KEDUDUKAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM SELAKU PELAKU TINDAK PIDANA (Studi Kasus: 123PID.SUS.PN.JKT.TIM)

KEDUDUKAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM SELAKU PELAKU TINDAK PIDANA (Studi Kasus: 123/PID.SUS.PN.JKT.TIM)

Zulfikar Judge Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul Jln. Arjuna Utara 9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 Zulfikar10710@yahoo.com

Abstract

On this occasion, the author will be put through further research in connection with the enactment of the Criminal Justice Act No. 11 of 2012 Children enacted in 2014 ago. Based on this, the authors will conduct further research on the Status of Children in Conflict with the Law as Actors Crime. The research method uses the type of normative juridical research with nature descriptive analytical study through approach law (statute approach) using a literature study data collection tool to obtain secondary data derived from primary legal materials and secondary legal materials with field data supported the form of interviews with agency related laws. In accordance with the Convention on the Rights of the Child which has been ratified by Indonesia through Presidential Decree No. 36 In 1990, the Indonesian should have been committed in the protection of children's rights as a whole. In addition, Indonesia also has to have Law No. 23 of 2002 on Protection of Children as an effort to provide the protection of the rights of children in areas such as education, health, religion, and social, including the rights of children in conflict with the law. Children in conflict with the law, including the criteria given in the Special Protection as stated in Article 59 of Law No. 23 of 2002. It is the responsibility of the government and society. Article 64 of Law No. 23 of 2002 states further that the protection of children in conflict with the law covers children in conflict with the law and child victims of crime. This research is the development of legal theory Children Who Faced with the Law and the concept of Diversion and Restrorative Justice (restorative justice) which broadly provide protection for the child's best efforts.

Keywords: Children in conflict with the law, diversion, restrorative justice

Abstrak

Pada kesempatan ini, penulis akan melalukan penelitian lanjutan sehubungan dengan berlakunya Undang- Undang Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun 2012 yang diberlakukan pada Tahun 2014 yang lalu. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian lanjutan tentang Kedudukan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum selaku Pelaku Tindak Pidana. Metode penelitian menggunakan tipe penelitian yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriftif analistis melalui pendekatan undang-undang (statute approach) dengan menggunakan alat pengumpul data studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan didukung data lapangan berupa wawancara dengan instansi hukum terkait. Sesuai dengan Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990, maka seyogyanya Indonesia telah berkomitmen dalam upaya perlindungan hak anak secara keseluruhan. Disamping itu, Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai satu upaya dalam memberikan upaya perlindungan terhadap hak-hak anak seperti di bidang pendidikan, kesehatan, agama, dan sosial termasuk hak anak yang berhadapan dengan hukum. Anak yang berhadapan dengan hukum termasuk dalam kriteria yang diberikan Perlindungan Khusus seperti yang di nyatakan dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan lebih lanjut bahwa perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Penelitian ini merupakan pengembangan dari teori hukum Anak Yang Berhadapan dengan Hukum dan konsep Diversi serta Restrorative Justice (keadilan restoratif) yaitu secara garis besar memberikan upaya perlindungan untuk terbaik anak.

Kata kunci : Anak berhadapan dengan hukum, diversi, restrorative justice

Pendahuluan

Perlindungan hukum bagi anak dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi

anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagi kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi perlindungan anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagi kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi perlindungan

tidak boleh menjadi bahan perdagangan. Membicarakan kesejahteraan anak sama

Tidak dibenarkan memperkerjakan anak- dengan membicarakan tentang jaminan hak

anak dibawah umur. Dengan alasan apapun anak serta perlindungannya, untuk sampai

mereka tidak boleh dilibatkan dalam pada pemikiran tentang jaminan hak anak dan

pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan perlindungannya maka terlebih dahulu harus

atau pendidikan mereka, maupun yang diketahui apa yang menjadi penyebab bahwa

mempengaruhi perkembangan hak anak dan perlindungannya terbaik.

dapat

tubuh, mental ataupun akhlak mereka (asas Setelah melalui penganalisaan terlebih

9). dahulu ternyata bahwa hak anak dan 4. Anak-anak dilindungi dari perbuatan yang

perlindungannya terbaik akibat dari kurangnya mengarah kedalam bentuk diskriminasi perhatian keluarga sebagai masyarakat terkecil

rasial, agama maupun bentuk-bentuk juga sebagai akibat dari lingkungan sekitar

lainnya. Mereka harus anak.

diskriminasi

dibesarkan didalam semangat yang penuh Oleh karena itu pemikiran tentang

pengertian, toleransi dan persahabatan jaminan hak anak serta perlindungannya perlu

perdamaian serta dimulai pada perbaikan pola pembinaan anak

antar

bangsa,

persaudaraan sementara dan dengan penuh dalam masyarakat kita, dengan mendasarkan

kesadaran tenaga dan bakatnya harus kepada kasih sayang dan cinta yang tulus dan

diabaikan kepada sesama manusia (asas 10). murni dari orang tua, yang pada gilirannya

Anak merupakan salah satu aset akan menimbulkan rasa kasih sayang dan cinta pembangunan nasional, patut dipertimbangkan kepada sesama manusia pada jiwa anak dari segi kualitas dan masa depannya. Tanpa dikemudian hari.

kualitas yang handal dan masa depan yang Deklarasi tentang hak anak-anak yang jelas bagi anak, pembangunan nasional akan disahkan oleh perserikatan Bangsa-Bangsa sulit dilaksanakan dan nasib bangsa akan sulit pada 20 November 1959, antara lain pula dibayangkan. menyatakan (Soetodjo,2006):

Bertalian dengan konteks ini, Majelis

1. Anak-anak

mendapatkan Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pendidikan wajib secara cuma-cuma (MPR RI) melalui ketetapannya No. II/1993, sekurang-kurangnya ditingkat

berhak

sekolah tentang Garis-Garis Besar haluan Negara, Bab dasar. Mereka harus mendapat pendidikan

IV PELITA VI, bagian Kesejahteraan Rakyat, yang dapat meningkatkan mereka, atas Pendidikan dan Kebudayaan angka 7 huruf (a), dasar kesempatan yang sama, untuk Khusus Masalah Anak dan remaja ditegaskan: mengembangkan

“Pembinaan anak dan remaja dilaksanakan

2. kemampuannya, pendapat peribadinya, melalui peningkatan mutu gizi, pembinaan dan perasaan tanggungjawab moral dan perilaku kehidupan beragama dan budi pekerti sosialnya, sehingga mereka dapat menjadi luhur,

munat belajar, anggota

penumbuhan

berguna. peningkatan daya cipta dan daya nalar serta Kepentingannya haruslah dijadikan dasar kreativitas, penumbuhan kesadaran akan hidup pedoman

masyarakat

yang

yang sehat, serta penumbuhan idealisme dan bertanggungjawab terhadap pendidikan patriotisme dalam pembangunan nasionaal dan bimbingan anak yang bersangkutan, sebagai pengamalan Pancasila dan peningkatan pertama-tama

oleh

mereka

tanggung-jawab terletak kemampuan diri dengan lingkungan dan pada orang tua mereka. Anak-anak harus masyarakat.” mempunyai kesem-patan yang luasa untuk

Hal ini berarti bahwa peran anak bermain dan berekreasi yang harus sebagai penerus bangsa memiliki peran penting dilahirkan untuk tujuan pendidikan; sebagai amanah Proklamasi Kemerdekaan masyarakat dan penguasa yang berwenang Republik Indonesia

17 Agustus 1945, harus berusaha mengingatkan pelaksanaan diharapkan mampu mengisi kemerdekaan hak tersebut (asas 7).

negara ini dengan semangat perjuangan yang

3. Anak-anak harus dilindungi dari segala tinggi untuk mengabdi untuk mengisi bentuk

penyianyian

kekejaman

dan kemerdekaan dengan sikap moralitas yang dan kemerdekaan dengan sikap moralitas yang

sebuah instrumen pengawasan sosial, hukum Pada Tahun 2014 dinyatakan berlakunya

pidana menyandarkan diri pada sanksi karena Undang-Undang Peradilan Pidana Anak No. 11 fungsinya memang mencabut hak orang atas Tahun 2012 menggantikan Undang-Undang kehidupan, kebebasan atau hak milik mereka. Pengadilan Anak No. 3 Tahun 1997. Hal ini Invasi terhadap hak dasar ini dibenarkan demi menurut Peneliti sangat menarik untuk diteliti, melestarikan masyarakat dan melindungi hak- khususnya aparat terkait yang menangani hak fundamental dari gangguan orang lain. kasus pidana anak.

Pencabutan kebebasan seseorang dalam Sesuai dengan Konvensi Hak Anak Doktrin

Asasi Manusia yang telah di ratifikasi oleh indonesia melalui Internasional termasuk rumpun Hak Sipil dan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990, maka Hak Politik karena menyangkut perlindungan seyogyanya Indonesia telah berkomitmen martabat dan keutuhan manusia secara dalam upaya perlindungan hak anak secara individual. Hak fundamental tersebut adalah keseluruhan. Disamping itu, Indonesia juga hak atas hidup, keutuhan jasmani dan telah mempunyai Undang-Undang Nomor 23 kebebasan. Pada ketiga hak fundamental inilah Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak semua hak lain bergantung, tanpa hak ini, hak- sebagai satu upaya dalam memberikan upaya hak lain sedikit atau sama sekali tidak perlindungan terhadap hak-hak anak seperti di bermakna. (Dienstein, 2003) bidang pendidikan, kesehatan, agama, dan

Hukum

Hak

Dalam konteks pencabutan kebebasan sosial termasuk hak anak yang berhadapan seseorang, doktrin Hak asasi Manusia dengan hukum. Anak yang berhadapan dengan memberikan legitimasi, yakni sepanjang hukum termasuk dalam kriteria yang diberikan seseorang melakukan tindak pidana. Konvenan Perlindungan Khusus seperti yang dinyatakan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 (International Covenant Civil and Political Tahun 2002. Hal ini merupakan tanggung Rights/ICCPR) sebagai instrumen Hukum Hak jawab pemerintah dan masyarakat. Pasal 64 Asasi Manusia Internasional utama (core Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 instrument of human right) yang memayungi menyatakan lebih lanjut bahwa perlindungan hak sipil dan hak politik, mengatur persoalan anak yang berhadapan dengan hukum meliputi pencabutan kebebasan seseorang terkait anak yang berkonflik dengan hukum dan anak dengan tindak pidana yang dilakukannya. korban tindak pidana.Perlindungan Khusus

Menurut Made Sadhi Astuti ada yang dimaksud adalah :

beberapa hak anak perlu diperhatikan dan

a. perlakuan atas anak secara manusiawi diperjuangkan pelaksanaannya bersama-sama. sesuai dengan martabat dan hak-hak anak;

Anak-anak mempunyai hak antara lain : (1)

b. penyediaan petugas pendamping khusus tidak menjadi korban dalam proses peradilan anak sejak dini;

pidana; (2) mempunyai kewajiban sebagai hak

c. penyediaan sarana dan prasarana khusus; untuk ikut serta menegakkan keadilan dalam

d. penjatuhan sanksi yang tepat untuk suatu proses peradilan pidana sesuai dengan kepentingan yang terbaik bagi anak;

kemampuan mereka masing-masing untuk di

e. pemantauan dan pencatatan terus menerus bina agar mampu melaksanakan kewajibannya terhadap perkembangan anak

yang sebagai warga negara, (3) anggota masyarakat berhadapan dengan hukum;

yang baik oleh yang berwajib dalam arti luas;

f. pemberian

untuk (4) untuk melaksanakan kewajiban membina, mempertahankan hubungan dengan orang mendampingi rekan-rekan sebayanya untuk tua atau keluarga;dan

jaminan

melaksanakan hak dan kewajiban mereka

g. perlindungan dari pemberian identitas secara rasional positif, bertanggungjawab dan melalui

untuk bermanfaat dalam proses tersebut. Mereka menghindari labelisasi.

harus dibina sedini mungkin dalam rangka pencegahan menjadi korban dan menimbulkan korban. (Astuti, 2003)

Demikian pula sebagai permasalahan Indonesia, Jaksa Agung RI, Kepolisian RI, manusia, pengembangan hak-hak anak dalam Menteri Hukum dan HAM RI, Menteri Sosial, peradilan pidana adalah suatu hasil interaksi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan karena adanya interelasi antara fenomena yang Perlindungan

RI Nomor ada dan saling mempengaruhi. Jadi dengan 166A/KMA/SKB/XII/2009, Nomor : 148 demikian harus diteliti fenomena apa saja, A/A/JA/12/2009, Nomor : B/45/XII/2009, siapa saja yang terlibat dalam interaksi tersebut Nomor : M.HH-08 HM.03.02. Tahun 2009, baik secara langsung maupun tidak langsung, Nomor : 10/PRS-2/KPTS/2009, Nomor : Ini berarti memahami apa atau bahkan siapa 02/MEN.PP

Anak

PA/XII/2009 tentang saja yang terlibat, bahkan bertanggungjawab Penanganan Anak yang Berhadapan dengan atas adanya, dipertahankan, disempurnakan Hukum. Keputusan Bersama ini merupakan dan dikembalikan hak-hak anak dalam keputusan mewujudkan keterpaduan dalam peradilan pidana. Tentunya peran masing- upaya penyelesaian perkara penanganan anak masing fenomena dilaksanakan secara positif, yang berhadapan dengan hukum yang bertanggung

dan

untuk dilakukan secara terkoordinasi oleh aparat mencapai keadilan dan kesejahteraan anak. penegak hukum dan semua pihak terkait. (Astuti, 2003)

jawab,

bermanfaat

Selain itu dalam rangka mendukung Anak yang mengalami perkara dengan Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program hukum, dalam proses peradilan pidana masih Pembangunan yang Berkeadilan dimana diperlukan dan diproses dalam peraturan terdapat pembagian keadaan 3 (tiga) program perundang-undangan yang pada saat ini yaitu 1). Pro rakyat. 2). Keadilan untuk semua berlaku dan belum menerapkan konsep Diversi (Justice for all). 3). Pencapaian Tujuan dan Restrorative Justice (keadilan restoratif) Pembagunan Millenium (Millenium Development yaitu secara garis besar memberikan upaya Goals-MDGs ). Terkait Program Keadilan untuk perlindungan untuk terbaik anak.

semua memfokuskan pada program atau Penerapan konsep restrorative justice rencana aksi yang terdapat dalam Strategi atau keadilan restroratif adalah suatu Nasional Akses terhadap Keadilan yang salah penyelesaian secara adil yang melibatkan satunya pada program keadilan bagi anak. pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak lain Dalam beberapa kegiatan yang tercantum yang terkait dalam suatu tindak pidana secara dalam rencana Tindak Percepatan Pencapaian bersama-sama mencari penyelesaian terhadap Sasaran Program Keadilan untuk Semua tindak pidana tersebut dan implikasinya, terdapat rencana kegiatan yang terkait upaya dengan menekankan pemulihan kembali perlindungan terhadap anak khususnya kepada keadaan semula. Pada konsep ini perlindungan anak di pemenjarakan baik yang ditekankan bahwa anak yang mempunyai atau dilaksanakan di tingkat pusat maupun yang berkonflik dengan hukum diupayakan tidak dilaksanakan di tingkat daerah. akan dilakukan proses peradilan seperti yang

Anak sebagai salah satu aset dari suatu dilakukan pada proses peradilan yang keluarga senantiasa memerlukan perlindungan, dijalankan oleh orang dewasa dan diupayakan baik itu perlindungan oleh orang tuanya dilakukan pembinaan terhadapnya. Prinsip ini sendiri,

maupun Negara. merupakan prinsip utama yang ditekankan Kehadiran seorang anak ditengah keluarga dalam perubahan Undang-Undang Nomor 3 dapat menambah keharmonisan. Anak pada tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menjadi dasarnya adalah makhluk yang lemah dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang tidak berdaya kerena belum memiliki Sistem Peradilan Pidana Anak, dimana kemampuan

lingkungan

melengkapi dan diperlukannya upaya integrasi dan sinkronisasi mengembangkan dirinya sendiri agar dapat dari beberapa kementerian lembaga terkait melaksanakan hak dan kewajiban sebagai dalam mendukung upaya kerja sama dan warga Negara yang bertanggungjawab. Anak peningkatan

untuk

khususnya adalah bagian dari generasi muda, sebagai perlindungan terhadap penanganan anak yang salah satu sumber daya manusia, merupakan berhadapan dengan hukum.

hak-hak

anak

potensi dan penerus cita-cita perjuangan Di samping itu juga terdapat Keputusan bangsa. (Prinst, 2003) Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik potensi dan penerus cita-cita perjuangan Di samping itu juga terdapat Keputusan bangsa. (Prinst, 2003) Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik

Untuk melaksanakan pembinaan dan

diperlukan dukungan, baik menyangkut

b. Masa remaja/pra-pubertas atau kelembagaan maupun perangkat hukum yang

pubertas awal yang dikenal dengan lebih mantab dan memadai. (Prinst, 2003)

sebutan periode poeral. Pada Pengertian mengenai anak, dapat

periode ini terdapat kematangan ditemukan di dalam beberapa peraturan

fungsi jasmaniah ditandai dengan perundang-undangan, seperti yang tercantum

berkembangnya tenaga fisik yang dibawah ini (Prinst, 2003):

berlimpah-limpah yang

1. Undang-Undang Pengadilan Anak menyebabkan tingkah laku anak (Undang-Undang No. 3 Tahun 1997);

kelihatan kasar, canggung, berandal,

2. Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana kurang sopan, liar dan lain-lain. Anak (Undang-Undang No. 11 Tahun

Sejalan dengan berkembangnya 2012);

fungsi jasmaniah, perkembangan

3. Undang-Undang

teutama yang (Undang-Undang No. 12 Tahun 1948);

bersifat konkrit, karenanya anak

4. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; puber disebut sebagai fragmatis

5. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; atau utilitas kecil, dimana minatnya

6. Undang-Undang

terarah pada kegunaan-kegunaan (Undang-Undang No.1 Tahun 1974).

3. Fase ketiga adalah dimulai pada usia 14 dari beberapa fase pertumbuhan yang bisa

Adapun proses perkembangan anak terdiri

sampai 21 tahun, yang dinamakan masa digolongkan berdasarkan pada perkembangan

remaja, dalam arti sebenarnya yaitu jasmani anak dengan perkembangan jiwa anak.

dimana terdapat masa Penggolongan tersebut dibagi dalam 3 (tiga)

pubertas,

penghubung dan masa perlihan dari fase, yaitu (Soetodjo, 2006):

anak menjadi orang dewasa.

1. Fase pertama adalah dimulainya pada Sesuai Undang-Undang Perlindungan usia anak 0 tahun sampai dengan 7 Anak menyatakan bahwa penangkapan dan (tujuh) tahun yang bisa disebut sebagai penahanan anak harus dilakukan sesuai masa

masa hukum, dan akan ditetarapkan sebagai upaya perkembangan kemampuan mental, akhir (The Last Resort). pengembangan fungsi-fungsi tubuh,

menangani anak yang perkembangan kehidupan emosional, melakukan tindak pidana dapat diketahui bahasa bayi dan arti bahasa bagi anak- melaui sistem peradilan pidana, yaitu anak, masa kritis (trozaliter) pertama pemenjaraan dimana pememenjaraan tidak dan tumbuhnya seksualitas awal pada hanya menghilangkan kemerdekaan anak anak.

Dalam

tetapi juga menghilangkan hak-hak anak yang

2. Fase kedua adalah dimulainya pada melekat pada anak tersebut. usia 7 (tujuh) sampai 14 (empat belas)

Penjara menempatkan anak pada dua tahun disebut sebagai masa kanak- keadaan yaitu menjadi korban kekerasan. kanak, dimana dapat digolongkan Anak –anak yang ditahan sangat rentan kedalam 2 (dua) periode, yaitu :

menghadapi resiko mendapatkan pelecehan

a. Masa anak Sekolah Dasar dari usia dan kekerasan. 7-12

Sistem peradilan pidana khusus bagi intelektual. Periode intelektual ini kepentingan masa depan anak dan masyarakat adalah masa belajar awal dimulai yang didalamnya terkandung prinsip-prinsip dengan

masyarakat Restrorative Justice (RJ), definisi RJ itu sendiri diluar keluarga, yaitu lingkungan tidak seragam, sebab banyak variasi model dan sekolah kemudian teori pengamatan bentuk yang berkembang dalam penerapannya. anak dan hidupnya perasaan, Oleh karena itu, banyak terminologi yang kemauan serta kemampuan anak digunakan untuk menggambarkan konsep RJ, dalam berbagai macam potensi, seperti

memasuki

Justice (keadilan namun masih bersifat tersimpan komunitarian), Positive Justice (keadilan positif),

Communitarian

Relational Justice (keadilan relasional), Reparative 2. Bagaimana konsep penerapan Keadilan Justice (keadilan reparatif), dan Community

Restoratif terhadap kasus tindak pidana Justice (keadilan masyarakat).

anak selaku pelaku (Studi Kasus Restorative Justice , melalui sistem diversi.

:123/Pid.Sus/2014/ PN.JKT.TIM)?

Dalam peraturan ini diatur mengenai Metode Penelitian

kewajiban para penegak hukum dalam Metode penelitian yang digunakan mengupayakan diversi (penyelesaian melalui dalam penelitian ini adalah menggunakan jalur non formal) pada seluruh tahapan proses metode penelitian normatif, pengumpulan hukum. Dalam Undang-Undang Sistem datanya menggunakan studi kepustakaan. Peradilan Pidana Anak menyatakan, bahwa Dalam penelitian hukum normatif, penulis keadilan restroratif

adalah penyelesaian menggunakan data sekunder data, yaitu data perkara tindak pidana dengan melibatkan yang sudah ada sebelumnya berupa dokumen- pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian pihak lain yang terkait untuk bersama-sama yang berwujud laporan, dan lain-lain, yang mencari penyelesaian yang adil dengan jenis datanya (bahan hukum) terdiri dari menekankan pemulihan kembali pada keadaan (Soekanto, 1984): semula, dan bukan pembalasan. Sistem

1. Bahan hukum primer merupakan bahan- Peradilan Pidana Anak wajib mengutamakan

bahan hukum yang mengikat dan berlaku pendekatan Keadilan Restroratif.

umum dan hukum yang bersifat autoriatif Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak

yang berarti otoritas. Bahan-bahan hukum wajib diupayakan Diversi, yaitu pengalihan

primer terdiri dari perundang-undangan, penyelesaian perkara anak dari proses

catatan-catatan resmi atau risalah-risalah peradilan pidana ke proses di luar peradilan

dalam pembuatan perundang-undangan pidana.

dan putusan-putusan hakim. (Soekanto, Secara prisipil melalui Undang-undang

Sistem Peradilan

Dalam hal ini bahan-bahan hukum primer mengedepankan pendekatan RJ dan proses

Pidana Anak,

telah

didalam penulisan diversi sebagai upaya penyelesaian tindak

yang digunakan

proposal skripsi ini terdiri dari: pidana yang dilakukan oleh anak, sehingga

a. Undang-Undang No.3 Tahun 1997 penerapan RJ akan menawarkan jawaban atas

tentang Pengadilan Anak. isu-isu penting dalam penyelesaian perkara

b. Undang-Undang No.8 tahun 1981 pidana, yaitu: pertama, kritik terhadap sistem

tentang Kitab Undang-Undang peradilan pidana yang tidak memberikan

Hukum Pidana. kesempatan khususnya bagi korban, kedua,

c. Undang-Undang No. 23 Tahun menghilangkan konflik khususnya antara

2002 tentang Perlindungan Anak pelaku dengan korban dan masyarakat, ketiga,

Negara Republik fakta bahwa perasaan ketidak berdayaan yang

(Lembaran

Indonesia Tahun 2002 Nomor dialami sebagai akibat dari tindak pidana harus

diatasi untuk mencapai perbaikan. Penerapan

d. Undang-Undang No.11 Tahun prinsip RJ dan proses diversi sebagai upaya

2012 tentang Sistem Peradilan penyelesaian tindak pidana yang dilakukan

Pidana Anak.

oleh anak walaupun secara yuridis formil telah

2. Putusan Mahkamah Agung Nomor : diatur secara jelas dan tegas di dalam Undang-

Kasus:123/Pid.Sus/2014/ PN.JKT.TIM undang Sistem Peradilan Pidana Anak.

yaitu putusan pengadilan tentang kasus Berdasarkan latar belakang tersebut

tindak pidana yang dilakukan oleh diatas, maka penelitian ini akan membahas

anak.

agar masalah yang oleh peneliti bahas tidak

3. Bahan Hukum Sekunder merupakan meluas, maka penulis akan membatasi masalah

bahan-bahan hukum yang memberikan yang akan diteliti, yaitu :

penjelasan mengenai bahan hukum

1. Bagaimana kedududukan anak selaku primer yaitu pendapat pakar hukum pelaku tindak pidana ditinjau dari

(doktrin).

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012

4. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan- tentang Sistem Peradilan Anak ?

bahan hukum yang memberikan bahan hukum yang memberikan

Menurut Undang – Undang Nomor 8 kamus-kamus hukum atau Kamus Besar Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Bahasa Indonesia.

Hukum Acara Pidana bahwa batasan umur Penelitian ini menggunakan pendekatan anak disidang pengadilan yang boleh diperiksa secara kualitatif, maka data yang dikumpulkan tanpa sumpah dipergunakan batasan umur di dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif bawah 15 (lima belas) tahun dan belum pernah adalah tata cara penelitian yang menghasilkan kawin (pasal 171 KUHAP dan penjelasannya) data deskriptif, yaitu untuk mendapatkan dan dalam hal – hal tertentu hakim “dapat” jawaban dari masalah dalam penelitian ini menentukan anak yang belum mencapai umur

(Soekanto, 1984). 17 (tujuh belas) tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang (pasal 153 ayat (5) KUHAP

Hasil Penelitian dan Pembahasan

dan penjelasannya). (Mulyadi, 2005)

Definisi Anak

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (2) Anak merupakan seseorang yang Undang –Undang Nomor 4 Tahun 1979 maka dilahirkan dari sebuah hubungan antara pria anak adalah seseorang yang belum mencapai dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum ini jika terikat dalam suatu ikatan perkawinan pernah kawin. (Mulyadi, 2005) lazimnya

Dalam hukum adat Indonesia maka dilahirkan dari suatu ikatan perkawinan yang batasan umur untuk disebut sebagai anak

disebut

suami istri.Anakyang

sah statusnya disebut sebagai anak sah. Namun bersifat pluralistis Dalam artian kriteria untuk ada juga anak yang dilahirkan di luar dari menyebutkan bahwa seseorang tidak lagi suatu ikatan perkawinan, anak yang dilahirkan disebut anak dan telah dewasa beraneka ragam bukan dari suatu ikatan perkawinan yang sah istilahnya, misalnya telah “kuat gawe”, “akil statusnya biasanya disebut sebagai anak tidak baliq”, “menek bajang” dan lain sebagainya. sah.

Sedangkan menurut Yuris-prudensi Mahkamah Dalam ketentuan pasal 1 Undang – Agung RI yang berorientasi kepada hukum Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang adat di Bali menyebutkan batasan umur anak PengadilanAnak ditentukan bahwa anak adalah dibawah 15 (lima belas) tahun seperti merupakan orang yang telah mencapai umur 8 Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 53 (delapan) tahun sampai sebelum mencapai K/Sip/1952 dan Putusan Mahkamah Agung RI umur 18 (delapan belas) tahun dan belum Nomor 601 K/Sip/1976. (Mulyadi, 2005) pernah kawin (Mulyadi, 2005). Menurut

Menurut ketentuan pasal 45 KUHP ketentuan pasal 1 angka 8 huruf a, b, dan c maka batasan anak adalah orang yang berumur Undang – Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 di bawah 16 (enam belas) tahun.Terhadap hal ditentukan bahwa anak didik permasyara- ini baik secara teoritik dan praktik maka katan baik anak pidana, anak Negara, dan anak apabila anak melakukan tindak pidana hakim sipil untuk dapat dididik di Lapas (Lembaga dapat menentukan anak tersebut untuk Pemasyarakatan) Anak adalah paling lama dikembalikan kepada orang tuanya, wali atau sampai berumur 18 (delapan belas) tahun dan pemeliharaannya tanpa penjatuhan pidana, untuk anak sipil guna dapat ditempatkan diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana dilapas

perpan-jangan sebagai anak Negara atau juga dapat dihatuhi penempatannya hanya boleh paling lama pidana. Akan tetapi ketentuan pasal 45, 46, dan sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

anak

maka

47 KUHP ini berdasarkan ketentuan Pasal 47 (Mulyadi, 2005)

Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1997 Berdasarkan ketentuan pasal 47 ayat (1) dinyatakan tidak berlaku lagi. (Mulyadi, 2005) dan pasal 50 ayat (1) Undang – Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maka batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau

Perlindungan Anak Berdasarkan Undang –

kondusif, sarana dan prasarana hidup yang

Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

memadai.

Sistem Peradilan Pidana Anak

4. Prinsip penghargaan terhadap pendapat Anak

anak. Prinsip ini menegaskan bahwa anak melainkan harus diberikan bimbingan dan

memiliki otonomi kepribadian. Oleh sebab pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan

itu, dia tidak bisa hanya dipandang dalam berkembang sebagai anak normal yang sehat

posisi yang lemah, menerima dan pasif, dan cerdas seutuhnya. Anak sebagai calon

tetapi sesungguhnya dia pribadi yang generasi penerus bangsa yang masih dalam

memiliki pengalaman, masa perkembangan fisik dan mental.

otonom

yang

keinginan, imajinasi, obsesi dan aspirasi Terkadang anak mengalami situasi sulit yang

yang belum tentu sama dengan orang membuatnya melakukan tindakan yang

dewasa.

melawan hukum.Walaupun demikian, anak Ada beberapa faktor penyebab yang yang melanggar hukum, tidaklah layak untuk paling mempengaruhi timbulnya kejahatan

dihukum apalagi kemudian dimasukkan dalam anak yaitu faktor lingkungan, faktor ekonomi / penjara.

sosial dan faktor psikologis (Djamil, 2013). Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang Didalam Kitab Undang –Undang Hukum kemudian diadopsi dalam Undang – Undang Pidana (KUHP) ditegaskan bahwa seseorang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya anak, ada empat prinsip umum perlindungan karena adanya kesadaran diri dari yang anak yang menjadi dasar bagi setiap Negara bersangkutan dan ia juga telah mengerti bahwa dalam menyeleng-garakanperlindungan anak, perbuatan itu terlarang menurut hukum yang antara lain (Djamil, 2013) :

berlaku.

1. Prinsip nondiskriminasi, artinya semua hak Tindakan kenakalan yang dilakukan yang diakui dan terkandung dalam oleh anak – anak merupakan manifestasi dari konvensi hak anak harus diberlakukan kepuberan remaja tanpa

ada maksud kepada setiap anak tanpa membedakan merugikan orang lain seperti yang diisyaratkan apapun.

dalam suatu perbuatan keja-hatan yang

2. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak. tercantum dalam KUHP dimana pelaku harus Prinsip ini mengingatkan kepada semua menyadari perbuatannya itu serta pelaku penyelenggara perlindungan anak bahwa mampu

jawab terhadap pertimbangan –pertimbangan dalam peng- perbuatannya tersebut. ambilan keputusan menyangkut masa

bertanggung

Terdapat tiga paradigma didalam tujuan depan anak, bukan dengan ukuran orang sistem peradilan pidana anak, tujuan sistem dewasa

kepada peradilan pidana anak berbeda – beda kepentingan orang dewasa. Apa yang tergantung dari pada paradigma sistem menurut ukuran dewasa baik, belum tentu peradilan pidana anak yang dianut. Ketiga baik pula menurut ukuran kepentingan paradigma tersebut adalah (Djamil, 2013):

apalagi

berpusat

anak. Boleh jadi maksud orang dewasa 1. Tujuan sistem peradilan pidana anak memberikan bantuan dan menolong tetapi

dengan paradigma pembinaan individual. yang

Didalam tujuan ini yang dipentingkan penghancuran masa depan anak.

adalah penekanan pada permasalahan yang

3. Prinsip hak hidup, kelangsungan hidup, dan dihadapi pelaku, bukan pada perbuatan / perkembangan. Pesan dari prinsip ini sangat

kerugian yang diakibatkan. Tanggung jawab jelas bahwa Negara harus memastikan setiap

ini terletak pada tanggung jawab sistem anak akan terjamin kelangsungan hidupnya

dalam memenuhi kebutuhan pelaku. karena hak hidup adalah sesuatu yang

Penjatuhan sanksi dalam sistem peradilan melekat dalam dirinya, bukan pemberian

pidana anak menurut paradigma ini adalah dari Negara atau orang per orang. Untuk

tidak relevan, incidental dan secara umum menjamin hak hidup tersebut berarti Negara

tidak layak.

harus menyediakan lingkungan yang 2. Tujuan sistem peradilan pidana anak dengan

paradigma retributif. Tujuan penjatuhan sanksi tercapai dilihat dengan paradigma retributif. Tujuan penjatuhan sanksi tercapai dilihat dengan

hidup dan tumbuh kembang anak. pasti, setimpal serta adil.

f. Asas kelangsungan hidup dan tumbuh

3. Tujuan sistem peradilan pidana anak kembang anak, adalah hak asasi yang paling dengan

mendasar bagi anak yang dilindungi oleh penjatuhan sanksi mengikutsertakan pelaku,

Negara, pemerintah, keluarga, dan orang korban, masyarakat, dan para penegak

tua.

hukum secara aktif. Pelaku bekerja aktif g. Asas pembinaan dan pembimbingan anak, untuk merestore kerugian korban, dan

“pembinaan” adalah kegiatan untuk menghadapi korban / wakil korban. Korban

meningkatkan kualitas, ketaqwaan kepada aktif dalam semua tahapan proses dan akan

Tuhan YME, intelektual, sikap dan perilaku, membantu dalam penentuan sanksi bagi si

pelatihan keterampilan, professional, serta pelaku.

kesehatan jasmani dan rohani anak – anak mediator,

baik didalam maupun diluar proses mendukung pemenuhan kewajiban pelaku.

pidana. Sedangkan Penegak

peradilan

adalah pemberian berlangsungnya mediasi.

tuntunan untuk meningkatkan kualitas Terdapat pasal yang berkaitan dengan

ketaqwaan kepada Tuhan YME, intelektual, masalah umur, misalnya Pasal 32 ayat (2) yang

sikap dan perilaku, pelatihan, keterampilan, menyebutkan “penahanan terhadap anak

professional, serta kesehatan jasmani dan hanya dapat dilakukan dengan syarat anak

rohani klien permasyarakatan. telah berumur 14 (empat belas) tahun atau h. Asas proposional, adalah segala perlakuan lebih, dan diduga melakukan tindak pidana

terhadap anak harus memperhatikan batas dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh)

keperluan, umur, dan kondisi anak. tahun atau lebih”. Penggunaan kata “dan” i. Asas

kemerdekaan dan mengandung arti bahwa dua syarat ini harus

perampasan

pemidanaan sebagai upaya terakhir, adalah dipenuhi ketika akan melakukan penahanan

pada dasarnya anak tidak dapat dirampas terhadap anak. (Djamil, 2013). Pasal 2 Undang –

kemerdekaannya, kecuali terpaksa guna Undang Sistem Peradilan Pidana Anak

kepentingan penyelesaian perkara. menyebutkan asas – asas peradilan pidana j. Asas penghindaran pembalasan adalah anak antara lain (Djamil, 2013) :

prinsip menjauhkan upaya pembalasan

a. Asas perlindungan, meliputi kegiatan yang dalam proses peradilan pidana. bersifat langsung dan tidak langsung dari

tindakan yang membahayakan anak secara Keadilan Restoratif

fisik dan / atau psikis, Keadilan restoratif adalah suatu proses

b. Asas keadilan, adalah bahwa setiap penyelesaian yang melibatkan pelaku, korban, penyelesaian

harus keluarga mereka dan pihak lain yang terkait mencerminkan rasa keadilan bagi anak.

perkara

anak

dalam suatu tindak pidana secara bersama –

c. Asas nondiskriminasi, adalah tidak adanya sama mencari penyelesaian terhadap tindak perlakuan yang berbeda didasarkan pada pidana tersebut dan implikasinya dengan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, menekankan

pemulihan dan bukan etnik, budaya dan bahasa, status hukum pembalasan. (Djamil, 2013) anak, urutan kelahiran anak, serta kondisi

Peradilan pidana anak dengan keadilan fisik dan/atau mental.

restorative bertujuan untuk mengupayakan

d. Asas penghargaan terhadap pendapat anak, perdamaian antara korban dengan anak, adalah penghormatan atas hak anak untuk mengutamakan penyelesaian diluar proses berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya peradilan, menjauhkan anak dari pengaruh dalam pengambilan keputusan, terutama negatif proses peradilan, menanamkan rasa jika menyangkut hal yang mempengaruhi tanggung

anak, mewujudkan hidup anak.

jawab

kesejahteraan anak, menghindarkan anak dari

e. Asas kepentingan terbaik untuk anak, perampasan kemerdekaan, mendorong adalah segala pengambilan keputusan harus masyarakat

untuk

berpartisipasi, dan berpartisipasi, dan

meningkatkan keterampilan hidup anak.

ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga Ide mengenai keadilan restoratif masuk

puluh) hari setelah dimulainya diversi, dalam Pasal 5, bahwa sistem peradilan pidana

c. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai anak

kesepakatan, penyidik menyampaikan berita keadilan restoratif (ayat (1)), yang meliputi

wajib mengutamakan

pendekatan

acara diversi beserta kesepakatan diversi (ayat (2)) (Djamil, 2013):

kepada ketua pengadilan negeri untuk

a. Penyelidikan dan penuntutan pidana anak

dibuat penetapan

d. Dalam hal diversi gagal, penyidik wajib ketentuan

yang dilaksanakan

sesuai

dengan

melanjutkan penyidikan dan melimpah-kan undangan, kecuali ditentukan lain dalam

peraturan

perundang

perkara ke penuntut umum dengan undang – undang ini,

melampirkan berita acara diversi dan laporan

b. Persidangan anak yang dilakukan oleh penelitian kemasyarakatan. pengadilan di lingkungan peradilan

Dapat ditarik kesimpulan atas pasal umum,

tersebut bahwa penyidik untuk mengupayakan

c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan, diversi merupakan bentuk diskresi terikat, dan/atau pendampingan selama proses karena bisa jadi upaya diversi itu berhasil bisa pelaksanaan pidana atau tindakan dan juga tidak. Pemberian diskresi terikat kepada setelah menjalani pidana atau tindakan.

penyidik merupakan bentuk amanah undang – undang agar penyidik selaku Pegawai Negara

Diskresi

dapat mempergunakan sarana yang ada dan Konsep diversi yang tertuang didalam melihat situasi yang terjadi dalam rangka peraturan perundang – undangan ini penyelesaian anak nakal. (Djamil, 2013) merupakan bagian dari dikresi.Diskresi berarti

mengambil keputusan dalam setiap situasi Diversi

yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. Diversi bertujuan untuk mencapai

anak, dari asas legalitas, yaitu asas hukum yang menyelesaikan perkara anak diluar proses menyatakan bahwa setiap tindakan atau peradilan,

Diskresi diperlukan sebagai pelengkap perdamaian antara korban dan

menghindarkan anak dari perbuatan

kemerdekaan, mendorong berdasarkan ketentuan undang –undang. Akan masyarakat

administrasi

Negara

harus perampasan

berpartisipasi dan tetapi tidak mungkin bagi undang –undang menanamkan rasa tanggung jawab kepada untuk mengatur segala macam kasus posisi anak. dalam praktik kehidupan sehari –hari. Oleh

untuk

Diversi dilaksanakan dalam hal tindak sebab itu perlu adanya kebebasan atau diskresi pidana yang dilakukan diancam dengan pidana dari administrasi Negara. (Djamil, 2013)

penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan bukan Diskresi dalam sistem peradilan pidana merupakan pengulangan tindak pidana. Proses anak adalah kebijakan penyidik anak dalam diversi dilakukan melalui musyawarah dengan menetapkan suatu perkara anak nakal, tidak melibatkan anak dan orang tua/walinya, dilanjutkan

orang tua/walinya, pertimbangan hukum yang sesuai dengan pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja perundang –undangan dan demi kepentingan sosial professional berdasarkan pendekatan terbaik bagi anak. (Djamil, 2013)

pemeriksaannya

dengan korban

dan/atau

keadilan restoratif. (Makarao, 2013) Berkaitan dengan hal tersebut, dalam

diversi wajib memperhatikan undang –undang sistem peradilan pidana anak, kepentingan

Proses

kesejahteraan dan diskresi diberikan kepada penyidik untuk bisa tanggung jawab anak, penghindaran stigma mengupayakan diversi. Hal tersebut dapat negatif, penghindaran pembalasan, kehar- dilihat dalam Pasal 29 yakni (Djamil, 2013):

dan kepatutan,

a. Penyidik wajib mengupayakan diversi kesusilaan dan ketertiban umum. paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan

Penyidik, penuntut umum, dan hakim dimulai,

dalam

diversi harus mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian kemasyarakatan

melakukan melakukan

keluarga anak korban serta kesediaan anak dan Penegakan hukum yang sekarang keluarganya, kecuali untuk tindak pidana yang dianggap telah gagal dalam mencapai tujuan

berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, yang diisyaratkan oleh Undang-Undang. Oleh tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian karena itu, diperkenankanlah sebuah alternatif korban tidak lebih dari nilai upah minimum penegakan hukum, yaitu Restorative Justice provinsi setempat. (Makarao, 2013)

System. Telah dijelaskan pada bab sebelumnya Kesepakatan diversi dilakukan oleh bahwa Restorative Justice System merupakan

penyidik atas rekomendasi pembimbing sebuah konsep penegakan hukum yang menitik kemasyarakatan dapat berbentuk (Makarao, beratkan kepada kepentingan pelaku, korban 2013) :

dan masyarakat. Disamping itu, Restorative

bertujuan juga untuk korban,

a. Pengembalian kerugian dalam hal ada Justice

System

mengembalikan kondisi masyarakat yang telah

b. Rehabilitasi medis dan psikososial, terganggu oleh adanya perbuatan kejahatan.

c. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali, Saat ini di dalam sistem hukum di

d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau Indonesia, sudah mulai mengarah kepada pelatihan di lembaga pendidikan atau LPSK pengadopsian konsep restorative justice tersebut. paling lama 3 (tiga) bulan,

Namun untuk sementara, masih diberlakukan

e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) secara partial dan memandang tingkat bulan.

urgenitas yang sangat mendasar, yaitu dapat Hasil

kesepakatan diversi dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 11 berbentuk perdamaian dengan atau tanpa ganti Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak. kerugian, penyerahan kembali kepada orang (Marbun, 2013) tua/wali, keikutsertaan dalam pendidikan atau

Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 pelatihan di lembaga pendidikan atau LPSK angka

menegaskan sebagai paling lama 3 (tiga) bulan, atau pelayanan berikut:“Keadilan

yang

Restoratif adalah masyarakat.

penyelesaian perkara tindak pidana dengan Hasil kesepakatan disampaikan dalam melibatkan

korban, keluarga bentuk kesepakatan diversi.Hasil kesepakatan pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait

pelaku,

diversi disampaikan oleh atasan langsung untuk bersama-sama mencari penyelesaian pejabat yang bertanggung jawab di setiap yang adil dengan menekankan pemulihan tingkat pemeriksaan ke pengadilan negeri kembali pada keadaan semula, dan bukan sesuai dengan daerah hukumnya dalam waktu pembalasan .” paling lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan

Sebagai wujud dari penerapan restoratif dicapai

untuk memperoleh justice tersebut, maka Undang - Undang Sistem penetapan.Penetapan dilakukan dalam waktu Peradilan Anak menyediakan lembaga Diversi. paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 7, diterimanya kesepakatan diversi. (Makarao, yang meneg askan sebagai berikut:“Diversi 2013)

adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak Proses peradilan anak dilanjutkan dari proses peradilan pidana ke proses di luar dalam hal proses diversi tidak menghasilkan peradilan pidana. Pengenalan Restorative Justice

kesepakatan, atau kesepakatan diversi tidak (Keadilan Restoratif) di dalam sistem hukum dilaksanakan. Selama proses diversi berlang- Indonesia masih bersifat parsial dan tidak sung sampai dengan kesepakatan diversi komprehensif, yang tersebar dalam berbagai dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan ketentuan peraturan serta beberapa praktek wajib melakukan pendampingan, pembim- yang pernah muncul. (Marbun, 2013) bingan dan pengawasan.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak yang

merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

menganut double track system. Yang dimaksud

Organisasi Sosial jalur dimana selain mengatur sanksi pidana

Sosial

atau

Kemasyarakatan yang bergerak juga mengatur tindakan. Terkait dengan sanksi

dibidang pendidikan, pembinaan, yang dijatuhkan terhadap anak nakal, UU

dan latihan kerja. sistem

Dalam KUHP tindakan yang mengaturnya yaitu dalam Pasal 71 yaitu pidana

diambil adalah dikembalikan kepada orang pokok terhadap anak yang melakukan tindak

tuanya, walinya atau pemeliharanya tanpa pidana adalah pidana peringatan, pidana

pidana apa pun; atau memerintahkan dengan syarat, dan pidana tambahan berupa

supaya yang bersalah diserahkan kepada pemenuhan kewajiban adat serta perampasan

Pemerintah tanpa pidana apapun, yaitu keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana.

jika perbuatan merupakan kejahatan atau (Mulyadi & Djaja, 2012)

salah satu pelanggaran tersebut pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517-519,

Bentuk-Bentuk Pemidanaan Terhadap

526, 531, 532, 536 dan 540 serta belum lewat

Anak

dua tahun sejak dinyatakan salah karena Untuk melihat perbedaan sanksi pidana

melakukan kejahatan atau salah satu bagi anak yang berkonflik dengan hukum yang

pelanggaran tersebut di atas, dan berlaku dalam Kitab Undang – Undang Hukum

menjadi tetap; atau Pidana (KUHP) dengan Undang – Undang No.

putusannya

menjatuhkan pidana ( Pasal 45).

3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, berikut Pemidanaan di dalam Undang- uraian nya:

undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ancaman Pidana dalam Undang-undang

Pengadilan anak, ada empat hal: Pengadilan Anak ada dua hal, yaitu:

1. Pemenjaraan atau pidana kurungan

1. Pidana pokok dan Pidana tambahan (Pasal 23 maksimum setengah dari pidana pokok ayat 1 UU No.3/1997)

bagi orang dewasa. (Pasal 26 ayat 1 dan

a. Pidana pokok meliputi: pidana penjara,

Pasal 27)

pidana kurungan, pidana denda atau

2. Ancaman pidana mati atau penjara pengawasan (Pasal 23 ayat 2)

seumur hidup dikonversi menjadi

b. Pidana tambahan berupa perampasan pidana penjara maksimum 10 tahun. barang-barang tertentu

dan atau

(Pasal 26 ayat 2)

pembayaran ganti rugi (Pasal 23 ayat 3)

3. Ancaman pidana mati atau penjara

2. Pidana Denda (Pasal 28 UU No. 3/1997) seumur hidup bagi anak yang umurnya Sementara dalam Kitab Undang-undang

belum 12 tahun dikonversi menjadi Hukum Pidana (KUHP), pidana tambahan

penyerahan anak kepada Negara (Pasal yang tidak dapat dijatuhkan pada anak

26 ayat 3)

(terdapat dalam Pasal 10 b nomor 1 dan 3),

4. Pidana denda maksimum setengah dari dan pidana denda dapat dijatuhkan pada

denda untuk orang dewasa. (Pasal 28) anak paling banyak ½ (satu perdua) dari

dalam KUHP maksimum ancaman pidana denda bagi

Sedangkan

pemidanaannya sebagai berikut : orang dewasa. Dan apabila pidana denda

1. Pidana pokok maksimum dua – pertiga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dari pidana pokok untuk orang dewasa ternyata tidak dapat dibayar maka diganti

(Pasal 47 ayat 1)

dengan wajib latihan kerja.

2. Ancaman pidana mati atau penjara Tindakan yang tercantum dalam

seumur hidup dikonversi menjadi pidana Undang-undang

penjara maksimum 15 tahun (Pasal 47 ayat menurut Pasal 24 ayat 1 UU No. 3/ 1997:

a. Dikembalikan kepada orangtua / Pidana Bersyarat yang dapat dijatuhkan wali;

pada anak sesuai Undang - undang Nomor 3

b. Diserahkan kepada Negara untuk Tahun 1997 adalah untuk putusan pemenjaraan dididik;

maksimum 2 tahun untuk jangka waktu maksimum 3 tahun (Pasal 29 ayat 1 & 6). Di KUHP Pidana bersyarat (tidak secara spesifik maksimum 2 tahun untuk jangka waktu maksimum 3 tahun (Pasal 29 ayat 1 & 6). Di KUHP Pidana bersyarat (tidak secara spesifik

dan melaksanakan Dalam Undang – Undang Nomor 3 ketentuan yang diatur dalam Pasal 16 ayat (3) Tahun

untuk

mendukung