draft permen pengeluaran

-1-

RANCANGAN
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR

/PERMEN-KP/2017

TENTANG

TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA
PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

:


a. bahwa dalam rangka mencegah penyebaran
hama dan penyakit ikan karantina melalui
media pembawa yang dikeluarkan antar area
atau dari wilayah Negara Republik Indonesia
diperlukan adanya tindakan karantina ikan;
b. bahwa dalam rangka memenuhi dan menjawab
isu perdagangan internasional, perkembangan
sistem perkarantinaan ikan, perkembangan
teknologi dan adanya perubahan organisasi,
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan
Karantina

Ikan

untuk

pengeluaran


Media

Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina
dinilai

sudah

tidak

sesuai

lagi

kebutuhan dan perkembangan saat ini;

dengan

-2-

c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas

dan

sebagai

pelaksanaan

dari

Pasal

34

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun

2002

tentang

perlu


Karantina

mengatur
ikan

Ikan

kembali

dipandang

tindakan

untuk pengeluaran

karantina

media pembawa

hama dan penyakit ikan karantina, dengan

Peraturan Menteri;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf
a, b dan c diatas, perlu menetapkan Peraturan
Menteri

Kelautan

Tindakan

dan

Karantina

Perikanan
Pengeluaran

tentang
Media

Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;

Mengingat

: 1.

Undang-undang

Nomor

5

Tahun

1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan

Ekosistemnya

Republik

49,

Indonesia

Tambahan

(Lembaran
Tahun

Lembaran

Negara

1990

Nomor

Negara

Nomor


3419);
2.

Undang-Undang

Nomor

16

Tahun

1992

tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3482);
3.


Undang-Undang

Nomor

31

Tahun

2004

tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik
4433) sebagaimana
Undang-Undang

Indonesia Nomor

telah diubah dengan


Nomor

45

Tahun

2009

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);

-3-

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36,
Tambahan


Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Nomor 4197);
5.

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang

Organisasi

Kementerian

Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
6.

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2017

tentang

Presiden

Perubahan

Nomor

Kementerian

63

Atas

Tahun

Kelautan

Peraturan

2015

dan

tentang

Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 5);
7.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik

Indonesia

Nomor

33/PERMEN-

KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;
8.

Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan

Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-KP/2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
9.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor PER.25/MEN/2011
tentang

Organisasi

dan

Tata

Kerja

Unit

Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;

-4-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN

MENTERI

PERIKANAN

TENTANG

KELAUTAN

TINDAKAN

DAN

KARANTINA

IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA
HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.

Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan
karantina, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari
luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri,
atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.

2.

Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dari wilayah
Negara Republik Indonesia ke luar negeri atau dari suatu area
ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

3.

Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang
selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau
Benda Lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.

4.

Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disingkat
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat
mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat.

5.

Tempat pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai,
pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos lintas
batas negara, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang
ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa
hama dan penyakit ikan.

-5-

6.

Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas
Karantina adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas
untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

7.

Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh
daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau
mati, termasuk bagian-bagiannya.

8.

Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, atau pulau,
atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama
dan penyakit ikan.

9.

Benda Lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai
potensi penyebaran hama dan penyakit ikan karantina.

10. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan,
keabsahan dan kebenaran isi dokumen (jenis, jumlah dan/atau
ukuran) serta untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
11. Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa HPIK
yang akan dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
12. Penolakan adalah tindakan tidak diijinkannya media pembawa
dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
13. Perlakuan

adalah

tindakan

membebaskan

atau

menyucihamakan Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan
Karantina dan/atau hama dan penyakit ikan tertentu.
14. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan media pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya.
15. Pembebasan adalah tindakan mengijinkan media pembawa
untuk dikeluarkan antar area di dalam atau dari wilayah Negara
Republik Indonesia melalui tempat-tempat pengeluaran yang
telah

ditetapkan

sebelumnya.

setelah

dikenakan

tindakan

karantina

-6-

16. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di
dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina.
17. Surat Persetujuan Muat yang selanjutnya disebut SPM adalah
dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di
tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa
disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut.
18. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan dan Produk Perikanan yang
selanjutnya disebut SKLL adalah dokumen yang menyatakan
bahwa media pembawa yang berupa ikan atau produk perikanan
yang tercantum didalamnya dapat dilalulintasbebaskan ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
19. Surat Keterangan Benda Lain yang selanjutnya disebut SKBL
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan
bahwa media pembawa berupa benda lain yang tercantum di
dalamnya dalam keadaan baik dan/atau tidak rusak/busuk
atau tidak tertular HPIK.
20. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Instalasi
Karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang

ada

padanya

yang

digunakan

untuk

melaksanakan

tindakan karantina.
21. Pemilik

Media

Pembawa

yang

selanjutnya

disebut

Pemilik/Kuasanya adalah orang atau badan hukum yang
memiliki media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab
atas pengeluaran.
22. Alat

Angkut

adalah

alat

angkutan

dan

sarana

yang

dipergunakan untuk mengangkut yang langsung berhubungan
dengan media pembawa.

-7-

23. Cara Karantina Ikan yang Baik yang selanjutnya disingkat CKIB
adalah metode yang berisikan standar operasional prosedur
yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan

fasilitas

instalasi

karantina

dilakukan

secara

efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti
untuk menjamin kesehatan ikan.
24. Tanda Pengaman Karantina Ikan yang selanjutnya disebut tanda
pengaman adalah lembaran kertas berperekat atau tidak,
dengan

tanda

atau

lambang

karantina

ikan

dan

nomor

pengawasan dengan bentuk, warna, dan ukuran tertentu.
25. Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil perikanan yang selanjutnya disebut UPT KIPM
adalah

Unit

Pelaksana

Teknis

Badan

Karantina

Ikan,

Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan.

Pasal 2
Tindakan karantina untuk pengeluaran media pembawa bertujuan
untuk:
a. mencegah penyebaran HPIK;
b. memenuhi persyaratan negara atau area tujuan;
c. memenuhi standar kesehatan hewan dunia (Office International
des Epizooties); dan
d. memberikan jaminan kesehatan ikan.

BAB II
PERSYARATAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA
Pasal 3
(1)

Setiap

pengeluaran

media

pembawa

dari

wilayah

Negara

Republik Indonesia ke luar negeri wajib:
a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
b. dilaporkan

dan

diserahkan

kepada

petugas

karantina

ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk keperluan tindakan karantina;

-8-

c. dilengkapi

Sertifikat

Kesehatan

Ikan

dan

Produk

Perikanan/Health Certificate for Fish anf Fish Products yang
diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran
apabila dipersyaratkan negara tujuan; dan
d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan negara tujuan.
(2)

Terhadap pengeluaran Media Pembawa dari wilayah Negara
Republik Indonesia ke luar negeri yang tidak wajib dilengkapi
Sertifikat

Kesehatan

Ikan

dan

Produk

Perikanan/Health

Certificate for Fish and Fish Products, dilengkapi dengan SPM
yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran.
(3)

Bentuk dan format Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan /Health Certificate for Fish and Fish Products
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 4
Adanya persyaratan dari negara tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, dibuktikan dan/atau dinyatakan,
antara lain dalam:
a. permohonan tertulis pemeriksaan karantina yang disampaikan
oleh pemilik/kuasanya;
b. ketentuan impor dari negara tujuan; dan/atau
c. ketentuan internasional yang mengikat.

Pasal 5
(1)

Setiap pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib:
a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
b. dilaporkan

dan

diserahkan

kepada

Petugas

Karantina

ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk keperluan tindakan karantina; dan
c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan
Domestik, kecuali Benda Lain; dan
d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan.

-9-

(2) Kewajiban melengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
c, berlaku bagi pengeluaran media pembawa yang dikirim dari
area tidak bebas ke area lain yang bebas Penyakit Ikan Karantina.
(3) Dalam hal pengeluaran media pembawa yang dikirim dari:
a. area bebas ke area lain yang bebas;
b. area bebas ke area lain yang tidak bebas; atau
c. area tidak bebas ke area lain yang tidak bebas Penyakit Ikan
Karantina;
dilengkapi SKLL yang diterbitkan oleh Petugas karantina di
tempat pengeluaran.
(4) Dalam hal pengeluaran media pembawa berupa benda lain dari
suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia,

dilengkapi

SKBL

yang

diterbitkan

oleh

petugas

karantina di tempat pengeluaran.
(5) Bentuk

dan

format

Sertifikat

Kesehatan

Ikan

dan

Produk

Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Bentuk dan format SKBL sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(7) Bentuk dan format SKLL sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 6
Area yang tidak bebas maupun area yang bebas HPIK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 didasarkan pada daerah sebar HPIK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 10 -

Pasal 7
(1) Pelaporan

dan

penyerahan

media

pembawa

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan Pasal 5 ayat (1)
huruf b, dilakukan untuk mencegah kemungkinan keluarnya
media

pembawa

yang

dilarang

dan/atau

diatur/dibatasi

berdasarkan jenis, jumlah, ukuran, waktu pengeluaran, lokasi
pengeluaran dan/atau tujuan pengeluaran.
(2) Terhadap media pembawa yang telah dilaporkan dan diserahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas karantina wajib
melakukan pemeriksaan secara visual.

Pasal 8
(1)

Setiap pengeluaran media pembawa yang berupa:
a. barang bawaan, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan
menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di
tempat pengeluaran paling lambat 4 (empat) jam sebelum
keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai
dengan persyaratan;
b. barang muatan atau kiriman pos, pemilik/kuasanya wajib
melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada
petugas karantina ditempat pengeluaran paling lambat 1
(satu) hari sebelum dilaksanakan tindakan karantina;
c. barang bawaan yang berasal dari Instalasi Karantina yang
telah memiliki sertifikat CKIB, pemilik/kuasanya wajib
melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada
petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 2
(dua)

jam

sebelum

keberangkatan,

dan

dilaksanakan

tindakan karantina sesuai dengan persyaratan; atau

- 11 -

d. barang muatan atau kiriman pos, yang berasal dari Instalasi
Karantina

yang

telah

pemilik/kuasanya

wajib

media

kepada

pembawa

memiliki

sertifikat

melaporkan

dan

petugas

CKIB,

menyerahkan

karantina

ditempat

pengeluaran selambat-lambatnya 4 (empat) jam sebelum
keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai
dengan persyaratan.

Pasal 9
(1)

Kewajiban melaporkan dan menyerahkan media pembawa oleh
pemilik/kuasanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 atau
Pasal 5 disampaikan dalam bentuk Permohonan Pemeriksaan
Karantina

(PPK)

kepada

Kepala

UPT

KIPM

di

tempat

pengeluaran.
(2)

Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang

bawaan

atau

kiriman

pos,

harus

melampirkan

persyaratan;
a. fotokopi kartu identitas pemilik/kuasanya; dan
b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah
menerapkan CKIB.
(3)

Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang muatan, harus melampirkan persyaratan:
a. fotokopi kartu pelaku usaha di bidang kelautan dan
perikanan; dan
b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah
menerapkan CKIB.

(4)

Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara manual atau elektronik.

(5)

Penyampaian PPK secara manual sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan dengan cara menyerahkan secara langsung
kepada Kepala UPT KIPM di tempat pengeluaran.

(6)

Penyampaian PPK secara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan melalui aplikasi PPK online.

- 12 -

(7)

Dalam hal penyampaian PPK terhadap pengeluaran media
pembawa

yang

memerlukan

persyaratan

tambahan,

pemilik/kuasa media pembawa wajib melampirkan persyaratan
tambahan dimaksud.

Pasal 10
(1) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka terhadap
media pembawa tersebut dilakukan tindakan karantina.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 tidak dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka
terhadap media pembawa tersebut dilakukan penolakan disertai
alasan.
BAB III
TINDAKAN KARANTINA
Pasal 11
(1)

Setiap pengeluaran media pembawa wajib dilakukan tindakan
karantina.

(2)

Tindakan karantina terhadap media pembawa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Pemeriksaan;
b. Pengasingan;
c. Pengamatan;
d. Perlakuan;
e. Penahanan;
f. Penolakan;
g. Pemusnahan; dan/atau
h. Pembebasan.

(3)

Selama dilakukan tindakan karantina sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), media pembawa dilarang untuk:
a. Dipindahtempatkan dari instalasi karantina ikan ke tempat
lain;
b. Dipindahtangankan dari pemilik media pembawa kepada
pihak lain; dan
c. Ditukar dengan media pembawa dari jenis yang sama atau
dari jenis yang lain.

- 13 -

Pasal 12
(1)

T
indakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2) huruf a meliputi:
a.

p
emeriksaan dokumen;

b.

p
emeriksaan kesehatan media pembawa; dan/atau

c.

p
emeriksaan keamanan hayati.

(2)

Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen
serta pemeriksaan kebenaran isi dokumen.

(3)

Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen dilakukan
untuk mengetahui pemenuhan kewajiban pemilik/kuasanya
terhadap seluruh jenis dokumen yang dipersyaratkan dan
untuk mengetahui keabsahannya.

(4)

Dokumen dianggap lengkap apabila seluruh jenis dokumen
yang dipersyaratkan atau diwajibkan telah dipenuhi.

(5)

Dokumen dianggap sah apabila dokumen merupakan dokumen
asli yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang untuk
media pembawa tertentu.

(6)

Dokumen

dianggap

benar

apabila

berdasarkan

hasil

pemeriksaan secara visual terdapat kesesuaian antara isi
dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media
pembawa.
Pasal 13
(1)

Dalam hal hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3)
dinyatakan lengkap dan sah, maka dilakukan

identifikasi

risiko terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan.
(2)

Hasil identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
a. media

pembawa

tidak

dipersyaratkan

pemeriksaan

kesehatan; atau
b. media pembawa dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan.

- 14 -

Pasal 14
(1)

A
pabila

berdasarkan

identifikasi

risiko

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
pembawa

tersebut

kesehatan,

maka

tidak

media

ayat (1) media

dipersyaratkan

terhadap

media

pembawa

pemeriksaan

pembawa

dilakukan

pemeriksaan kebenaran isi dokumen.
(2)

P
emeriksaan kebenaran isi dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi
media pembawa (jenis, jumlah dan/atau ukuran) dengan
dokumen yang menyertainya.

(3)

D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
benar, maka terhadap media pembawa yang dikeluarkan dari
wilayah

Negara

Republik

Indonesia

dilakukan

tindakan

pembebasan dengan SPM.
(4)

D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
benar, terhadap media pembawa yang dikeluarkan antar area
dilakukan tindakan pembebasan dengan diterbitkan SKLL.

(5)

D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
tidak benar, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya dengan menerbitkan Surat Penolakan.

(6)

T
erhadap

media

pembawa

yang

ditolak

pengeluarannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (5), apabila setelah 3 (tiga)
hari sejak diterbitkan Surat Penolakan tidak diurus atau busuk
atau rusak, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan
pemusnahan.

Pasal 15
(1)

Terhadap media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan

- 15 -

kebenaran isi dokumen dan dinyatakan benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4), maka pada
kemasannya dipasang tanda pengaman karantina ikan.
(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda pengaman karantina
ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan.

Pasal 16
(1)

Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), merupakan
media pembawa yang dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan,
maka

dilakukan

pemeriksaan

klinis

dan/atau

laboratoris

terhadap media pembawa.
(2)

Pemeriksaan

klinis

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit ikan
karantina dan/atau penyakit ikan tertentu pada media pembawa
yang didasarkan pada pengamatan gejala, tingkah laku atau
perubahan abnormalitas.
(3)

Pemeriksaan laboratoris sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan untuk memastikan secara definitif ada tidaknya
penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan tertentu yang
dipersyaratkan negara atau area tujuan berdasarkan pengujian
di laboratorium.

(4)

Untuk

keperluan

pemeriksaan

kesehatan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengambilan contoh uji.
(5)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan contoh
uji sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan.

Pasal 17
(1)

Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), media pembawa
dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan dan pemilik/kuasanya
sudah menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Ikan melalui
sertifikasi CKIB, maka terhadap media pembawa tersebut
dilakukan

verifikasi

dipersyaratkan.

hasil

survailan

HPIK/HPI

yang

- 16 -

(2)

Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memenuhi persyaratan negara atau area tujuan, maka
terhadap

media

pembawa

tersebut

diterbitkan

Sertifikat

Kesehatan.

(3)

Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak memenuhi persyaratan negara atau area tujuan,
maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya
dengan menerbitkan Surat Penolakan.

Pasal 18
(1)

Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah
Negara

Republik

Indonesia

apabila

berdasarkan

hasil

pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), media pembawa tersebut:
a.

bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara
tujuan,

maka

terhadap

media

pembawa

tersebut

dibebaskan dengan menerbitkan Sertifikat Kesehatan;
b.

tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina
Golongan I, maka terhadap
ditolak

pengeluarannya

dan

media pembawa tersebut
ditindak

lanjuti

dengan

pemusnahan;
c.

tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina
Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut
diberi perlakuan.

d.

Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan,
maka

terhadap

media

pembawa

tersebut

dilakukan

penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan.
(2)

Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau
laboratoris

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),

- 17 -

media pembawa tersebut:
a. bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh area
tujuan,

maka

terhadap

media

pembawa

tersebut

dibebaskan dengan diterbitkan Sertifikat Kesehatan;

b. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
area

tujuan

yang

merupakan penyakit ikan karantina

Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya dan ditindak lanjuti dengan pemusnahan;
c. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
area

tujuan

yang

merupakan penyakit ikan karantina

Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi
perlakuan.
d. Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan,
maka

terhadap

media

pembawa

tersebut

dilakukan

penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan.
(3)

Apabila setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, media pembawa tersebut
dapat disembuhkan atau disucihamakan dari penyakit ikan
yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dan/atau penyakit
ikan karantina Golongan II, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan pembebasan dengan diberikan Sertifikat
Kesehatan.

Pasal 19
(1)

Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2), dilaksanakan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari sejak petugas karantina menerima media pembawa
dari pemilik/kuasanya.

(2)

Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan klinis
dan/atau laboratoris masih diperlukan tindakan karantina
lebih lanjut.
Pasal 20

- 18 -

(1)

Petugas karantina melakukan pemeriksaan ulang terhadap
media pembawa yang akan dikeluarkan untuk memastikan
kesesuaian antara isi dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau
ukuran media pembawa.

(2)

Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah kemasan media pembawa yang akan dikeluarkan.

(3)

Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan di
tempat pengeluaran atau di tempat pemeriksaan karantina.

(4)

Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan cara memeriksa keutuhan tanda pengaman
karantina ikan dan/atau membuka kemasan media pembawa.

Pasal 21
(1)

Apabila

berdasarkan

pemeriksaan

ulang

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20, jenis, jumlah, dan/atau ukuran
media pembawa yang akan dikeluarkan dinyatakan sesuai,
maka petugas karantina menyerahkan Sertifikat Kesehatan
kepada pemilik/kuasanya di tempat pengeluaran.
(2)

Dalam

hal

setelah

dilakukan

pemeriksaan

ulang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, media pembawa:
a. tidak sesuai antara jenis, jumlah dan/atau ukuran media
pembawa yang akan dikeluarkan, maka terhadap seluruh
media pembawa tersebut dilakukan penolakan;
b. dilarang pengeluarannya, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan penahanan; atau
c. diatur/dibatasi pengeluarannya dan tidak dilaporkan serta
diserahkan kepada petugas karantina, maka terhadap
media

pembawa

tersebut

dilakukan

penahanan

atau

penolakan dan dilanjutkan dengan pelepasliaran atau
diserahkan kepada instansi yang berwenang.

Pasal 22

- 19 -

Terhadap

media

pembawa

yang

telah

dilakukan

pemeriksaan

ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikemas kembali oleh
pemilik/kuasanya di bawah pengawasan petugas karantina.

Pasal 23
(1)

Terhadap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara
Republik

Indonesia,

dilengkapi

yang

Sertifikat

pada

saat keberangkatan

Kesehatan/Health

tidak

Certificate

yang

dipersyaratkan negara tujuan, dilakukan penolakan.
(2)

Terhadap pengeluaran media pembawa dari suatu area tidak
bebas HPIK ke area bebas HPIK di dalam wilayah Negara
Republik

Indonesia,

yang

pada

saat keberangkatan

tidak

dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan
Domestik, dilakukan penolakan.
(3)

Terhadap

media

pembawa

yang

dikenakan

penolakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang tidak
diurus

oleh

pemilik/kuasanya,

dikenakan

tindakan

pemusnahan kecuali media pembawa tersebut merupakan jenis
yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya.
(4)

Terhadap

media

sebagaimana

pembawa

yang

dikenakan

penolakan

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), apabila

merupakan jenis yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya,
dan

berdasarkan

pemeriksaan

kesehatan

media

pembawa

tersebut tidak tertular penyakit ikan karantina, maka terhadap
media

pembawa

tersebut

pemerintah

yang

penelitian

dan/atau

diserahkan

membidangi

kepada

konservasi

pengembangan

atau

lembaga
lembaga

perikanan

atau

dilepasliarkan.

Pasal 24
Petugas karantina tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerusakan
dan/atau

kematian

sepanjang

tindakan

ikan

atau

karantina

keterlambatan
sebagaimana

pemberangkatan,
dimaksud

dalam

Peraturan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- 20 -

Pasal 25
(1) Segala

biaya

yang

timbul

sebagai

akibat

dilaksanakannya

tindakan karantina dibebankan kepada pemilik/kuasanya.
(2) Segala

penerimaan

yang

berasal

dari

biaya

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan
pajak yang wajib di setor ke Kas Negara.

Pasal 26
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang
Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

- 21 -

Lembar Pengesahan
No

Jabatan

1.

Kepala BKIPM

2.

Sekretaris BKIPM

3.

Kapuskari

Paraf

- 22 LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

- 23 -

- 24 -

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

- 25 LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

- 26III
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

- 27 - IV
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI