DESKRIPSI TUGAS AKHIR KARYA SENI

  “FUSION” DESKRIPSI TUGAS AKHIR KARYA SENI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S1 Program Studi Seni Karawitan Jurusan Karawitan Diajukan Oleh: Putri Retno Pamungkas Nim 13111137 FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA

  

PENGESAHAN

  Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni

  

FUSION

  Dipersiapkan dan disusun oleh

  

Putri Retno Pamungkas

NIM 13111137

  Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 18 Mei 2017

  Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji

  

Dwi Wahyudiarto, S.Kar. M.Hum

NIP:196102021983031004

  Ketua Bidang Penguji Utama

  

Darno, S.Sen, M.Sn Prof. Dr. Pande Made S,S.Kar. M.S

NIP:196602051992031001 NIP:195312311976031014

  Sekertaris Penguji Penguji Pembimbing

  Rusdiyantoro, S.Kar., M.Sn

  I Ketut Saba, S.Kar, M.Si NIP: 195802111983121001 NIP: 195512311978031012

  Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni ini telah diterima sebagai salah satu syarat mencapai derajat sarjana S1 pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta surakarta, Juli 2017

  Dekan Fakultas Seni Pertunjukan

Soemaryatmi, S.,Kar., M.Hum.

  

NIP:196111111982032003

  

PERSEMBAHAN

  Bismillahirohmannirohim, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mah Esa, Karya “Fusion” ini tercipta dan saya persembahkan kepada: 1.

  Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Suratno dan Ibu Hartiwi yang telah memberikan motivasi, semangat, do’a dan materi yang tidak ada habisnya.

2. Kakak dan orang terkasih saya yang selalu memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan karya Tugas Akhir ini.

  MOTTO

  “Jangan pernah malu karena kesalahan, karena dari salah akan menjadi benar ”.

  Putri Retno Pamungkas

  PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini,

  Nama : Putri Retno Pamungkas

  Tempat, Tgl. Lahir : Berau, 22 Agustus 1995 NIM : 13111137 Program Studi : S1, Jurusan Karawitan Fakultas : Seni Pertunjukan Alamat : JL. Belimau RT. 04 RW 24. Kelurahan Lempake

  Kec. Samarinda Utara, Kalimantan Timur Menyatakan bahwa :

  Deskripsi karya seni saya dengan judul : Fusion adalah benar-benar hasil karya cipta sendiri sesuai ketentuan yang berlaku, dan bukan jiplakan (plagiasi).

  Jika ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam deskripsi karya seni saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian deskripsi karya seni saya ini, maka gelar kesarjanaan yang saya terima dapat dicabut.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukum.

  Surakarta, 18 Mei 2017 Yang Menyatakan

   Putri Retno Pamungkas

  NIM: 13111137

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga komposisi Fusion beserta kertas penyajian sebagai pra syarat kelulusan program Strata 1 Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta dapat terselesaikan. Selama proses berlangsung, penyaji juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penyaji mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia atas segala fasilitas yang telah diberikan, sejak awal perkuliahan sampai proses, penyelesaian tugas akhir ini.

  2. Ibu Soemaryatmi, S.Kar.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, yang telah memberi kemudahan ketika penyaji menempuh pendidikan program studi S-1 Jurusan Seni Karawitan.

  3. Bapak Dr. Suyoto, S.Kar., M.Hum., selaku ketua Jurusan Seni Karawitan yang telah memberikan fasilitas, kemudahan, motivasi selama menempuh pendidikan dan menyelesaikan tugas akhir karya seni yang berjudul Fusion.

  4. Bapak I Ketut Saba, S.Kar, M.Si selaku pembimbing karya sekaligus pembimbing kertas penyajian yang telah memberi bimbingan, motivasi serta saran sehingga karya komposisi Fusion ini dapat terselesaikan.

  5. Kedua orang tua Bapak Suratno dan Ibu Hartiwi yang telah mendukung, membiayai serta mendo’akan sehingga penyaji dapat mencapai jenjang Sarjana. Tidak lupa penyaji ucapkan terima kasih kepada saudara-saudara penyaji, mas Sukristianto Hari Kusminto, S.Sn yang telah membantu menentukan judul karya ini, Aditya Krisna yang telah mendukung dan memberi semangat. Juga Bang bucek, Mas Sigit dan Ibu Elli yang telah memberi saran-saran positif dan membantu untuk memperlancar proses karya ini, termasuk segenap pendukung karya yang telah meluangkan waktu unruk menyelesaikan karya ini.

  Penyaji menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun dari para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk penyempurnaan karya selanjutnya .

  Surakarta, 5 Mei 2017 Penyaji

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL i

  PENGESAHAN ii

  PERSEMBAHAN iii

  MOTTO iv

  PERNYATAAN v

  KATA PENGANTAR vi

  DAFTAR ISI viii

  CATATAN UNTUK PEMBACA x

  BAB I PENDAHULUAN

  1 A. Latar

  Belakang

  1 B. Ide

  Penciptaan

  7 C. Tujuan dan manfaat

  8 D. Tinjaua n pustaka

  8 BAB II PROSES PENCIPTAAN KARYA

  11 A.

  Tahap Persiapan

  11 1. Orienta si

  11 2. Observ asi

  12 3. Eksplor asi

  12 4. Tahap

  Penggarapan

  13 BAB III DESKRIPSI SAJIAN

  16 A. Bagian

  Pertama

  16 B. Bagian

  Kedua

  23 C. Bagian ketiga

  26 BAB IV PENUTUP

  28 DAFTAR ACUAN

  30 GLOSARIUM

  32 LAMPIRAN

  34 Setting Instrumen

  34 Proses Latihan

  35 Tugas Akhir

  37 Daftar Pendukung

  39 Biodata Penyaji

  40

CATATAN UNTUK PEMBACA

  Penulisan ini terutama untuk mentranskip musikal digunakan sistem pencatatan notasi berupa titilaras kepatihan (Jawa) dan beberapa simbol. Penggunaan sistem notasi, simbol, dan singkatan tersebut adalah untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi tulisan ini. Berikut symbol yang dimaksud : Notasi Kepatihan : q w e r t y u 1 2 3 4 5 6 7 ! @ #

  : Simbol tanda ulang _._

  Istilah-istilah teknis dan nama-nama asing di luar teks bahasa Indonesia kecuali teks bahasa Jawa dalam teks vokal ditulis dengan huruf italics (cetak miring).

  Keterangan simbol dan nada yang digunakan dalam ricikan : 1. : y 1 2 3 5 6 ! @ #

  Sape 2. :

  Gambang e t y 1 2 3 5 6 ! @ # % ^ ! @ # 3. :

  Cak&Cuk 3 5 6 ! 4. : y 1 2 3 5 6 ! @ #

  Gitar bass 5. :

  Suling 6 3

  1 BAB I PENDAHULUAN A.

   Latar belakang Karya

  Fusion adalah reaksi nuklir dimana inti bergabung untuk membentuk inti yang lebih besar dengan rilis simulta energi. Dengan kata lain, fusi didefinisikan sebagai tindakan menggabungkan gambar dari dua

  1

  mata untuk membentuk persepsi visual tunggal. Dalam Kamus Ilmiah Populer, “Fusion” yang berasal dari kata fusi diartikan sebagai campuran larutan bermacam- macam benda menjadi satu atau gabungan, peleburan,

  2 koalisi (partai, perusahaan dan lain-lain).

  Istilah Fusion ini sangat popular karena pada awalnya banyak digunakan dibidang ilmu kimia khususnya mengenai ilmu nuklir. Di samping dalam bidang ilmu kimia istilah tersebut berkembang penggunaannya untuk berbagai keperluan atau kepentingan misalnya kuliner, kebudayaan, bahkan secara khusus dalam bidang kesenian.

  Dalam bidang kesenian, istilah “Fusion” dipakai sebagai konsep dasar dalam penciptaan karya seni. Hampir semua jenis karya seni pernah menggunakan istilah tersebut baik karya seni rupa maupun seni 1 pertunjukan. Kendati banyak yang menggunakan istilah tersebut, besar

  2

  kemungkinan akan terdapat ciri atau gaya tertentu dalam garapan karya seni yang membedakan karya satu dengan yang lain. Ciri atau gaya tersebut bisa dilihat dari penggunaan media atau unsur- unsur komposisi dalam karya seni tersebut.

  Berdasarkan definisi “Fusion” di atas, penyusun mencoba menciptakan sebuah komposisi musik yang relatif baru berdasarkan konsep “Fusion” dalam hal ini dapat menggabungkan dua gaya kesenian tradisional yang berlandaskan pakem tradisi yang dikembangkan sedemikian rupa untuk menciptakan sebuah bentuk komposisi musik.

  Dua gaya tersebut adalah gaya musik tradisional suku Dayak Bahau dan Dayak Kenyah Kalimantan Timur dan gamelan Jawa. Pada musik tradisi suku Dayak akan diwakili sebuah instrumen yang bernama Sape’, sedangkan gamelan Jawa diwakili instrumen gambang dan sindhenan. Selain instrumen sape’, gambang dan sindhenan, digunakan pula beberapa instrumen lain yakni CAK, CUK, GITAR BASS, SULUANG dan PERKUSI yang fungsinya sebagai pendukung untuk memperkuat suasana alur cerita yang akan digambarkan dalam komposisi tersebut.

  Konsep “Fusion” dalam karya ini memang bukan hal yang baru dalam dunia seni khususnya musik, karena beberapa komponis atau kelompok musik juga telah menggunakan konsep tersebut. Seperti Djaduk Ferianto bersama kelompoknya Kua Etnika yang pernah aktif mengisi

  3

  musik Dua Warna yaitu penggabungan antara musik modern (barat) dan musik tradisi Jawa (beberapa perangkat instrumen gamelan). Ada pula kelompok- kelompok musik Jazz khususnya di Indonesia yang banyak mengusung tema Jazz Fusion yakni menggabungkan instrumen dan materi musikal Jazz dengan etnik Nusantara. Berbeda dengan karya yang akan disusun di komposisi ini yang akan mencoba menggabungkan dua instrumen musik tradisi yang berbeda secara kultur dan wilayah nada. Hal tersebut mengharapkan bentuk komposisi ini akan menarik sebab kedua jenis instrumen tersebut sama- sama berada di wilayah nada pentatonik kemudian akan digarap sedemikian rupa agar nadanya selaras dan harmonis. Konsep ini juga terinspirasi dari sebuah pernyataan Suka Hardjana bahwa;

  … kalau tak ada yang baru, berarti semua lama. Ambil itu semua yang lama. Tuang semuanya ke dalam periuk, aduk dan olah dengan cara yang sama sekali berbeda dengan apa yang pernah dilakukan orang. Hasil yang keluar dari periuk pastilah sesuatu yang berbeda dari apa yang pernah dilakukan orang sebelumnya. Barangkali

  3 memang tidak baru sama sekali, tapi pastilah lain dari yang lain.

  Penyusunan komposisi musik ini didasari atas pengalaman hidup Penyaji yang berdarah keturunan Jawa tetapi lahir dan besar di salah satu kota di Kalimantan Timur. Setelah berusia 15 tahun, penyaji kembali ke pulau Jawa dengan tujuan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas yang pada saat itu pilihannya jatuh pada Sekolah Menengah Karawitan Surakarta yang sekarang bernama Sekolah

  4 Menengah Kejuruan (SMK 8). Setelah menyelesaikan pendidikan di

  sekolah tersebut, penyusun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni Institut Seni Indonesia Surakarta dengan memilih jurusan Karawitan dalam rangka memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang Seni Karawitan. Menjelang akhir masa studi, penyaji diwajibkan menyusun satu karya komposisi musik untuk tugas akhir sebagai syarat mencapai gelar sarjana seni.

  Kisah perjalanan hidup penyusun inilah yang menjadi sumber inspirasi yang diwujudkan ke dalam sebuah bentuk komposisi musik dengan menggabungkan dua gaya musik tradisi yang berbeda secara kultur dan wilayah nada. Kisah perjalanan hidup penyusun tersebut akan dituangkan dengan memilih beberapa materi musik tradisi sape’ dan gamelan Jawa yakni gambang dan sindhenan yang akan dikembangkan sedemikian rupa, khususnya pada teknik permainan sape’ yang diselaraskan dengan nada dan pola ritme dengan gambang dan sindhenan, dengan harapan mampu menciptakan suasana yang diinginkan, khususnya pada teknik permainan

  sape’ yang diselaraskan nada dan pola

  ritme dengn gambang dan sindhenan agar mampu menciptakan suasana yang diinginkan. Di samping itu juga akan digunakan beberapa materi musikal, khususnya pada instrumen pendukung untuk membentuk harmonisasi dalam komposisi musik ini.

  5 Pemilihan instrumen tersebut dengan alasan untuk mengungkapkan

  dan menggambarkan suasana yang diinginkan penyusun. Instrumen itu dipilih berdasarkan kemampuan instrumen itu yang secara tidak langsung mempunyai karakter sendiri yang dapat menjelaskan atau menggambarkan situasi alam sekitar dan sosial budaya tempat instrumen itu berasal. Hal tersebut ditegaskan oleh Suka Hardjana bahwa;

  Pada dasarnya seni adalah suatu bentuk abstraksi dari „ungkapan gejolak jiwa manusia‟ yang tidak bisa dinyatakan melalui media ungkap lain yang lebih nyata. Oleh karena itu, instrumen musik sebagai perpanjangan daya ungkap kalbu the inner apparatus menjadi pilihan yang dipentingkan bagi banyak orang yang menyukai permainan abstraksi. Bermain musik melalui instrumen sebagai medium ekspresi menuntut sisi kecerdasan tersendiri. Dalam permainan musik, orang berhubungan dengan banyak tanda dan kode teknik yang berkaitan langsung dengan alam fantasi dan suara- suara imajiner. Korelasinya adalah, semakin tinggi tingkat penguasaan instrumental permainan musik pada seseorang, semakin tinggi pula dituntut bakat, keterampilan, dan kecerdasan dari padanya.

4 Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa komposisi musik ini

  menggabungkan dua gaya kesenian tradisional yakni Kalimantan Timur yang diwakili oleh instrumen khas suku Dayak yaitu sape’ dan gamelan Jawa yang diwakili oleh gambang dan sindhenan. Alasan memilih instrument sape’ karena instrumen tersebut cukup popular sebagai ciri khas dari pulau Kalimantan dan permainan dari instrumen tersebut dianggap sebagai gambaran kultur masyarakat dan alam sekitar suku Dayak. Sedangkan instrumen gambang di pilih karena selain karakter

  6

  suara yang sumber bunyinya dari bahan kayu, juga dianggap bisa menyatu dalam nuansa Kalimantan meskipun wilayah nadanya adalah

  

slendro. Di sisi lain jumlah wilayah nada dari instrumen gambang cukup

  banyak yakni tiga oktaf yang memungkinkan untuk di gabungkan dengan instrumen

  sape’ yang diharapkan akan dapat membentuk melodi

  yang harmonis. Sementara sindhenan dipilih karena dalam masa studi penyaji, Karawitan Jawa lebih dominan dan terfokus pendalamannya pada pengetahuan vocal sindhenan.

  Uraian tersebut di atas sangat menarik penyaji dalam rangka menyusun sebuah komposisi musik yang relatif baru. Terutama dalam penentuan konsep karya yang terinspirasi dari kisah perjalanan hidup penyaji yang berdarah Jawa tetapi lahir dan besar di Kalimantan yang sangat akrab dengan kebudayaan suku Dayak. Pemilihan instrumen untuk komposisi “Fusion” yakni instrumen yang bernada pentatonik, yang mempunyai wilayah nada dan suasana sesuai karakter suku Dayak. Hal ini menjadi tantangan dalam menyusun sebuah komposisi musik, namun di sinilah salah satu letak ketertarikan penyusun membuat komposisi musik tersebut. Berdasarkan konsep penggabungan dua gaya, maka karya ini diberi judul “Fusion”.

  7 B.

   Ide penciptaan

  Karya “Fusion” menggambarkan perjalanan kehidupan pribadi penyaji, istilah “Fusion” dapat diartikan sebagai perbedaan budaya, pergaulan serta bahasa, yang dianggap dapat menjadi sebuah perbaduan yang menarik, dengan mengkolaborasikan antara Sape, Gambang, Vokal

  Sindhenan .

  Dalam karya ini terdapat pembagian suasana dari rasa sedih, takut hingga bahagia. Pada bagian awal komposisi menggambarkan situasi saat penyaji masih berada di Kalimantan sejak lahir sampai dewasa. Instrumen yang dipakai pada bagian awal yakni alat tiup saluang disertai pembacaan mantra dengan bahasa Dayak.

  Sebuah komposisi musik dapat terwujud, berawal dari penggarapan medium dasar, yaitu bunyi yang dapat diperoleh dari instrumen musik.

  Instrumen musik dapat berbunyi karena getaran yang sengaja diproduksi oleh seniman dengan teknik tertentu untuk mencapai bunyi yang diinginkan. Menurut Rahayu Supanggah instrumen musik sebagai sarana

  

garap untuk menyampaikan sebuah gagasan, ide musikal, atau

  mengekspresikan diri sebagai komponis secara musikal.(Bothekan Karawitan II: Garap. 2007. 189 ).

  8 C.

   Tujuan dan Manfaat

  Tujuan penciptaan karya komposisi ini secara pribadi merupakan proses berkarya dengan cara berfikir berdasarkan alasan.

  Adapun tujuan lain yakni : 1. Sebagai bentuk proses penggalian potensi diri penyaji dalam penciptaan karya musik.

2. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang suatu karya baru yang memiliki bentuk dan karakter yang berbeda.

  Sedangkan manfaat yang dapat dipetik dalam penyajian komposisi Fusion yakni memperkenalkan bahwa suatu perpaduan dua gaya musikal yang berbeda dapat menjadi sebuah karya yang menarik dan dapat digunakan sebagai sumber referensi penelitian.

D. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka bertujuan untuk membuktikan keorisinalitasan karya ini namun tidak lepas dari budaya yang sudah ada khususnya pada unsur musikalitasnya seperti pengembangan melodi dan nada pada sape‟ yang sudah ada.. Oleh sebab itu, penyaji memperhatikan sebagian karya- karya yang serupa yang sudah pernah ditampilkan terdahulu.

  9

  “Latar Jembar” karya Elii Dedy Luthan yang di unggah di situs Youtube pada tanggal 3 Mei 2016. Dalam karya tersebut penyaji mengambil bagian perbaduan antara Kecapi Sunda, sexopone, dengan menggunakan vokal ada-ada. Walaupun terdapat persamaan, namun dalam karya yang akan di tampilkan oleh penyaji telah berbeda dari karya sebelumnya. Penyaji telah memadukan instrumen sape dengan tembang Asmarandana, disinilah perbedaan dari karya Elli Dedy Luthan dengan karya penyaji.

  “Sektau” karya Elii Dedy Luthan yang di unggah di situs Youtube. Karya ini menceritakan bagaimana suku Dayak dapat berkolaborasi dengan suku Dayak satu dengan lainnya yang berbeda-beda. Dalam karya tersebut Elii Dedy Luthan menggabungkan suku-suku dayak yang berbeda, dalam berbedaan tersebut dapat di gambarkan dengan perbedaan kostum Dayak Kenyah dan melodi sape Dayak Bahau.

  “Hutan Pasir Sunyi” karya Dedy Luthan (2014) yang diunggah di situs Youtube. Karya ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat suku Dayak. Dalam karya tersebut penyaji mendapat inspirasi dimana dalam karya penyaji menggunakan mantram, yang menggambarkan bagaimana suasana Kalimantan, agar penonton merasakan seolah-olah sedang berada di Kalimantan.

  10 Besukaar Tonaar Nataar” Ms Eko (2000) yang di unggah pada 13

  Mei 2011. Karya ini menggambarkan kehidupan seseorang yang merantau di kota lain.

BAB II Proses Penciptaan Karya A. Tahap persiapan Proses penciptaan karya terbagi menjadi 3 bagian, yaitu; Orientasi, observasi, dan eksplorasi.

1. Orientasi

  Dalam karya ini penyusun berorientasi dari kisah kehidupan penyusun yang dibesarkan di Kalimantan, namun berdarah asli Jawa.

  Dengan berbagai refrensi musik tradisi maupun non tradisi (barat), penyusun berupaya menyusun karya musik yang relatif baru dan melibatkan nada-nada diatonik maupun pentatonik tetapi mengacu pada melodi sape ’ dan sindhenan.

  Susunan Karya musik tersebut dituangkan dalam media berbagai alat musik yakni instrumen tiup saluang, sape ’, cak, cuk, gitar bass, gambang, kendang, dan vokal. Penyusun mencoba mengungkapkan melalui pemilihan instrumen tersebut dengan menafsirkan latar belakang dari cerita perjalanan penyusun, serta mengeksplor dari nada-nada diatonis yang ada di instrumen non gamelan yang dikolaborasi dengan nada memunculkan 2 rasa yang berbeda tetapi tetap menarik untuk di dengar dan menjadi sebuah suasana yang dikehendaki. Juga mengeksplorasi gaya tradisi musik sindhenan macapat asmarandana yang dikolaborasi dengan alat musik diatonis.

  2. Observasi

  Dalam karya ini mengenalkan, kisah perjalanan penyusun dengan berbagai perbedaan mulai dari tempat, suku, bahasa, serta latar belakang yang berbeda. Dari perbedaan tersebut dapat dibuat beberapa bagian suasana seperti pada bagian pertama menggambarkan suasana Kalimantan, agar penghayat dapat merasakan, suasana seperti sedang berada di Kalimantan, sedangkan bagian berikutnya menggambarkan penyusun sedang melakukan perjalanan ke pulau Jawa (merantau). Pada bagian akhir menggambarkan gabungan dua perbedaan yang dielaborasi dengan memunculkan satu kesatuan yang menarik.

  3. Eksplorasi

  Teknik garapan, bagian awal membentuk suasana, dan situasi seolah- olah sedang berada di Kalimantan didukung dengan penggunaan mantram yang disertai tiupan instrumen saluang. Selanjutnya dimunculkan lagu sape ’ untuk mengiringi tembang yang cenderung pentatonik, dengan maksud ingin menonjolkan perbedaan. Pada bagian kedua digunakan pola lagu yang sama, tetapi menggunakan ritme yang berbeda, juga menggunakan tembang yang artinya perantauan. Bagian ketiga menggunakan macapat Asmarandana yang disertai dengan instrumen musik lainnya. Terinspirasi dari macapat Asmarandana yang biasa digunakan atau sebagai salah satu materi tembang dalam konvensi karawitan jawa. Selanjutnya dibuat pola melodi lain yang di tonjolkan oleh musik sape ’ sebagai ilustrasi lagu macapat tersebut.

4. Tahap Penggarapan Dunia penciptaan musik tidak lepas dari tindakan penggarapan.

  Garap merupakan usaha untuk merealitaskan ide dan gagasan dari garap seniman musik tentang musiknya sehingga menjadi kesenian yang dapat dinikmati oleh pendengar. Seperti ungkapan Supanggah bahwa :

  “Garap merupakan rangkaian kerja kreatif dari (seorang atau kelompok) pengrawit dalam menyajikan sebuah gendhing atau komposisi karawitan untuk dapat menghasilkan wujud (bunyi), dengan kualitas atau hasil tertentu sesuai dengan maksud, keperluan atau tujuan dari suatu kreativitas dalam (kesenian) tradisi”(2009:4).

  Berangkat dari hal tersebut maka tahap selanjutnya dalam penyajian musik Fusion adala penggarapan. Dalam penggarapan komposisi musik ini, penyusun mengawali dengan menyusun melodi untuk instrumen sape ’ dan vokal/tembang, kemudian instrumen lain juga membuat melodi yang fungsinya sebagai baground atau latar belakang dari lagu sape ’ dan tembang karena yang ditonjolkan dalam karya ini adalah instrumen sape

   dan tembang. Melodi Sape 3 5 6 ! 6 5 6 melodi

  tersebut digunakan sebagai embrio untuk pengembangan keseluruhan garapan komposisi, vokal di ambil dari nada-nada yang terdapat pada Gambang yang menggunakan nada dasar 6.

  Adapun embrio yang digunakan yakni lagu

  “Basukaar Tonaar

Nataar” dan melodi pada sape’. Pada penggarapan karya ini selain

  menciptakan pola-pola baru juga menggunakan pola yang sudah ada tetapi dikembangkan atau dijabarkan sehingga terkesan seperti pola baru.

  Pada bagian vokal didasarkan pada lagu “Basukaar Tonaar Nataar”. lagu “Besukaar Tonaar Nataar” secara konvensional menjadi inspirasi vokal. Walaupun lagu tersebut memiliki syair yang sama hanya pada bagian-bagian ujung cengkok dibedakan, agar tidak sama dengan aslinya.

  Bersamaan dengan penggabungan pola-pola musikal yang terjadi pada lagu tersebut, maka disusun pula bentuk dinamika, keras-lirih serta cepat-lambat tempo sajian. Pertimbangan dinamika sajian komposisi ini agar tidak terkesan monoton. Kemudian batas dari bagian pertama hingga sebagai penghubung perbagian. Melodi atau pola ini tercipta sesuai dengan pikiran penyusun, tetapi tetap diselaraskan dengan nada-nada sebelum atau sesudahnya.

BAB III DESKRIPSI SAJIAN Dari keseluruhan sajian, maka karya musik Fusion dibagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian disajikan secara urut

  dari pertama hingga akhir. Bagian tersebut diuraikan dalam bentuk notasi sebagai berikut:

  

Bagian Pertama

  No Instrumen Notasi Keterangan

  Buka dari kendang di ikuti

  1 Kendhang kjjjIjIjkII I kjIjIjj kII jII j.D j.D j.D D instrumen gambang, sape ’, cak-cuk, gitar bas dengan melalukan pola singkop yang kjIjIkII jII j.D D sama. Di gunakan berulang- ulang masing-masing kIjIkII jII j.D sebanyak dua kali. jDkDD jDkDD jDkII I

  16 gambang _ j33 3 j333 3 5 6 5 3 3

  2 Buka dari kendang di ikuti j33 3 j333 6 5 3 5 6 _ instrumen gambang, sape’, cak-cuk, gitar bas dengan

  _ k3j3kj33 3 5 6 3 melalukan pola singkop yang sama. Di gunakan berulang- ulang masing-masing k3j3kj33 3 6 5 3 _ jk3j3j kj33 3 j55 j66 6 sebanyak dua kali. Cak&Cuk

  _ 3 5 6 ! _ Sape

  _ j33 3 j333 6 5 3 5 6 5 j33 3 j333 3 5 6 5 3 5 _ _ k3j3kj33 3 5 6

  3 k3j3kj33 6 5 3 _ 3 5 6 3 5 6 33 55 66 j33 j33 j33 j33 k3j3k33

  Gambang ! 5 6 ! 5 ! 6 5 ! 17

  Gitar bas _ j33 3 j333 6 5 3 5 6 5 j33 3 j333 3 5 6 5 3 5 _ _ k3j3kj33 3 5 6

  Instrumen Saluang memainkan pola improvisasi pada wilayah nada 6 dan 3 k3j3kj33 6 5 3 _ 3 5 6 3 5 6 33 55 66

  Saluang beberapa saat, lalu masuk mantram.

  _x xxx x x x x x x x x x x x x x x x x x x x xy x x x x x x xx x x x x x x x x x x x x x x x3 _ _x xxx x x x x x x x x x x x x x x xx x x x xy x x x x x x x x x x x x x xx x x x x x x x x x3 _

  Vokal

  Tabeq Pantiiq Papatn Longaan, Umaq ngantikng belaakng olo, Itah kuasa kumang lolak Malemiang ngurai anak

  Gambang 356 356 j356 j356 j356 j65 3 j.6 5 j35 6 j.5 3

  18

  19 Sape

  Vokal Sape

  Gambang Cuk

  _ 3 3 j356 j656 j653 3 3 j212 j212 j123 _ _ . . . . . . @ # . . . . . @ ! 7 Ta-beq pan-ti-iq . . j565 j.3j45j.33 . . . . . . 3 j56 Papatiq papatn longaan maq ngantikng . . 7 7 . jz6c53 j56 . . @ # . . @ # Belaakng o-lo ta-beq ti-nak ti-nak . @ ! 7 . 3 jz5c65 . 3 j454 j.3j45j.33 _ Mantiiq ho ho ho ho hohoho hoho ho _ . . . 3 5 6 ! 6 . 5 3 2 3 5 6 5 . . . 3 5 6 ! 6 5 6 5 3 2 1 2 3 5 3 _

  Setelah mantram, kembali ke intro dan masuk melodi sape’ dan tembang di mana teks pada vokal tersebut diartikan sebagai pembuka atau mengawali. Vokal di ulang dua kali namun pada bagian kedua vokal menggunakan teks.

  _Dj kID kIjDkII j.kII jII Kendang

  Dj kID kIjDkII j.kII jII_ Pola kendang dipakai pada saat lagu perantauan di bait jDD . jDD .D jDj kDD pertama, dengan tempo yang lambat

  . . j.3 3 z5c6 z5x6c! z@x#c@ Su kaar To na ar

  Vokal @ # @ z!c6 Ki riw na tar

  Pola udhu ini dipakai pada saat lagu perantauan bait ke 2 3 3 z5c6 5 z6c! z@c# z@x!c6 dan seterusnya Nonar mu ngih Ba no naar 5 6 ! z5c6 Belupm pakatn

  . . j.3 3 z5c6 z5x6c! z@x#c@ Belayar Be rah atn @ @ # @ z!c6 20 Ja Benua Bel le 3 3 3 3 z5c6 5 jz.x6c! Re ke, mahah Bar e ke 3 3 5 3 2 1 Tiah Uluth belle

  Pada bagian intro pola Reff:

  ! @ # @ ! 6 5 3 kendang menggunkan tempo yang lebih cepat di

  Lingooq Bejunang Lingooq bandingkan bait pertama. 3 5 6 5 jk3j56 5 3 Encoq eteq kampukng kabatn ! @ # @ ! 6 z5c3 Asakng, Hajaq a sa kng 3 3 5 6 5 jk3j56 5 3 Mere ke Tonaar, Kahfq likut tonaar . . j.3 3 z5c6 z5x6c! z@x#c@ Asakng per akng asakng

  21

  @ @ # # @ z!c6 Ki nu Talutn Tanaaq

  Pada bagian intro pola 3 3 z5c6 5 z6c! z@c# z@x!c6 kendang menggunkan tempo

  Si nu, pa nai pen tog ath yang lebih cepat di bandingkan bait pertama. 3 3 5 3 2 1 Diraaq tengejatn _ Dj kID j.kID j.I jIkII

  Udhu Dj kID j.kID j.I jDkDI _

  22

  

Bagian Kedua

  Instrumen Keterangan

  No Notasi

  4 Vokal 6 7 @ @ @ @ @ @ Wus a- doh la- ku ku i- ki

  Bagian vokal ini disajikan @ @ @ # @ 7 6 7 secara tunggal yang dimana Ngung-kur-ke gu-nung sa- mo-dra menggambarkan jawanya.

  6 5 3 7 6 5, z#x@c7 z6x7x5x.x6c5 Tu-me- ka ing ku-tha ra- ja 2 z3c5 5 5 5 5, z5x6c7 z6x.c5 sa-lam-ba tan sa-nak mi- tra 3 z5x6c5 z3c2 3 4, z4c2 z4x.x3x.x2x3c2 Raos ge- ter mi-ris bu- ngah 7 2 2 2 3 z5x.x6x5x3x5x6c7 z3x2xucy zux2x3x.x2ccu Nya-wi- ji da-di pa ngu- rung 23

  5 5 z5x6c5 z3c2, 3 4 z4c2 z4x.x3x2x3x.c2 Te-kad ku bi- sa sam- ba- da

  Instrumen sape’ tetap _ . . . 6 . . . 6 . . . . . ! 6 5

  Sape menggunakan notasi kepatihan, karna wilayah nada yang dimainkan sape ’

  . 6 j235 . 6 j235 . 6 j235 . 3 2 3 yakni laras pelog dan slendro hampir selaras dengan 1 . . y . . t y . . . . . . . . gambang hanya aja karakternya tetap seperti

  . . . 6 . . . 6 . . . . . 5 6 ! instrumen sape ’ pada umumnya. Wilayah nada

  sape ’ sudah dicampur dengan

  . @ j56! . @ j56! . @ j56! . 6 5 6 beberapa nada seperti 6 ! 3 3 . . 2 . . 1 2 . . . . . . . .

  4 7 . 3 . 5 . 6 . ! . # j6!@ . # j6!j@#

  24 j35j56j6!! . 5 . 6 . . . . . . . .

  Instrumen sape’ tetap menggunakan notasi kepatihan, karna wilayah

  . 3 . 5 . 6 . ! . # j6!@ . # j6!j@# nada yang dimainkan

  sape’

  yakni laras pelog dan slendro j35j56j6!! . 6 . 5 . . . . . . . . _ hampir selaras dengan gambang hanya aja karakternya tetap seperti instrumen sape’ pada umumnya. Wilayah nada

  Cak

  sape’ sudah dicampur dengan

  _ 3 5 6 ! 3 5 6 ! 3 5 6 ! _ beberapa nada seperti 6 ! 3 Cuk 3 5 6 5 3 3

  25

  

Bagian Ketiga

  No Instrumen Notasi

  Keterangan

  6 _ . B . B . B jBBB . B . B . B jBBB _

  Kendang Bagian ini disajikaan berulang-ulang sebanyak 4 kali dan pada bagian ke tiga

  Sape _ . @ j@6! j6!2 j@6! . @ j@6! j6!2 j@6! _ melambat dan lama-lama menghilang, kemudian vokal tunggal masuk dan setelah 2 bait lalu disaut dengan

  7 Vokal instrumen sape ’. Di sinilah 6 7 @ @ @ @ @ @ terjadi perbaduan dua gaya

  Tan kra-os wus ka-wan war-si musikal yang berbeda tetapi menjadi harmoni yang enak

  @ @ @ # @ 7 6 7 di dengar. De-du-nung ku-lon be- nga-wan 6 5 3 7 6 5, z#x@c7 z6x7x5x.x6c5 Jen- jem je-nak kar-yo su- ka

  26

  2 z3c5 5 5 5 5, z5x6c7 z6x.c5

  Bagian ini disajikaan Ngu-di ka wruh- ing bu- da- ya berulang-ulang sebanyak 4 kali dan pada bagian ke tiga 3 z5x6c5 z3c2 3 4, z4c2 z4x.x3x.x2x3c2 melambat dan lirih dan

  Ne-cep sa- ri- ning ka- gu- nan lama-lama menghilang, kemudian vokal tunggal masuk dan setelah 2 bait lalu

  7 2 2 2 3 z5x.x6x5x3x5x6c7 z3x2xucy zux2x3x.x2ccu disaut dengan instrumen sape ’. Di sinilah terjadi

  Tu- tug pa-ngu-di- ning ngel- mu perbaduan dua gaya musikal yang berbeda tetapi menjadi 5 5 z5x6c5 z3c2, 3 4 z4c2 z4x.x3x2x3x.c2 harmoni yang enak di

  Wang-sul- o pan mak-sih e- wa dengar.

  _ 3 3 j356 j656 j653 3 3 j212 j212 j123 _ Sape

  . 5 . 3 . 5 . 3 5 3 5 3 . . . 3

  27

BAB IV PENUTUP Karya komposisi Fusion di latar belakangi kehidupan pribadi

  penyusun yang berdarah asli Jawa namun lahir dan besar di pulau Kalimantan kemudian kembali ke tanah Jawa untuk melanjutkan pendidikan di bidang seni Karawitan Jawa. Dalam proses perjalanan kehidupan penyusun melalui beberapa perpindahan dengan latar belakang yang berbeda. Hal lain dalam proses tersebut adalah unsur edukasi seperti tercermin pada pentingnya “perbedaan” dan dalam perbedaan dapat menjadi satu kesatuan yang menarik.

  Setelah mengalami serangkaian proses untuk mewujudkan karya ini, akhirnya Fusion dapat dipentaskan di gedung Teater Besar Institut Seni Indonesi Surakarta. Keberhasilan dalam proses tersebut adalah hasil kerja sama antara penyusun dengan pendukung. Adapun pementasan yang dilaksanakan tersebut terkait dengan tahap untuk tugas akhir guna mencapai gelar Sarjana Seni setrata satu di Institut Seni Indonesia Surakarta.

  Terlepas dari persyaratan yang sangat formal tersebut, penciptaan karya ini adalah bagian titian proses dari penyaji sendiri untuk membuat karya seni. Titian proses tersebut akan sangat berguna untuk membekali penyusun dalam berkesenian di dunia luar kampus dikemudian hari.

  Disamping itu, penciptaan karya komposisi musik Fusion sekaligus juga sebagai semangat untuk menyatukan sebuah perbedaan yang umumnya di anggap tidak dapat di persatukan.

  Kandungan nilai dan manfaat yang terdapat dari karya ini, dapat di simpulkan bahwa sebuah perbedaan itu sangat menarik jika kita dapat mengubah menjadi suatu yang dapat dicontoh dalam sisi baiknya. Melalui karya Fusion ini kiranya dapat digunakan sebagai sebuah pembelajaran yang positif dalam melakukan aktivitas kehidupan. Seperti halnya latar belakang yang sangat berbeda yang akhirnya mampu menjadi sumber utama sebuah penyatuan.

  DAFTAR ACUAN Daftar Pustaka

  Hardjana, Suka. Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cikini Raya

  73 Jakarta : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dan Taman Ismail Marzuki, 2003. Hardjana, Suka. Esai dan Kritik Musik. Yogyakarta: Galang Press (Anggota IKAPI), 2004. Rais El Heppy. Kamus Ilmiah Populer. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012. Supanggah, Rahayu. Bothekan Karawitan II. Surakarta: Garap, Ed. Waridi, ISI Pers: , 2009. Supanggah, Rahayu. Bothekan Karawitan II. Surakarta: Garap, Ed. Waridi, ISI Pers:, 2007.

  

Webtografi

  www. Arti. Definisi.com/fusion yahomey.com www.internetdict.com

  

Diskografi

  Video Youtobe “Sektau” karya Elii Dedy Luthan Video Youtobe “Latar Jembar” karya Elii Dedy Luthan Video Youtobe “Hutan Pasir Sunyi” karya Dedy Luthan (2014) Video Youtobe

  besukaar Tonaar Nataar” MsEko2000 yang di unggah pada 13 mei 2011.

  

Narasumber

  Yogi Kandala Masdarin (19 Tahun), pemain sape di Kutai Barat Kalimantan Timur. Mama Aris (40 Tahun), penari di desa Pampang Samarinda Utara Kalimantan Timur.

  

GLOSARIUM

  Sape’ : alat musik khas Kalimantan yang cara memainkan dipetik seperti gitar

  Garap : tindakan kreatif seniman untuk mewujudkan gending dalam bentuk penyajian yang dapatdinikmati

  Sukaar Tonaar : ukuran awal Kiriw Natar : dari pinggir halaman Nonar mungih banonaar : mengawali memanglah mengawali Belupm pakatn : kehidupan Belayar berahatn : belayar merantau Ja benua bele : kedaerah lain Reke mahah bareke : supaya agar supaya Tiahuluth belee : seperti orang lain Lingooq bejunang lingooq : rindu teramat rindu Encoq eteq kampukng kabatn : jauh dari kampung halaman Asakng hajaq asakng : hati besar hati Mereke tonaar kahfq likut tonaar : semoga awal tidak lupa awal Asakng perakng asakng : hati panas hati

  Kinu talutn tanaaq : susah payah merawat hutan dan tanah Sinu panai pentogatn : tetapi demi ilmu pengetahuan Diraaq tengejatn : masilah di tuntut di tempat jauh