KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF PATIENTS FRACTURE THAT CHOOSE TRADITIONAL TREATMENT (Bone Setter) BEFORE TREATING TO POLYCLINIC ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGIC AT UNDATA GENERAL REGION HOSPITAL PALU PERIOD OF NOVEMBER-DECEMBER 2016 | Wulandari | Medika Tadu
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF PATIENTS FRACTURE THAT
CHOOSE TRADITIONAL TREATMENT (Bone Setter) BEFORE TREATING TO
POLYCLINIC ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGIC AT UNDATA GENERAL
REGION HOSPITAL PALU PERIOD OF NOVEMBER-DECEMBER 2016
Hanif Iga Wulandari*, Muh. Ardi Munir**, Gina Andyka Hutasoit***
*Medical Student, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
**Departement of Anatomy, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
***Departement of Anatomical Pathology, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako
University
ABSTRACT
Background: In most cases neglected fracture occurs in people who are educated and
under socioeconomic status. In addition to using health centers by medical personnel, not
a few people are more confident in traditional medicine, so a few patients with fractures
who came to the hospital are already experiencing complications due to first treatment is
not appropriate, in accordance with the principles of correct bone treatment. The classic
reason that delays patients with fracture was to the hospital is an economic factor.
Methods: This study design is carried out by using an observational study design. The
sampling technique in this research is intentional sampling consisting of 64 respondents.
Data collection through questionnaires.
Result: From the 64 samples studied, the results of the level of knowledge about bone
fractures in the good categories 11 respondents, enough category 41 respondents, less
category 12 respondents, and the attitude of the patient fracture for the treatment of the
fractures in good category 41 respondents, enough category 7 respondents, and less
category 16 respondents
Conclusion: Based on the level of knowledge and attitude of fractures in traditional
medical research carried out by the patient before treatment in the clinical orthopedic
surgery hospital Undata has the result of the level of knowledge (know) enough and a
Positive attitude towards an initial treatment of fractures.
Keywords: Knowledge level, Attitude, Fracture
1
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur Yang Memilih Pengobatan
Tradisional (Battra Patah Tulang ) Sebelum Berobat Di Poliklinik Bedah Tulang
RSUD Undata Kota Palu Periode November-Desember Tahun 2016
Hanif Iga Wulandari*, Muh. Ardi Munir**, Gina Andyka Hutasoit***
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tadulako
**Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
***Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada umumnya neglected fracture terjadi pada orang yang
berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah. Selain memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan oleh tenaga medis, tidak sedikit masyarakat yang lebih percaya
kepada pengobatan tradisional, sehingga tidak sedikit pula pasien patah tulang yang
berobat ke Rumah Sakit pada saat datang sudah mengalami komplikasi akibat penanganan
pertamanya yang tidak baik atau tidak sesuai dengan prinsip penanganan patah tulang yang
benar. Adapun alasan klasik pasien patah tulang yang terlambat berobat ke Rumah Sakit
adalah faktor ekonomi.
Metode: Jenis rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
observasional deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling yang terdiri dari 64 orang responden. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuisioner.
Hasil: Berdasarkan 64 sampel yang diteliti, hasil tingkat pengetahuan responden tentang
patah tulang pada kategori baik 11 responden, cukup 41 responden, kurang 12 responden,
dan sikap pasien fraktur terhadap penanganan patah tulang kategori baik 41 responden,
cukup 7 responden, dan kurang 16 responden.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat pengetahuan dan sikap
pasien fraktur yang berobat di pengobatan tradisional sebelum berobat di poliklinik bedah
tulang RSUD Undata memiliki hasil tingkat pengetahuan (Know) cukup dan sikap yang
positif terhadap penanganan awal patah tulang.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap, Fraktur
2
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Fraktur adalah putusnya kontinuitas
PENDAHULUAN
Tulang adalah bentuk jaringan ikat
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
yang keras dan kaku, menyusun bagian
epiphysis, baik yang bersifat total maupun
terbesar kerangka Vertebrae, terutama
parsial yang pada umumnya disebabkan
tersusun atas garam kalsium.1 Tulang
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
sangat memiliki fungsi yang penting
berlebihan pada tulang, baik berupa
dalam
trauma
tubuh
penggerak,
diantaranya,
membantu
seperti
langsung
dan
trauma
tidak
melindungi
langsung, biasanya disertai cidera di
jaringan lunak, kalsium dan penyimpanan
jaringan sekitarnya. Menurut Subroto
fosfat, serta sumsum tulang. Itulah yang
Sapardan
menjadikan fungsi tulang menjadi sangat
Fracture adalah penanganan patah tulang
vital apabila terjadi kerusakan pada tulang
pada extremitas (anggota gerak) yang
itu sendiri.2
salah oleh bone setter (dukun patah), yang
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS)
oleh
Badan
dalam
Neglected
masih sering dijumpai di masyarakat
Indonesia.
Pada
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI
fracture
tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus
berpendidikan
fraktur yang disebabkan oleh cedera
ekonomi rendah.4
antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu
Ismono,
terjadi
Selain
umumnya
pada
dan
neglected
orang
berstatus
memanfaatkan
yang
sosio-
fasilitas
lintas dan trauma benda tajam/tumpul.
pelayanan kesehatan oleh tenaga medis,
Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
tidak sedikit masyarakat
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
percaya kepada pengobatan tradisional,
(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
seperti bengkel tulang, dukun patah
lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
tulang, maupun ahli tulang sehingga tidak
1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma
sedikit pula pasien patah tulang yang
benda tajam/ tumpul, yang mengalami
berobat ke Rumah Sakit pada saat datang
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).3
sudah
mengalami
yang lebih
komplikasi
akibat
penanganan pertamanya yang tidak baik
3
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
atau
tidak
sesuai
dengan
Mei 2017
prinsip
behavior). Pengetahuan yang baik dapat
penanganan patah tulang yang benar.
memotivasi timbulnya perubahan positif
Adapun alasan klasik pasien patah tulang
terhadap sikap, persepsi, serta perilaku
yang terlambat berobat ke Rumah Sakit
sehat individu atau masyarakat.6
adalah faktor ekonomi.
Sedangkan, sikap merupakan kesiapan
Penyembuhan tradisional sudah lama
dikenal
dikalangan
sebelum
masyarakat,
kedokteran
modern
jauh
(Barat)
untuk
bereaksi
terhadap
objek
di
lingkungan tertentu sebagai penghayatan
dari
suatu
objek.
Newcomb
dalam
masuk kepulau Indonesia. Pada awalnya,
Notoatmodjo
pengobatan
tradisional
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
berdasarkan
pada
itu
banyak
kepercayaan
yang
bersifat mistik, kepercayaan pada tenaga-
bertindak,
menyatakan
dan
sikap
bukan
itu
merupakan
pelaksanaan motif tertentu.6
tenaga gaib yang berakar pada animisme.
Upaya
penyembuhan
ini,
kemudian
METODE PENELITIAN
dipengaruhi oleh berbagai kebiasaan dan
Penelitian ini merupakan penelitian
pandangan dari luar, antara lain India,
yang bersifat observasional deskriptif,
Cina, Timur Tengah, dan Eropa.5
untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan wilayah yang
sangat
penting
tindakan/
dalam
aktivitas
membentuk
seseorang
dan Sikap Pasien Fraktur Yang Memilih
Pengobatan Tradisional Sebelum Berobat
(overt
di Poliklinik Bedah Tulang RSUD Undata
yang didasarkan
Kota Palu Periode November-Desember
pada pengetahuan akan bertahan lebih
Tahun 2016. Variabel yang diteliti yaitu
lama
tingkat pengetahuan dan sikap pasien
behaviour ). Perilaku
dibandingkan
perilaku
yang
terbentuk tidak berdasarkan pengetahuan.
fraktur.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
adalah pasien yang berobat di poliklinik
sendiri atau pengalaman orang lain.
bedah
Pengetahuan atau kognitif merupakan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
domain
dengan
yang
sangat
penting
dalam
membentuk tindakan seseorang (overt
4
Sampel pada penilitian ini
tulang
RSUD
jumlah
Pengambilan
Undata
sampel
data
64
dengan
yang
orang.
mengisi
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap
Tabel 4.1
pasien terhadap patah tulang. Analisis
Distribusi Frekuensi Menurut Usia
Responden
Usia
Jumlah Presentase
data dilakukan secara univariat, karena
variabel pada penelitian ini yaitu varibel
tunggal.
(%)
11 – 20 tahun
11
18
Redi
21 – 30 tahun
23
35
yang
31 – 40 tahun
16
25
berhubungan dengan kejadian
ISP A
41 – 50 tahun
7
11
pada
kerja
51 – 60 tahun
6
10
> 60 tahun
1
1
Total
64
100
Sulistyoningsih,
Hariyani
Rustandi.
F aktor-faktor
balita
di
wilayah
Puskesmas D T P J amanis Kabupaten
Tasikmalaya . Jurnal FKM – UNSIL;
2011
Muclis Riza, dan Sherli S. Hubungan
Pengetahuan dan Tindakan Ibu dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
IRNA Anak RSMH Palembang Tahun
2008. Palembang: Jurnal Pembangunan
F.
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas kenten Palembang tahun 2012.
Palembang:Badan
Diklat
sebanyak 23 orang (23%) dan terendah
umur ≥61 tahun sebanyak 1 orang (1%).
Jenis
Kelamin
Responden
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Menurut Jenis
Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
(%)
HASIL
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik
Berdasarkan
Responden
Provinsi
Sumatera Selatan; 2012
Responden
Berdasarkan Usia Responden
5
terbanyak adalah umur 21-30 tahun
b. Karakteristik
Manusia; 2009
Mery,
Pada penelitian ini kelompok umur
Laki – laki
36
56
Perempuan
28
44
Total
64
100
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Dari 64 sampel yang diteliti, sebanyak
SMP/SLTP, 1 orang (1,6%) tamat D3, dan
36 orang (56%) adalah laki laki dan 28
8 orang (12,5%) menyelesaikan jenjang
orang (44%) adalah perempuan. Jenis
universitas yaitu S1.
kelamin terbanyak adalah laki laki hal ini
2. Analisis Univariat
dikarenakan sebagian besar responden
pria adalah sebagai pencari nafkah dalam
a. Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan
keluarga.
c. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Patah Patah
Tulang
Tingkat
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Menurut
Pendidikan Terakhir Responden
Pedidikan
Jumlah
Presentase
Terakhir
(%)
Jumlah
Pengetahuan
Presentase
(%)
Baik
11 orang
17,2
Cukap
41 orang
64,1
Kurang
12 orang
18,8
Total
64 orang
100
SD
6
9,4
SLTP
11
17,2
SLTA
38
59,4
D3
1
1,6
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat
S1/S2/S3
8
12,5
tingkat pengetahuan responden terhadap
Total
64
100
patah tulang frekuensi tertinggi dengan
kategori cukup yaitu 41 orang (64,1%),
Ditinjau dari segi pendidikan terakhir
sebagian
besar
responden
kategori baik 11 orang (17,2%), dan
memiliki
kategori
pendidikan terakhir SMA/SLTA sebanyak
(18,8%).
38 orang (59,4%). Sebanyak 6 orang
a. Distribusi Responden Berdasarkan
(9,4%) tamat SD, 11 orang (17,2%) tamat
6
kurang
sejumlah
12
orang
Sikap Terhadap Patah Tulang
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Menurut Sikap
Mengenai Patah Patah Tulang
Mei 2017
dalam kriteria inklusi dengan pemilihan
sampel
Purposive Sampling dengan
jumlah responden 64 orang. Responden
Sikap
Jumlah
diberikan kuesioner untuk menilai tingkat
Presentase
pengetahuan
(%)
dan
sikap
responden
terhadap patah tulang. Identitas repsonden
Baik
41 orang
64,1
Cukap
7 orang
10,9
sekaligus lembar persetujuan berada di
halaman pertama dan dua item kuesioner
berada pada lembar selanjutnya.
Kurang
16 orang
25,0
Total
64 orang
100
Tingkat pengetahuan pada penelitian
ini dengan menyajikan 6 pertanyaan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Berdasarkan tabel 4.5 Sikap didasarkan
pada
sikap
responden
terhadap
penanganan patah tulang, baik oleh tenaga
medis maupun oleh alternatif. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
41
responden (64,1%) mempunyai sikap
yang
baik,
7
responden
(10,9%)
mempunyai sikap yang cukup, dan 16
responden (25,0%) mempunyai sikap
kurang terhadap penanganan patah tulang.
tingkat pengetahuan responden terhadap
patah tulang frekuensi tertinggi dengan
kategori cukup yaitu 41 orang (64,1%),
kategori baik 11 orang (17,2%), dan
kategori
kurang
sejumlah
12
orang
(18,8%). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian
sebelumnya,
yang
telah
dimana
dilakukan
diperoleh
hasil
tingkat pengetahuan responden bervariasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu,
Puspita Sari (2012), hasil penelitian
PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa 13 responden (44,8
Penelitian ini dilakukan di RSUD
Undata Kota Palu pada bulan NovemberDesember 2016 dengan
memberikan
kuesioner pada responden yang masuk
%) memiliki tingkat pengetahuan kurang,
15 responden (51,7 %) memiliki tingkat
pengetahuan
responden
cukup,
(3,4
%)
dan
yang
hanya
1
memiliki
pengetahuan baik mengenai patah tulang.
7
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Hal ini telah sesuai dengan teori, bahwa
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan
pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
sikap seseorang.
faktor internal dan eksternal.6
Sikap pada penelitian ini disajikan
Beberapa teori menyebutkan bahwa
dengan
menyajikan
6
pertanyaan
faktor yang mempengaruhi pengetahuan
mengenai patah tulang. Berdasarkan hasil
seseorang antara lain pengalaman, tingkat
penelitian didapatkan bahwa 41 responden
pendidikan,
fasilitas,
(64,1%) mempunyai sikap yang baik, 7
penghasilan, dan sosial. Semakin banyak
responden (10,9%) mempunyai sikap
pengalaman seseorang yang diperoleh dari
yang cukup, dan 16 responden (25,0%)
pengalaman sendiri maupun orang lain
mempunyai
yang ada disekitarnya semakin luas pula
penanganan
pengetahuan
Pada
disimpulkan bahwa 48 orang (75%)
penelitian ini kategori tingkat pendidikan
responden yang memiliki respon positif
SMA lebih baik dibandingkan dengan
terhadap penanganan awal patah tulang,
tingkat
tinggi,
artinya ketika mengalami patah tulang
jumlah
pasien langsung membawa ke pengobatan
keyakinan,
orang
pendidikan
karena
adanya
tersebut.
perguruan
perbedaan
sikap
patah
kurang
terhadap
tulang.
Dapat
responden yang lebih didominasi dengan
medis
responden
sedangkan 16 orang (25%) responden
tingkat
pendidikan
SMA.
(Rumah
sakit/puskesmas),
Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
yang memiliki respon negatif,
akan memiliki pengetahuan yang lebih
artinya pada saat pasien mengalami patah
luas dibandingkan dengan seorang yang
tulang pasien mengunjungi pengobatan
tingkat pendidikannya lebih rendah.7
tradisional (dukun patah tulang) terlebih
Semakin
fasilitas-fasilitas
dahulu. Penelitian ini sejalan dengan
sebagai sumber informasi seperti radio,
penelitian yang dilakukan oleh Ayu,
televisi, majalah, koran, dan buku maka
Puspita Sari (2012), dimana diperoleh
semakin banyak pula pengetahuan yang
hasil menunjukkan bahwa 1 responden
didapat.
dan
(3,4%) mempunyai sikap yang kurang dan
kebiasaan dalam keluarga juga dapat
28 responden (96,6%) mempunyai sikap
8
banyak
yang
Kebudayaan
setempat
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
yang baik terhadap penanganan patah
seseorang dengan orang lain terhadap
tulang.
objek yang sama dapat dipengaruhi oleh
Berdasarkan
dari
hasil
penelitian
faktor sosio-psikologis. Manifestasi sikap
mengenai sikap, telah sesuai dengan teori,
tidak bisa langsung dilihat tetapi dapat
dimana beberapa teori mengatakan bahwa
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang tertutup.6
dalam pembentukannya. Hal ini bisa saja
dikarenakan faktor lingkungan sekitar
KESIMPULAN
yang lebih mendominasi dalam penentuan
1. Tingkat pengetahuan responden di
pengobatan
tulang.
Dalam
RSUD Undata Kota Palu terhadap
ketika
peneliti
patah tulang berdasarkan 6 tingkatan
menanyakan sebab responden memilih
pengetahuan yaitu ada pada tingkat
pengobatan
awal,
tahu (know) kategori baik 11 orang
dikarenakan ketakutan responden akan
(17,2%), tingkat tahu (know) kategori
pemasangan alat ditulang yang fraktur.
cukup yaitu 41 orang (64,1%), dan
Sebagaimana teori juga menyebutkan hal
tingkat tahu (know) kategori kurang
ini
sejumlah 12 orang (18,8%). Hal ini
penelitian
dapat
patah
ini
pula,
tradisional
dikaitkan
lebih
dengan
faktor
emosional seseorang.
Ada
berbagai
telah
faktor
sesuai
dengan
teori
bahwa
yang
pengetahuan seseorang bervarasi, yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara
dikaitkan dengan faktor internal dan
lain pengalaman pribadi, orang lain yang
eksternal.
dianggap penting, kebudayaan, media
2. Sikap responden di RSUD Undata Kota
massa, lembaga pendidikan dan lembaga
Palu terhadap patah tulang dalam
agama, serta faktor emosional. Sikap
kategori baik 41 responden (64,1%),
belum merupakan tindakan atau aktivitas,
kategori cukup 7 responden (10,9%),
melainkan predisposisi suatu tindakan.
dan 16 responden (25,0%) kategori
Sikap
hal
kurang terhadap penanganan patah
penting, seperti pengetahuan, keyakinan
tulang. Jadi sekitar (48%) responden
dan emosi seseorang. Perbedaan sikap
memiliki
9
ditentukan
oleh
beberapa
respon
positif
terhadap
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
penanganan awal patah tulang dan
(16%)
responden
memiliki
respon
negatif. Hal ini telah sesuai dengan
teori
bahwa
sikap
seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor dalam
proses pembentukannya.
SARAN
1. Bagi
masyarakat
agar
dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap
mengenai patah tulang yang benar
sesuai kaidah kedokteran.
2. Bagi pemerintah agar dapat membina
masyarakat dalam memilih pengobatan
patah tulang yang benar.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
lebih memperluaskan lagi variabel
penelitian, seperti perilaku pencarian
pengobatan, keterjangkauan sarana dan
prasarana,
dan
budaya
setempat
(lingkungan tempat tinggal).
Mei 2017
Institutes of Health. BioMed Research
International Volume 2015 (2015),
Article ID 421746, 17 pages. [cited 12
Sept
2016]
Available
from:
http://dx.doi.org/10.1155/2015/421746.
3. Departemen
Kesehatan,
Profil
Kesehatan Indonesia. 2007. Data
Presentase Perilaku Berobat Jalan
Menurut Tempat Berobat Jalan.
Jakarta : Profil Kesehatan Indonesia
4. Ismono D. 2011. Jejak Bone Setter
pada Negleted Fracture. Department of
Orthopaedic
Surgery
and
Traumatology School of Medicine
Padjadjaran University [updated 2011;
cited 12 Sept 2016. Available from:
http://satpt.fk.unpad.ac.id/UserFiles/Fil
e/NEGLETEDFRACTURE.pdf
5. Jusuf H ,Amir. 2013. Etika Kedokteran
dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
6. Notoatmodjo S. 2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
7. Kusuma P. 2012. Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan
Terapan Iklan Layanan Masyarakat.
Jurnal Undip.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland W A. 2012. Kamus Saku
Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta
: EGC.
2. Rinaldo FS, Gisela RS, Estela SC,
Manuel JS, Paulo SC. 2015. Biology of
Bone Tissue: Structure, Function, and
Factors That Influence Bone Cells. US
National Library on Medicine National
10
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
Mei 2017
KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF PATIENTS FRACTURE THAT
CHOOSE TRADITIONAL TREATMENT (Bone Setter) BEFORE TREATING TO
POLYCLINIC ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGIC AT UNDATA GENERAL
REGION HOSPITAL PALU PERIOD OF NOVEMBER-DECEMBER 2016
Hanif Iga Wulandari*, Muh. Ardi Munir**, Gina Andyka Hutasoit***
*Medical Student, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
**Departement of Anatomy, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
***Departement of Anatomical Pathology, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako
University
ABSTRACT
Background: In most cases neglected fracture occurs in people who are educated and
under socioeconomic status. In addition to using health centers by medical personnel, not
a few people are more confident in traditional medicine, so a few patients with fractures
who came to the hospital are already experiencing complications due to first treatment is
not appropriate, in accordance with the principles of correct bone treatment. The classic
reason that delays patients with fracture was to the hospital is an economic factor.
Methods: This study design is carried out by using an observational study design. The
sampling technique in this research is intentional sampling consisting of 64 respondents.
Data collection through questionnaires.
Result: From the 64 samples studied, the results of the level of knowledge about bone
fractures in the good categories 11 respondents, enough category 41 respondents, less
category 12 respondents, and the attitude of the patient fracture for the treatment of the
fractures in good category 41 respondents, enough category 7 respondents, and less
category 16 respondents
Conclusion: Based on the level of knowledge and attitude of fractures in traditional
medical research carried out by the patient before treatment in the clinical orthopedic
surgery hospital Undata has the result of the level of knowledge (know) enough and a
Positive attitude towards an initial treatment of fractures.
Keywords: Knowledge level, Attitude, Fracture
1
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur Yang Memilih Pengobatan
Tradisional (Battra Patah Tulang ) Sebelum Berobat Di Poliklinik Bedah Tulang
RSUD Undata Kota Palu Periode November-Desember Tahun 2016
Hanif Iga Wulandari*, Muh. Ardi Munir**, Gina Andyka Hutasoit***
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tadulako
**Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
***Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada umumnya neglected fracture terjadi pada orang yang
berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah. Selain memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan oleh tenaga medis, tidak sedikit masyarakat yang lebih percaya
kepada pengobatan tradisional, sehingga tidak sedikit pula pasien patah tulang yang
berobat ke Rumah Sakit pada saat datang sudah mengalami komplikasi akibat penanganan
pertamanya yang tidak baik atau tidak sesuai dengan prinsip penanganan patah tulang yang
benar. Adapun alasan klasik pasien patah tulang yang terlambat berobat ke Rumah Sakit
adalah faktor ekonomi.
Metode: Jenis rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
observasional deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling yang terdiri dari 64 orang responden. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuisioner.
Hasil: Berdasarkan 64 sampel yang diteliti, hasil tingkat pengetahuan responden tentang
patah tulang pada kategori baik 11 responden, cukup 41 responden, kurang 12 responden,
dan sikap pasien fraktur terhadap penanganan patah tulang kategori baik 41 responden,
cukup 7 responden, dan kurang 16 responden.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat pengetahuan dan sikap
pasien fraktur yang berobat di pengobatan tradisional sebelum berobat di poliklinik bedah
tulang RSUD Undata memiliki hasil tingkat pengetahuan (Know) cukup dan sikap yang
positif terhadap penanganan awal patah tulang.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap, Fraktur
2
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Fraktur adalah putusnya kontinuitas
PENDAHULUAN
Tulang adalah bentuk jaringan ikat
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
yang keras dan kaku, menyusun bagian
epiphysis, baik yang bersifat total maupun
terbesar kerangka Vertebrae, terutama
parsial yang pada umumnya disebabkan
tersusun atas garam kalsium.1 Tulang
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
sangat memiliki fungsi yang penting
berlebihan pada tulang, baik berupa
dalam
trauma
tubuh
penggerak,
diantaranya,
membantu
seperti
langsung
dan
trauma
tidak
melindungi
langsung, biasanya disertai cidera di
jaringan lunak, kalsium dan penyimpanan
jaringan sekitarnya. Menurut Subroto
fosfat, serta sumsum tulang. Itulah yang
Sapardan
menjadikan fungsi tulang menjadi sangat
Fracture adalah penanganan patah tulang
vital apabila terjadi kerusakan pada tulang
pada extremitas (anggota gerak) yang
itu sendiri.2
salah oleh bone setter (dukun patah), yang
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS)
oleh
Badan
dalam
Neglected
masih sering dijumpai di masyarakat
Indonesia.
Pada
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI
fracture
tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus
berpendidikan
fraktur yang disebabkan oleh cedera
ekonomi rendah.4
antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu
Ismono,
terjadi
Selain
umumnya
pada
dan
neglected
orang
berstatus
memanfaatkan
yang
sosio-
fasilitas
lintas dan trauma benda tajam/tumpul.
pelayanan kesehatan oleh tenaga medis,
Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
tidak sedikit masyarakat
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
percaya kepada pengobatan tradisional,
(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
seperti bengkel tulang, dukun patah
lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
tulang, maupun ahli tulang sehingga tidak
1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma
sedikit pula pasien patah tulang yang
benda tajam/ tumpul, yang mengalami
berobat ke Rumah Sakit pada saat datang
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).3
sudah
mengalami
yang lebih
komplikasi
akibat
penanganan pertamanya yang tidak baik
3
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
atau
tidak
sesuai
dengan
Mei 2017
prinsip
behavior). Pengetahuan yang baik dapat
penanganan patah tulang yang benar.
memotivasi timbulnya perubahan positif
Adapun alasan klasik pasien patah tulang
terhadap sikap, persepsi, serta perilaku
yang terlambat berobat ke Rumah Sakit
sehat individu atau masyarakat.6
adalah faktor ekonomi.
Sedangkan, sikap merupakan kesiapan
Penyembuhan tradisional sudah lama
dikenal
dikalangan
sebelum
masyarakat,
kedokteran
modern
jauh
(Barat)
untuk
bereaksi
terhadap
objek
di
lingkungan tertentu sebagai penghayatan
dari
suatu
objek.
Newcomb
dalam
masuk kepulau Indonesia. Pada awalnya,
Notoatmodjo
pengobatan
tradisional
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
berdasarkan
pada
itu
banyak
kepercayaan
yang
bersifat mistik, kepercayaan pada tenaga-
bertindak,
menyatakan
dan
sikap
bukan
itu
merupakan
pelaksanaan motif tertentu.6
tenaga gaib yang berakar pada animisme.
Upaya
penyembuhan
ini,
kemudian
METODE PENELITIAN
dipengaruhi oleh berbagai kebiasaan dan
Penelitian ini merupakan penelitian
pandangan dari luar, antara lain India,
yang bersifat observasional deskriptif,
Cina, Timur Tengah, dan Eropa.5
untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan wilayah yang
sangat
penting
tindakan/
dalam
aktivitas
membentuk
seseorang
dan Sikap Pasien Fraktur Yang Memilih
Pengobatan Tradisional Sebelum Berobat
(overt
di Poliklinik Bedah Tulang RSUD Undata
yang didasarkan
Kota Palu Periode November-Desember
pada pengetahuan akan bertahan lebih
Tahun 2016. Variabel yang diteliti yaitu
lama
tingkat pengetahuan dan sikap pasien
behaviour ). Perilaku
dibandingkan
perilaku
yang
terbentuk tidak berdasarkan pengetahuan.
fraktur.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
adalah pasien yang berobat di poliklinik
sendiri atau pengalaman orang lain.
bedah
Pengetahuan atau kognitif merupakan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
domain
dengan
yang
sangat
penting
dalam
membentuk tindakan seseorang (overt
4
Sampel pada penilitian ini
tulang
RSUD
jumlah
Pengambilan
Undata
sampel
data
64
dengan
yang
orang.
mengisi
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap
Tabel 4.1
pasien terhadap patah tulang. Analisis
Distribusi Frekuensi Menurut Usia
Responden
Usia
Jumlah Presentase
data dilakukan secara univariat, karena
variabel pada penelitian ini yaitu varibel
tunggal.
(%)
11 – 20 tahun
11
18
Redi
21 – 30 tahun
23
35
yang
31 – 40 tahun
16
25
berhubungan dengan kejadian
ISP A
41 – 50 tahun
7
11
pada
kerja
51 – 60 tahun
6
10
> 60 tahun
1
1
Total
64
100
Sulistyoningsih,
Hariyani
Rustandi.
F aktor-faktor
balita
di
wilayah
Puskesmas D T P J amanis Kabupaten
Tasikmalaya . Jurnal FKM – UNSIL;
2011
Muclis Riza, dan Sherli S. Hubungan
Pengetahuan dan Tindakan Ibu dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
IRNA Anak RSMH Palembang Tahun
2008. Palembang: Jurnal Pembangunan
F.
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas kenten Palembang tahun 2012.
Palembang:Badan
Diklat
sebanyak 23 orang (23%) dan terendah
umur ≥61 tahun sebanyak 1 orang (1%).
Jenis
Kelamin
Responden
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Menurut Jenis
Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
(%)
HASIL
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik
Berdasarkan
Responden
Provinsi
Sumatera Selatan; 2012
Responden
Berdasarkan Usia Responden
5
terbanyak adalah umur 21-30 tahun
b. Karakteristik
Manusia; 2009
Mery,
Pada penelitian ini kelompok umur
Laki – laki
36
56
Perempuan
28
44
Total
64
100
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Dari 64 sampel yang diteliti, sebanyak
SMP/SLTP, 1 orang (1,6%) tamat D3, dan
36 orang (56%) adalah laki laki dan 28
8 orang (12,5%) menyelesaikan jenjang
orang (44%) adalah perempuan. Jenis
universitas yaitu S1.
kelamin terbanyak adalah laki laki hal ini
2. Analisis Univariat
dikarenakan sebagian besar responden
pria adalah sebagai pencari nafkah dalam
a. Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan
keluarga.
c. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Patah Patah
Tulang
Tingkat
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Menurut
Pendidikan Terakhir Responden
Pedidikan
Jumlah
Presentase
Terakhir
(%)
Jumlah
Pengetahuan
Presentase
(%)
Baik
11 orang
17,2
Cukap
41 orang
64,1
Kurang
12 orang
18,8
Total
64 orang
100
SD
6
9,4
SLTP
11
17,2
SLTA
38
59,4
D3
1
1,6
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat
S1/S2/S3
8
12,5
tingkat pengetahuan responden terhadap
Total
64
100
patah tulang frekuensi tertinggi dengan
kategori cukup yaitu 41 orang (64,1%),
Ditinjau dari segi pendidikan terakhir
sebagian
besar
responden
kategori baik 11 orang (17,2%), dan
memiliki
kategori
pendidikan terakhir SMA/SLTA sebanyak
(18,8%).
38 orang (59,4%). Sebanyak 6 orang
a. Distribusi Responden Berdasarkan
(9,4%) tamat SD, 11 orang (17,2%) tamat
6
kurang
sejumlah
12
orang
Sikap Terhadap Patah Tulang
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Menurut Sikap
Mengenai Patah Patah Tulang
Mei 2017
dalam kriteria inklusi dengan pemilihan
sampel
Purposive Sampling dengan
jumlah responden 64 orang. Responden
Sikap
Jumlah
diberikan kuesioner untuk menilai tingkat
Presentase
pengetahuan
(%)
dan
sikap
responden
terhadap patah tulang. Identitas repsonden
Baik
41 orang
64,1
Cukap
7 orang
10,9
sekaligus lembar persetujuan berada di
halaman pertama dan dua item kuesioner
berada pada lembar selanjutnya.
Kurang
16 orang
25,0
Total
64 orang
100
Tingkat pengetahuan pada penelitian
ini dengan menyajikan 6 pertanyaan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Berdasarkan tabel 4.5 Sikap didasarkan
pada
sikap
responden
terhadap
penanganan patah tulang, baik oleh tenaga
medis maupun oleh alternatif. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
41
responden (64,1%) mempunyai sikap
yang
baik,
7
responden
(10,9%)
mempunyai sikap yang cukup, dan 16
responden (25,0%) mempunyai sikap
kurang terhadap penanganan patah tulang.
tingkat pengetahuan responden terhadap
patah tulang frekuensi tertinggi dengan
kategori cukup yaitu 41 orang (64,1%),
kategori baik 11 orang (17,2%), dan
kategori
kurang
sejumlah
12
orang
(18,8%). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian
sebelumnya,
yang
telah
dimana
dilakukan
diperoleh
hasil
tingkat pengetahuan responden bervariasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu,
Puspita Sari (2012), hasil penelitian
PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa 13 responden (44,8
Penelitian ini dilakukan di RSUD
Undata Kota Palu pada bulan NovemberDesember 2016 dengan
memberikan
kuesioner pada responden yang masuk
%) memiliki tingkat pengetahuan kurang,
15 responden (51,7 %) memiliki tingkat
pengetahuan
responden
cukup,
(3,4
%)
dan
yang
hanya
1
memiliki
pengetahuan baik mengenai patah tulang.
7
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
Hal ini telah sesuai dengan teori, bahwa
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan
pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
sikap seseorang.
faktor internal dan eksternal.6
Sikap pada penelitian ini disajikan
Beberapa teori menyebutkan bahwa
dengan
menyajikan
6
pertanyaan
faktor yang mempengaruhi pengetahuan
mengenai patah tulang. Berdasarkan hasil
seseorang antara lain pengalaman, tingkat
penelitian didapatkan bahwa 41 responden
pendidikan,
fasilitas,
(64,1%) mempunyai sikap yang baik, 7
penghasilan, dan sosial. Semakin banyak
responden (10,9%) mempunyai sikap
pengalaman seseorang yang diperoleh dari
yang cukup, dan 16 responden (25,0%)
pengalaman sendiri maupun orang lain
mempunyai
yang ada disekitarnya semakin luas pula
penanganan
pengetahuan
Pada
disimpulkan bahwa 48 orang (75%)
penelitian ini kategori tingkat pendidikan
responden yang memiliki respon positif
SMA lebih baik dibandingkan dengan
terhadap penanganan awal patah tulang,
tingkat
tinggi,
artinya ketika mengalami patah tulang
jumlah
pasien langsung membawa ke pengobatan
keyakinan,
orang
pendidikan
karena
adanya
tersebut.
perguruan
perbedaan
sikap
patah
kurang
terhadap
tulang.
Dapat
responden yang lebih didominasi dengan
medis
responden
sedangkan 16 orang (25%) responden
tingkat
pendidikan
SMA.
(Rumah
sakit/puskesmas),
Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
yang memiliki respon negatif,
akan memiliki pengetahuan yang lebih
artinya pada saat pasien mengalami patah
luas dibandingkan dengan seorang yang
tulang pasien mengunjungi pengobatan
tingkat pendidikannya lebih rendah.7
tradisional (dukun patah tulang) terlebih
Semakin
fasilitas-fasilitas
dahulu. Penelitian ini sejalan dengan
sebagai sumber informasi seperti radio,
penelitian yang dilakukan oleh Ayu,
televisi, majalah, koran, dan buku maka
Puspita Sari (2012), dimana diperoleh
semakin banyak pula pengetahuan yang
hasil menunjukkan bahwa 1 responden
didapat.
dan
(3,4%) mempunyai sikap yang kurang dan
kebiasaan dalam keluarga juga dapat
28 responden (96,6%) mempunyai sikap
8
banyak
yang
Kebudayaan
setempat
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
Mei 2017
yang baik terhadap penanganan patah
seseorang dengan orang lain terhadap
tulang.
objek yang sama dapat dipengaruhi oleh
Berdasarkan
dari
hasil
penelitian
faktor sosio-psikologis. Manifestasi sikap
mengenai sikap, telah sesuai dengan teori,
tidak bisa langsung dilihat tetapi dapat
dimana beberapa teori mengatakan bahwa
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang tertutup.6
dalam pembentukannya. Hal ini bisa saja
dikarenakan faktor lingkungan sekitar
KESIMPULAN
yang lebih mendominasi dalam penentuan
1. Tingkat pengetahuan responden di
pengobatan
tulang.
Dalam
RSUD Undata Kota Palu terhadap
ketika
peneliti
patah tulang berdasarkan 6 tingkatan
menanyakan sebab responden memilih
pengetahuan yaitu ada pada tingkat
pengobatan
awal,
tahu (know) kategori baik 11 orang
dikarenakan ketakutan responden akan
(17,2%), tingkat tahu (know) kategori
pemasangan alat ditulang yang fraktur.
cukup yaitu 41 orang (64,1%), dan
Sebagaimana teori juga menyebutkan hal
tingkat tahu (know) kategori kurang
ini
sejumlah 12 orang (18,8%). Hal ini
penelitian
dapat
patah
ini
pula,
tradisional
dikaitkan
lebih
dengan
faktor
emosional seseorang.
Ada
berbagai
telah
faktor
sesuai
dengan
teori
bahwa
yang
pengetahuan seseorang bervarasi, yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara
dikaitkan dengan faktor internal dan
lain pengalaman pribadi, orang lain yang
eksternal.
dianggap penting, kebudayaan, media
2. Sikap responden di RSUD Undata Kota
massa, lembaga pendidikan dan lembaga
Palu terhadap patah tulang dalam
agama, serta faktor emosional. Sikap
kategori baik 41 responden (64,1%),
belum merupakan tindakan atau aktivitas,
kategori cukup 7 responden (10,9%),
melainkan predisposisi suatu tindakan.
dan 16 responden (25,0%) kategori
Sikap
hal
kurang terhadap penanganan patah
penting, seperti pengetahuan, keyakinan
tulang. Jadi sekitar (48%) responden
dan emosi seseorang. Perbedaan sikap
memiliki
9
ditentukan
oleh
beberapa
respon
positif
terhadap
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 2
penanganan awal patah tulang dan
(16%)
responden
memiliki
respon
negatif. Hal ini telah sesuai dengan
teori
bahwa
sikap
seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor dalam
proses pembentukannya.
SARAN
1. Bagi
masyarakat
agar
dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap
mengenai patah tulang yang benar
sesuai kaidah kedokteran.
2. Bagi pemerintah agar dapat membina
masyarakat dalam memilih pengobatan
patah tulang yang benar.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
lebih memperluaskan lagi variabel
penelitian, seperti perilaku pencarian
pengobatan, keterjangkauan sarana dan
prasarana,
dan
budaya
setempat
(lingkungan tempat tinggal).
Mei 2017
Institutes of Health. BioMed Research
International Volume 2015 (2015),
Article ID 421746, 17 pages. [cited 12
Sept
2016]
Available
from:
http://dx.doi.org/10.1155/2015/421746.
3. Departemen
Kesehatan,
Profil
Kesehatan Indonesia. 2007. Data
Presentase Perilaku Berobat Jalan
Menurut Tempat Berobat Jalan.
Jakarta : Profil Kesehatan Indonesia
4. Ismono D. 2011. Jejak Bone Setter
pada Negleted Fracture. Department of
Orthopaedic
Surgery
and
Traumatology School of Medicine
Padjadjaran University [updated 2011;
cited 12 Sept 2016. Available from:
http://satpt.fk.unpad.ac.id/UserFiles/Fil
e/NEGLETEDFRACTURE.pdf
5. Jusuf H ,Amir. 2013. Etika Kedokteran
dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
6. Notoatmodjo S. 2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
7. Kusuma P. 2012. Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan
Terapan Iklan Layanan Masyarakat.
Jurnal Undip.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland W A. 2012. Kamus Saku
Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta
: EGC.
2. Rinaldo FS, Gisela RS, Estela SC,
Manuel JS, Paulo SC. 2015. Biology of
Bone Tissue: Structure, Function, and
Factors That Influence Bone Cells. US
National Library on Medicine National
10
Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...