1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 2 TEBAS

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 2 TEBAS

Desi Isromi Dewi, Hairida, Husna Amalya Melati

  

Program studi pendidikan kimia FKIP Untan Pontianak

Email:Desiisromidewi1995@gmail.com

  

Abstrack

This study aims to determine whether there is a difference between the student’s

learning motivation of grade XI of SMA NEGERI 2 TEBAS in the materials of

electrolyte and nonelectrolyte solution using Think Pair Share (TPS) learning models

and using conventional learning model, and determining the influence of its models on

learning outcomes. The research form used is quasi experiment with as research design

“nonequivalent control group pretest-posttest”. Sampling using a saturated sampling

technique. Data collection tecniques are measurement tecniques. Data collection tool

used is a quetionnaire of student learning motivations and essay test. Motivation

hypothesis test using independent sample t test ( independent samples T-test) at the real

level = 5% yields sig value. (2-tailed) of 0.000 so that Ha received (Ho rejected), this

shows the difference motivation of students learning experimental class and control

class. The test of learning result hypothesis using U-mann whitney test yields Asymp

value. Sig. (2-tailed) by 0.005 so that Ho is rejected, it shows the difference of the

student’s learning result of the experimental class and the control class. Learning by

using cooperative type Think Pair Share (TPS) gives an increase in learning outcome of

91.9%.

  Keywords : Think Pair Share, Motivation, Learning Outcomes.

  PENDAHULUAN

  Kimia merupakan salah satu mata

  pelajaran IPA yang ada di SMA/MA. Ada dua hal yang berkaitan dalam kimia yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Dalam pembelajaran kimia tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian fakta dan konsep (kimia sebagai produk), tetapi harus diperhatikan juga bagimana siswa dapat menemukan fakta dan konsep itu sendiri (kimia sebagai proses) (Djamarah, 2010). Menurut Chang (2010), salah satu kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari kimia adalah kesulitan memahami konsep kimia. Kebanyakan konsep- konsep dalam ilmu kimia atau materi kimia secara keseluruhan merupakan konsepm atau materi yang bersifat abstrak dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep tersebut dengan benar dan mendalam. Peran guru dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan materi saja, tetapi dituntut untuk mampu menciptakan strategi belajar mengajar yang menarik dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga sajian yang disampaikan oleh guru bukanlah suatu sajian yang dangkal dan tidak mempunyai arti bagi siswa. Menurut Winaputra,dkk (2006) ketepatan guru dalam memvariasikan strategi belajar mengajar pada penyampaian materi akan dapat merangsang siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga apa yang didapat siswa bukanlah suatu kegiatan yang sia-sia sehingga bahan pelajaran lebih mudah diserap siswa dan mempunyai makna.

  Kenyataan di lapangan, proses belajar mengajar kimia masih belum efektif dan efisien dimana gurun melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan berpusat pada guru. Hal ini dibuktikan pada hasil observasi pada kelas XI di SMAN 2 Tebas, guru mengajar menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Metode ceramah yang digunakan yaitu dengan menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan pemberian latihan soal. Penyampaian materi pembelajaran dengan metode ceramah membuat siswa kesulitan dalam memahami materi bersifat abstrak karena materi pelajaran hanya disampaikan lewat kata-kata tanpa danya bukti nyata yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Menurut Chang (2011), salah satu kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kimia adalah kesulitan memahami konsep kimia.

  Menurut Trianto (2010), proses pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru mengakibatkan kurangnya motivasi belajar dan rendahnya hasil belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam dan luar siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya denganbeberapa indikator atau unsur yang mendukung dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Hamzah B, Uno, 2008).

  Selain itu, guru menerapkan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran, namun metode diskusi yang digunakan guru belum efektif. Dengan demikian karena jumlah anggota kelompoknya banyak sehingga tidak seluruh siswa terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok, hanya siswa pintar yang bekerja sedangkan yang berkemampuan kurang tidak berusaha mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

  Hasil wawancara dari 5 orang siwa yang dipilih secara acak dengan tingkat kemampuan akademik berbeda, siswa tidak menyukai pelajaran kimia karena cara mengajar guru kurang menarik sehingga tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah di depan kelas serta latihan soal. Dalam proses pengerjaan soal, guru kurang membimbing sehingga siswa yang belum memahami materi tidak mau bertanya karena takut salah, malu, dan memilih bertanya kepada temannya yang lebih mengerti.

  Masalah seperti ini akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil ulangan .

  Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa Kelas

  X SMAN 2 Tebas Materi Persentase (%) Ketunta san Rata - rata Xa

  XB Ikatan kimia 57,14 53,33 55,24 Stoikiometri 39,29 43,33 41,31 Larutan elektrolit dan nonelektrolit 39,29 36,67 37,29

  Tabel 1 menunjukkan hasil belajar pada materi larutan elektrolit dan nonelektroli memiliki persentase ketuntasan siswa yang palimg rendah dibandingkan materi lainnya yaitu 37,98% dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran kimia adalah 75.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia, rendahnya persentase ketuntasan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dikarenakan siswa kurang memahami konsep. Adapun materi yang tidak dipahaminya yaitu cara larutan elektrolit dan nonelektrolit menghantarkan arus listrik, serta dalam mengelompokkan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Selain itu, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. pada saat guru menerapkan diskusi kelompok, kegiatan pembelajaran tidak berjalan efektif karena siswa sibuk dengan temannya serta mengerjakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi diskusi. Hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok yang lainnnya sibuk sendiri.

  Berdasarkan fakta observasi, wawancara, dan hasil belajar iswa di SMAN 2 Tebas, perlu dilakukan suatu perbaikan dalam proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

  seluruh siswa kelas XI SMAN 2 Tebas yang sudah diajar materi unsur larutan elektrolit dan nonelektrolit. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dengan pertimbangan guru yang mengajar pada kedua kelas tersebut sama.

  Tahap Pelaksanaan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: 1) melaksanakan prariset di SMAN 2 Tebas 2) Mengidentifikasi masalah 3) Merumuskan masalah 4) memberikan solusi, yaitu mengunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) 5) membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS 6) melakukan validasi perangkat pembelajaran RPP dan LKS 7) merevisi RPP dan LKS yang telah divalidasi. 8) membuat instrumen tes pemahaman konsep siswa yang meliputi tes awal dan tes akhir, serta membuat angket motivasi 9) menguji reliabilitas 10) menganalisis data hasil uji coba.

  Tahap Persiapan

  Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan penelitian, 3) Tahap Penyusunan laporan akhir.

  XI SMAN 2 Tebas yang memberikan tingkat reliabilitas untuk soal tes sebesar 0,61 yang tergolong tinggi.

  2 Tebas. Hasil validitas menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan valid. Uji coba soal dilakukan pada siswa kelas

  IPA SMAN

  Instrumen penelitian berupa angket motivasi dan tes hasil belajar yang berupa empat soal essay yang divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura dan satu orang guru

  Design. Populasi dalam penelitian ini adalah

  Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran

  nonequivalent Pretest-Posttest Group Control

  design dan rancangan yang digunakan adalah

  Bentuk penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu atau quasy eksperimental

  penelitian yang dilakukan Lisa (2014) menunjukkan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 23,77 > 20,57. (2) penelitian yang dilakukan oleh Nyai iyos (2015) menunjukkkan hasil belajar pada ranah kognitif sebesar 76,54%. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas XI SMAN 2 Tebas.

  Think Pair Share (TPS) diantarnya (1)

  Menurut Sumarno (2008), salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat bebas mengemukakakan pendapat kelompok kecil. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuannya, sedangkan siswa yang kurang pandai dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Anita Lie (2007) mengungkapkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh teman sebaya lebih efektif dari pada pengajaran dari beberapa penelitian yang menunjukkan keberhasilan penerapan model

  Share (TPS) adalah terciptanya optimalisasi partipasi siswa (Lie, 2007).

  Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, yaitu 1) memberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen 2) memberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol 3) memberikan tes akhir dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang telah diberikan perlakuan.

  Tahap Akhir

  Independent diperoleh nilai Asymp Sig. 0,000

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Nilai tes awal dan akhir yang diperoleh siswa kelas XI IPA 2 SMAN 2 Tebas sebagai kelas kontrol dan siswa kelas XI IPA 2 SMAN

  2 Tebas sebagai kelas eksperimen ditampilkan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Ketuntasan Siswa Kelas Eksperimen & Kontrol Analisis Hasil Pengolahan Data Nilai Tes Awal dan Akhir Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  Perbedaaan kemampuan awal siswa dapat diketahui melalui uji statistik terhadap skor tes awal. Uji normalitas menggunakan uji

  Kolmogrov - Smirnov terhadap skor tes awal

  diperoleh nilai Sig. 0,24 (>0,05) pada kelas kontrol dan diperoleh nilai Sig. 0,43 (>0,05) pada kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi nilai tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Dengan demikian, uji perbedaan kemampuan awal siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji T-

  24 Persentase Ketuntasan 0% 0% 39,28% 85,71%

  11

  Tes Awal Tes Akhir Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Rata-rata Nilai 51,23 50,36 67,35 85,20 Standar Deviasi 7,76 17,19 19,40 12,74 Siswa yang Tuntas

  (<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir, yaitu melakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian. Analisis dan pengolahan data menggunakan uji statistik uji t, menarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah, dan menyusun laporan penelitian.

  Pengolahan data berikutnya menggunakan uji statistik parametrik T-Independent. Hasil uji T-

Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair

  Smirnov terhadap nilai tes akhir siswa diperoleh

  Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar

  Hasil perhitungan effect size terhadap nilai tes akhir siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh nilai sebesar 1,40 yang menunjukkan kategori tinggi (Glass G. V dalam Becker, 2000). Berdasarkan kurva lengkung normal standar dari 0 ke Z, penggunaan media pembelajaran audio-visual

  powtoon memberikan pengaruh sebesar 91,9 %

  terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Tebas.

  Motivasi Belajar Siswa

  Angket motivasi belajar yang diberikan kepada siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah di beri pembelajaran sesuai perlakuan masing-masing, yaitu kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan kelas kontrol di beri pembelajaran dengan model pembelajaran ceramah pada materi larutan e;ektrolit dan nonelektrolit. Data

  Dengan tidak terdapatnya perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen, analisis selanjutnya dilakukan hanya pada nilai tes akhir. Uji normalitas menggunakan uji Kholmogrov-

  diperoleh Asymp Sig. (2-tailed) dengan memberikan nilai sebesar 0,39 (>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

  Independent . Hasil uji T_Independent

  nilai Sig. 0,35 (>0,05) untuk kelas kontrol dan nilai Sig. 0,07 (>0,05) untuk kelas eksperimen. Hal ini menyatakan distribusi nilai tes akhir pada kelas kontrol berdistribusi normal. yang di peroleh dapat dilihat pada Tabel 3. dan siswa melaksanakan pembelajaran. Tabel 4. Pemberian angket dilakukan setelah

  

Tabel 3. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol

Persentase Interpetasi No Pernyataan Positif Persetujuan Skor

  Menurut saya, mata pelajaran kimia 71,42 1 merupakan mata pelajaran yang menarik dan Kuat menantang

  Saya mempelajari terlebih dahulu materi yang 71,42

  3 Kuat akan dipelajari di sekolah Saya menanyakan materi kimia yang belum 83,92

  6 Sangat Kuat saya pahami kepada guru Saya akan bekerja sama sebaik-baiknya 85,71

  

8 dengan teman kelompok dalam mengerjakan Sangat Kuat

tugas yang diberikan oleh guru Saya termotivasi untuk lebih giat jika teman 82,14

  12 Sangat Kuat saya memperoleh nilai kimia yang lebih tinggi Saya lebih semangat dalam mengikuti 88,39

  

13 pembelajaran kimia jika guru menggunakan Sangat Kuat

cara mengajar yang bervariasi Pernyataan Negatif Saya malas bertanya kepada guru tentang 83,92

  2 Sangat Kuat materi yang belum dipahami Saya tidak mempelajari kembali materi yang 77,67

  4 Kuat telah diajarkan di sekolah Saya tidak pernah mengerjakan tugas yang 66,96

  5 Kuat diberikan oleh guru Jika saya dihadapkan dengan masalah- masalah kimia yang sulit dipecahkan, saya

  73,21 9 tidak berusaha untuk memecahkan masalah Kuat tersebut secara maksimal baik secara individu maupun dengan bantuan orang lain Saya tidak berusaha untuk meraih nilai yang 83,92

  

10 lebih tinggi dari teman saya dalam ulangan Sangat Kuat

kimia Saya merasa bosan mengikuti pembelajarn 65,17

  11 kimia karena cara mengajar guru yang tidak Kuat bervariasi

  Rata-rata

  Kuat

  76,34 Berdasarkan data Tabel 3 dapat dilihat motivasi belajar siswa yang diberikan sebesar bahwa rata-rata persentase tingkat persetujuan 76,34 dengan kriteria interpretasi skor tergolong dan ketidaksetujuan total siswa terhadap angket kuat.

  

Tabel 4. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Persentase Interpetasi No Pernyataan Positif Persetujuan Skor

  Menurut saya, mata pelajaran kimia Sangat

  100

  1 merupakan mata pelajaran yang menarik dan Kuat menantang Saya mempelajari terlebih dahulu materi yang Sangat

  82,14

  3

akan dipelajari di sekolah Kuat

Saya menanyakan materi kimia yang belum Sangat

  100

  6

saya pahami kepada guru Kuat

Saya akan bekerja sama sebaik-baiknya Sangat

  87,5

  8 dengan teman kelompok dalam mengerjakan Kuat tugas yang diberikan oleh guru Saya termotivasi untuk lebih giat jika teman Sangat

  92,85

  12

saya memperoleh nilai kimia yang lebih tinggi Kuat

Saya lebih semangat dalam mengikuti Sangat

  100

  13 pembelajaran kimia jika guru menggunakan Kuat cara mengajar yang bervariasi

  Pernyataan Negatif Saya malas bertanya kepada guru tentang Sangat

  2 91,07

materi yang belum dipahami Kuat

  Saya tidak mempelajari kembali materi yang Sangat 87,5 4

telah diajarkan di sekolah Kuat

  Saya tidak pernah mengerjakan tugas yang 65,17

  5 Kuat diberikan oleh guru Jika saya dihadapkan dengan masalah- masalah kimia yang sulit dipecahkan, saya

  Sangat 90,17 9 tidak berusaha untuk memecahkan masalah Kuat tersebut secara maksimal baik secara individu maupun dengan bantuan orang lain Saya tidak berusaha untuk meraih nilai yang Sangat

  82,14 10 lebih tinggi dari teman saya dalam ulangan Kuat kimia

  Saya merasa bosan mengikuti pembelajarn Sangat 83,92 11 kimia karena cara mengajar guru yang tidak

  Kuat bervariasi Sangat

  Rata-rata 87,89

  Kuat

  Berdasarkan data Tabel 4. dapat dilihat penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 17,0 for windows. Kenormalan data diuji bahwa rata-rata persentase tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan siswa terhadap angket menggunakan uji Shapiro-wilk dengan bantuan motivasi belajar yang diberikan sebesar 87,89 spss 17,0 for windows. Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-wilk terhadap dengan kriteria interpretasi skor tergolong sangat kuat. skor angket motivasi diperoleh Sig.0,249 pada

  Perbedaan hasil angket dapat dilihat kelas kontrol dan Sig.0,026 pada kelas dengan melakukan uji statistik, dalam eksperimen Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data pada kelas kontrol berdistribusi normal sedangkan data pada kelas eksperimen berdistribusi tidak normal, maka pengolahan data berikutnya menggunakan uji

  U-Mann Whitney.

  Hasil uji U-Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Asymp. sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan motivasi belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

  Pembahasan

  Siswa pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol diajar langsung oleh peneliti, materi yang diajarkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu materi tentang larutan elektrolit dann nonelektrolit. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen tidak sama dengan pembelajaran pada kelas kontrol. Pembelajaran kelas ekperimen diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan model konvensional.

  Proses pembelajaran pada kelas eksperimen berjalan dengan lancar karena siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dilihat dari keaktifan siswa dalam menanggapi presentasi temannya, bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru ada juga yang menanggapi proses demonstrasi praktikum. Sedangkan pada kelas kontrol siswa terlihat tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran, banyak siswa yang bermain-main, mengobrol dan melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran dan ada yang terlihat sibuk sendiri dengan kegiatannya masing-masing.

  Keunggulan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional adalah dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa, siswa menjadi aktif bertanya dan menjawab pertanyaan peneliti, selain itu yang terpenting adalah model ini mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (2011) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam model pembelajaran Think

  pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih

  banyak waktu untuk berfikir, merespon, dan saling membantu (Komalasari, 2013).

  Pada kelas kontrol guru menggunakan model konvensional dengan ceramah yang sudah biasa dilakukan oleh guru-guru di sekolah tersebut hasilnya siswa tampak kurang termotivasi, siswa cepat bosan sehingga untuk menghilangkan kebosanan tersebut, siswa melakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran seperti mengajak teman sebangku untuk mengobrol, bermain dan bahkan ada yang terlihat bernyanyi. Wawancara dengan siswa kelas kontrol yang tidak mencapai ketuntasan menyatakan bahwa mereka kurang tertarik belajar dengan model pembelajaran ceramah karena sudah sering dilakukan oleh guru disekolah tersebut.

  Peranan motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Sadirman (2011) yang menyatakan bahwa hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibanding rata- rata kelas kontrol yaitu sebesar 85,20 untuk kelas eksperimen dan 67,35 untuk kelas kontrol jika dilihat dari persentase ketuntasan, besarnya persentase ketuntasan kelas eksperimen lebih besar dibanding kelas kontrol yaitu 85,71 % untuk kelas eksperimen dan 39,28 untuk kelas kontrol. Hasil belajar kelas eksperimen tergolong tinggi karena siswa kelas tersebut termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, siswa terlihat aktif dan lebih tertarik mengikuti pembelajaran dengan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), sedangkan hasil belajar kelas kontrol tergolong rendah karena siswa kelas tersebut kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing, tidak semangat dan tidak fokus dalam belajar. Wawancara dengan siswa kelas kontrol yang tidak mencapai ketuntasan Sadirman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi menyatakan bahwa mereka kurang semangat Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja dan kurang paham belajar dengan bantuan Grafindo Persada. menggunakan metode ceramah. Dapat Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Inovatif berorientasi Konstruktivistik. bantuan model pembelajaran Think Pair Share Jakarta: Prestasi Pustaka. (TPS) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa Winaputra, dkk. (2006). Strategi Belajar kelas eksperimen menjadi lebih baik dibanding Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. hasil belajar kelas kontrol.

KESIMPULAN DAN DARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair

  Share (TPS) dan siswa yang diajar dengan

  konvensional 2) terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair

  Share (TPS) dan siswa yang diajar dengan

  konvensional 3) pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh sebesar 91,9% terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Tebas.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu pengaruh model pembelajaran

  Think Pair Share (TPS) terhadap motivasi dan

  hasil belajar siswa SMAN 2 Tebas. Pada proses pembelajaran guru perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dalam kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di sekolah.

  DAFTAR RUJUKAN Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.

  (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamzah B. Uno. (2008) Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.

  Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

  Bandung: PT Refika Adiatama. Lie, Anita. (2007). Cooperative Learning.

  Jakarta: Grasindo.