Buku Ajar Dosen Filsafat Ilmu dipakai tg 28 Feb 2013

  Bahan Ajar Dosen

Ringkasan

  

FILSAFAT ILMU

oleh

Prof. Dr. Bambang Triadji

untuk :

Mahasiswa Pasca Sarjana Tahun 2012/2013 Kelas PBI A dan TPm C

  

Pascasarjana (S2)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

BAB I KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT A. ILMU DAN FILSAFAT Menurut Jujun S. Suria Sumantri, jenis manusia dalam kehidupan ini berdasarkan

  1. Apakah yang sebenarnya saya ketahui tentang ilmu

  6. Apakah kelemahan dan kekurangan ilmu Pada hakekatnya berfilsafat adalah merenung. Orang berfilsafat diibaratkan seperti seseorang di malam hari yang cerah memandang ke langit melihat bintang-bintang yang bertaburan dan merenungkan hakekat dirinya dalam lingkungan alam semesta. Di samping itu

  5. Di manakah batas cakupan ilmu.Apakah ada aspek kehidupan yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu

  4. Apakah ilmu yang ada sudah meliputi semua aspek kehidupan

  3. Apakah kegunaan ilmu itu

  2. Mengapa kita harus mempelajari ilmu

  1. Apakah ilmu yang telah ada sudah benar

  Berfilsafat antara lain meliputi :

  3. Bagaimanakah saya tahu bahwa ilmu yang saya ketahui memang benar 4. Kriteria apa untuk menentukan kebenaran.

  2. Apakah ciri-ciri yang hakiki tentang ilmu dibanding dengan yang bukan ilmu

  pengetahuannya dibedakan sebagai berikut :

  1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya

  Filsuf Faust mengatakan : ”Nah disinilah aku, si bodoh yang malang, tak lebih pandai dari sebelumnya”. Socrates menyadari kebodohannya dan bilang ” Yang saya ketahui adalah bahwa saya tak tahu apa-apa”

  1. Rendah hati Memahami bahwa tidak semuanya akan dapat diketahui dan merasa dirinya kecil dibandingkan dengan kebesaran alam semesta.

  Orang mampu berfilsafat apabila :

  2. Apa yang belum kita ketahui Pengetahuan diperoleh dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari kedua-duanya.

  1. Apa yang telah kita ketahui

  2. Orang yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya Dengan demikian maka filsafat didorong untuk mengetahui :

  1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya

  Orang yang dapat memperoleh pengetahuan yang benar apabila orang tersebut termasuk golongan 1 dan sekaligus 2 yaitu :

  3. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang diketahuinya 4. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya.

  2. Orang yang mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya

  2. Bersedia untuk mengoreksi diri, berarti berani berterus terang terhadap seberapa jauh kebenaran yang sudah kita jangkau Ilmu merupakan pengetahuan yang kita alami sejak di bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri sendiri : juga memperhatikan tanah tempat berpijaknya dan berkeinginan untuk membongkarnya secara fundamental. Hamlet berkata ” Ah Horaito, masih banyak lagi di langit dan di bumi, selain yang terjaring dalam filsafatmu ”. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang pertama yaitu menyeluruh”.

  Namun demikian ilmuwan juga memiliki kelemahan. Sebagai contohnya, ahli fisika nuklir memandang rendah ahli ilmu sosial, lulusan IPA merasa lebih tinggi dibanding lulusan

  IPS, ilmuwan memandang rendah pengetahuan lain, ilmuwan meremehkan moral, agama, dan estetika.

  Sebaiknya ilmuwan tersebut menengadah ke bintang-bintang dan kalau dia normal akan kebodohannya. Pada saat itu Socrates berkata : ”Ternyata saya tak tahu apa-apa”.Selanjutnya Socrates berpikir filsafati sebagai berikut :

  1. Dia tidak percaya bahwa ilmu yang sudah dimilikinya itu benar

  2. Apakah kriteria untuk menyatakan kebenaran

  3. Apakah kriteria yang digunakan tersebut sudah benar 4. Apakah hakekat kebenaran itu sendiri. Socrates berpikir tentang ilmu secara mendalam dan ini merupakan karakteristik berpikir filsafat yang kedua yaitu mendasar.

  Pertanyaan-pertanyaan berputar-putar dan melingkar yang seharusnya mempunyai titik awal dan titik akhir.Namun bagaimana menentukan titik awal? Akhirnya untuk menentukan titik awal, kita hanya berspekulasi. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang ketiga yaitu spekulatif.

  Ciri filsafat adalah spekulatif dalam arti bahwa untuk menembus suatu rangkaian pengetahuan harus dengan penjelajahan berbekal asumsi, meskipun dengan asumsi yang spekulatif. Contoh, dengan adanya UFO (Unidentified Flying Object), manusia mulai berpikir bahwa manusia bukan satu-satunya penghuni alam semesta (lihat Lampiran I).

  Akhirnya kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dengan demikian lengkaplah tiga karakter berpikir filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.

B. Filsafat Peneratas Pengetahuan

  Seorang yang skeptis berkata : Sudah ribuan tahun orang berfilsafat namun selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu kelihatannya memang demikian namun kesalahpahaman tersebut dijawab oleh Will Durant.

  Will Durant mengatakan : Filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri sedangkan infanteri sebagai ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi ilmu, setelah itu ilmulah yang menyempurnakan kemenangan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi untuk menjelajah kembali ke tempat lain.

  Semua ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, semula sebagai filsafat, contohnya Ilmu Fisika yang ditulis oleh Issac Newton semula bernama Filsafat Alam dan menurut Will Durant, setiap ilmu dimulai dari filsafat dan diakhiri dengan seni. Contoh lainnya, nama asal ekonomi adalah filsafat moral.

  Dulu bidang penjelajahan ilmu luas, kemudian dalam perkembangan selanjutnya menyempit atau bersifat sektoral. Sebagai contoh filsafat moral dikaitkan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi.

  Manusia tiada henti-hentinya mencari ilmu untuk mempermudah kehidupannya, sehingga manusia dianggap makhluk yang serakah. Contoh dalam ilmu ekonomi manusia menerapkan prinsip untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, sehingga manusia juga disebut sebagai Homo Economicus.

  3. Estetika ( indah dan jelek ) Dari kajian filsafat tersebut di atas, timbul cabang- cabang filsafat yang amat banyak.

  2. Epistemologi, bagaimana caranya memperoleh ilmu

  1. Ontologi, apa yang dikaji oleh ilmu

  6. Bagaimana hubungannya dengan kaidah moral Pada hakekatnya telaahan tersebut digolongkan menjadi :

  5. Kegunaan ilmu

  4. Bagaimana proses terjadinya ilmu

  3. Hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia

  2. Bagaimana wujud objek tadi

  1. Objek apa yang ditelaah ilmu

  Filsafat ilmu menelaah antara lain :

  Filsafat Ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu.Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.

  D. Filsafat Ilmu

  2. Etika ( baik dan buruk )

  Seorang profesor yang penuh humor mengatakan bahwa yang dikaji oleh filsafat :

  1. Logika ( benar dan salah )

  Sesuai dengan karakteristik filsafat yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia dan permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi :

  C. Bidang Telaahan Filsafat

  3. Positif, diuji secara ilmiah

  2. Metafisika, mulai terlepas dari ajaran agama

  1. Religius, penjabaran dari ajaran agama

  Menurut Auguste Comte, tingkat perkembangan ilmu adalah sebagai berikut :

  c. Akhirnya filsuf mengatakan ”what” tentang yang ditanyakan kepadanya setelah dia tidak tertarik mendengarkan uraian panjang lebar yang tidak ilmiah. Bagi dia semua itu GIGO (Garbage In, Garbage Out/Sampah yang masuk, sampah yang keluar) Filsuf hanya mau mendengarkan kalau uraian tersebut ilmiah.

  b. Kemudian mempelajari apa sebenarnya kehidupan.

  c. What a. Semula fisuf mempelajari tentang apa sebenarnya manusia itu.

  b. What is

  a. What is a man

  3. Aksiologi, apa kegunaan ilmu

BAB II PENGERTIAN FILSAFAT A. Definisi Filsafat Menurut Surajiyo definisi fisafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu sebagai berikut :

  1. Arti Filsafat secara etimologi Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari kata philein artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan, sehingga artinya cinta kebijaksanaan.

  a. Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli b. Aristoteles : Filsafaf adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan)

  c. Hasbullah Bakry : Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

  B. Objek Filsafat

  Menurut Surajiyo setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Demikian pula filsafat yang dapat dibedakan dalam :

  1. Objek Formal , sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakekat dari objek materialnya.Misalnya objeknya “manusia” yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya

  2. Objek Material , sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini terdapat beberapa pengertian yaitu : a. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada

  b. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya dan tempatnya di dunia c. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia

  C. Metode Filsafat

  Sebenarnya metode filsafat sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf karena metode adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakekat yang sesuai dengan pandangan filsuf itu sendiri. Namun demikian sedikitnya ada sepuluh metode, yaitu sebagai berikut :

  1. Metode Kritis, menganalisis istilah atau suatu pendapat

  2. Metode Intuitif, melalui intuisi akan tercapai pemahaman langsung mengenai suatu kenyataan

  3. Metode Skolastik, bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip diperoleh kesimpulan-kesimpulan

  4. Metode Geometris, melalui analisis tentang hal yang kompleks, diperoleh suatu hakekat yang sederhana

  5. Metode Empiris, melalui pengalaman-pengalaman disusunlah secara geometris suatu kesimpulan

  6. Metode Transendental, melalui pengertian tertentu kemudian dianalisis dengan memperhatikan syarat-syarat yang penting.Metode ini disebut juga metode Neo Skolastik

  7. Metode Fenomenologis, secara sistematis memperhatikan gejala-gejala sehingga terlihat hakekat-hakekat yang murni

  8. Metode Dialektis, melalui dinamika pemikiran yaitu tesis, antithesis, dan sintesis akan diperoleh hakekat kenyataan

  9. Metode Neo Positivistis, kenyataan dipahami dengan jalan menggunakan aturan-aturan yang positif atau yang berlaku melalui pemakaian bahasa sehari-hari.

D. Asal Filsafat, Peranan Filsafat, dan Aliran/Mazhab dalam Filsafat

  1. Asal Filsafat

  Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut :

  a. Keheranan

  b. Kesangsian

  c. Kesadaran akan keterbatasan,karena merasa dirinya sangat kecil, sering menderita, dan sering mengalami kegagalan mendorong pemikiran bahwa di luar manusia yang terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

  2. Peranan Filsafat

  Berdasarkan sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia, yaitu :

  a. Pendobrak Berabad-abad manusia tertawan dalam penjara tradisi, kebiasaan, dan mistik.

  Dengan filsafat, manusia mendobrak penjara tersebut dan menyadarkan bahwa kehidupan dalam penjara adalah kehidupan yang tidak benar.

  b. Pembebas Filsafat bukan hanya mendobrak penjara tersebut, tetapi juga berhasil membawa keluar manusia dari penjara tersebut dan meninggalkan kebodohan, kepicikan, ketidakteraturan, kesesatan berpikir serta menuju ke dunia rasionalitas yang bebas dari hal-hal yang mengekang akal budi manusia c. Pembimbing

  Filsafat kemudian membimbing manusia untuk berpikir rasional, luas, mendalam, sistematis, integral, dan koheren.

  3. Aliran/Mazhab dalam Filsafat

  a. Aliran Natural Phylosophi, yang menghargai alam dan wujud setinggi tingginya dan menganggap bahwa alam bersifat abadi b. Aliran Ketuhanan, mengakui zat-zat yang metafisik

  c. Aliran Mistik, menganjurkan manusia jangan hanya menjangkau alam inderawi tetapi juga alam non inderawi agar sempurna d. Aliran Kemanusiaan, menghargai manusia setinggi mungkin karena kesanggupan manusia memperoleh pengetahuan.

  E. Ciri-Ciri Filsafat

  Menurut Ali Mudhofir yang dikemukakan oleh Surajiyo, ciri-ciri filsafat adalah sebagai berikut :

  1. Radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya

  2. Universal, berpikir tentang hal-hal yang bersifat umum dan bukan parsial

  3. Konseptual, hasil generalisasi dari pengalaman individual

  4. Koheren dan konsisten, sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan tidak mengandung kontradiksi

  5. Sistematik, kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata

  6. Komprehensif, mencakup secara menyeluruh, misalnya alam semesta secara keseluruhan

  7. Bebas, hasil dari pemikiran yang bebas dari berbagai prasangka sosial, historis,kultural,maupun religious

  8. Bertanggung jawab, terhadap hati nurani dan kepada orang lain.

  F. Kegunaan Filsafaf

  Dengan belajar filsafat, manusia semakin mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar, dengan demikian menurut Surajiyo, filsafat sangat berguna bagi manusia, yaitu sebagai berikut :

  1. Kegunaan secara umum :

  a. Diperoleh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia

  b. Diperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang berbagai gejala dari bermacam pandangan c. Diperoleh dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam melaksanakan studi pada ilmu-ilmu khusus (Menurut pendapat Franz Magnis

  Suseno)

  d. Diperoleh kenikmatan yang tinggi dalam berfilsafat (Plato)

  e. Dengan berfilsafat manusia berpikir dan karena berpikir maka manusia ada.Menurut Rene Descartes : karena berpikir maka saya ada (cogito ergo sum) f.Diperoleh kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh

  Usaha peradaban (Alfred North Whitehead)

  g. Filsafat merupakan sumber penyelidikan berdasarkan eksistensi tentang manusia (Maurice Marleau Ponty)

  2. Kegunaan secara khusus, dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut Franz Magnis Suseno :

  a. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi dan filsafat

  Indonesia serta untuk mengimplementasikannya

  c. Sebagai kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan pelanggaran hak asasi manusia d. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di lingkungan akademis e. Menyediakan dasar dan sarana bagi peningkatan hubungan antar umat beragama berdasarkan Pancasila.

  G. Cabang-cabang Filsafat

  13. Filsafat Ilmu

  Apabila tanpa agama maka ilmu akan membawa manusia ke jurang malapetaka. Contohnya, pada saat ini terdapat 40.000 kepala nuklir yang berkekuatan 1 juta kali bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima 63 tahun yang lalu. Kekuatan ini cukup untuk menghancurkan bumi menjadi berkeping-keping.

  Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Einstein pernah bilang bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh.

  Jikan merenungkannya sebagai petunjuk bahwa ada sang pencipta maka sesungguhnya antara apa yang dikaji olehsesungguhnya telah diwajibkan oleh syari’ah.

  Semula

  H. Filsafat dan Agama

  17. Filsafat Matematika

  16. Filsafat Sejarah

  15. Filsafat Hukum

  14. Filsafat Pendidikan

  12. Filsafat Agama

  Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli filsafat, maka dapat dicatat cabang-cabang fisafat antara lain sebagai berikut :

  11. Politik ( Filsafat Pemerintahan )

  10. Metafisika

  9. Estetika ( Fisafat Seni )

  8. Sosiologi

  7. Antropologi

  5. Biologi

  4. Metodologi

  3. Logika

  2. Etika ( Filsafat Moral )

  1. Epistemologi (teori pengetahuan)

I. Ilmu dan Agama

BAB III DASAR-DASAR PENGETAHUAN A. Penalaran Menurut Andi Hakim Nasoetion dalam sebuah ceramahnya di depan televisi, manusia

  mempunyai nalar sedangkan binatang tidak. Kalau binatang mempunyai nalar, maka yang dilestarikan bukan harimau Jawa tetapi manusia Jawa.

  Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan diwariskan kepada umat manusia sehingga manusia mengetahui mana yang baik dan buruk serta mana yang indah dan mana yang jelek Binatang sebenarnya juga mempunyai pengetahuan, tetapi terbatas pada pengetahuan untuk mempertahankan kehidupan ( survival). Contoh, anak tikus hanya diajari oleh induknya bahwa kucing itu berbahaya demi kelangsungan hidupnya. Manusia mengembangkan ilmu bukan hanya untuk survival, tetapi juga untuk lainnya demi tujuan yang lebih tinggi misalnya kebudayaan.

  Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena :

  1. Mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan binatang tidak mempunyai itu, contohnya anjing tidak bisa tukar menukar tulang dengan temannya.Manusia bisa melakukan tukar menukar, oleh karena itu disebut Homo Economicus. Anjing tidak mempunyai nalar yang analitis sehingga tidak ada anjing yang berkata : ” Ayahku miskin namun jujur”

  2. Manusia mempunyai penalaran ( berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir) Binatang bisa berpikir tetapi tidak mampu berpikir nalar.Namun binatang bisa berbuat sesuatu yang benar berdasarkan instink, bukan berdasarkan nalar. Instink binatang jauh lebih peka dibanding dengan instink seorang profesor geologi.Binatang sudah jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus setelah itu baru profesor mengetahui belakangan.Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala tersebut, misalnya mengapa gunung bisa meletus.

  Penalaran adalah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Berpikir adalah kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Kebenaran bagi setiap orang tidak sama, oleh karena itu proses berpikir untuk menemukan pengetahuan yang benar juga tidak sama.

  Ciri-ciri penalaran :

  1. Logika dan kegiatan penalaran adalah proses berpikir logis

  2. Analitik, kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu Ada kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu perasaan dan intuisi . Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia.

  Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia.Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui malaekat dan nabi.

  Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu dan intuisi adalah merupakan kebenaran Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa rasio adalah kebenaran, sedangkan empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengalaman adalah suatu kebenaran. Penalaran yang dikaji dalam pelajaran filsafat ilmu adalah penalaran ilmiah yang merupakan penggabungan dari penalaran deduktif ( terkait dengan rasionalisme ) dan induktif ( terkait dengan empirisme ).

  B. Logika

  Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid) sehingga menghasilkan kesimpulan yang benar. Contoh dari penarikan kesimpulan yang tidak benar adalah seperti berikut ini. Peneliti ingin menemukan penyebab mabuk. Dia menyampur air dengan wiski, kemudian air dengan minuman keras lokal, dan juga air dengan tuak. Semuanya

  Cara penarikan kesimpulan yang benar didasarkan pada hal-hal seperti berikut:

  1. Induktif, dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh : Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata.

  Disimpulkan secara umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Keuntungan penggunaan metode induktif :

  a. Ekonomis, bermacam-macam pernyataan dapat disingkat menjadi satu pernyataan

  b. Dapat diteruskan kepada kesimpulan yang lebih umum lagi. Contoh : Semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata, maka semua makhluk hidup mempunyai mata.

  2. Deduktif, dari hal-hal yang bersifat umum menjadi bersifat individual. Deduktif biasanya melalui silogisme yaitu disusun dari 2 pernyataan ( premis mayor dan premis minor) serta 1 kesimpulan. Contoh : Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor) Si Polan adalah makhluk (premis minor) Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan) Kesimpulan yang diambil benar apabila : Premis mayor benar Premis minor benar Pengambilan keputusan sah Matematika adalah adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

  Contoh : kalau a sama dengan b dan b sama dengan c, maka akan sama dengan c.

  C. Sumber Pengetahuan

  Rene Descartes berkata : De omnibus dubitandum, artinya, segala sesuatu harus diragukan. Hamlet berkata kepada Ophelia : Ragukan bahwa bintang-bintang itu api Ragukan bahwa matahari itu bergerak Ragukan bahwa kebenaran itu dusta Tapi jangan ragukan cintaku kepadamu. Pernyataan tesebut menegaskan bahwa kebenaran diperoleh dari ragu-ragu. Selanjutnya kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dengan mendasarkan pada :

  1. Rasio Rasio ini menimbulkan paham rasionalisme yang mempergunakan metode deduktif.

  Premis yang dipakai berasal dari ide bahwa premis tersebut bersifat apriori dan sudah ada sejak dahulu sebelum manusia memikirkannya, oleh karena itu paham ini disebut idealisme. Kriteria untuk ide yang benar bagi semua pihak tidak ada karena ide tersebut bersifat subjektif dan solipsistik ( hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam benak orang yang berpikir tersebut );

  2. Pengalaman, pengalaman yang konkrit menurut daya tangkap pancaindera manusia.

  Contoh : Benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti turunnya hujan.Gejala tersebut muncul mempunyai kesamaan dan berulang dengan mengikuti pola-pola tertentu. Kelemahan empiris :

  a. Hubungan antara beberapa fakta tidak jelas Dalam hal ini harus hati- hati karena fakta-fakta yang dikumpulkan belum tentu bersifat konsisten.Contohnya hubungan antara rambut keriting dengan inteligensi manusia.

  b. Kemampuan pancaindera kita terbatas.

  Contoh : Tongkat lurus yang dimasukkan ke dalam air bisa terlihat bengkok.

  3. Intuisi Pengetahuan ini diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan dan intuisi tidak dapat diandalkan untuk menyusun pengetahuan, namun dapat dipergunakan sebagai hipotesis. Maslow mengatakan bahwa intuisi adalah merupakan pengalaman puncak atau intelegensi yang tertinggi.

  4. Wahyu Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia. Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui malaekat dan nabi. Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu adalah benar.

  Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia dan dimulai dari percaya. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan sumber pengetahuan atau sumber ilmu. Sebagai contoh, Al Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan sejarah karena berisi sejarah tentang kisah-kisah sejarah Islam, sumber ilmu hukum karena mengatur antara lain hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana dan perdata, dan hukum perang. Sumber ilmu sosial karena mengatur dasar-dasar kehidupan manusia dalam masyarakat dan negara. Juga sumber filsafat Islam, Ilmu Alam, Ilmu Pertanian, Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Ilmu Hewan dan lain-lain. Perbedaan antara agama dengan pengetahuan lain :

  a. Agama dimulai dari rasa percaya yang kemudian bisa dikaji kebenarannya

  b. Pengetahuan lainnya dimulai dari rasa tidak percaya yang kemudian melalui pengkajian ilmiah kita percaya. Pendapat lain menambahkan bahwa sumber pengetahuan juga dari :

  5. Otoritas, pengetahuan dapat berasal dari kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang dan diakui oleh kelompoknya dalam arti pengetahuan terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan

  6. Keyakinan, yaitu suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan

D. Kriteria Kebenaran

  Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama tentang kebenaran. Contoh : Anak kecil menganggap gurunya berbohong karena kemaren bilang bahwa 5 + 2 = 7, tetapi sekarang bilang bahwa 3+4 = 7.

  Orang dewasa mudah menerima bahwa hal tersebut benar, tetapi anak kecil mempunyai kriteria kebenarannya sendiri.

  Kebenaran dapat diukur dengan menggunakan tiga teori yaitu teori koherensi atau konsistensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis. Teori koherensi/konsistensi menyatakan bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (aksioma). Matematika disusun berdasarkan Teori Koheren yang didasarkan pada aksioma. Dari sini disusun teori dan kemudian dikembangkan menjadi kaidah.

  Teori korespondensi berpendapat bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori pragmatis/empiris mempergunakan pengumpulan fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu. Teori ini mengukur kebenaran dengan kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

  David Hume berpendapat bahwa di dunia tidak ada kebenaran mutlak .Dia mengemukan filsafat angsa hitam dan mengatakan bahwa tidak ada jumlah yang cukup untuk mengatakan bahwa semua angsa berwarna putih karena di antara sejuta angsa ternyata ada satu angsa yang berwarna hitam. Dia mengatakan bahwa Filsafat adalah induk segala ilmu oleh karena itu filsafat disebut sebagai Mother of Science.

BAB IV SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN A. Periode Filsafat Yunani ( Abad 6 SM s/d 0 M ) Pada waktu itu dikenal seorang ahli filsafat yaitu Thales yang menggunakan pola deduktif. B. Periode Kelahiran Nabi Isa ( Abad 0 s/d 6 M )

  7. Anzahel, penemu teori peredaran planet Namun setelah perang salib, umat Islam mengalami kemunduran

  contoh sepuluh buah apel.Apabila seseorang memakan buah apel yang pertama s/d ke 9 terasa masam, maka orang tersebut cenderung mengatakan bahwa buah apel yang kesepuluh pasti terasa asam walaupun belum dicicipi. Pada abad tersebut timbul semangat renaissance, yaitu lahirnya kembali budaya Yunani kuno, Romawi kuno yang menganut pemikiran bebas.

  

Problem of Induction. Dia mengemukakan kelemahan metode induksi dengan mengambil

  Pada waktu itu muncul filsuf Scotlandia bernama David Hume yang mengungkapkan

  E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan setelah Abad ke-17

  Pada masa ini, Kristen yang berkuasa dan dianggap menjadi sumber otoritas kebenaran.Di sini muncul kembali pemikiran Yunani dengan munculnya empirisme dan rasionalisme. Muncul pula pemikiran Islam dengan Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina “ The Canon of Medicine “.Pada waktu itu muncul gerakan untuk menentang kebijakan gereja dan penguasa yang ditandai dengan munculnya ilmuwan seperti Newton dengan teori gravitasi dan John Locke serta J.J.Rousseau yang mengembuskan kebebasan manusia.

  D. Periode Kebangkitan Eropa ( Abad 14 s/d 20 )

  mengalami kemunduran dan ilmu menjadi beku karena danggap sumber kebenaran hanya dari gereja dan raja saja, sehingga terjadi pembatasan kebebasan seseorang dalam berpikir dan berkarya.

  C. Periode Kebangkitan Islam ( Abad 6 s/d 13 M )

  5. Al Ghazali yang meramu berbagai ilmu yaitu agama, filsafat, mistik, dansufisme menjadi kesatuan dan berkesinambungan

  4. Al Kindi ahli filsafat

  3. Ibnu Sina ahli kedokteran

  2. Al Farabi yang ahli dalam astronomi dan matematika

  1. Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali yang ahli dalam hukum Islam

  Periode tersebut merupakan masa keemasan atau kebangkitan Islam dan ditandai dengan banyaknya ilmuwan Islam yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Di antaranya :

  6. Ibnu Khaldun ahli sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, dan kenegaraan

BAB V ONTOLOGI A. Metafsika Taufik Ismail membuat sajak yang berjudul " Berpikir tentang Dunia ". Isi sajaknya

  adalah sebagai berikut : Ternyata dunia ini adalah sebuah peti mati Sebuah peti yang besar dan tertutup atasnya Dunia sebuah peti besar yang tertutup di atasnya Dan kita terkurung di dalamnya Dan kita berjalan-jalan di dalamnya Dan kita bermenung di dalamnya Dan kita beranak di dalamnya Dan kita membuat peti di dalamnya Dan kita membuat peti Di dalam peti ini........

  Isi sajak merupakan contoh dari ontologi yang didasarkan pada metafisika yaitu menjelaskan apa yang dikaji. Di sini yang dikaji adalah " dunia ". Manusia tak henti-hentinya terpesona menatap dunia dan metafisika mengkaji tentang apa yang ada dibalik sesuatu yang nyata. Misalnya, sudah kita ketahui bahwa alam adalah sesuatu yang nyata, maka metafisika mengkaji apa yang ada dibalik alam tersebut yang menurut tafsiran, bahwa di balik alam ini ada ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural). Di ini timbul aliran antara lain animisme.

  Sebagai lawan dari supernatural adalah paham naturalisme yang menolak adanya ujud yang gaib. Di sini muncul aliran materialisme yang berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib melainkan oleh kekuatan alam itu sendiri. Di sini muncul teori tentang atom yang menjelaskan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom dan alam beserta isinya ini hanya terdiri dari dua macam yaitu atom dan kehampaan.Dengan demikian gejala alam hanya perwujudan dari proses kimia-fisika. Di sini muncul 2 paham yaitu paham mekanistik dan paham vitalistik (lihat lampiran II).

  Paham mekanistik mengatakan bahwa gejala alam termasuk makluk hidup, hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Paham vitalistik mengatakan bahwa gejala pada makluk hidup bukan hanya gejala kimia-fisika tetapi juga terdapat gejala lain yang unik dan berbeda secara substantif dengan gejala kimia-fisika. Contohnya, otak manusia yang terdiri dari 15 miliar sel saraf yang gejalanya tidak seluruhnya dapat dijangkau oleh ilmu kimia- fisika melainkan oleh ilmu lain misalnya ilmu psikologi. Di samping itu, otak juga menghasilkan pikiran dan pikiran menghasilkan ilmu pengetahuan. Di sini muncul aliran dualistik yang mengatakan bahwa otak dan pikiran adalah dua hal yang berbeda.

  Pendapat ini ditentang oleh aliran monistik. Aliran monistik mengatakan bahwa zat dan pikiran tidak berbeda secara substantif karena pikiran hanya sebagai proses elektrokimia dari otak. Aliran ini mencoba untuk membuktikan bahwa pikiran bisa dibuat oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk robot yang bisa berpikir seperti manusia.

  B. Asumsi

  Kalau kita tetap memakai sumber energi tradisional seperti air, panas, dan angin maka cukup dipakai teorinya Newton, tetapi kalau mau pakai nuklir pakailah teorinya Einstein. Menurut teori Einstein, kebutuhan listrik dunia selama sebulan dapat dipenuhi dengan konversi zat (uranium) 5 kg saja.

  2. Metode yang digunakan adalah kebenaran yang telah teruji secara empiris.

  1. Fungsi dari ilmu itu sendiri yaitu sebagai alat pembantu manusia dalam menghadapi masalah

  Ilmu mempunyai batasan karena :

  Sampai di mana batas penjelajahan ilmu ? Jawabannya : Ilmu mulai penjelajahannya dari pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Contoh : Apakah ilmu mempelajari surga dan neraka ? Jawabnya, tidak, karena hal tersebut berada di luar pengalaman manusia.

  E. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu

  Ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya. Namun sayangnya asumsi tersebut sering hanya tersirat dan bukan tersurat. Sebenarnya agar hasilnya tidak menyesatkan maka asumsi tersebut harus jelas dan tegas.

  Ilmu didasarkan pada beberapa asumsi, karena tidak ada satu ilmupun yang mempunyai kebenaran absolut. Newton berpendapat bahwa zat, gerak, ruang, dan waktu bersifat absolut tetapi Einstein berasumsi bahwa keempat komponen tersebut bersifat relatif. Contoh : Zat dan gerak menurut Newton adalah 2 hal yang berbeda tetapi Einstein berpendapat bahwa keduanya adalah merupakan satu kesatuan karena gerak atau energi adalah proses perubahan yang terjadi dalam zat.

  Semua kejadian yang akan datang tidak ada yang pasti, oleh karena itu setiap pendapat harus mempunyai asumsi. Dari sini timbul tiga macam analisis yaitu sebagai berikut :

  D. Asumsi dalam Ilmu

  probability yang makin besar.

  Suatu ilmu tidak dapat menjamin bahwa yang diuraikan benar 100 % melainkan hanya memberikan peluang atau kemungkinan terhadap terjadi atau tidak terjadinya sesuatu. Contoh, berdasarkan ilmu meteorologi dan geofisika bisa diramalkan bahwa hari ini akan terjadi hujan dengan probability 0.8. Jadi ilmu tersebut hanya bisa memberikan kesimpulan yang dilengkapi probabilistik. Oleh karena itu, seseorang akan menerapkan teori dari suatu ilmu tertentu tergantung pada risikonya, dalam arti semakin berat risiko yang dihadapi, diperlukan

  C. Peluang

  2. Probabilistik, peristiwa tertentu akan terjadi pada jarak waktu tertentu.Misalnya 6 buah dadu yang mempunyai nomor urut 1 sampai 6 dilemparkan, maka kemungkinan munculnya nomor 1 mempunyai probabilitas 1/6, sehingga apabila dilemparkan 6 kali akan muncul lagi no. 1. akan memanah suatu lingkaran, maka dia bebas akan memanah bagian tengah lingkaran atau pinggir lingkaran.

  1. Determinisme, peristiwa tertentu sudah pasti akan terjadi, misalnya besok pagi matahari tetap akan terbit dari arah timur.

  Dengan demikian sebenarnya jangkauan ilmu itu memang sempit karena hanya bisa menjangkau sepotong dari sekian permasalahan kehidupan.

  Ruang penjelajahan ilmu kemudian dikapling menjadi berbagai disiplin ilmu yang semula hanya ilmu alam dan ilmu sosial, sekarang dua ilmu tersebut sudah menjadi 650 cabang keilmuan. Di samping itu juga muncul ilmu terapan , misalnya ilmu tentang bunyi mempunyai ilmu terapan yang disebut ilmu teknik akustik. Ilmu sosial berkembang relatif lebih lambat dibanding dengan ilmu alam.

  Di samping ilmu alam dan ilmu sosial , pengetahuan mencakup juga humaniora yaitu seni, filsafat, agama, sejarah ( sejarah kadang-kadang dimasukkan ke dalam ilmu sosial). Juga ada matematika yang bukan merupakan ilmu karena merupakan sarana berpikir yang penting untuk kegiatan berbagai disiplin ilmu. Studi matematika meliputi antara lain aljabar, kalkulus,

  Masing-masing ilmuwan harus mengenal batasan kapling ilmunya sendiri dan tidak menjarah kapling orang lain, karena akan terjadi kekacauan ilmu. Seorang filsuf mengatakan : kenalilah kau sendiri. Ungkapan ini untuk menjunjung tinggi profesionalisme. Namun kita harus mengenal kapling tetangganya beserta asumsinya agar tidak terjadi sengketa keilmuan.

BAB VI EPISTEMOLOGI A. Jarum Sejarah Pengetahuan Dahulu dalam masyarakat primitif konsep dasar pengetahuan adalah kesamaan, dalam

  arti pengetahuan adalah satu . Semua menyatu dalam satu kesatuan yang batas-batasnya kabur. Tidak terdapat jarak yang jelas antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain. Contoh orang yang ahli dalam bidang peternakan ayam dianggap ahli pula dalam bidang ekonomi, perkawinan, kebatinan (ngelmu), kenakalan remaja dan entah apalagi.

  Penalaran (The Age of Reason) pada pertengahan abad ke 17. Disini konsep dasar berubah dari kesamaan kepada perbedaan sehingga mulailah adanya pembedaan pengetahuan menurut apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa dipergunakan. Ilmu mulai dibedakan antara ilmu sosial dan ilmu alam yang kemudian terpecah lagi menjadi 650 cabang ilmu dan spesialisasi makin banyak.

  Menciutnya kapling ilmu ternyata menimbulkan masalah dalam menghadapi kehidupan manusia yang makin banyak dan bersifat rumit. Di sini muncul usaha orang untuk memutar jarum sejarah dengan menggabungkan beberapa pengetahuan, misalnya pengetahuan dokter dengan dukun sehingga muncul terkun (dokter dukun).

  Pendekatan inter disipliner memang perlu namun bukan dengan mengaburkan otonomi masing-masig ilmu. Di sini muncul paradigma baru yaitu "konsep sistem", dalam arti masing- masing ilmu menyumbangkan analisisnya dengan memanfaakan sarana berpikir ilmiah seperti logika, matematika, dan statistik.

B. Cara Menyusun Pengetahuan

  Pengetahuan bisa menjadi ilmu dan juga bisa menjadi bukan ilmu. Pengetahuan tentang pertanian bisa menjadi ilmu pertanian, tetapi pengetahuan main gitar bukanlah ilmu, melainkan seni. Juga pengetahuan agama yang mengemukakan bahwa sesudah mati, semua manusia akan dibangkitkan .

  Bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar ? Epistemologi menjawab : harus dilandaskan pada metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.

  Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab atau memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia yang pemecahannya dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam atau dalam kata lain untuk menguasai alam.

  Agar mampu mengontrol gejala alam, pertama harus tahu mengapa sesuatu itu terjadi. Penelaahan diarahkan kepada hubungan berbagai faktor yang terikat dalam konstelasi yang menyebabkan timbulnya gejala.

  Ilmu mencari penjelasan mengenai alam dan kemudian menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya seni bersifat personal berdasarkan pengalaman hidup perseorangan.

  Berkembangnya ilmu atau seni berakar dari pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba (percobaan). Perkembangan ini berlanjut menyebabkan timbulnya ilmu terapan yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Mesir kuno (3000 tahun sebelum Masehi) telah mengembangkan irigasi dan dapat meramalkan terjadinya gerhana.. Cina dan India terkenal kaya akan ilmu terapan.

  Ilmu terapan tidak menyumbang berkembangnya teori-teori yang bersifat umum sebab analisanya bersifat praktis. Contoh, daun pepaya bisa melunakkan daging. Pengetahun tersebut hanya berhenti di situ dan tidak diteruskan dengan analisa kimia.

  Pada peradaban tertentu, perkembangan selanjutnya dari pengetahuan ada dua arah:

  1. Kuantitatif , artinya banyak pengetahuan yang ditemukan

  2. Kualitatif, dikembangkan konsep-konsep teori baru yang bersifat teoritis Jembatan dari kuantitatif ke kualitatif adalah pengembangan konsep teoritis yang bersifat mendasar yang selanjutnya dijadikan tumpuan untuk pengembangan pengetahuan ilmiah yang bersifat integral. memandang penting cara berpikir ilmiah. Bagi mereka, yang penting adalah berpikir etis yang menghasilkan kearifan (wisdom).

  Akal sehat dan percobaan mempunyai peranan penting untuk menemukan penjelasan mengenai gejala alam.Akal sehat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan yang mempunyai karakteristik :

  1. Kebiasaan dan pengulangan

  2. Kabur dan samar-samar 3. Pengetahuan yang tidak teruji.

  Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang berpendapat bahwa mencari ilmu pengetahuan yang benar adalah secara analitis yang bersifat kritis.Rasionalisme bersifat majemuk dengan berbagai kerangka yang dibangun secara deduktif di sekitar objek pemikiran tertentu.

  Di samping itu berkembang pula empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar didapat dari kenyataan pengalaman. Timbul pendapat lain bahwa ilmu mempunyai dua peranan, yaitu di satu pihak sebagai metafisika dan di pihak lain sebagai akal sehat. Dari situ berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian secara empiris. Dengan metode eksperimen dapat diuji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris, Di sini dapat digabungkan antara berpikir deduktif dengan induktif. Metode eksperimen akhirnya terbukti bisa mendorong perkembangan pengetahuan yang sangat cepat.

C. Metode Ilmiah

  Metode adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu . Ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif dalam membangun ilmu.

  Proses kegiatan ilmiah dimulai dari mengamati.Kita mengamati objek tertentu kalau kita mempunyai perhatian.Kita mempunyai perhatian kalau kita mempunyai masalah.Dari sini proses kegiatan berpikir dimulai yang diarahkan kepada objek bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris dan berusaha memecahkan masalah.

  Dalam menghadapi masalah, manusia bersikap melalui tiga tahap :

  1. Tahap mistis, merasa dikepung oleh kekuatan gaib

  2. Tahap ontologis, tidak lagi merasa dikepung oleh kekuatan gaib karena dia menyadari bahwa yang dihadapi adalah masalah konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata sehingga dia mulai mengadakan penelaahan dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia terhadap objek dengan menggunakan pikiran (bukan perasaan) yang berdasarkan penalaran. Penelaahan tidak didasarkan pada hal-hal yang diluar pengalaman seperti hal-hal yang mistis dan agama.Namun demikian agama dapat dipakai untuk melengkapi penelaahan.

  3. Tahap fungsional, penelaahan dapat diteruskan menjadi ilmu apabila hal tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.

  Teori ilmiah harus memenuhi dua persyaratan yaitu konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan sesuai dengan fakta-fakta empiris. Selanjutnya logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dengan induktif serta rasionalisme dengan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif.

  Sebelum teruji kebenarannya. secara empiris, maka status logika ilmiah hanyalah berdasarkan hakekat rasionalisme yang bersifat pluralistik. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita hadapi. Hipotesis merupakan penunjuk jalan untuk mendapatkan jawaban dan kita tidak boleh berhenti atau berpuas diri hanya sampai pada hipotesis saja.Hipotesis harus diuji dengan kenyataan empiris. Hipotesis disusun secara deduktif dengan mengambil premis (asumsi) dari pengalaman ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.

  Para jenius umumnya hanya meletakkan dasar-dasar keilmuan saja, sedangkan pengisiannya dilakukan oleh manusia-manusia biasa yang memiliki ketekunan dan kerja kerasnya.Ini berbeda dengan filsafat karena seorang filsuf harus membangun sistem secara lengkap berupa bangunan dan segala isinya.

  Dalam penyusunan hipotesis diperlukan proses induktif karena penyusun hipotesis juga mempunyai pengalaman individu yang dimasukkan sebagai unsur dalam hipotesis.Dalam menguji kebenaran hipotesis, kita harus menetapkan faktor-faktor apa yang dapat kita uji untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Misalnya untuk penelitian prestasi belajar ditetapkan faktornya adalah angka rapor di sekolah.