T1 802009088 Full text

TINGKAT ASERTIVITAS MAHASISWA ETNIS SUMBA DITINJAU
DARI JENIS KELAMIN
OLEH
KURNIASIH RAMBU ANA AMAS
80 2009 088

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini :

Nama
: Kurniasih Rambu Ana Amas
Nim
: 802009088
Program studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalty non- ekskusif (non-exclusive royality freeright ) atas karya ilmiah saya
berjudul :
TINGKAT ASERTIVITAS MAHASISWA ETNIS SUMBA DITINJAU DARI JENIS
KELAMIN
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan
mengalihkanmedia/mengalihkanformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencamtumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga
Pada Tanggal : 27 April 2017
Yang menyatakan,

Kurniasih Rambu Ana Amas

Mengetahui,
Pembimbing

Jusuf Tjahjo Purnomo, MA.,Psi

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Kurniasih Rambu Ana Amas

Nim

: 802009088


Program studi : Psikologi
Fakultas

: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
TINGKAT ASERTIVITAS MAHASISWA ETNIS SUMBA DITINJAU DARI JENIS
KELAMIN

Yang dibimbing oleh :
Jusuf T. Purnomo., MA., Psi

Adalah benar-banar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 27 April 2017

Yang memberi pernyataan

Kurniasih R. A. Amas

LEMBAR PENGESAHAN
TINGKAT ASERTIVITAS MAHASISWA ETNIS SUMBA DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN

Oleh
Kurniasih Rambu Ana Amas
802009088

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal : 27 April 2017
Oleh
Pembimbing

Jusuf Tjahjo Purnomo, MA.,Psi

Diketahui Oleh,

Disahkan Oleh,

Kaprogdi

Dekan

Dr. Chr Hari Soetjiningsih,MS

Prof. Dr. Sutarto Wijono,MA

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

TINGKAT ASERTIVITAS MAHASISWA ETNIS SUMBA DITINJAU
DARI JENIS KELAMIN


Kurniasih Rambu Ana Amas
Jusuf Tjahjo Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara
laki-laki dan perempuan pada mahasiswa etnis sumba Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Sampel dalam penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling, dan
partisipan merupakan mahasiswa etnis sumba di UKSW salatiga berjumlah 140 orang,
yang terdiri dari 87 partisipan laki-laki dan 53 partisipan perempuan. Dalam proses
pengumpulan data, penulis menggunakan instrument penelitian berupa skala asertivitas
(Rathus, 1983). Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik
independent sample t test dengan bantuan SPSS 16. Hasil analisis data menunjukkan ttest sebesar 0,1792 dengan signifikansi 0,075 (p > 0,05), yang berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan tingkat asertivitas yang signifikan antara laki-laki dan perempuan
pada mahasiswa etnis Sumba di Salatiga. Tingkat asertivitas pada etnis sumba baik lakilaki maupun perempuan masuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar laki-laki 67,8 % dan
perempuan 56,6 %.
Kata Kunci : Asertivitas, Etnis, Jenis Kelamin.

i

Abstract

The purpose of the research is for knowing differences on the rate of assertiviness
between Sumbanese student of Satya Wacana Christian University, Salatiga. Sample
collection techniques which are used namely purposive sampling, and the participants
are students from Sumba in UKSW Salatiga which are around 140 people, comprising
87 male and 53 female. In collecting data, authorapplied scale assertiviness (Rathus,
1973). The analytical technique which is used independent sample t test SPSS 16. The
study result showed t test 0,1792 with the significancy 0,075 (p > 0,05) conclude that
there is no assertiveness difference betweeen male and female Sumbanese student in
Salatiga. The levels on Sumbanese both male and female is categorized as high namely
male 67,8 % and female 56,6 %.
Key Words :Assertiviness, Ethnic, Sex Determination.


ii

PENDAHULUAN
Struktur masyarakat Indonesia sangat bervariasi, hal itu ditunjukkan oleh
perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat dan kedaerahan. Berbicara tentang
perbedaan etnis, tentu terdapat bahasa yang sama, menganut agama yang sama,
menuntut ilmu di tempat yang sama, dan tinggal di daerah geografis yang sama. Namun
etnis tersebut masih memiliki pengalaman dan persepsi yang berbeda dengan etnis lain.
Jadi individu memandang lingkungan dengan cara yang berbeda. Seperti gaya hidup,
kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai dan sikap yang tidak semuanya sama. Perbedaan
etnis, agama, adat istiadat, dan kedaerahan, akan senantiasa menyebabkan perbedaan
komunikasi individu yang berbeda budaya. Masalah utama dalam komunikasi antar
budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaanperbedaan budaya tersebut (Ode,2012). Untuk mengatasi kesalahan persepsi sosial
dibutuhkan sikap asertif.Asertif merupakan salah satu komponen kemampuan sosial
(Nota, 2011). Asertif meliputi gambaran karakter seseorang dalam ekspresi pikiran,
perasaan, kepercayaan, penuh kejujuran, dan kesediaan untuk menghargai orang lain
(Ikis, 2011).Dan Klasifikasi akademik dan etnis terbukti sebagai faktor yang memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat asertivitas. Secara umum mahasiswa sarjana
tergolong non-asertif atau memiliki asertivitas yang rendah, sedangkan mahasiswa

pascasarjana rata-rata menunjukkan tingkat asertivitas yang tinggi. Dalam penelitian ini
usia dan status tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat asertivitas
(Geraldine , 2008).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa perantauan
sering mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan etnis lain. Untuk itu bagi
mahasiswa perantauan dibutuhkan kemampuan adaptasi yang baik terhadap budaya

1

2

orang lain sehingga dapat terwujud interaksi sosial yang baik antar individu yang
memiliki budaya yang berbeda (host culture) (Sari,2013). Penelitian lain yang dilakukan
(Singhal dan Nagao, 1993) menunjukkan bahwa mahasiswa Amerika memiliki tingkat
asertifitas yang lebih tinggi dari mahasiswa Jepang.

Hasil penelitian tersebut,

menyimpulkan bahwa kebudayaan kedua Negara turut mempengaruhi perilaku
asertivitas pada mahasiswa. Pada budaya Jepang konsep dan Omote dan Ura

mempengaruhi persepsi mahasiswa jepang terhadap perilaku

asertivitas sedangkan

pada budaya amerika tidak terdapat konsep yang sama seperti jepang. Hasil temuan
tersebut menunjukkan bahwa perilaku asertivitas sangat di pengaruhi oleh budaya.
Asertivitas pada dasarnya dipengaruhi oleh budaya masyarakat contohnya di
Eropa Barat dan Amerika Utara masyarakat memiliki nilai individualistik yang tinggi.
Berbeda dengan di Asia masyarakat Asia lebih menjunjung kolektifitas namun sikap
asertifitas yang mereka miliki tidak setinggi masyarakat di Eropa Barat dan Amerika
Utara. Selain itu faktor usia juga mempengaruhi asertif seseorang. (Mehmet, 2003).
Senada dengan pernyataan tersebut, terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi perilaku
asertif diantaranya yaitu pendidikan dan jenis kelamin. Di Nigeria, semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat asertifitas. Kemudian dari segi
jenis kelamin dibandingkan wanita, pria lebih memiliki tingkat asertiftas yang tinggi
(Onyeizugbo, 2003).
Oleh karena itu kontak sosial dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu kontak sosial
antar individu dengan individu, dan kontak sosial yang terjadi antara individu dengan
kelompok. Sedangkan komunikasi berkaitan dengan pola relasi dan persepsi yang
didasarkan atas pembicaraan, gerak badan, serta sikap yang ditunjukan individu lain.

Komunikasi akan terbentuk dari reaksi individu terhadap apa yang ditangkapnya

3

melalui indra. Dalam proses komunikasi, individu pada umumnya sering terbentur
keberagaman dan perbedaan yang mereka miliki. Namun pada dasarnya semua individu
memiliki kemampuan untuk mengkoordinir hal-hal yang dibutuhkan dalam komunikasi,
sehingga

komunikasi

dapat

berjalan

dengan

baik

sebagai

makhluk

sosial

(Dwiumami,2008).
Komunikasi antar individu dengan kelompok etnis Sumba, memiliki perbedaanperbedaan yang ada tidak boleh menghalangi individu maupun kelompok dalam
mengembangkan sikap keterbukaan dalam kelompoknya.sebagai bagian dari kelompok,
mahasiswa dituntut untuk menerapkan sikap keterbukaan sehingga terwujud kelancaran
dalam diskusi dan penyelesaian masalah yang baik. Selain itu mahasiswa juga
diharapkan dapat saling menghargai, menghormati, dan memahami antar satu dengan
yang lainnya. Jika antara sesama mahasiswa sudah menanamkan dan menciptakan
kehidupan yang penuh dengan rasa persaudaraan dan kekeluargaan maka dengan
asertivitas akan membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan mempunyai sikap
konsekuen untuk dapat melaksanakan keputusannya sendiri.
Pada pria dan wanita jika ditinjau dari jenis kelamin maka akan mempengaruhi
asertivitas Rakos (1991) menyatakan bahwa pria lebih asertif dari pada wanita, hal ini
disebabkan oleh adanya tuntutan bahwa pada umumnya pria banyak memiliki sifat-sifat
yang kuat, asertif, kompetitif dan ambisius. Jenis kelamin yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap perilaku asertif biasanya berhubungan dengan pola asuh dan budaya
yang melingkupi. Berdasarkan uraiannya tersebut dapat diduga bahwa pria lebih asertif
dari pada wanita. Albert dan emmos dalam (Paneva & Mavrodied, 2013) menyatakan
bahwa asertivitas merupakan pernyataan yang positif yang menunjukkan sikap
menghargai orang lain. Asertivitas diartikan sebagai individu yang bisa melakukan

4

sesuatu atas dasar keinginannya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain,
menegakkan hak-hak pribadinya tanpa mengesampingkan hak orang lain, serta mampu
untuk mengekspresikan perasaan-perasaanya secara nyaman dan terbuka.
Berdasarkan hal-hal tersebut etnis Sumba dituntut untuk mempunyai
kemampuan berhubungan dengan orang lain disekitarnya dan memiliki kualitas yang
lebih baik maka yang diperlukan sikap asertivitas dari seseorang. Memiliki sikap yang
asertif membuat mahasiswa mudah untuk lebih menyampaikan pendapatnya, contohnya
banyaknya mahasiswa yang mudah terbawa arus ketika etnisnya mengalami masalah
yang mengalami faktor-faktor di luar dirinya sendiri.
Penulis menemui ketua Persatuan Warga Sumba di Salatiga (Perwasus) untuk
pra penelitian dan memetakan fenomena perilaku asertivitas yang terjadi pada
mahasiswa etnis Sumba di Salatiga. Etnis Sumba memiliki peranan dalam masyarakat di
Salatiga, adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan sosial yang
melibatkan masyarakat yang ikut serta dalam partisipasi tersebut. Kegiatan yang
dilakukan antara lain adanya kegiatan ibadah, karnaval budaya yang melibatkan
masyarakat untuk berpartisipasi penting dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh kampus maupun kegiatan organisasi dari Persatuan warga Sumba di Salatiga.
Selain itu etnis sumba juga memiliki karakter-karakter seperti keras, acuh tak acuh
dengan lingkungan sekitarnya, mempertahankan pendapatnya, tidak suka berbicara
terlalu banyakdan apa adanya tanpa kadang memperdulikan apa yang dikatakan oleh
orang lain berdasarkan wawancara dengan salah satu anggota Persatuan Warga Sumba
Di Salatiga.
Oleh karena itu, peranan asertivitas sangat dibutuhkan bagi mahasiswa etnis sumba
untuk dapat mencapai keberhasilan studinya, mengembangkan potensi diri, dan

5

tentunya untuk dapat saling menghargai. Sesuai dengan pernyataan Alberti dan Emmos
(2002) yang mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi tingkat asertivitas, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya seperti, Sari
(2013), Singhal dan Nagao (1993), serta Onyeizugb (2003) yang telah mengungkapkan
besarnya pengaruh jenis kelamin terhadap asertivitas, dapat diketahui bahwa jenis
kelamin memberikan peranan yang cukup besar terhadap tingkat asertivitas individu.
Pada usia tertentu, pria secara umum lebih asertif dibandingkan wanita. Dan disisi lain
ternyata wanita terbukti lebih asertif dibandingkan pria. Dengan demikian baik tingkat
pendidikan, gender, maupun usia memiliki pengaruh terhadap tingkat asertivitas.
Berdasarkan fenomena dan kajian—kaijan yang telah dipaparkan diatas maka
peneliti ini tertarik untuk mengetahui Tingkat Asertivitas Mahasiswa Etnis Sumba yang
berada di Salatiga khususnya yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : “Terdapat perbedaan tingkat asertivitas
yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa Etnis Sumba di UKSW

6

ASERTIVITAS
Sikone (2006) mengemukakan bahwa asertif merupakan kemampuan seseorang
untuk dapat mengemukakan pendapat, saran, dan keinginan yang dimilikinya secara
langsung, jujur dan terbuka pada orang lain. Di dalam asertivitas itu sendiri
mengungkapkan suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan,dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai
hak-hak serta perasaan orang lain(Rini,2001).
Corey (2007) memaparkan definisi lain dari perilaku asertivitas yaitu sebagai
ekspresi langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan serta kebutuhan, atau
hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan. Artinya pernyataan tersebut dapat
dinyatakan tanpa berbelit dan dapat terfokus dengan baik dan benar. Jujur berarti
pernyataan dan gerak-geriknya sesuai dengan apa yang diarahkan. Sedangkan pada
tempatnya berarti perilaku tersebut juga memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang
lain yang tidak mementing dirinya sendiri.
Alberti & Emmos (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa asertif merupakan
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan yang paling diinginkan tanpa adanya
rasanya cemas, mengekspresikan kejujuran dan melakukan hak-haknya tanpa melanggar
hak orang lain.
Selanjutnya, perilaku Asertif atau asertivitas berasal dari bahasa inggris
‘’toasertivinessyang di artikan sebagai ungkapan positif, yang dinyatakan dengan tegas
dan terus terang. Rathus dan Nevid (1983) mengemukakan bahwa perilaku asertivitas
sebagai “ The expression of your genuine feelings, standing up for your legitimate rights
and refusing unreasonable request”. Pernyataan tersebut menekan pada perilaku
menampilkan keberanian secara jujur dan terbuka yang menyatakan kebutuhan,

7

perasaan, pikiran-pikiran apa adanya dan mempertahankan hak-hak pribadi, serta
menolak permintaan yang tidak masuk akal dari figure otoritas dan standar-standar yang
berlaku pada kelompok yang dapat menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.
Menegakkan hak-hak pribadi masing-masing dan menolak permintaan orang lain yang
tidak masuk akal dengan cara yang tidak menghina, mengancam, dan tidak meremehkan
orang lain (Rathus, 1996).
Menurut Alberti dan Emmos

(2002), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi

perilaku asertif seseorang, diantaranya :
a. Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan
perasaan dan pikiran jika dibandingkan dengan laki-laki.
b. Harga Diri
Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri
tinggi memiliki kekuatiran, memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga
dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan tanpa merugikan diri sendiri atau
orang lain.
c. Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas itu
sesuai dengan jenis kelamin, usia dan status sosial seseorang.
d. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, luas pula wawasan berpikirnya,
sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih
terbuka.

8

e. Tipe kepribadian
Dalam situasi yang sama, tidak semua individu memberikan respon yang sama,
hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Dengan tipe kepribadian
orang tertentu, seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan
tipe lain.
f. Situasi tertentu lingkungan sekitarnya
Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas.
Misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan
tertentu akan dikuatirkan mengganggu.
Menurut Rathus dan Nevid (1980) bahwa individu yang memiliki perilaku asertif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Meminta pertolongan dari orang lain dan menolak permintaan yang tidak layak.
b. Menyatakan ketidak setujuaan terhadap pendapat orang lain dengan cara efektif.
c. Menjalin interaksi sosial termasuk menyapa, membuka percakapan serta
mengetahui apa yang harus dikatakan
d. Mengungkapkan perasaan serta apa yang di pikirkan pada individu lain, serta
spontan dan tidak berlebihan
e. Memberikan pujian untuk menghargai tingkah laku seseorang dan menerima
pujian yang diberikan orang lain
f. Memberikan keluhan atau komplain pada orang lain dan menerima keluhan
orang lain.

9

METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Tingkat Asertivitas Mahasiswa Etnis
Sumba Di tinjau Dari Jenis Kelamin di Salatiga.
Partisipan
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ialah seluruh mahasiswa etnis sumba
yang berada di Salatiga yang berjumlah 200 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan
metode nonprobability yaitu purposive samplingdengan jumlah sampel sebanyak 140.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam
suatu populasi. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili
seluruh populasi. Sampel diambil sekitar 10% dari total individu yang diteliti menurut
(Sugiarto,dkk,2003). Dengan demikian,jumlah sampel pada penelitian adalah sebanyak
140 orang.
Populasi dari penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana
yang sedang menempuh kuliah di UKSW dengan jumlah kriteria sampel yang terdata
pada organisasi perwasus. Adapun karakteristik adalah :
1. Mahasiswa aktif Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
2. Sedang menempuh pendidikan atau berkuliah di Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW)
Dalam penelitian pengambilan sampel menggunakan signifikansi 1%( sugioyono,
2011),Metode pengumpulan data berupa angket dan skala pengukuran psikologi.
Angket atau kusioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

10

memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawab
(Sugiyono,2011).
Adapun

karekteristik sampel pada penelitian ini adalah

mahasiswa UKSW

(Universitas Kristen Satya Wacana) baik laki-laki dan perempuan pada rentang usia 18
tahun sampai dengan 28 tahun ke atas yang beretnis Sumba atau anggota Perkumpulan
etnis Sumba di Salatiga (Perwasus).

Instrumen
Pengukuran tingkat asertivitas dilakukan dengan menggunakan skala dari Rathus
Asertivitas Scheduleatau skala asertivitas Rathus (1973) . Skala ini untuk mengukur
skala asertivitas dengan menggunakan ciri-ciri perilaku asertif yaitu:Meminta
pertolongan dari orang lain dan menolak permintaan yang tidak layak (aitem no. 5 : Jika
seorang pedagang meyakinkan saya terhadap suatu barang yang tidak sesuai keinginan
saya, maka saya sulit mengatakan tidak), Menyatakan ketidak setujuan terhadap
pendapat orang(aitem no. 28 :Siapapun yang sengaja menyenggol saya, maka saya akan
melawannya), Menjalin interaksi sosial termasuk menyapa, membuka percakapan serta
apa yang ingin dikatakan, (aitem no. 2: Saya ragu untuk menerima janjian dengan orang
lain karena saya malu), Mengungkapkan perasaan serta apa yang dipikirkan pada
individu lain secara spontan, (aitem no. 1: Kebanyakan orang tampaknya secara
langsung lebih mudah menyatakan pendapat di bandingkan saya),Memberikan pujian
dan menerima pujian yang diberikan oleh orang lain, (aitem no. 26 : Ketika saya
mendapat pujian, saya seringkali tidak tahu apa yang harus saya katakan), Memberikan
keluhan atau komplain pada orang lain, (aitem no. 3 : Ketika makanan yang dilayani

11

oleh sebuah restoran belum membuat saya merasa puas, saya akan mengadukan hal
tersebut kepada pelayanannya.
Rathus Asertiviness Schedule diadaptasi oleh peneliti dengan menerjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan dilakukan dengan penyesuaian dengan
subjek yang akan diteliti. Skala asertivitas ini terdiri pernyataan favorable dan
pernyataan unfavorable, dimana pernyataan tersebut mengarah kepada keadaan
sebenarnya diri individu atau peneliain diri sendiri (self report ). Skala asertivitas berisi
30 item terdiri dari penyataan favorable 10 item dan pernyataan unfavorable 20 item
dan menggunakan pengskalaan model liket dengan empat pilihan jawaban.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dengan format skala
likert untuk mengukur setiap pernyataan dalam kuisioner. Adapun skala jawaban terdiri
dari pilihan sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju
(SS). Untuk masing-masing pilihan jawaban akan diberi skor 1 untuk STS, 2 untuk TS,
3 untuk S dan 4 untuk pilihan jawaban SS. Kuisioner akan dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan alat analisis Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 16.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu alat ukur berupa skala perilaku
asertif yang juga telah disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan
oleh Rathus dan Nevid (1973). Reabilitas berasal dari kata reability yang berasal dari
dua kata rely dan ablity. Pengukuran yang memiliki reabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliable. Reabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama diperoleh hasil relative sama, selama aspek yang diukur belum

12

berubah (Azwar,2001).Untuk menguji reliabilitas alat ukur maka digunakan rumus
Alpha Cronbach.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil Seleksi item pada skala asertivitas yang terdiri dari 30 item ini
menggunakan perhitungan dengan program SPSS 16.0 for windows dan koefisian
korelasi sebesar seperti yang dikemukakan oleh Azwar (2012). Berdasarkan pengujian
yang dilakukan sebanyak satu kali, didapatkan koefisien seleksi item. Dalam penelitian
ini ada 15 item yang gugur, item tersebut yang gugur adalah item nomor
3,5,6,9,10,11,13,15,19,21,22,23,25,28 dan 29.
Salah satu ciri instrument ukur yang berkualitas baik adalah reilabel (reliable),
yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran kecil. Koefisien
reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0 sampe dengan 1,00. Bila koefisian
reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel,
begitupun sebaliknya (Azwar,2012). Berikut ini merupakan tabel hasil uji reliabilitas
dengan menggunakan bantuan SPSS 16.
Tabel 1.1
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.651
15

Dari hasil uji reliabilitas setelah 15 item yang gugur dihilangkan diperoleh hasil
koefisien =0, 651, maka dapat disimpulkan bahwa skala asertivitas yang digunakan
dalam penelitian ini reliabel.

13

Subjek penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa etnis Sumba berusia 18-28
tahun ke atas yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana yang berjumlah 200
mahasiswa.Teknik pengambilan sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampling purposive sampling, yaitu pengambilan sampel diambil dengan
karakteristik tertentu, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya. Sehingga dalam
penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 140 mahasiswa etnis Sumba
Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga.
Tabel 1.2
Deskripsi Partisipan Penelitian
No
1

Jenis Kelamin
Laki-laki

2

Total
Perempuan

Total

Usia
18-20
21-23
24-26
27-28
18-20
21-23
24-26
27-28

Total
37
25
15
10
87
20
13
12
8
53

Persentase
42,5 %
28,7%
17,2%
11,4%
100%
37,7%
24,5%
22,6%
15,1%
100%

Persentase kategori partisipan dihitung dengan menggunakan rumus :
%=

Prosedur Pengumpulan Data
Adapun penyebaran angket diberikan secara acak pada 140 mahasiswa etnis
Sumba yang ditemui di tempat perkumpulan etnis Sumba dengan tidak membedabedakan usia, jenis kelamin maupun fakultas. Kemudian peneliti mendatangi satu
persatu mahasiswa dengan terlebih dahulu meminta mereka untuk berpartisipasi dalam

14

pengisian angket.Setelah mahasiswa setuju untuk berpartisipasi, maka peneliti
memberikan angket yang harus diisi dengan tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada mahasiswa ketika angket telah diisi. Adapun penelitian yang telah dilaksanakan
pada tanggal 17 sampe 18 maret 2017. Akhirnya total yang didapatkan peneliti adalah
140 mahasiswa dengan rincian 87 mahasiswa laki-laki dan 53 mahasiswa perempuan.
Teknik Analisis Data
Peneliti akan deskripsikan skor dari tingkat asertivitas, seperti apa tingkat
asertivitas kelompok etnis Sumba dan seberapa tinggi tingkat asertivitas mereka dengan
menggunakan analisis deskriptif statistic.
Untuk melihat perbedaan asertivitas ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa
etnis sumba peneliti menggunakan t-test untuk 2 sampel independent. Analisis data
dilakukan dengan bantuan program bantu computer yaitu SPSS 16,0 for windows.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tahap selanjutnya adalah melakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas yang
bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada
masing-masing variabel. Data dari variabel penelitian diuji normalitasnya dengan
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnow Test dan untuk perhitungannya dibantu
dengan program SPSS 16 for windows. Data dapat dikatakan berdibtribusi normal
apabila nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :

15

Tabel 1.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Laki-laki Perempuan
N
87
53
a
Normal Parameters
Mean
40.29
38.7736
Std. Deviation
4.870
4.81441
Most Extreme
Absolute
.098
.104
Differences
Positive
.075
.100
Negative
-.098
-.104
Kolmogorov-Smirnov Z
.918
.755
Asymp. Sig. (2-tailed)
.369
.619
a. Test distribution is Normal.

Selanjutnya adalah uji homogenitas yang bertujuan untuk melihat apakah
sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan
homogen apabila nilai probabilitas p>0,05. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. 4
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Asertivitas
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
.043
1
138
.836

Dari hasil uji homogenitas menggunakan SPSS 16 for windows menunjukkan
bahwa nilai koefisien levene test sebesar 0,043 dengan signifikansi sebesar 0,836. Oleh
karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
homogen.
Analisis deskriptif
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel asertivitas pada mahasiswa lakilaki dan mahasiswa perempuan, maka digunakan 4 buah kategori pengelompokkan,

16

yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Variabel asertivitas memiliki item
sebanyak 15 item, dengan skor berjenjang antara skor 0 hingga skor 4 berdasarkan jenis
item favorable dan unfavorable. Pembagian skor tertinggi dan terendah pada variabel
asertivitas adalah sebagai berikut :
a. Skor tertinggi : 15x 4= 60
b. Skor terendah : 0x15=15
Untuk dapat menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel assertiveness
seperti dijelaskan sebelumnya menggunakan 4 kategori, yaitu dengan mengurangi
jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah
kategori :

berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan kategori pada asertivitas sebagai berikut :
Sangat tinggi

: 48.9≤x