PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP LAMA PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU POST SECTIO CAESARIA DI RSUD KOTA MADIUN

ISBN 978-602-50798-0-1 313

  

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP LAMA PENGELUARAN

KOLOSTRUM PADA IBU POST SECTIO CAESARIA

DI RSUD KOTA MADIUN

1 2 Sundari , Rury Narulita Sari

Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun

Email: arie_0447@yahoo.co.id

  

ABSTRACT

Mother Caesaria post section (SC) is often difficult to breastfeed. If the baby does not suck

the nipple and a half hours after childbirth, hormone oxytocin and prolactin down so that

the milk out on the third day or so. The impact is not smooth spending and milk production

can cause problems in the mother and baby. Thus, businesses need to stimulate prolactin

and oxytocin one with massage oxytocin. The purpose of this study to determine the effect of

oxytocin massage the mother's colostrum spending long post Caesaria section in RSUD Kota

Madiun. Type of analytical research quasy Experiment with the draft "posttest only control

group design". Population 48 mothers post SC, a large sample of 42 people with purposive

sampling techniques are divided into 2 groups, 21 people do massage oksitosun and 21

people do not do. The instrument uses an observation sheet. The results were tested by t-test.

Spending long colostrum experimental group 26 respondents. It is known there are 19 people

(73,1%) secrete colostrum quickly. Whereas in 7 others (26,9%) slow. While the control

group 26 respondents there were 21 (80,8%) secrete colostrum slow. While in 5 others

(19,2%) quickly in removing the colostrum. Based on the analysis of statistical test, p = 0.00

<0.05, which means that Ho refused and Ha accepted or was significant effect of oxytocin

on the long massage expenditure kolostrum with 0.540 correlation coefficient indicates that

the closeness the relationship between the two variables. The conclusion is massage effect

of oxytocin on maternal colostrum spending long post Caesaria section in hospitals Madiun.

Suggestions for RS, massage can be applied to the mother oxytocin post Sectio Caesaria.

Besides mother Caesaria post section can also apply massage oxytocin independently.

  Keywords: Oxytocin Massage, Colostrum, Sectio Caesaria PENDAHULUAN

  Kolostrum adalah cairan pra susu yang dihasikan dlam 24-36 jam setelah melahirkan (pasca-persalinan). Kolostrum tidak bisa diproduksi secara sintesis. Menyusui atau tidak menyusui kolostrum tetap ada setelah 24-36 jam pertama, maka yang keluar adalah susu peralihan. Kolostrum mensuplai berbagai faktor kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir (Proverawati & Eni, 2010: 24-25). Meningkatkan

  314 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

  penggunaan susu formula untuk makanan bayi, dapat menimbulkan masalah di negara-negara berkembang. Misalnya yang terkenal dengan trias Jelliffe yang terdiri dari kekurangan kalori protein tipe marasmus, moniliasis pada mulut dan diare karena infeksi (Soetjiningsih, 2012: 64).

  Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Kota Madiun pada bulan April 2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 45 orang dengan presentasi persalinan secara normal sebanyak 44,44% atau 20 orang dan presentase persalinan secara sectio

  

caesaria sebanyak 55,56% atau 25 orang. Dari 25 orang bersalin secara sectio

caesaria , kolostrum yang sudah keluar pada hari pertama hanya sekitar 28% atau 7

  orang, pada hari ke-2 sekitar 16% atau 4 orang dan yang keluar pada hari ke-3 atau lebih sekitar 56% atau 14 orang. Diketahui pula bahwa setelah post sectio caesaria ibu dirawat terpisah di ruang nifas sedangkan bayi dirawat di ruang perinatologi. Rawat gabung baru mulai dilakukan pada hari ke-2 atau ke-3 post SC setelah ibu mobilisasi jalan dan tidak ada komplikasi baik pada ibu maupun bayi. Selama bayi di ruang perinatologi nutrisi yang didapat hanya dari susu formula karena ASI belum keluar atau tidak lancar.

  Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setalah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI (Mardiyaningsih dkk., 2011: 31-32). Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru keluar pada hari ketiga atau lebih. Hal ini memaksa bidan memberikan makanan pengganti ASI karena bayi yang tidak mendapat ASI cukup dan akan membuat bayi rewel (Kristiyanasari, 2011: 32).

  Ibu yang melahirkan dengan cara operasi cesar (c-sections) seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah ia lahir. Terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayinya di jam pertama setelah lahir. Kondisi luka operasi dibagian perut relatif membuat proses menyusui sedikit terhambat. Sementara itu, bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu (Kristiyanasari, 2011: 45). Nyeri yang ditimbulkan akibat operasi sectio

ISBN 978-602-50798-0-1 315

  menyebabkan ibu menunda untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi dan pengeluaran ASI (Purnama, 2013: 2).

  Dampak tidak lancarnya pengeluaran dan produksi ASI bisa menimbulkan masalah baik pada ibu maupun bayi diantaranya payudara bengkak (engorgement), mastitis, abses payudara, saluran susu tersumbat (obstructed duct), sindrom ASI kurang, bayi sering menangis, bayi ikterus (Marmi, 2012). Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat dilakukan juga dengan melakukan perawatan dan pemijatan payudara, membersihkan puting, sering menyusui bayi meskipus ASI belum keluar, menyusui dini dan teratur serta pijat oksitosin (Mardiyaningsih dkk., 2011: 31). Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas perlu dilakuakannya penelitian tentang pengaruh pijat oksitosin dengan lama pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio caesaria yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pijat oksitosin terhadap lama pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio

  caesaria di RSUD Kota madiun.

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan Eksperimen Semu/

  

Quasy Experiment dengan rancangan dalam penelitian eksperimen semu ini

menggunakan rancangan “postest only control group design”.

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post sectio di RSUD Kota Madiun sebanyak 60 orang dengan besar sampel 52 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik “purposive sampling ”. Variabel dalam penelitian ini variabel bebas adalah pijat oksitosin, Variabel terikat dalam adalah lama pengeluaran kolostrum. Teknik pengumpulan ada data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data lama pengeluaran kolostrum pada ibu post SC yang dilakukan pijat oksitosin dan yang tidak dilakukan pijat oksitosin yang diketahui dari lembar observasi. Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari status rekam

  316 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

  medis pasien tentang karakteristik ibu yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan paritas Analisa data menggunakan uji statistik “t-test” dengan α = 0,05 (5%) dengan ketentuan Ho ditolak jika t hitung > t tabel. Kriteria penolakan Ho apabila nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesa peneliti (Ha) diterima. Artinya ada hubungan pijat oksitosin dengan lama pengeluran kolostrum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Berdasarkan data yang diperoleh dari 52 responden diketahui bahwa umur responden hampir seluruhnya 20-35 tahun yaitu sebanyak 45 orang (86,5%), umur >35 tahun sebanyak 5 orang (9,6%) dan umur <20 tahun 2 orang (3,8%).

  Pendidikan responden sebagian besar adalah pendidikan menengah (SMP dan SMA) yaitu sebanyak 32 orang (61,5%), Pendidikan Tinggi (Diploma, Perguruan Tinggi) sebanyak 20 orang (38,5%).

  Sebagian besar responden tidak berkerja yaitu sejumlah 31 orang (59,6%) sedangkan sisanya sejumlah 21 orang responden (40,4%) bekerja. Paritas responden sebagian besar adalah primipara yaitu sebanyak 21 orang

  (40,4%), multipara sebanyak 30 orang (57,7%) sedangkan grande multipara berjumlah 1 orang (1,9%).

  Dari hasil penelitian yang ditunjukkan diatas bahwa dari 52 responden dibagi menjadi dua yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 26 responden dilakukan pijat oksitosin dan 26 responden tidak diberikan perlakuan pijat oksitosin.

  Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Khairani, dkk., 2012: 3).

  Oksitsin (oxytocin) adalah salah satu dari dua hormon yang dibentuk oleh sel-sel neuronal nuklei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior pituitari, hormon lainnya adalah vasopressin yang memiliki kerja mengontraksikan uterus dan menginjeksi ASI (Suherni, dkk., 2010: 44) sehingga dengan dilakukannya pijat

ISBN 978-602-50798-0-1 317

  Dari hasil penelitian yang ditunjukkan dari 52 responden.Yang dibagi menjadi dua yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Didapatkan lama pengeluaran kolostrum pada kelompok eksperimen sejumlah 26 responden. Diketahui bahwa setelah diberikan perlakuan pijat oksitosin terdapat 19 orang (73,1%) mengeluarkan kolostrum secara cepat. Sedangkan pada 7 orang lainnya (26,9%) lambat mengeluarkan kolostrum.

  Sedangkan pada kelompok kontrol sejumlah 26 responden tidak diberikan perlakuan pijat oksitosin. Diketahui terdapat 21 orang (80,8%) mengeluarkan kolostrum lambat. Sedangkan pada 5 orang lainnya (19,2%) cepat dalam mengeluarkan kolostrum. Hal ini sangat baik dan menguntungkan terutama bagi bayi karena bisa segera mendapatkan kolostrum.

  Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa proses melahirkan dengan cesar akan menghambat produksi ASI. Meskipun demikian, menyusui sesering mungkin setelah proses kelahiran dengan cesar akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Bahkan beberapa ibu yang melahirkan dengan cesar memiliki produksi ASI yang berlimpah (Kristiyanasari, 2011: 45).

  Kristiyanasari (2011: 32) apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin dan oksitosin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru keluar pada hari ke-3 atau lebih. Jika pengeluaran dan produksi ASI tidak lancar bisa menimbulkan masalah baik pada ibu maupun bayi diantaranya payudara bengkak (engorgement), mastitis, abses payudara, saluran susu tersumbat (obstructed duct), gangguan psikologis, sindrom ASI kurang, bayi sering menangis, bayi ikterus, bayi mudah terkena infeksi (Marmi, 2012).

  Agar kolostrum bisa segera keluar maka perlu adanya rangsangan hormon oksitosin. Salah satu cara untuk membantu pengeluaran hormon oksitosin yaitu dengan cara melakukan pijat oksitosin. Dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (WBW, 2007 dalam Endah dan Imas, 2011: 3).

  318 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat

  Tabel 1. Tabulasi Silang Pijat Oksitosin Terhadap Lama Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Sectio Caesaria di RSUD Kota Madiun Juni 2017

  Lama Presentase Pijat Cepat Lambat F (%) f % f %

  Eksperimen 19 73,1 7 26,9 26 100 Kontrol 5 19,2 21 80,8 26 100

  Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa dari 52 responden. Dimana dibagi menjadi dua yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Didapatkan lama pengeluaran kolostrum pada kelompok eksperimen sejumlah 26 responden. Diketahui bahwa setelah diberikan perlakuan pijat oksitosin terdapat 19 orang (73,1%) mengeluarkan kolostrum secara cepat sedangkan pada 7 orang lainnya (26,9%) lambat mengeluarkan kolostrum sedangkan pada kelompok kontrol sejumlah 26 responden tidak diberikan perlakuan pijat oksitosin. Diketahui terdapat 21 orang (80,8%) mengeluarkan kolostrum lambat. Sedangkan pada 5 orang lainnya (19,2%) cepat dalam mengeluarkan kolostrum

  Hasil penghitungan dengan analisa statistik uji-t (tabel 1) didapatkan nilai p

  

value 0,00 dengan taraf signifikansi 0,05 yang artinya p value< nilai α 0,05 sehingga

a

  H ditolak dan H diterima. Jadi disimpulkan secara statistik ada pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin terhadap lama pengeluaran kolostrum pada ibu post

  

section caesaria di RSUD Kota Madiun.Dengan Koefisien korelasi 0,540

  menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua variabel sedang. Arah kedua variabel adalah positif atau sejajar, artinya jika semakin dilakukannya pijat oksitosin maka pengeluaran kolostrum pada ibu post section caesaria di RSUD Kota Madiun akan semakin cepat pula.

  Ibu yang melahirkan dengan cara operasi cesar (c-sections) seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah ia lahir. Terutama jika ibu diberikan anastesi umum. Ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi di bagian perut relative membuat proses menyusui sedikit terhambat. Sementara itu, bayi mungkin mengantuk dan tidak responsive untuk menyusu (Kristiyanasari, 2011: 45).

ISBN 978-602-50798-0-1 319

  Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pemijatan ini dilakukan kurang lebih 2-3 menit dan rata-rata kolostrum akan keluar 6 sampai 12 jam setelah dilakukan stimulasi refleks oksitosin pada ibu post partum (Soeratmi dalam Rokhanawati, 2014: 51) .

  SIMPULAN

  Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap lama pengeluaran kolostrum pada ibu

  

post sectio caesaria di RSUD Kota Madiun, didapatkan p value 0,00 dengan taraf

  signifikansi 0,05 yang artinya pvalue< nilai α 0,05 sehingga H ditolak dan H a diterima, dengan r = 0,540 menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua variabel sedang dan arah kedua variabel adalah sejajar.

DAFTAR PUSTAKA

  Khairani, L. dkk. (2012). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus pada

  Ibu Post Partum Di Ruang Post Partum Kelas III RSHS Bandung . Bandung: Universitas Padjajaran.

  Kristiyanasari, W. (2011). ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika. Mardiyaningsih, E. dkk. (2011). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat

  Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio Di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah .

  http://lontar.ui.ac.id/login.jsp?requester=file?file=digital/20282666.pdf. Diunduh tanggal: 10September 2016.

  Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.

  Yogyakarta: Pustaka Belajar. Proverawati, A. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

  Rokhanawati, D. (2014). Jurnal Riset Kebidanan Indonesia Vol. 1 No. 1 Desember 2014 . Yogyakarta: STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Soetjiningsih. (2012). Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.

  Jakarta: EGC.