draft permen pengeluaran
-1-
RANCANGAN
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA
PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
a. bahwa dalam rangka mencegah penyebaran
hama dan penyakit ikan karantina melalui
media pembawa yang dikeluarkan antar area
atau dari wilayah Negara Republik Indonesia
diperlukan adanya tindakan karantina ikan;
b. bahwa dalam rangka memenuhi dan menjawab
isu perdagangan internasional, perkembangan
sistem perkarantinaan ikan, perkembangan
teknologi dan adanya perubahan organisasi,
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan
Karantina
Ikan
untuk
pengeluaran
Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina
dinilai
sudah
tidak
sesuai
lagi
kebutuhan dan perkembangan saat ini;
dengan
-2-
c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas
dan
sebagai
pelaksanaan
dari
Pasal
34
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002
tentang
perlu
Karantina
mengatur
ikan
Ikan
kembali
dipandang
tindakan
untuk pengeluaran
karantina
media pembawa
hama dan penyakit ikan karantina, dengan
Peraturan Menteri;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf
a, b dan c diatas, perlu menetapkan Peraturan
Menteri
Kelautan
Tindakan
dan
Karantina
Perikanan
Pengeluaran
tentang
Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
Mengingat
: 1.
Undang-undang
Nomor
5
Tahun
1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan
Ekosistemnya
Republik
49,
Indonesia
Tambahan
(Lembaran
Tahun
Lembaran
Negara
1990
Nomor
Negara
Nomor
3419);
2.
Undang-Undang
Nomor
16
Tahun
1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3482);
3.
Undang-Undang
Nomor
31
Tahun
2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik
4433) sebagaimana
Undang-Undang
Indonesia Nomor
telah diubah dengan
Nomor
45
Tahun
2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
-3-
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4197);
5.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang
Organisasi
Kementerian
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
6.
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2017
tentang
Presiden
Perubahan
Nomor
Kementerian
63
Atas
Tahun
Kelautan
Peraturan
2015
dan
tentang
Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 5);
7.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik
Indonesia
Nomor
33/PERMEN-
KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;
8.
Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-KP/2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
9.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor PER.25/MEN/2011
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
-4-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
MENTERI
PERIKANAN
TENTANG
KELAUTAN
TINDAKAN
DAN
KARANTINA
IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA
HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan
karantina, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari
luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri,
atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
2.
Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dari wilayah
Negara Republik Indonesia ke luar negeri atau dari suatu area
ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
3.
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang
selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau
Benda Lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
4.
Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disingkat
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat
mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat.
5.
Tempat pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai,
pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos lintas
batas negara, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang
ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa
hama dan penyakit ikan.
-5-
6.
Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas
Karantina adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas
untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7.
Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh
daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau
mati, termasuk bagian-bagiannya.
8.
Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, atau pulau,
atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama
dan penyakit ikan.
9.
Benda Lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai
potensi penyebaran hama dan penyakit ikan karantina.
10. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan,
keabsahan dan kebenaran isi dokumen (jenis, jumlah dan/atau
ukuran) serta untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
11. Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa HPIK
yang akan dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
12. Penolakan adalah tindakan tidak diijinkannya media pembawa
dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
13. Perlakuan
adalah
tindakan
membebaskan
atau
menyucihamakan Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan
Karantina dan/atau hama dan penyakit ikan tertentu.
14. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan media pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya.
15. Pembebasan adalah tindakan mengijinkan media pembawa
untuk dikeluarkan antar area di dalam atau dari wilayah Negara
Republik Indonesia melalui tempat-tempat pengeluaran yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
setelah
dikenakan
tindakan
karantina
-6-
16. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di
dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina.
17. Surat Persetujuan Muat yang selanjutnya disebut SPM adalah
dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di
tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa
disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut.
18. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan dan Produk Perikanan yang
selanjutnya disebut SKLL adalah dokumen yang menyatakan
bahwa media pembawa yang berupa ikan atau produk perikanan
yang tercantum didalamnya dapat dilalulintasbebaskan ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
19. Surat Keterangan Benda Lain yang selanjutnya disebut SKBL
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan
bahwa media pembawa berupa benda lain yang tercantum di
dalamnya dalam keadaan baik dan/atau tidak rusak/busuk
atau tidak tertular HPIK.
20. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Instalasi
Karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang
ada
padanya
yang
digunakan
untuk
melaksanakan
tindakan karantina.
21. Pemilik
Media
Pembawa
yang
selanjutnya
disebut
Pemilik/Kuasanya adalah orang atau badan hukum yang
memiliki media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab
atas pengeluaran.
22. Alat
Angkut
adalah
alat
angkutan
dan
sarana
yang
dipergunakan untuk mengangkut yang langsung berhubungan
dengan media pembawa.
-7-
23. Cara Karantina Ikan yang Baik yang selanjutnya disingkat CKIB
adalah metode yang berisikan standar operasional prosedur
yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan
fasilitas
instalasi
karantina
dilakukan
secara
efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti
untuk menjamin kesehatan ikan.
24. Tanda Pengaman Karantina Ikan yang selanjutnya disebut tanda
pengaman adalah lembaran kertas berperekat atau tidak,
dengan
tanda
atau
lambang
karantina
ikan
dan
nomor
pengawasan dengan bentuk, warna, dan ukuran tertentu.
25. Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil perikanan yang selanjutnya disebut UPT KIPM
adalah
Unit
Pelaksana
Teknis
Badan
Karantina
Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan.
Pasal 2
Tindakan karantina untuk pengeluaran media pembawa bertujuan
untuk:
a. mencegah penyebaran HPIK;
b. memenuhi persyaratan negara atau area tujuan;
c. memenuhi standar kesehatan hewan dunia (Office International
des Epizooties); dan
d. memberikan jaminan kesehatan ikan.
BAB II
PERSYARATAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA
Pasal 3
(1)
Setiap
pengeluaran
media
pembawa
dari
wilayah
Negara
Republik Indonesia ke luar negeri wajib:
a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
b. dilaporkan
dan
diserahkan
kepada
petugas
karantina
ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk keperluan tindakan karantina;
-8-
c. dilengkapi
Sertifikat
Kesehatan
Ikan
dan
Produk
Perikanan/Health Certificate for Fish anf Fish Products yang
diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran
apabila dipersyaratkan negara tujuan; dan
d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan negara tujuan.
(2)
Terhadap pengeluaran Media Pembawa dari wilayah Negara
Republik Indonesia ke luar negeri yang tidak wajib dilengkapi
Sertifikat
Kesehatan
Ikan
dan
Produk
Perikanan/Health
Certificate for Fish and Fish Products, dilengkapi dengan SPM
yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran.
(3)
Bentuk dan format Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan /Health Certificate for Fish and Fish Products
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Adanya persyaratan dari negara tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, dibuktikan dan/atau dinyatakan,
antara lain dalam:
a. permohonan tertulis pemeriksaan karantina yang disampaikan
oleh pemilik/kuasanya;
b. ketentuan impor dari negara tujuan; dan/atau
c. ketentuan internasional yang mengikat.
Pasal 5
(1)
Setiap pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib:
a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
b. dilaporkan
dan
diserahkan
kepada
Petugas
Karantina
ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk keperluan tindakan karantina; dan
c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan
Domestik, kecuali Benda Lain; dan
d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan.
-9-
(2) Kewajiban melengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
c, berlaku bagi pengeluaran media pembawa yang dikirim dari
area tidak bebas ke area lain yang bebas Penyakit Ikan Karantina.
(3) Dalam hal pengeluaran media pembawa yang dikirim dari:
a. area bebas ke area lain yang bebas;
b. area bebas ke area lain yang tidak bebas; atau
c. area tidak bebas ke area lain yang tidak bebas Penyakit Ikan
Karantina;
dilengkapi SKLL yang diterbitkan oleh Petugas karantina di
tempat pengeluaran.
(4) Dalam hal pengeluaran media pembawa berupa benda lain dari
suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia,
dilengkapi
SKBL
yang
diterbitkan
oleh
petugas
karantina di tempat pengeluaran.
(5) Bentuk
dan
format
Sertifikat
Kesehatan
Ikan
dan
Produk
Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Bentuk dan format SKBL sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(7) Bentuk dan format SKLL sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Area yang tidak bebas maupun area yang bebas HPIK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 didasarkan pada daerah sebar HPIK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 10 -
Pasal 7
(1) Pelaporan
dan
penyerahan
media
pembawa
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan Pasal 5 ayat (1)
huruf b, dilakukan untuk mencegah kemungkinan keluarnya
media
pembawa
yang
dilarang
dan/atau
diatur/dibatasi
berdasarkan jenis, jumlah, ukuran, waktu pengeluaran, lokasi
pengeluaran dan/atau tujuan pengeluaran.
(2) Terhadap media pembawa yang telah dilaporkan dan diserahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas karantina wajib
melakukan pemeriksaan secara visual.
Pasal 8
(1)
Setiap pengeluaran media pembawa yang berupa:
a. barang bawaan, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan
menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di
tempat pengeluaran paling lambat 4 (empat) jam sebelum
keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai
dengan persyaratan;
b. barang muatan atau kiriman pos, pemilik/kuasanya wajib
melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada
petugas karantina ditempat pengeluaran paling lambat 1
(satu) hari sebelum dilaksanakan tindakan karantina;
c. barang bawaan yang berasal dari Instalasi Karantina yang
telah memiliki sertifikat CKIB, pemilik/kuasanya wajib
melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada
petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 2
(dua)
jam
sebelum
keberangkatan,
dan
dilaksanakan
tindakan karantina sesuai dengan persyaratan; atau
- 11 -
d. barang muatan atau kiriman pos, yang berasal dari Instalasi
Karantina
yang
telah
pemilik/kuasanya
wajib
media
kepada
pembawa
memiliki
sertifikat
melaporkan
dan
petugas
CKIB,
menyerahkan
karantina
ditempat
pengeluaran selambat-lambatnya 4 (empat) jam sebelum
keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai
dengan persyaratan.
Pasal 9
(1)
Kewajiban melaporkan dan menyerahkan media pembawa oleh
pemilik/kuasanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 atau
Pasal 5 disampaikan dalam bentuk Permohonan Pemeriksaan
Karantina
(PPK)
kepada
Kepala
UPT
KIPM
di
tempat
pengeluaran.
(2)
Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang
bawaan
atau
kiriman
pos,
harus
melampirkan
persyaratan;
a. fotokopi kartu identitas pemilik/kuasanya; dan
b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah
menerapkan CKIB.
(3)
Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang muatan, harus melampirkan persyaratan:
a. fotokopi kartu pelaku usaha di bidang kelautan dan
perikanan; dan
b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah
menerapkan CKIB.
(4)
Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara manual atau elektronik.
(5)
Penyampaian PPK secara manual sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan dengan cara menyerahkan secara langsung
kepada Kepala UPT KIPM di tempat pengeluaran.
(6)
Penyampaian PPK secara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan melalui aplikasi PPK online.
- 12 -
(7)
Dalam hal penyampaian PPK terhadap pengeluaran media
pembawa
yang
memerlukan
persyaratan
tambahan,
pemilik/kuasa media pembawa wajib melampirkan persyaratan
tambahan dimaksud.
Pasal 10
(1) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka terhadap
media pembawa tersebut dilakukan tindakan karantina.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 tidak dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka
terhadap media pembawa tersebut dilakukan penolakan disertai
alasan.
BAB III
TINDAKAN KARANTINA
Pasal 11
(1)
Setiap pengeluaran media pembawa wajib dilakukan tindakan
karantina.
(2)
Tindakan karantina terhadap media pembawa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Pemeriksaan;
b. Pengasingan;
c. Pengamatan;
d. Perlakuan;
e. Penahanan;
f. Penolakan;
g. Pemusnahan; dan/atau
h. Pembebasan.
(3)
Selama dilakukan tindakan karantina sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), media pembawa dilarang untuk:
a. Dipindahtempatkan dari instalasi karantina ikan ke tempat
lain;
b. Dipindahtangankan dari pemilik media pembawa kepada
pihak lain; dan
c. Ditukar dengan media pembawa dari jenis yang sama atau
dari jenis yang lain.
- 13 -
Pasal 12
(1)
T
indakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2) huruf a meliputi:
a.
p
emeriksaan dokumen;
b.
p
emeriksaan kesehatan media pembawa; dan/atau
c.
p
emeriksaan keamanan hayati.
(2)
Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen
serta pemeriksaan kebenaran isi dokumen.
(3)
Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen dilakukan
untuk mengetahui pemenuhan kewajiban pemilik/kuasanya
terhadap seluruh jenis dokumen yang dipersyaratkan dan
untuk mengetahui keabsahannya.
(4)
Dokumen dianggap lengkap apabila seluruh jenis dokumen
yang dipersyaratkan atau diwajibkan telah dipenuhi.
(5)
Dokumen dianggap sah apabila dokumen merupakan dokumen
asli yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang untuk
media pembawa tertentu.
(6)
Dokumen
dianggap
benar
apabila
berdasarkan
hasil
pemeriksaan secara visual terdapat kesesuaian antara isi
dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media
pembawa.
Pasal 13
(1)
Dalam hal hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3)
dinyatakan lengkap dan sah, maka dilakukan
identifikasi
risiko terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan.
(2)
Hasil identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
a. media
pembawa
tidak
dipersyaratkan
pemeriksaan
kesehatan; atau
b. media pembawa dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan.
- 14 -
Pasal 14
(1)
A
pabila
berdasarkan
identifikasi
risiko
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
pembawa
tersebut
kesehatan,
maka
tidak
media
ayat (1) media
dipersyaratkan
terhadap
media
pembawa
pemeriksaan
pembawa
dilakukan
pemeriksaan kebenaran isi dokumen.
(2)
P
emeriksaan kebenaran isi dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi
media pembawa (jenis, jumlah dan/atau ukuran) dengan
dokumen yang menyertainya.
(3)
D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
benar, maka terhadap media pembawa yang dikeluarkan dari
wilayah
Negara
Republik
Indonesia
dilakukan
tindakan
pembebasan dengan SPM.
(4)
D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
benar, terhadap media pembawa yang dikeluarkan antar area
dilakukan tindakan pembebasan dengan diterbitkan SKLL.
(5)
D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
tidak benar, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya dengan menerbitkan Surat Penolakan.
(6)
T
erhadap
media
pembawa
yang
ditolak
pengeluarannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), apabila setelah 3 (tiga)
hari sejak diterbitkan Surat Penolakan tidak diurus atau busuk
atau rusak, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan
pemusnahan.
Pasal 15
(1)
Terhadap media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan
- 15 -
kebenaran isi dokumen dan dinyatakan benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4), maka pada
kemasannya dipasang tanda pengaman karantina ikan.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda pengaman karantina
ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan.
Pasal 16
(1)
Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), merupakan
media pembawa yang dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan,
maka
dilakukan
pemeriksaan
klinis
dan/atau
laboratoris
terhadap media pembawa.
(2)
Pemeriksaan
klinis
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit ikan
karantina dan/atau penyakit ikan tertentu pada media pembawa
yang didasarkan pada pengamatan gejala, tingkah laku atau
perubahan abnormalitas.
(3)
Pemeriksaan laboratoris sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan untuk memastikan secara definitif ada tidaknya
penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan tertentu yang
dipersyaratkan negara atau area tujuan berdasarkan pengujian
di laboratorium.
(4)
Untuk
keperluan
pemeriksaan
kesehatan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengambilan contoh uji.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan contoh
uji sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan.
Pasal 17
(1)
Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), media pembawa
dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan dan pemilik/kuasanya
sudah menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Ikan melalui
sertifikasi CKIB, maka terhadap media pembawa tersebut
dilakukan
verifikasi
dipersyaratkan.
hasil
survailan
HPIK/HPI
yang
- 16 -
(2)
Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memenuhi persyaratan negara atau area tujuan, maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
diterbitkan
Sertifikat
Kesehatan.
(3)
Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak memenuhi persyaratan negara atau area tujuan,
maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya
dengan menerbitkan Surat Penolakan.
Pasal 18
(1)
Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah
Negara
Republik
Indonesia
apabila
berdasarkan
hasil
pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), media pembawa tersebut:
a.
bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara
tujuan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dibebaskan dengan menerbitkan Sertifikat Kesehatan;
b.
tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina
Golongan I, maka terhadap
ditolak
pengeluarannya
dan
media pembawa tersebut
ditindak
lanjuti
dengan
pemusnahan;
c.
tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina
Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut
diberi perlakuan.
d.
Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dilakukan
penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan.
(2)
Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau
laboratoris
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),
- 17 -
media pembawa tersebut:
a. bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh area
tujuan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dibebaskan dengan diterbitkan Sertifikat Kesehatan;
b. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
area
tujuan
yang
merupakan penyakit ikan karantina
Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya dan ditindak lanjuti dengan pemusnahan;
c. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
area
tujuan
yang
merupakan penyakit ikan karantina
Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi
perlakuan.
d. Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dilakukan
penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan.
(3)
Apabila setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, media pembawa tersebut
dapat disembuhkan atau disucihamakan dari penyakit ikan
yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dan/atau penyakit
ikan karantina Golongan II, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan pembebasan dengan diberikan Sertifikat
Kesehatan.
Pasal 19
(1)
Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2), dilaksanakan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari sejak petugas karantina menerima media pembawa
dari pemilik/kuasanya.
(2)
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan klinis
dan/atau laboratoris masih diperlukan tindakan karantina
lebih lanjut.
Pasal 20
- 18 -
(1)
Petugas karantina melakukan pemeriksaan ulang terhadap
media pembawa yang akan dikeluarkan untuk memastikan
kesesuaian antara isi dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau
ukuran media pembawa.
(2)
Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah kemasan media pembawa yang akan dikeluarkan.
(3)
Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan di
tempat pengeluaran atau di tempat pemeriksaan karantina.
(4)
Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan cara memeriksa keutuhan tanda pengaman
karantina ikan dan/atau membuka kemasan media pembawa.
Pasal 21
(1)
Apabila
berdasarkan
pemeriksaan
ulang
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, jenis, jumlah, dan/atau ukuran
media pembawa yang akan dikeluarkan dinyatakan sesuai,
maka petugas karantina menyerahkan Sertifikat Kesehatan
kepada pemilik/kuasanya di tempat pengeluaran.
(2)
Dalam
hal
setelah
dilakukan
pemeriksaan
ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, media pembawa:
a. tidak sesuai antara jenis, jumlah dan/atau ukuran media
pembawa yang akan dikeluarkan, maka terhadap seluruh
media pembawa tersebut dilakukan penolakan;
b. dilarang pengeluarannya, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan penahanan; atau
c. diatur/dibatasi pengeluarannya dan tidak dilaporkan serta
diserahkan kepada petugas karantina, maka terhadap
media
pembawa
tersebut
dilakukan
penahanan
atau
penolakan dan dilanjutkan dengan pelepasliaran atau
diserahkan kepada instansi yang berwenang.
Pasal 22
- 19 -
Terhadap
media
pembawa
yang
telah
dilakukan
pemeriksaan
ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikemas kembali oleh
pemilik/kuasanya di bawah pengawasan petugas karantina.
Pasal 23
(1)
Terhadap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara
Republik
Indonesia,
dilengkapi
yang
Sertifikat
pada
saat keberangkatan
Kesehatan/Health
tidak
Certificate
yang
dipersyaratkan negara tujuan, dilakukan penolakan.
(2)
Terhadap pengeluaran media pembawa dari suatu area tidak
bebas HPIK ke area bebas HPIK di dalam wilayah Negara
Republik
Indonesia,
yang
pada
saat keberangkatan
tidak
dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan
Domestik, dilakukan penolakan.
(3)
Terhadap
media
pembawa
yang
dikenakan
penolakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang tidak
diurus
oleh
pemilik/kuasanya,
dikenakan
tindakan
pemusnahan kecuali media pembawa tersebut merupakan jenis
yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya.
(4)
Terhadap
media
sebagaimana
pembawa
yang
dikenakan
penolakan
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), apabila
merupakan jenis yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya,
dan
berdasarkan
pemeriksaan
kesehatan
media
pembawa
tersebut tidak tertular penyakit ikan karantina, maka terhadap
media
pembawa
tersebut
pemerintah
yang
penelitian
dan/atau
diserahkan
membidangi
kepada
konservasi
pengembangan
atau
lembaga
lembaga
perikanan
atau
dilepasliarkan.
Pasal 24
Petugas karantina tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerusakan
dan/atau
kematian
sepanjang
tindakan
ikan
atau
karantina
keterlambatan
sebagaimana
pemberangkatan,
dimaksud
dalam
Peraturan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- 20 -
Pasal 25
(1) Segala
biaya
yang
timbul
sebagai
akibat
dilaksanakannya
tindakan karantina dibebankan kepada pemilik/kuasanya.
(2) Segala
penerimaan
yang
berasal
dari
biaya
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan
pajak yang wajib di setor ke Kas Negara.
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang
Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 21 -
Lembar Pengesahan
No
Jabatan
1.
Kepala BKIPM
2.
Sekretaris BKIPM
3.
Kapuskari
Paraf
- 22 LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
- 23 -
- 24 -
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 25 LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 26III
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 27 - IV
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
RANCANGAN
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA
PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
a. bahwa dalam rangka mencegah penyebaran
hama dan penyakit ikan karantina melalui
media pembawa yang dikeluarkan antar area
atau dari wilayah Negara Republik Indonesia
diperlukan adanya tindakan karantina ikan;
b. bahwa dalam rangka memenuhi dan menjawab
isu perdagangan internasional, perkembangan
sistem perkarantinaan ikan, perkembangan
teknologi dan adanya perubahan organisasi,
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan
Karantina
Ikan
untuk
pengeluaran
Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina
dinilai
sudah
tidak
sesuai
lagi
kebutuhan dan perkembangan saat ini;
dengan
-2-
c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas
dan
sebagai
pelaksanaan
dari
Pasal
34
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002
tentang
perlu
Karantina
mengatur
ikan
Ikan
kembali
dipandang
tindakan
untuk pengeluaran
karantina
media pembawa
hama dan penyakit ikan karantina, dengan
Peraturan Menteri;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf
a, b dan c diatas, perlu menetapkan Peraturan
Menteri
Kelautan
Tindakan
dan
Karantina
Perikanan
Pengeluaran
tentang
Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
Mengingat
: 1.
Undang-undang
Nomor
5
Tahun
1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan
Ekosistemnya
Republik
49,
Indonesia
Tambahan
(Lembaran
Tahun
Lembaran
Negara
1990
Nomor
Negara
Nomor
3419);
2.
Undang-Undang
Nomor
16
Tahun
1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3482);
3.
Undang-Undang
Nomor
31
Tahun
2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik
4433) sebagaimana
Undang-Undang
Indonesia Nomor
telah diubah dengan
Nomor
45
Tahun
2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
-3-
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4197);
5.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang
Organisasi
Kementerian
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
6.
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2017
tentang
Presiden
Perubahan
Nomor
Kementerian
63
Atas
Tahun
Kelautan
Peraturan
2015
dan
tentang
Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 5);
7.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik
Indonesia
Nomor
33/PERMEN-
KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;
8.
Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-KP/2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
9.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor PER.25/MEN/2011
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
-4-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
MENTERI
PERIKANAN
TENTANG
KELAUTAN
TINDAKAN
DAN
KARANTINA
IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA
HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan
karantina, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari
luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri,
atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
2.
Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dari wilayah
Negara Republik Indonesia ke luar negeri atau dari suatu area
ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
3.
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang
selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau
Benda Lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
4.
Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disingkat
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat
mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat.
5.
Tempat pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai,
pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos lintas
batas negara, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang
ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa
hama dan penyakit ikan.
-5-
6.
Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas
Karantina adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas
untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7.
Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh
daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau
mati, termasuk bagian-bagiannya.
8.
Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, atau pulau,
atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama
dan penyakit ikan.
9.
Benda Lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai
potensi penyebaran hama dan penyakit ikan karantina.
10. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan,
keabsahan dan kebenaran isi dokumen (jenis, jumlah dan/atau
ukuran) serta untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
11. Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa HPIK
yang akan dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
12. Penolakan adalah tindakan tidak diijinkannya media pembawa
dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
13. Perlakuan
adalah
tindakan
membebaskan
atau
menyucihamakan Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan
Karantina dan/atau hama dan penyakit ikan tertentu.
14. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan media pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya.
15. Pembebasan adalah tindakan mengijinkan media pembawa
untuk dikeluarkan antar area di dalam atau dari wilayah Negara
Republik Indonesia melalui tempat-tempat pengeluaran yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
setelah
dikenakan
tindakan
karantina
-6-
16. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di
dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina.
17. Surat Persetujuan Muat yang selanjutnya disebut SPM adalah
dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di
tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa
disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut.
18. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan dan Produk Perikanan yang
selanjutnya disebut SKLL adalah dokumen yang menyatakan
bahwa media pembawa yang berupa ikan atau produk perikanan
yang tercantum didalamnya dapat dilalulintasbebaskan ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
19. Surat Keterangan Benda Lain yang selanjutnya disebut SKBL
adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan
bahwa media pembawa berupa benda lain yang tercantum di
dalamnya dalam keadaan baik dan/atau tidak rusak/busuk
atau tidak tertular HPIK.
20. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Instalasi
Karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang
ada
padanya
yang
digunakan
untuk
melaksanakan
tindakan karantina.
21. Pemilik
Media
Pembawa
yang
selanjutnya
disebut
Pemilik/Kuasanya adalah orang atau badan hukum yang
memiliki media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab
atas pengeluaran.
22. Alat
Angkut
adalah
alat
angkutan
dan
sarana
yang
dipergunakan untuk mengangkut yang langsung berhubungan
dengan media pembawa.
-7-
23. Cara Karantina Ikan yang Baik yang selanjutnya disingkat CKIB
adalah metode yang berisikan standar operasional prosedur
yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan
fasilitas
instalasi
karantina
dilakukan
secara
efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti
untuk menjamin kesehatan ikan.
24. Tanda Pengaman Karantina Ikan yang selanjutnya disebut tanda
pengaman adalah lembaran kertas berperekat atau tidak,
dengan
tanda
atau
lambang
karantina
ikan
dan
nomor
pengawasan dengan bentuk, warna, dan ukuran tertentu.
25. Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil perikanan yang selanjutnya disebut UPT KIPM
adalah
Unit
Pelaksana
Teknis
Badan
Karantina
Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan.
Pasal 2
Tindakan karantina untuk pengeluaran media pembawa bertujuan
untuk:
a. mencegah penyebaran HPIK;
b. memenuhi persyaratan negara atau area tujuan;
c. memenuhi standar kesehatan hewan dunia (Office International
des Epizooties); dan
d. memberikan jaminan kesehatan ikan.
BAB II
PERSYARATAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA
Pasal 3
(1)
Setiap
pengeluaran
media
pembawa
dari
wilayah
Negara
Republik Indonesia ke luar negeri wajib:
a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
b. dilaporkan
dan
diserahkan
kepada
petugas
karantina
ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk keperluan tindakan karantina;
-8-
c. dilengkapi
Sertifikat
Kesehatan
Ikan
dan
Produk
Perikanan/Health Certificate for Fish anf Fish Products yang
diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran
apabila dipersyaratkan negara tujuan; dan
d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan negara tujuan.
(2)
Terhadap pengeluaran Media Pembawa dari wilayah Negara
Republik Indonesia ke luar negeri yang tidak wajib dilengkapi
Sertifikat
Kesehatan
Ikan
dan
Produk
Perikanan/Health
Certificate for Fish and Fish Products, dilengkapi dengan SPM
yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran.
(3)
Bentuk dan format Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan /Health Certificate for Fish and Fish Products
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
Adanya persyaratan dari negara tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, dibuktikan dan/atau dinyatakan,
antara lain dalam:
a. permohonan tertulis pemeriksaan karantina yang disampaikan
oleh pemilik/kuasanya;
b. ketentuan impor dari negara tujuan; dan/atau
c. ketentuan internasional yang mengikat.
Pasal 5
(1)
Setiap pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib:
a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
b. dilaporkan
dan
diserahkan
kepada
Petugas
Karantina
ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk keperluan tindakan karantina; dan
c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan
Domestik, kecuali Benda Lain; dan
d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan.
-9-
(2) Kewajiban melengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk
Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
c, berlaku bagi pengeluaran media pembawa yang dikirim dari
area tidak bebas ke area lain yang bebas Penyakit Ikan Karantina.
(3) Dalam hal pengeluaran media pembawa yang dikirim dari:
a. area bebas ke area lain yang bebas;
b. area bebas ke area lain yang tidak bebas; atau
c. area tidak bebas ke area lain yang tidak bebas Penyakit Ikan
Karantina;
dilengkapi SKLL yang diterbitkan oleh Petugas karantina di
tempat pengeluaran.
(4) Dalam hal pengeluaran media pembawa berupa benda lain dari
suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia,
dilengkapi
SKBL
yang
diterbitkan
oleh
petugas
karantina di tempat pengeluaran.
(5) Bentuk
dan
format
Sertifikat
Kesehatan
Ikan
dan
Produk
Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Bentuk dan format SKBL sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(7) Bentuk dan format SKLL sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Area yang tidak bebas maupun area yang bebas HPIK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 didasarkan pada daerah sebar HPIK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 10 -
Pasal 7
(1) Pelaporan
dan
penyerahan
media
pembawa
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan Pasal 5 ayat (1)
huruf b, dilakukan untuk mencegah kemungkinan keluarnya
media
pembawa
yang
dilarang
dan/atau
diatur/dibatasi
berdasarkan jenis, jumlah, ukuran, waktu pengeluaran, lokasi
pengeluaran dan/atau tujuan pengeluaran.
(2) Terhadap media pembawa yang telah dilaporkan dan diserahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas karantina wajib
melakukan pemeriksaan secara visual.
Pasal 8
(1)
Setiap pengeluaran media pembawa yang berupa:
a. barang bawaan, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan
menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di
tempat pengeluaran paling lambat 4 (empat) jam sebelum
keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai
dengan persyaratan;
b. barang muatan atau kiriman pos, pemilik/kuasanya wajib
melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada
petugas karantina ditempat pengeluaran paling lambat 1
(satu) hari sebelum dilaksanakan tindakan karantina;
c. barang bawaan yang berasal dari Instalasi Karantina yang
telah memiliki sertifikat CKIB, pemilik/kuasanya wajib
melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada
petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 2
(dua)
jam
sebelum
keberangkatan,
dan
dilaksanakan
tindakan karantina sesuai dengan persyaratan; atau
- 11 -
d. barang muatan atau kiriman pos, yang berasal dari Instalasi
Karantina
yang
telah
pemilik/kuasanya
wajib
media
kepada
pembawa
memiliki
sertifikat
melaporkan
dan
petugas
CKIB,
menyerahkan
karantina
ditempat
pengeluaran selambat-lambatnya 4 (empat) jam sebelum
keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai
dengan persyaratan.
Pasal 9
(1)
Kewajiban melaporkan dan menyerahkan media pembawa oleh
pemilik/kuasanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 atau
Pasal 5 disampaikan dalam bentuk Permohonan Pemeriksaan
Karantina
(PPK)
kepada
Kepala
UPT
KIPM
di
tempat
pengeluaran.
(2)
Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang
bawaan
atau
kiriman
pos,
harus
melampirkan
persyaratan;
a. fotokopi kartu identitas pemilik/kuasanya; dan
b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah
menerapkan CKIB.
(3)
Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang muatan, harus melampirkan persyaratan:
a. fotokopi kartu pelaku usaha di bidang kelautan dan
perikanan; dan
b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah
menerapkan CKIB.
(4)
Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara manual atau elektronik.
(5)
Penyampaian PPK secara manual sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan dengan cara menyerahkan secara langsung
kepada Kepala UPT KIPM di tempat pengeluaran.
(6)
Penyampaian PPK secara elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan melalui aplikasi PPK online.
- 12 -
(7)
Dalam hal penyampaian PPK terhadap pengeluaran media
pembawa
yang
memerlukan
persyaratan
tambahan,
pemilik/kuasa media pembawa wajib melampirkan persyaratan
tambahan dimaksud.
Pasal 10
(1) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka terhadap
media pembawa tersebut dilakukan tindakan karantina.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan
Pasal 9 tidak dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka
terhadap media pembawa tersebut dilakukan penolakan disertai
alasan.
BAB III
TINDAKAN KARANTINA
Pasal 11
(1)
Setiap pengeluaran media pembawa wajib dilakukan tindakan
karantina.
(2)
Tindakan karantina terhadap media pembawa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Pemeriksaan;
b. Pengasingan;
c. Pengamatan;
d. Perlakuan;
e. Penahanan;
f. Penolakan;
g. Pemusnahan; dan/atau
h. Pembebasan.
(3)
Selama dilakukan tindakan karantina sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), media pembawa dilarang untuk:
a. Dipindahtempatkan dari instalasi karantina ikan ke tempat
lain;
b. Dipindahtangankan dari pemilik media pembawa kepada
pihak lain; dan
c. Ditukar dengan media pembawa dari jenis yang sama atau
dari jenis yang lain.
- 13 -
Pasal 12
(1)
T
indakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2) huruf a meliputi:
a.
p
emeriksaan dokumen;
b.
p
emeriksaan kesehatan media pembawa; dan/atau
c.
p
emeriksaan keamanan hayati.
(2)
Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen
serta pemeriksaan kebenaran isi dokumen.
(3)
Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen dilakukan
untuk mengetahui pemenuhan kewajiban pemilik/kuasanya
terhadap seluruh jenis dokumen yang dipersyaratkan dan
untuk mengetahui keabsahannya.
(4)
Dokumen dianggap lengkap apabila seluruh jenis dokumen
yang dipersyaratkan atau diwajibkan telah dipenuhi.
(5)
Dokumen dianggap sah apabila dokumen merupakan dokumen
asli yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang untuk
media pembawa tertentu.
(6)
Dokumen
dianggap
benar
apabila
berdasarkan
hasil
pemeriksaan secara visual terdapat kesesuaian antara isi
dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media
pembawa.
Pasal 13
(1)
Dalam hal hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3)
dinyatakan lengkap dan sah, maka dilakukan
identifikasi
risiko terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan.
(2)
Hasil identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
a. media
pembawa
tidak
dipersyaratkan
pemeriksaan
kesehatan; atau
b. media pembawa dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan.
- 14 -
Pasal 14
(1)
A
pabila
berdasarkan
identifikasi
risiko
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
pembawa
tersebut
kesehatan,
maka
tidak
media
ayat (1) media
dipersyaratkan
terhadap
media
pembawa
pemeriksaan
pembawa
dilakukan
pemeriksaan kebenaran isi dokumen.
(2)
P
emeriksaan kebenaran isi dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi
media pembawa (jenis, jumlah dan/atau ukuran) dengan
dokumen yang menyertainya.
(3)
D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
benar, maka terhadap media pembawa yang dikeluarkan dari
wilayah
Negara
Republik
Indonesia
dilakukan
tindakan
pembebasan dengan SPM.
(4)
D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
benar, terhadap media pembawa yang dikeluarkan antar area
dilakukan tindakan pembebasan dengan diterbitkan SKLL.
(5)
D
alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan
tidak benar, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya dengan menerbitkan Surat Penolakan.
(6)
T
erhadap
media
pembawa
yang
ditolak
pengeluarannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), apabila setelah 3 (tiga)
hari sejak diterbitkan Surat Penolakan tidak diurus atau busuk
atau rusak, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan
pemusnahan.
Pasal 15
(1)
Terhadap media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan
- 15 -
kebenaran isi dokumen dan dinyatakan benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4), maka pada
kemasannya dipasang tanda pengaman karantina ikan.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda pengaman karantina
ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan.
Pasal 16
(1)
Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), merupakan
media pembawa yang dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan,
maka
dilakukan
pemeriksaan
klinis
dan/atau
laboratoris
terhadap media pembawa.
(2)
Pemeriksaan
klinis
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit ikan
karantina dan/atau penyakit ikan tertentu pada media pembawa
yang didasarkan pada pengamatan gejala, tingkah laku atau
perubahan abnormalitas.
(3)
Pemeriksaan laboratoris sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan untuk memastikan secara definitif ada tidaknya
penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan tertentu yang
dipersyaratkan negara atau area tujuan berdasarkan pengujian
di laboratorium.
(4)
Untuk
keperluan
pemeriksaan
kesehatan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengambilan contoh uji.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan contoh
uji sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan.
Pasal 17
(1)
Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), media pembawa
dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan dan pemilik/kuasanya
sudah menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Ikan melalui
sertifikasi CKIB, maka terhadap media pembawa tersebut
dilakukan
verifikasi
dipersyaratkan.
hasil
survailan
HPIK/HPI
yang
- 16 -
(2)
Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memenuhi persyaratan negara atau area tujuan, maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
diterbitkan
Sertifikat
Kesehatan.
(3)
Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak memenuhi persyaratan negara atau area tujuan,
maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya
dengan menerbitkan Surat Penolakan.
Pasal 18
(1)
Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah
Negara
Republik
Indonesia
apabila
berdasarkan
hasil
pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), media pembawa tersebut:
a.
bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara
tujuan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dibebaskan dengan menerbitkan Sertifikat Kesehatan;
b.
tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina
Golongan I, maka terhadap
ditolak
pengeluarannya
dan
media pembawa tersebut
ditindak
lanjuti
dengan
pemusnahan;
c.
tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina
Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut
diberi perlakuan.
d.
Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dilakukan
penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan.
(2)
Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau
laboratoris
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),
- 17 -
media pembawa tersebut:
a. bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh area
tujuan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dibebaskan dengan diterbitkan Sertifikat Kesehatan;
b. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
area
tujuan
yang
merupakan penyakit ikan karantina
Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya dan ditindak lanjuti dengan pemusnahan;
c. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh
area
tujuan
yang
merupakan penyakit ikan karantina
Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi
perlakuan.
d. Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan,
maka
terhadap
media
pembawa
tersebut
dilakukan
penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan.
(3)
Apabila setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, media pembawa tersebut
dapat disembuhkan atau disucihamakan dari penyakit ikan
yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dan/atau penyakit
ikan karantina Golongan II, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan pembebasan dengan diberikan Sertifikat
Kesehatan.
Pasal 19
(1)
Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2), dilaksanakan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari sejak petugas karantina menerima media pembawa
dari pemilik/kuasanya.
(2)
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan klinis
dan/atau laboratoris masih diperlukan tindakan karantina
lebih lanjut.
Pasal 20
- 18 -
(1)
Petugas karantina melakukan pemeriksaan ulang terhadap
media pembawa yang akan dikeluarkan untuk memastikan
kesesuaian antara isi dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau
ukuran media pembawa.
(2)
Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah kemasan media pembawa yang akan dikeluarkan.
(3)
Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan di
tempat pengeluaran atau di tempat pemeriksaan karantina.
(4)
Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan cara memeriksa keutuhan tanda pengaman
karantina ikan dan/atau membuka kemasan media pembawa.
Pasal 21
(1)
Apabila
berdasarkan
pemeriksaan
ulang
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, jenis, jumlah, dan/atau ukuran
media pembawa yang akan dikeluarkan dinyatakan sesuai,
maka petugas karantina menyerahkan Sertifikat Kesehatan
kepada pemilik/kuasanya di tempat pengeluaran.
(2)
Dalam
hal
setelah
dilakukan
pemeriksaan
ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, media pembawa:
a. tidak sesuai antara jenis, jumlah dan/atau ukuran media
pembawa yang akan dikeluarkan, maka terhadap seluruh
media pembawa tersebut dilakukan penolakan;
b. dilarang pengeluarannya, maka terhadap media pembawa
tersebut dilakukan penahanan; atau
c. diatur/dibatasi pengeluarannya dan tidak dilaporkan serta
diserahkan kepada petugas karantina, maka terhadap
media
pembawa
tersebut
dilakukan
penahanan
atau
penolakan dan dilanjutkan dengan pelepasliaran atau
diserahkan kepada instansi yang berwenang.
Pasal 22
- 19 -
Terhadap
media
pembawa
yang
telah
dilakukan
pemeriksaan
ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikemas kembali oleh
pemilik/kuasanya di bawah pengawasan petugas karantina.
Pasal 23
(1)
Terhadap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara
Republik
Indonesia,
dilengkapi
yang
Sertifikat
pada
saat keberangkatan
Kesehatan/Health
tidak
Certificate
yang
dipersyaratkan negara tujuan, dilakukan penolakan.
(2)
Terhadap pengeluaran media pembawa dari suatu area tidak
bebas HPIK ke area bebas HPIK di dalam wilayah Negara
Republik
Indonesia,
yang
pada
saat keberangkatan
tidak
dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan
Domestik, dilakukan penolakan.
(3)
Terhadap
media
pembawa
yang
dikenakan
penolakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang tidak
diurus
oleh
pemilik/kuasanya,
dikenakan
tindakan
pemusnahan kecuali media pembawa tersebut merupakan jenis
yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya.
(4)
Terhadap
media
sebagaimana
pembawa
yang
dikenakan
penolakan
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), apabila
merupakan jenis yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya,
dan
berdasarkan
pemeriksaan
kesehatan
media
pembawa
tersebut tidak tertular penyakit ikan karantina, maka terhadap
media
pembawa
tersebut
pemerintah
yang
penelitian
dan/atau
diserahkan
membidangi
kepada
konservasi
pengembangan
atau
lembaga
lembaga
perikanan
atau
dilepasliarkan.
Pasal 24
Petugas karantina tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerusakan
dan/atau
kematian
sepanjang
tindakan
ikan
atau
karantina
keterlambatan
sebagaimana
pemberangkatan,
dimaksud
dalam
Peraturan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- 20 -
Pasal 25
(1) Segala
biaya
yang
timbul
sebagai
akibat
dilaksanakannya
tindakan karantina dibebankan kepada pemilik/kuasanya.
(2) Segala
penerimaan
yang
berasal
dari
biaya
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan
pajak yang wajib di setor ke Kas Negara.
Pasal 26
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang
Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 21 -
Lembar Pengesahan
No
Jabatan
1.
Kepala BKIPM
2.
Sekretaris BKIPM
3.
Kapuskari
Paraf
- 22 LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
- 23 -
- 24 -
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 25 LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 26III
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI
- 27 - IV
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/PERMEN-KP/2017
TENTANG
TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK
PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA
DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SUSI PUDJIASTUTI