ARAHAN SPASIAL TEKNOLOGI DRAINASE UNTUK MEREDUKSI GENANGAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI WATU BAGIAN HILIR

Ruang lingkup wilayah

Pembatasan ruang lingkup wilayah dilakukan untuk memfokuskan lokasi studi, berkaitan dengan keterbatasan waktu kajian. Wilayah studi yang dipilih adalah sub Daerah Aliran Sungai Watu bagian Hilir yakni Sub DAS Watu yang masuk dalam sebagian wilayah Kelurahan Bandungrejosari dan Kelurahan Bakalankrajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Sub DAS Watu merupakan salah satu unit Daerah Aliran Sungai Metro. Sungai Metro merupakan sungai orde

2 dari Sungai Brantas. Orientasi lokasi studi disajikan pada Gambar 1 – Gambar 4.

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbangun

Ketersediaan ruang adalah tidak tak terbatas. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, ke-

Gambar 3. Sub DAS Watu

mungkinan besar terdapat pemborosan manfaat ru-

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

c. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drai- nase,

d. Perencanaan sistem pengendalian banjir ti- dak tepat,

e. Penurunan tanah,

f. Tidak berfungsinya sistem drainase lahan,

g. Bendung dan bangunan air,

h. Kerusakan bangunan pengendali banjir.

2. Sebab alami:

a. Erosi dan sedimentasi,

b. Curah hujan,

c. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai,

Gambar 4. Sub DAS Watu Bagian Hilir

d. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai,

ang dan penurunan kualitas ruang. Oleh karena itu,

e. Pengaruh air pasang, diperlukan penataan ruang untuk mengatur peman-

f. Penurunan tanah,

faatannya berdasarkan besaran, jenis kegiatan, fungsi

g. Drainase lahan.

lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan (Ano- nim, 2007: 5).

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab uta- Di wilayah perkotaan, ruang terbagi atas Ruang

ma banjir dibandingkan dengan yang lainnya (Kodo- terbuka dan Ruang terbangun. Ruang terbuka yakni

atie dan Roestam Sjarief, 2005: 73). lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan atau de-

Terdapat 2 (dua) pendekatan dalam pengenda- ngan jarak bangunan yang saling berjauhan, dan da-

lian banjir dan genangan air (Anonim, 2003: 3-1): pat berupa pertamanan, tempat olah raga, tempat

1. Pengendalian Struktural (Pengendalian terhadap bermain anak-anak, pekuburan, serta daerah hijau

banjir)

pada umumnya (Kamus Tata Ruang, 1998: 94). Dilakukan melalui kegiatan rekayasa teknis, ter- Tata guna tanah di perkotaan pada umumnya

utama dalam penyediaan prasarana dan sarana terdiri dari dua jenis penggunaan (Jayadinata, 1992:

serta penanggulangan banjir. 23), yaitu sebagai berikut:

2. Pengendalian Non Struktural (Pengendalian ter-

1. Kawasan terbangun, yaitu kawasan atau area hadap Pemanfaatan Ruang) yang telah terisi oleh bangunan fisik seperti pe-

Dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang rumahan, fasilitas umum dan sosial, serta pra-

terjadi akibat bencana banjir, baik korban jiwa sarana kota lainnya.

maupun materi, yang dilakukan melalui penge-

2. Kawasan tidak terbangun, yaitu kawasan atau lolaan daerah pengaliran, pengelolaan kawasan area yang belum mendapatkan perlakuan fisik,

banjir, flood proofing, penataan sistem permu- berupa lahan kosong, ruang terbuka hijau, per-

kiman, sistem peringatan dini, mekanisme per- tanian, dan lain sebagainya.

ijinan, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pembatasan (limitasi) pemanfatan lahan

Banjir dan Genangan

dalam rangka mempertahankan keseimbangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poer-

ekosistem.

wadarminta, 1990: 313), Genangan berasal dari kata “genang” yang artinya terhenti mengalir. Sehingga

Daerah Aliran Sungai (DAS) /

pengertian genangan air adalah air yang berhenti

Daerah Pengaliran Sungai (DPS)

mengalir pada suatu area tertentu yang bukan me- Daerah Aliran Sungai menurut Undang-Undang rupakan badan air atau tempat air. Namun demikian

No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (2004: bagi masyarakat secara umum, baik genangan mau-

8) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan pun banjir disamaratakan istilahnya sebagai banjir.

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai- Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi

nya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan diakibatkan antara lain oleh sebab-sebab berikut ini

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke da- (Kodoatie dan Roestam Sjarief, 2005: 71):

nau atau ke laut secara alami, yang batas di darat

1. Sebab pengaruh tindakan manusia: merupakan pemisah topografis dan batas di laut sam-

a. Perubahan tata guna lahan (land use), pai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh

b. Pembuangan sampah,

aktivitas daratan.

Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258–276

Definisi lain yaitu suatu daerah tertentu yang Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga

keseimbangan air secara global di bumi. Siklus ini merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-

juga menunjukkan semua hal yang berhubungan de- anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam

ngan air (Kodoatie dan Roestam Sjarief, 2005: 8). fungsinya menampung air yang berasal dari air hujan

Dengan perkembangan suatu wilayah atau kawasan, dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanan-

terutama perkotaan, tidak dapat dihindari adanya pem- nya serta pengalirannya dihimpun dan ditata berda-

bangunan yang apabila tidak dilaksanakan secara ter- sarkan hukum-hukum alam sekelilingnya demi ke-

padu dan meyeluruh (terintegrasi dan holistik) akan seimbangan daerah tersebut; daerah sekitar sungai,

mempengaruhi proses-proses alami dalam siklus hi- meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan

drologi yang akhirnya menyebabkan terganggunya tempat sumber air dan semua curahan air hujan yang

keseimbangan hidrologi.

mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara Di dalam hidrologi perkotaan, pengaruh urbani- sungai. Ada yang menyebut dengan Daerah Peng-

sasi dan perubahan penggunaan lahan berperan pen- aliran Sungai (DPS) dan Daerah Tangkapan Air

ting. Aspek-aspek urbanisasi yang berpengaruh ter- (DTA). Dalam istilah bahasa Inggris juga ada bebe-

hadap proses hidrologi perkotaan adalah (1) mening- rapa macam istilah, yaitu Catchment Area, Water-

katnya kepadatan penduduk, dan (2) meningkatnya shed , atau River Basin.

kepadatan bangunan di daerah perkotaan (Liong, 1991 Sedangkan menurut Asdak (1995: 4), Daerah

dalam Anwar 2002).

Pengaliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung

Kemampuan Resap Air Hujan

gunung yang menampung dan menyimpan air hujan Resapan air dalam tanah ialah suatu proses pe- untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui su-

nambahan jumlah air ke dalam ruang di antara butir ngai utama. DAS berfungsi menampung, menyimpan,

tanah yang kosong sehingga jenuh air melalui proses dan mengalirkan air (hujan) sehingga untuk keseim-

infiltrasi dan perkolasi (Anonim, 2004: II-7). Infiltrasi bangan hidrologis memerlukan daerah yang berfung-

adalah perjalanan air ke dalam tanah sebagai akibat si: resapan air, kontrol erosi dan limpasan permukaan.

gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi Jadi Daerah Pengaliran sebuah sungai adalah

(gerakan air ke arah vertikal). Setelah keadaan jenuh daerah tempat presipitasi (hujan) mengkonsentrasi

pada lapisan tanah bagian atas terlampaui, sebagian ke sungai (Sosrodarsono dan Kensaku Takeda, 1999:

dari air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam 169).

sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal se- bagai proses Perkolasi (Asdak, 1995: 212). Laju

Hidrologi Perkotaan

maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dina- Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di per-

makan kapasitas infiltrasi, yang mana terjadi ketika mukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidro-

intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam logi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke at-

menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila in- mosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali

tensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, lagi ke laut yang tidak pernah habis, air akan tertahan

maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. (sementara) di sungai, danau/waduk, dalam tanah

Proses infiltrasi melibatkan tiga proses yang sa- sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau

ling tidak tergantung, namun saling terkait (Asdak, makhluk lain (Asdak, 1995: 7).

1995: 213), yakni: (1). Proses masuknya air hujan melalui pori-pori per-

mukaan tanah (2). Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah (3). Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain

(bawah, samping, dan atas) Jadi infiltrasi adalah unsur dalam siklus hidrologi

yang membawa air meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah. Apabila tanah tertutup oleh la- pisan yang kedap air, maka air hujan yang jatuh akan

Gambar 5. Siklus hidrologi

langsung melimpas. Hal ini menunjukkan bila dalam

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

suatu hamparan lahan yang tadinya tanah kosong atau tanah bervegetasi berubah menjadi lahan yang diisi bangunan, maka kemampuan resap air hujan di kawasan tersebut berkurang, dan limpasan permu- kaan bertambah.

Sunarto (1985) dalam Susilawati (2000: 19) menggunakan formula perhitungan jumlah air yang meresap ke dalam suatu kawasan sebagai berikut:

fH βA

I  a  (1)

1000 dimana:

I a = imbuhan alami (sebelum terjadi perubahan

fungsi lahan) (m 3 /tahun)

Gambar 6. Peningkatan debit puncak akibat perubahan

f = angka koefisien resapan

tata guna lahan

H = curah hujan tahunan (mm)

Perubahan tata guna lahan memberikan kontri- busi dominan kepada aliran permukaan (run off). Dalam rumus di atas luas kawasan adalah A

ßA = luas kawasan terbuka (m 2 )

Hujan yang jatuh ke tanah, airnya akan menjadi aliran m 2 , bagian berupa atap bangunan (yang akan me-

permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke nangkap air hujan untuk diresapkan) mempunyai luas

dalam tanah tergantung kondisi tanahnya. sebesar A m 2 , yang mana  merupakan persentase

Faktor penutup lahan akan cukup signifikan da- terhadap luasan A tersebut. Bagian yang terbuka (ti-

lam pengurangan ataupun peningkatan aliran permu- dak dilakukan penyemenan) dimana air hujan dapat

kaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup meresap secara alami mempunyai luasan sebesar

lahan yang tinggi, sehingga apabila hujan turun ke A m 2 . Sisa seluas (100% - ) tidak dapat diresapi wilayah tersebut, faktor penutup lahan ini akan sa-

oleh air. ngat memperlambat kecepatan aliran permukaan, Daya resap air suatu area tergantung dari be-

bahkan bisa terjadi kecepatannya mendekati nol (0). berapa faktor antara lain ialah Jenis tanah, Kelereng-

an tanah, Jenis tutupan lahan, Intensitas dan durasi curah hujan. Dari berbagai hal yang berpengaruh da- lam perhitungan daya resap air itu, maka faktor jenis tutupan lahan dan faktor kemiringan lahan yang mem- punyai pengaruh cukup besar. Pengaruh tersebut di dalam rumus Sunarto (1985) dalam Susilawati (2000:

19) direpresentasikan dalam parameter f (koefisien resapan). Besarnya koefisien f adalah

f =1 – c

Gambar 7. Ilustrasi perubahan debit akibat perubahan tata guna lahan (Kodoatie, 2005: 76)

dimana:

c = koefisien limpasan (run off) yang harganya Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan tergantung dari jenis pengunaan lahan dan dinyatakan dalam koefisien aliran permukaan (c), ya- kelerengan lahan (sebagaimana Tabel 2.3) itu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara

besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan.

Limpasan Permukaan

Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan sa- Bilamana curah hujan mencapai permukaan ta-

lah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu nah, maka seluruh atau sebagiannya akan meresap DAS. Nilai c berkisar antara 0 sampai 1. Nilai c = 0 ke dalam tanah. Bagian yang tidak teresap akan men- menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi jadi limpasan permukaan (surface run off) (Sosro-

dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai darsono, 1999: 71).

c = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab

sebagai aliran permukaan.

utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya. Se- Untuk memperkirakan volume aliran permukaan, cara kuantitatif pengaruh perubahan tata guna lahan digunakan metode Rasional, dengan bentuk persa-

ditunjukkan dalam gambar 6 (Kodoatie, 2005: 74) maan matematika adalah (Suripin, 2004: 79):

Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258–276

Q p  0,002778  C  I  A (3)

Pengelolaan Air Hujan

Untuk mendapatkan solusi pengendalian banjir Dimana:

Q p = laju aliran permukaan (debit) puncak (m 3 /

perlu perubahan referensi. Referensi lama yang

mengkaitkan banjir kota dengan drainase kota ter- detik) nyata tidak menyelesaikan masalah secara menye-

C = koefisien limpasan permukaan (0  C  1) luruh. Referensi baru yang diperkenalkan oleh Tri-

I = intensitas hujan (mm/jam) weko (2000) adalah pengendalian banjir dengan pe-

A = luas DAS (Ha) ngelolaan air hujan. Sebelum air hujan melimpas ke

saluran drainase atau ke badan jalan, air hujan ter- Penggunaan rumus Rasional untuk tata guna sebut dikelola dengan teknik tertentu sehingga tidak lahan tidak homogen adalah (Suripin, 2004: 82): menjadi limpasan permukaan.

Q p  0 , 002778  I   C i A i

Prinsip dari pengelolaan air hujan tersebut adalah

i  1 setiap pemilik lahan bertanggung jawab terhadap air Dimana:

hujan yang jatuh di atas lahan mereka. Usaha yang

C i = koefisien aliran permukaan jenis penutup harus dilakukan adalah mengatur limpasan air hujan tanah i

yang keluar dari lahan agar tidak melebihi debit mak-

A i = luas lahan dengan jenis penutup tanah i simum sebelum lahan tersebut dibangun. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun sumur resapan, mem-

Tata Ruang

bangun daerah resapan (percolation basin) pada Tata Ruang adalah pengaturan ruang berdasar-

halaman yang menggunakan perkerasan kedap air kan berbagai fungsi dan kepentingan tertentu, dengan

atau menggunakan perkerasan lolos air (paving perkataan lain, pengaturan tempat bagi berbagai ke-

Block atau grass block). Strategi ini merupakan giatan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan semua

upaya memperbesar resapan air hujan ke dalam ta- pihak secara adil, menghindari persengketaan serta

nah dan memperkecil aliran permukaan sebagai pe- menjamin kelestarian lingkungan dibutuhkan proses

nyebab banjir.

yang dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 di- Penyelesaian banjir kota dengan paradigma drai- sebut penataan ruang (www.cifor.cfiar.org).

nase perkotaan perlu digeser dengan paradigma pe- Penataan ruang sebagai proses perencanaan ta-

ngelolaan air hujan (stormwater management). Per- ta ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pe-

geseran paradigma lama dan paradigma baru dides- manfaatan ruang merupakan satu kesatuan sistem

kripsikan pada Tabel 1.

yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya

Sumur Resapan Individual

(Anonim, 2007: 6). Sumur Resapan Air Hujan adalah prasarana un- Rencana tata ruang berisi kebijakan pokok pe-

manfaatan ruang berupa struktur dan pola peman- tuk menampung dan meresapkan air ke dalam tanah. faatan ruang dalam kurun waktu tertentu. Struktur

Air hujan yang ditampung dan diresapkan, berasal ruang dibentuk untuk mewujudkan susunan dan ta-

dari bidang tanah, atap bangunan dan permukaan ta- nah yang dikedapkan untuk menjaga keseimbangan

tanan pusat-pusat permukiman yang secara hirarkis sistem tata air di lingkungan permukiman. Sumur re- dan fungsional saling berhubungan. Sedangkan pola

pemanfaatan ruang disusun untuk mewujudkan ke- sapan hanya menampung air hujan, bukan air limbah. serasian dan keselarasan pemanfaatan ruang bagi

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang kegiatan budidaya dan non budidaya (lindung), yang

pada permukaan tanah yang dibuat untuk menam- pung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah.

meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka dan tata guna sumber daya alam lainnya (Anonim,

2007: 32). air tanah (Kusnaedi, 2000: 1). Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program

Tujuan utama dari sumur resapan ini adalah kegiatan pelaksanaan pembangunan yang meman-

memperbesar masuknya air ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Dengan demikian, air akan

faatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang di dalam rencana tata ruang (Anonim, 2007: 34).

Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang mengalir sebagai aliran permukaan (run off). Se- diselenggarakan melalui kegiatan:

makin banyak air yang mengalir ke dalam tanah ber-

a. Perijinan terhadap pemanfaatan ruang arti akan banyak tersimpan air tanah di bawah per- mukaan bumi. Air tersebut dapat dimanfaatkan kem-

b. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang

bali melalui sumur-sumur.

c. Penertiban terhadap pemanfaatan ruang

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

Tabel 1. Paradigma lama dan baru dalam penyelesaian banjir perkotaan

No . Paradigma Lama Paradigma Baru 1. Air hujan merupakan bencana, jadi harus segera

Air hujan merupakan rahmat, jadi harus dikelola dibuang agar tidak menimbulkan genangan

dengan baik. T erjadinya genangan memang harus dihindari, tetapi tidak berarti bahwa air hujan harus dibuan.

2. Untuk itu dibangun saluran drainase untuk Untuk itu selain sistem saluran drainase juga pembuang air hujan

dibangun kolam penahan untuk mengendalikan aliran air hujan.

3. Titik pusat perhatian terletak pada daerah yang Cakrawala pendangan melip uti Daerah Aliran Sungai dilindungi, dampak permasalahn sebelah hilir

(DA S). Penyelesaian masalah air hujan di sebelah tidak dipikirkan

hulu jangan sampai menimbulkan masalah di sebelah hilir.

4. Ruang lingkup permasalahan hanya terbatas pada Ruang lingkup permasalahan tidak hanya terbatas aspek kuantitas air saja

pada kuantitas air, tetapi juga pada asp ek kualitas air. 5. Penyelesaian asalah secara partial, terbatas pada

Penyelesaian masalah secara terpadu selain usaha untuk menghindari genangan

menghindari genangan juga memikirkan kelestarian sumber daya air.

Sumber: Triweko dalam Mukhori (2001: 28) Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan

dan menampung air hujan ke dalam lubang atau su- mur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permu- kaan tanah lebih lama sehingga sedikit air dapat me- resap ke dalam tanah.

Gambar 9. Tata letak sumur resapan (Kusnaedi, 2000:

Gambar 8. Prinsip kerja sumur resapan penampungan

Sumur resapan yang dapat diterapkan di perko-

air hujan (Kusnaedi, 2000: 6)

taan dapat berupa sumur resapan individual dan ko- lektif (Kusnaedi, 2000: 12). Sumur resapan individual

Tabel 2. Jarak minimal sumur resapan dengan bangu-

adalah sumur resapan yang dibuat secara pribadi un-

tuk masing-masing rumah. Biaya pembuatan dan pe- Kondisi yang ada

nan lainnya

Jarak minimal

meliharaan diserahkan kepada pemiliknya. Letak su-

dengan sumur

mur resapan harus memperhatikan keadaan lingkung-

an setempat. Dengan demikian sumur resapan akan Bangunan/bangunan

resapan (m)

berfungsi dengan baik tanpa menimbulkan dampak Batas pemilikan

10.50 baru bagi kepentingan lainnya (Kusnaedi, 2000: 13). Aliran air (sungai)

Sumur air minum

Pipa air minum

Sumur Resapan Kolektif

Jalan

Sumur resapan kolektif adalah sumur resapan Pohon besar

yang dibangun secara bersama-sama dalam satu ka- Sumber: Kusnaedi, 2000: 13 wasan tertentu. Sumur resapan ini dapat dibuat per sepuluh rumah, per blok, satu RT, atau satu kawasan

Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258–276

Gambar 12 Ilustrasi Model Sumur resapan dalam (Kusnaedi, 2000: 30)

Gambar 10 Ilustrasi Sumur resapan individual

(3). Parit berorak, bila kedalaman muka air tanahnya

(Kusnaedi, 2000: 20)

dangkal (< 5 m) dan ketersediaan lahannya sem- pit.

permukiman. Model yang bisa diterapkan di antara- nya: (1). Kolam resapan, bila kedalaman muka air tanah-

nya dangkal (< 5 m) dan ketersediaan lahannya luas.

Gambar 13 Ilustrasi Model Parit berorak (Kusnaedi, 2000: 31)

Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang

Saluran air hujan pracetak berlubang adalah sa- luran air hujan yang dibuat dari bahan beton bertulang dengan sistem pracetak dan diberi lubang pada dasar saluran. Fungsinya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air dan meresapkan sebagian air hujan. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan sistem tata air di lingkungan permukiman. Air yang mengalir ke saluran resapan adalah air hujan, bukan air limbah.

Gambar 11. Ilustrasi Model Kolam resapan (Kusnaedi,

Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan menggambarkan persen- tase lahan yang tertutup bangunan (land coverage)

(2). Sumur dalam, bila kedalaman muka air tanahnya dalam (> 5 m) dan ketersediaan lahannya sempit.

pada suatu lingkungan/bagian kota. Biasa diistilahkan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau Bu- ilding Coverage Ratio (BCR) .

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain ), saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-go- rong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pin- tu-pintu air, bangunan terjun, kolam tandon dan stasiun pompa. Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya un- tuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air penerima, biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004:8)

Sampai saat ini perancangan drainase didasar- kan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka diperlukan suatu perancangan drainase yang berfilosofi bukan saja

Gambar 14 Saluran air hujan pracetak berlubang

aman terhadap genangan tapi juga sekaligus berasas

terpasang di lingkungan permukiman

pada konservasi air (Sunjoto,1987:4). Drainase Ramah Lingkungan atau Eko-drainase

Kepadatan bangunan dinyatakan dengan Koe- adalah pengelolaan drainase yang tidak menimbulkan fisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu merupakan koe-

dampak yang merugikan bagi lingkungan. Drainase fisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan

ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya me- terhadap luas persil/kaveling/blok peruntukan, atau

ngelola kelebihan air dengan cara sebesar-besarnya angka perbandingan luas lahan yang tertutup bangun-

diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau an dan bangunan-bangunan dalam tiap petak perun-

mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui ka- tukan dibanding dengan luas petak peruntukan.

pasitas sungai sebelumnya. Dalam drainase ramah Luas Bangunan lingkungan, justru kelebihan air pada musim hujan

BCR  KDB 

x 100%

Luas lahan harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan meresap

Drainase

ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu di-

tanah untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep alirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan sa-

ini sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis dengan luran yang dapat menampung air hujan yang mengalir

perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di Indonesia. Konsepnya adalah mengelola

di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sis-

limpasan permukaan dengan cara mengembangkan tem yang paling kecil juga dihubungkan dengan sa-

fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fung- luran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan

sinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak

menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004:231). Pola tersebut adalah:

limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses tersebut di atas

a. Pola detensi (menampung air sementara), mi- yang disebut dengan sistem drainase (Kodoatie, 2010:

salnya dengan membuat kolam penampungan, 95).

b. Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan Bagian infrastruktur (sistem drainase) dapat di-

membuat sumur resapan, saluran resapan, bi- dang resapan atau kolam resapan.

definisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang ke- lebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga

Tata Ruang Air

lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari Tata ruang air adalah bagaimana menata ruang hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran

daratan dengan memberikan tempat yang semesti-

Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258–276

nya bagi air untuk dapat masuk secara maksimal ke ran-saran tindakan berupa alternative untuk meng- dalam tanah melalui proses infiltrasi. Dengan demi-

atasi, memperbaiki, dan menyelesaikan masalah yang kian kapasitas run off air menjadi minimal. Untuk

diteliti.

mencapai hal ini maka bidang resapan air baik di Tugas-tugas penelitian terapan bila dihubungkan hulu dan hilir harus memadai. Bidang resapan air di

dengan tugas-tugas penelitian sebagai kegiatan ilmiah, bagian hulu yang paling baik adalah apabila fungsi

dapat dipilah sebagai berikut (Nawawi, 2005: 29): kawasan hutan dapat maksimal. Artinya, luas ka-

1. Tugas Eksplenatif (Explanation) wasan hutan yang ada harus dapat menampung se-

Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan kon- besar-besarnya jumlah hujan yang turun. Sedangkan

disi masalah yang dihadapinya. di bagian hilir, cara yang banyak dilakukan adalah

2. Tugas Prediktif (Prediction) dengan memaksimalkan luas dan fungsi hutan kota,

Kemampuan memperkirakan sesuatu yang akan ruang terbuka hijau publik maupun perorangan serta

terjadi, jika ada atau tidak adanya suatu gejala bidang resapan lainnya (http://www.pu.go.id/isu

tertentu.

strategis/view/21)

3. Tugas Kontrol (Control) Hal lain yang mendasar harus dipertimbangkan

Dilakukan berupa penyusunan implementasi dan dalam tata ruang air adalah dengan memahami bah-

saran-saran tindakan, dalam mengatur gejala- wa air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah

gejala tertentu, agar masalah yang dihadapi dapat dan air membutuhkan jalan (saluran) baik sistem ala-

diatasi.

mi (sungai, anak sungai) maupun saluran buatan (sa- luran drainase). Saluran-saluran tersebut harus dapat

Studi ini termasuk dalam jenis penelitian terapan dilalui air dengan kapasitas maksimal sepanjang

sebagai penelitian deskriptif. Masalah terapan yang tahun.

diteliti berkaitan dengan fenomena makin meluasnya Kodoatie (2010:18) mendefinisikan tata ruang

ruang terbangun yang mengindikasikan makin meluas air sebagai wujud struktur ruang air dan pola ruang

pula genangan di lokasi studi, yang secara logika ka- air. Struktur ruang air adalah susunan pusat-pusat

rena tidak diindahkannya hak air untuk meresap ke sumber daya air dan sistem infrastruktur keairan yang

dalam tanah menjadi imbuhan alami bagi simpanan berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

air tanah sebagai fungsi konservasi air. masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang air adalah distribusi peruntukan

Metode Penelitian

ruang air dalam suatu wilayah. Peruntukan ruang Metode merupakan cara, sedang kebenaran dibagi dua yaitu untuk fungsi lindung sumber daya

yang akan diungkapkan adalah tujuan. Penggunaan air (daerah konservasi) dan untuk fungsi budi daya

metode dimaksudkan agar kebenaran yang diung- sumber daya air (pendayagunaan sumber daya air).

kapkan benar-benar dibentengi dengan bukti ilmiah yang kuat. Oleh karena itu metode dapat diartikan

METODOLOGI PENELITIAN

sebagai prosedur atau rangkaian cara yang sistematik

Jenis Penelitian dalam mengggali kebenaran ilmiah (Nawawi, 2005:

Penelitian merupakan pekerjaan ilmiah yang ha- rus dilakukan secara sistematis, teratur dan tertib,

Metode yang digunakan dalam membahas studi baik mengenai prosedurnya maupun dalam proses

ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

berpikir tentang materinya (Nawawi, 2005: 1). Sifat diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan kea- ilmiah menitikberatkan kegiatan penelitian sebagai daan objek penelitian pada saat sekarang berdasar- usaha menemukan kebenaran yang objektif. Kebe-

naran itu dapat berbentuk hasil pemecahan masalah kan fakta-fakta yang tampak. atau pengujian hipotesis, dan mungkin pula berupa

Dalam studi ini, metode deskriptif yang diterap- kan, menggunakan bentuk studi kasus, artinya pene-

pembuktian tentang adanya sesuatu yang semula be- litian dibatasi pada kasus di lokasi studi. lum ada, tetapi diduga mungkin ada.

Tugas pokok penelitan terapan adalah mengung- kapkan sebab-sebab terjadinya suatu masalah (diag-

Metode Pengumpulan Data

nose) yang dinilai kurang menguntungkan bagi kehi- Metode pengumpulan data adalah metode pen- dupan manusia. Berdasarkan rumusan kesimpulan

catatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau kete- tentang kondisi masalah dan sebab-sebabnya, tugas

rangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik berikutnya adalah menyusun implementasi dan sa-

sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002: ragam penggunaan lahan, dan saluran drainase (pe- 83).

ngumpul dan pembawa) di lokasi studi. Berdasarkan caranya, metode pengumpulan da- ta dalam studi ini terdiri dari data primer dan data

Variabel Penelitian

sekunder Variabel penelitian adalah kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobser-

Data Primer

vasi dalam suatu penelitian (Narbuko, 2005: 118). Data Primer adalah data yang diperoleh atau

Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang

Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa yang di- melakukan penelitan atau yang bersangkutan yang

maksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang memerlukannya (Hasan, 2002: 82).

akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Jadi, va- Survey untuk mengumpulkan data primer yang

riabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dilakukan adalah:

dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

1. Observasi (pengamatan lapangan), yaitu meru- Variabel penelitian merupakan himpunan bebe- pakan pengumpulan data yang dilakukan melalui

rapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah pengamatan yang dilakukan, ini berarti terhadap

(Nawawi, 2005: 49). Di dalam satu variabel terdapat data yang diamati harus tidak sekedar dilihat te-

satu atau lebih gejala, yang mungkin pula terdiri dari tapi begitu dilihat langsung diperhatikan, jika perlu

berbagai aspek atau unsur sebagai bagian yang tidak ditanya dan dicatat segala sesuatunya. Observasi

terpisahkan.

penelitian meliputi pengamatan terhadap aspek Jenis variabel dalam penelitian terapan (Nawawi, pemanfaatan ruang atau ragam penggunaan la-

2005: 49) ada beberapa, namun tidak semua variabel han dan kondisi saluran drainase, di wilayah lo-

harus ada dalam suatu penelitian. Jenis variabel ter- kasi studi.

sebut adalah:

2. Dokumentasi

1. Variabel bebas (Independence Variable) Untuk melengkapi perolehan data, dilakukan pu-

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala la dokumentasi hasil observasi lapangan dalam

yang memiliki pula berbagai aspek atau unsur, bentuk foto mengenai kondisi saluran drainase

yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan eksisting pada lokasi studi, mulai saluran peng-

munculnya variabel lain yang disebut variabel umpul dan saluran pembawa.

terikat. Adanya variabel ini tidak dipengaruhi atau tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya variabel

Data sekunder

lain.

2. Variabel terikat (Dependence Variable) ber lain, yang kemungkinan sudah merupakan data

Data sekunder adalah data yang dikutip dari sum-

Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya.

yang memiliki pula sejumlah aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi menerima atau me-

Populasi dan Sampel

nyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain, yang Dalam penelitian ini, tidak diambil sampel. Peng-

disebut variabel bebas. Muncul atau tidaknya amatan dilakukan terhadap seluruh populasi wilayah

variabel ini tergantung pada ada atau tidaknya studi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

variabel bebas.

arahan spasial teknologi drainase agar genangan di

3. Variabel kontrol (Control Variable) lokasi studi terreduksi. Jadi jenis populasi yang men-

Variabel kontrol merupakan himpunan gejala jadi obyek penelitian yaitu seluruh ruang terbangun,

yang memiliki berbagai aspek atau unsur di da-

Tabel 3. Instansi dan Data yang Dibutuhkan

No .

D ata yang dibutuhkan 1. Bappeda Kota Malang

Instansi

- Naskah Akademis, Peta, dan Legalitas hukum Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Malang - Malang dalam Angka

2. Balai Pengembangan Sumberdaya Air - Data-data hidrologi seperti curah hujan, debit maksimum, Wilayah Sungai Bango – Gedangan

kemiringan sungai, luas DAS

3. Perum Jasa Tirta I - Peta SWS Brantas dan pembagian DAS nya 4. Dinas Pekerjaan U mum K ota Malang

- Data genangan - Data dan Peta penggunaan lahan eksisting

Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258–276

lamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan

Metode Analisis

agar variabel terikat yang muncul bukan karena Analisis data merupakan proses pengelompokan pengaruh variabel lain, tetapi benar-benar karena

data terpilih dalam kategori yang memiliki kesamaan pengaruh variabel bebas yang tertentu.

tema untuk menyelesaikan permasalahan atau hipo-

4. Variabel antara (Intervining Variable) tesa awal (Moleong, Lexy, 2000:64). Variabel antara merpakan himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur

Analisis Penggunaan Lahan

di dalamnya, yang berfungsi mengendalikan Tahap awal studi adalah identifikasi penggunaan agar variabel terikat yang muncul benar-benar

lahan di lokasi studi. Identifikasi dilakukan dengan karena pengaruh variabel bebas, dengan mem-

membaca peta eksisting lokasi studi, kemudian men- perhitungkan pengaruhnya pada kedua variabel

cocokkan (cross check) kondisi lapang lokasi studi tersebut.

dengan peta tersebut. Hal ini menjadikan peta yang

5. Variabel Ekstrane (Extranicus Variable) digunakan adalah mendekati kondisi eksisting lokasi Variabel ekstrane merupakan himpunan sejum-

studi. Plotting peta meliputi ragam penggunaan lahan, lah gejala yang memiliki beberapa aspek atau

meliputi;

unsur di dalamnya, yang fungsinya mempenga- - perumahan/permukiman, ruhi variabel bebas, sehingga pengaruhnya ter-

- perdagangan dan jasa,

hadap variabel terikat dapat berkurang atau ber- - industri dan pergudangan, ubah.

- fasilitas umum dan sosial, serta

6. Variabel Moderator

- ruang terbuka hijau.

Variabel moderator merupakan himpunan sejum- Masing-masing ragam penggunaan lahan ini kemu- lah gejala yang memiliki berbagai aspek atau un-

dian dianalisis luasannya.

sur di dalamnya, yang berfungsi mendominasi Selanjutnya adalah menganalisis luasan ruang dalam kondisi suatu masalah, tanpa dihubungkan

terbangun dan ruang terbuka (saat ini belum terba- satu dengan yang lain.

ngun). Ruang terbangun adalah ruang yang didirikan bangunan, dimana bila air jatuh di atasnya, maka air

Variabel yang digunakan dalam studi ini dapat tidak dapat meresap ke dalam tanah. Sedangkan ru- dijelaskan sebagai berikut:

ang terbuka, atau saat ini masih belum terbangun,

1. Variabel bebasnya adalah penggunaan lahan dan adalah ruang yang belum ada bangunannya, dimana kondisi saluran drainase eksisting,

bila air jatuh di atasnya, maka air masih bisa meresap Karena adanya penggunaan lahan mempenga-

ke dalam tanah.

ruhi munculnya variabel lain, yaitu ruang terba- Berikutnya untuk melihat gambaran pada Tahun ngun dan genangan, di samping itu kondisi saluran

akhir Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang, drainase eksisting juga dapat mempengaruhi

yakni pada Tahun 2030, digunakan peta pola ruang. munculnya variabel genangan.

Untuk memprediksi luasan ruang terbangun dan ru-

2. Variabel terikatnya adalah ruang terbangun, ge- ang terbukanya, untuk penggunaan lahan perumahan/ nangan, dan kemampuan meresap air,

permukiman, perdagangan dan jasa, industry dan per- Karena variabel ruang terbangun dan kemam-

gudangan, serta fasilitas umum dan sosial, dikalikan puan meresap air muncul akibat adanya variabel

dengan rerata Koefisien Dasar Bangunan yakni 70%. penggunaan. Kemampuan meresap air meng-

Sedangkan untuk luasan ruang terbuka adalah 30% akibatkan munculnya variabel genangan. Di sam-

nya ditambahkan luasan ruang terbuka hijau pada ping itu variabel genangan juga bisa muncul ka-

peta pola ruang tersebut.

rena variabel kondisi saluran drainase eksisting.

3. Variabel kontrolnya adalah jenis tanah,

Analisis Resapan Air Hujan

Karena variabel jenis tanah bias mempengaruhi Untuk menghitung jumlah air yang meresap, di- variasi kemampuan meresap dan genangan. Se-

gunakan persamaan (1) Perhitungan dilakukan ter- hingga variabel jenis tanah dikontrol dengan cara

hadap kondisi eksisiting dan kondisi akhir tahun pe- dieliminasi melalui menghilangkan variabel ter-

rencanaan Rencana tata Ruang Wilayah Kota Ma- sebut.

lang Tahun 2010 – 2030.

4. Variabel antaranya tidak ada,

5. Variabel ekstranenya tidak ada,

6. Variabel moderatornya tidak ada.

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

Analisis Limpasan Permukaan

Watu dengan panjang 3.032,30 m, serta sebagian Su- Untuk menghitung aliran permukaan (run off),

ngai Metro dengan panjang 1.728,50 m. Lokasi studi artinya air yang tidak meresap dan menjadi air larian

berada sekitar 440 – 500 m di atas permukaan laut. mengalir ke lokasi yang lebih rendah, digunakan per-

Jumlah penduduk di lokasi studi berjumlah 39.260 samaan (4). Air larian ini mengalir terus, dan apabila

jiwa, dengan tingkat pertumbuhan 2,9% per tahun. terdapat cekungan maka akan menimbulkan genang-

Penduduk wilayah lokasi studi adalah 33% penduduk an. Perhitungan dilakukan terhadap kondisi eksisiting

asli dan 67% pendatang. Ini menunjukkan bahwa pen- dan kondisi akhir tahun perencanaan Rencana tata

datang banyak menghuni kawasan permukiman di Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 – 2030.

lokasi studi. Pendatang terbanyak berasal dari Ma- dura.

Analisis Sistem Drainase

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada lo- Analisis sistem drainase dilakukan dengan me-

kasi studi didominasi oleh mata pencaharian meng- lakukan pendataan dan evaluasi kondisi saluran drai-

garap lahan sawah (38%). Sedangkan 18% adalah nase eksisting pada saluran pengumpul dan pemba-

Pegawai Negeri Sipil (PNS), 25% bekerja di bidang wa, atau setara dengan saluran drainase sekunder.

swasta, dan sisanya adalah pelajar. Kehidupan berte- Kemudian dikelompokkan kondisi saluran tersebut

tangga secara garis besar sangat harmonis, dan men- dengan beberapa kategori.

junjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong ro- yong.

Analisis Arahan Spasial Teknologi Drainase

Dengan melihat seluruh hasil analisis di atas, di-

Analisis Penggunaan Lahan

hubungkan dengan kerangka teori yang ada, maka Penggunaan lahan di lokasi studi sangat bera- dilakukan arahan penanganan keruangan teknik

gam, dengan dominasi ruang terbuka hijau seluas mengalirkan air hujan dan system drainase yang ada

410,45 Ha, dimana seluas 129,98 Ha adalah tegalan di lokasi studi, agar mengurangi potensi genangan

dan 280,47 Ha adalah sawah. akibat meluasnya penggunaan lahan.

Tabel 4. Ragam penggunaan lahan eksisting Sub DAS

HASIL DAN PEMBAHASAN Watu bagian Hilir

No.

Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Gambaran Umum Lokasi Studi

1 Perumahan/Permukiman 222,64

Lokasi studi adalah Sub Daerah Aliran Sungai

2 Perdagangan dan Jasa

Watu bagian Hilir, yang merupakan sisi hilir Sub DAS

3 Industri dan pergudangan 9,23

Watu. Sub DAS Watu merupakan salah satu unit

4 Sarana Umum dan Sosial 5,12

Daerah Aliran Sungai Metro. Sungai Metro meru-

5 Ruang Terbuka Hijau : tegalan 129,98

pakan sungai orde 2 dari Sungai Brantas, dengan

6 Ruang Terbuka Hijau : sawah 242,00

panjang 54,5 km dari hulu hingga hilir, dan bermuara 38,47

7 Utilitas jalan

Total 651,72

pada Sungai Brantas dengan elevasi + 300 m, se- dangkan bagian hulu pada mata air elevasinya + 2.700 Sumber: identifikasi dan analisa

m. Kemiringan Sungai Metro rata-rata 0,044, dan dikategorikan sebagai sungai dengan pengaliran se- dang. DAS Metro terdiri dari 13 Sub DAS, seperti diuraikan pada Tabel 1.1. Sebagai gambaran orientasi lokasi studi, Sub DAS Watu bagian Hilir disajikan pada Gambar 1.1 sampai dengan Gambar 1.4, pada Bab I.

Sub DAS Watu memiliki luas daerah tangkapan 3.433 Ha. Sungai-sungai pada Sub DAS Watu adalah Sungai Curah Clumprit dengan panjang 5.768 km, Sungai Watu dengan panjang 9.829 km, Sungai Glun- deng dengan panjang 7.319 km, Sungai Sanan dengan panjang 11.958 km, dan Sungai Wangkal dengan pan-

Gambar 15 Penggunaan lahan eksisting di Sub DAS

jang 5.725 km.

Watu bagian Hilir

Sub DAS Watu bagian Hilir, sebagai lokasi studi, memiliki luas 651,72 Ha, dan dilewati sebagian Sungai

Jurnal Teknik Pengairan , Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258–276

Maka dapat diperoleh luas ruang terbuka dan

Analisa Resapan Air

ruang terbangun eksisting pada lokasi studi. Dengan demikian resapan air pada kondisi eksisting Luas Ruang terbangun: 207,36 Ha

adalah: 240.888,40 m 3 /tahun. Luas Ruang terbuka: 444,36 Ha

Sedangkan resapan air pada kondisi berdasarkan Kondisi eksisting ini kemudian dibandingkan de-

RTRW 2010 – 2030 adalah 117.444,40 m 3 /tahun ngan rencana pola ruang berdasar Rencana Tata Ru-

Sehingga terdapat penurunan daya resap air sebesar ang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030 yang

123,444 m 3 /tahun selama 20 tahun. telah menjadi Peraturan Daerah Kota Malang No. 4

Tahun 2011.

Analisa Limpasan Permukaan

Dengan demikian laju aliran permukaan pada kondisi

Tabel 5 Ragam penggunaan lahan berdasar RTRW

eksisting adalah = 118,622 m 3 /detik

Sedangkan laju aliran permukaan pada kondisi ber- No. 3 Penggunaan Lahan Luas (Ha) dasarkan RTRW 2010 – 2030 adalah = 136,874 m /

Kota Malang 2010-2030

1 Perumahan/Permukiman

detik

Sehingga terapat peningkatan laju aliran permukaan 3 Industri dan pergudangan

2 Perdagangan dan Jasa

sebesar 18,252 m 3 /detik selama 20 tahun. 4 Sarana Umum dan Sosial

5 Ruang Terbuka Hijau :

Analisa Sistem Drainase

tegalan

6 Utilitas jalan

Tabel 7. Rekapitulasi kondisi saluran drainase eksisting

Sumber: analisa No.

Kondisi saluran drainase Prosentase 1 Tidak tersedia saluran

Maka dapat diperoleh luas ruang terbuka dan

drainase

ruang terbangun berdasar RTRW Tahun 2010-2030

2 Saluran drainase tertutup 17%

pada lokasi studi. bangunan

3 Saluran drainase berfungsi 6%

Luas Ruang terbangun = 417,97 Ha

ganda sebagai saluran irigasi

Luas Ruang terbuka = 233,75 Ha

4 Saluran drainase terlalu kecil 10% 5 Saluran drainase tanpa inlet

Tabel 6. Perbandingan Ruang terbuka dan terbangun

atau bibir saluran lebih tinggi

No. Kategori Berdasar

Berdasar

daripada muka jalan

Eksi sting

RTRW

6 Saluran drainase tidak 11%

(Ha)

terpelihara atau saluran

ditumbuhi rumput

Terb angun

7 Saluran dalam kondisi baik 8%

Terb uka

Selain itu, tidak ditemui adanya sumur resapan

Total 651,72

pada kavling hunian, walaupun dari lampiran Ijin Men- Sumber: Hasil identifikasi dirikan Bangunan (IMB) dinyatakan harus memba-

ngun sumur resapan air hujan. Juga tidak ada kolam tampungan yang berfungsi sebagai konservasi air di lokasi cekungan-cekungan strategis.

Analisa Arahan Spasial Sistem dan Teknik Drainase

Data di atas menunjukkan bahwa terdapat pe- ningkatan luas ruang terbangun yang memberikan pengaruh secara signifikan pada penurunan resap air dan peningkatan laju limpasan permukaan. Apabila kondisi ini tidak diarahkan, maka akan mengganggu siklus hidrologi dan penataan air akan menimbulkan

Gambar 16. Penggunaan Lahan berdasar Pola Ruang

daya rusak bagi sarana prasarana terbangun serta

RTRW Tahun 2010-2030 di Sub DAS Watu bagian

menimbulkan penurunan kesehatan apabila sampai

Hilir

terjadi genangan yang masuk ke bangunan hunian.

Kusumadewi, dkk., Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

Di samping itu fungsi penataan ruang menjadi tidak lubang untuk menampung air hujan yang jatuh bersinergis dengan fungsi konservasi air.

ke jalan aspal/beton.

6. Penataan, pengawasan, dan pemberian insentif- nergitas antara konsep penataan ruang dengan kon-

Agar kondisi tersebut menjadi minimal, perlu si-

disinsentif pagi pengembang perumahan formal, servasi air, sehingga penataan kawasan perkotaan

agar memiliki perhatian lebih pada pembuatan yang cenderung dipenuhi bangunan tetap memberikan

utilitas saluran drainase dan pemfungsiannya, hak kepada air untuk meresap, sehingga air tidak

agar meringankan beban pemerintah dalam me- mengganggu kawasan terbangun dan tidak menim-

nyediakan prasarana kawasan perkotaan. bulkan daya rusak pada kawasan perkotaan.

7. Pemisahan antara saluran drainase dengan sa- Strategi yang diperlukan adalah:

luran irigasi. Hal ini sangat prinsip, mengingat

1. Perlu pembedaan antara saluran drainase yang saluran drainase memiliki kapasitas yang sema- mengalirkan air limbah rumah tangga dengan sa-

kin besar ke arah hulu, sedangkan saluran drai- luran drainase yang menampung dan memfasi-

nase memiliki kapasitas yang semakin besar ke litasi jalannya air untuk mengalir ke tempat yang

arah hilir. Sehingga memiliki fungsi yang bertolah lebih rendah bagi air hujan.

belakang.

2. Membuat sumur resapan individu pada bangunan

8. Semaksimal mungkin saluran air hujan tidak di- hunian menengah, hunian besar, bangunan sa-

tutup bangunan, melainkan ditutup ram besi, se- rana perdagangan dan jasa, bangunan fungsi in-

hingga memberikan kontribusi positif dalam me- dustri dan pergudangan, serta bangunan sarana

nampung air hujan. Saluran yang boleh ditutup pendidikan dan kesehatan. Sumur resapan indi-

bangunan adalah saluran drainase air limbah, te- vidu menampung air hujan yang jatuh pada atap

tapi tidak sepanjang saluran ditutup. bangunan, dihubungkan dengan talang menuju

9. Memberikan jalur pengarah aliran air menuju sa- ke sumur resapan agar air yang tertampung

luran air hujan, semacam inlet pengarah, agar mempunyai keleluasaan meresap dan membe-

air mengalir menemukan jalannya menuju ke sa- rikan imbuhan bagi air tanah, sebagai fungsi kon-

luran penampung air hujan, dimana saluran di- servasi air. Khusus untuk bangunan kesehatan,

maksud adalah saluran pracetak berlubang agar perlu dilengkapi dengan Instalasi Pengolah Air

peresapan air hujan tetap berfungsi. Limbah (IPAL) yang berfungsi mengolah air ko- tor menjadi air yang siap dilepas ke saluran drai-

PENUTUP

nase umum.

Kesimpulan

3. Membuat sumur resapan kolektif pada bangunan Berdasarkan Latar belakang penelitian, kajian hunian sangat kecil dan bangunan kecil/seder- teori terkait rumusan masalah, analisis permasalahan hana. Sumur resapan kolektif menampung air dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa per- hujan pada beberapa atap bangunan yang ke- lu sinergitas antara penataan kawasan yang cende- mudian dihubungkan dengan talang menuju ke rung bersifat fisik pembangunan dengan konservasi saluran resapan air hujan. air, sehingga tercipta penataan ruang daratan dengan

4. Membuat kolam resapan bagi perumahan for- memberikan ruang yang semestinya bagi air untuk mal pada topografi cekungan, sehingga air hujan dapat masuk secara maksimal ke dalam tanah melalui yang jatuh di jalan lingkungan perumahan for- proses infiltrasi atau peresapan, agar pembangunan mal mengalir menuju kolam resapan. Kolam re- (penambahan ruang terbangun) tidak menimbulkan sapan dapat juga menjadi lokasi wisata dan sa- genangan. Secara spasial, teknologi drainase yang rana umum untuk berkumpul bagi penduduk ling- diperlukan pada lokasi studi, yaitu Sub DAS Watu kungan sekitar. Kolam resapan dihubungkan de- bagian Hilir, adalah teknologi eko-drainase, yaitu drai- nga saluran pracetak berlubang, sehingga bila nase ramah lingkungan. Eko-drainase ini merupakan volume kolam resapan melebihi kapasitas kolam, kombinasi antara pola detensi (menampung semen- maka akan mengalir melalui saluran dimaksud, tara) dan pola retensi (meresapkan). dengan tetap memiliki kesempatan untuk mere- Arahan spasial teknologi drainase untuk mere- sap. duksi genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu

5. Sumur resapan juga dibuat untuk menampung

bagian Hilir adalah:

air hujan yang jatuh ke jalan, sehingga kesem-

1. Pemisahan antara saluran drainase yang meng- patan air untuk meresap terwadahi. Alternatif alirkan air limbah rumah tangga dengan saluran lainnya adalah membuat saluran pracetak ber-

drainase air hujan,

276