
tidak menyenangkan tentang usia madya, yaitu kepercayaan tradisional tentang
kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi
kehidupan serta berbagai tekanan tentang pentingnya masa muda bagi kebudayan
Amerika dibanding dengan penghormatan untuk masa tersebut oleh berbagai
kebudayaan negara lain.
3. Upaya yang Dilakukan
Mayoritas pria mengupayakan berbagai hal diantaranya:
a. Bekerja lebih giat paling banyak direncanakan oleh partisipan, yaitu sebanyak 90%.
Mereka merencanakan untuk bekerja lebih giat untuk menambah penghasilan
mereka. Beberapa partisipan menyatakan bahwa beban hidup mereka bertambah,

19

jadi mereka harus bekerja lebih giat untuk menambah penghasilan mereka. Hal ini
berbeda dengan Hurlock (2010) tanpa istri, anak-anak, dan saudaranya kurang
menuntut besarnya uang yang diperlukan, maka pria tidak begitu pusing dengan
jumlah pendapatannya tiap bulan dibandingkan pada waktu ia masih lebih muda.
b. Sebanyak 66,7% partisipan berencana untuk mengumpulkan lebih banyak uang.
Mereka merasa selagi belum menikah jadi uang yang mereka hasilkan bisa
dikumpulkan. Salah satu mengumpulkan uang untuk membiayai ibu dan
keponakannya, selain itu uang yang dia kumpulkan juga untuk membangun rumah
yang dia tempati saat ini. Hurlock (2010) karena orang usia madya sering berpikir
dan mawas diri sebagai generasi pemimpin yaitu kelompok yang memiliki
kekuasaan dan kekuatan paling besar, maka mereka ingin memiliki harta benda
yang dapat digunakan untuk menyatakan status mereka kepada orang atau keompok
lain.
c. 66,3% partisipan memutuskan untuk memperluas pergaulan, menurut beberapa
partisipanselagi belum menikah mereka bebas untuk berteman dengan siapa saja
dan dimana saja. Hurlock (2010) salah satu tugas perkembangan dewasa madya
adalah belajar menggunakan waktu luang dengan cara yang memuaskan. Ini
merupakan tugas yang sulit karena pria dan wanita pada usia ini mempunyai banyak
waktu luang, dibandingkan dengan awal masa mudanya. Karena itu, biasanya
mereka meningkatkan jumlah kegiatan yang bersifat rekreasional.
d. Sebanyak 60% partisipan memutuskan untuk mengembangkan karir, menurut dua
partisipan selagi belum menikah jadi dia bisa mengembangkan karirnya agar
mendapatkan uang lebih. Hal ini berbeda dengan Hurlock (2010) stabilitas kerja,

20

kepuasan terhadap pekerjaan dan prestise jauh lebih penting baginya daripada uang
yang diperoleh.
e.

50% partisipan merasa harus instrospeksi pada kekurangan diri sendiri, mereka
merasa harus berpikir hal-hal apakah yang salah dan atau yang kurang dari mereka
sehingga belum mendapatkan pasangan. Salah satu ciri usia madya adalah masa
evaluasi Hurlock (2010) karena usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan
wanita mencapai puncak prestaasinya, maka logislah apabila masa ini juga
merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula
dan harapan-harapan orang lain, khususnya keluarga dan teman.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
A. Alasan Pria Dewasa Madya Belum Menikah
Pria memiliki alasan yang berbeda-beda mengapa dia belum juga menikah, namun
mayoritas alasan pria dewasa madya belum menikah adalah belum mendapatkan wanita
yang diidealkan, lebih bebas, menganggap karir lebih menguntungkan, karena memiliki
tanggung jawab keuanagan dan waktu dengan keluarga, dan sering gagal dalam mencari
pasangan.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi pria dewasa madya yang belum menikah beraneka ragam,
namun mayoritas dari mereka menyatakan bahwa masalah yang dia hadapi yang
dikarenakan status dia yang belum menikah adalah masyarakat membicarakan status,
rasa kesepian pada waktu-waktu tertentu, jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari,

21

tekanan dari keluarga untuk segera menikah, dan takut akan gambaran masa depan yang
dihadapinya sendiri.

C. Upaya yang akan Dilakukan
Upaya yang akan dilakukan para pria dewasa madya yang belum menikah beraneka
ragam. Namun, mayoritas pria dewasa madya yang belum menikah akan mengupayakan
beberapa hal, diantaranya bekerja lebih giat, mengumpulkan lebih banyak uang,
memperluas pergaulan, mengembangkan karir, dan introspeksi pada kekurangan diri
mereka.
Saran
Saran dari peneliti yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi partisipan masih ingin menikah, terus berusaha untuk membuka diri pada
wanita agar segera mendapatkan istri.
2. Bagi partisipan yang memutuskan untuk tidak menikah, untuk siap menerima resiko
akan keputusannya.
3. Bagi masyarakat, untuk tidak mengolok-olok keadaan seseorang, karena hal
tersebut sangat mengganggu. Mungkin lebih baik membantu mengatasi masalah
mereka.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih bisa mengkaji mengenai alasan pria
dewasa madya yang belum menikah secara lebih mendalam. Misalnya dengan
membandingkan dengan pria dewasa madya yang sudah menikah.

22

DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. (1999).Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjangrentang
kehidupan. Edisi 5. Indonesia. DiterjemahkanolehIstiwiayanti, Soejarwo. Jakarta:
Erlangga.
Karo, A. (2009). Aaron Karo Present Ruminations. I’m having more fun than you (online).
Retrieved Juni 24, 2014, from http://ruminations.aaronkaro.com/2009/09/14/issue156-im-having-more-fun-than-you-september-14th-2009/.
Rakhmat, J. (2012). Metode penelitian komunikasi dilengkapi contoh analisis statistik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santrock, J.W. (2012). Life span development: perkembangan masa hidup. Edisi
Ketigabelas. Jilid 2, Indonesia. Diterjemahkanoleh Benedictine Widyasinta.
Jakarta: Erlangga.
Sidakaton, S. (2011, Januari 28). Alasan pria suka melajang
http://www.tnol.co.id/seks/8005-kenapa-pria-suka-melajang.html.
Sudarsono. (2010). Hukum perkawinan nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

(online):