1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang dan Permasalahan - Gunawan, Karakteristik Operator Hiponormal-p pada Ruang Hilbert, hal. 105-114.

  

JMP : Volume 6 Nomor 2, Desember 2014, hal. 105 - 114

KARAKTERISTIK OPERATOR HIPONORMAL-p PADA RUANG HILBERT Gunawan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email

  

ABTRACT. This article discusses the definition and properties of p-hiponormal

operators for p>0. To investigate the properties of p-hiponormal operators, the concept

of positive operators, partial isometry operators, decomposition of operators, and

existence of partial isometry operators for any operator on a Hilbert space are required.

  

ABTRAK. Pada artikel ini akan dibahas mengenai definisi dan beberapa sifat-sifat

operator hiponormal-p, untuk p>0. Untuk menyelidiki sifat-sifat operator hiponormal-p

diperlukan konsep operator positif, operator isometri parsial, dekomposisi sebarang

operator, dan eksistensi operator isometri parsial untuk sebarang operator pada ruang

Hilbert.

  

Kata Kunci: Ruang Hilbert, Operator Positif, Dekomposisi Operator, Operator

Hiponormal-p.

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang dan Permasalahan

  Diberikan ruang Hilbert H atas lapangan F , himpunan semua operator

  T B H ( )

  linear terbatas dari H ke H ditulis B H , dan  . Lapangan F yang

   

  dimaksudkan di tulisan ini adalah ℂ (himpunan bilangan Kompleks). Operator T dapat didekomposisikan menjadi dengan operator isometri

  • * TU T U H :  H

  parsial dan akar kuadrat positif dari T T . Selanjutnya, untuk bilangan p>0,

  • * T * * p p 2 p 2 p * T T

  TT TT

  operator linear kontinu T yang memiliki sifat atau , 2     dengan TT T disebut sebagai operator hiponormal-p. Untuk p=1, operator T

  1 

  disebut operator hiponormal dan untuk p , operator T disebut operator semi-

  2

  hiponormal. Untuk 0<p<1, operator hiponormal-p telah diteliti oleh beberapa

  

106 Gunawan

matematikawan, diantaranya Aluthge (1999), Duggal (1995), dan Xia (1980).

  Dalam Aluthge (1999), disebutkan bahwa apabila T operator hiponormal-p dan dekomposisi dari T dengan operator isometri parsial, maka operator

  TU T U 2 1 2 1 TT U T disebut transformasi Aluthge. Selain itu, dalam Aluthge (1999),

  1

  disebutkan bahwa untuk p>0, apabila T hiponormal-p maka, untuk 0<p< , 1 1

  2

  1 2 2   TT U T hiponormal- p  .

   

  2  

  Hal tersebut kemudian membawa pemikiran untuk menyelidiki * * p p

  T TTT

  karakteristik operator T yang memiliki sifat . Pembahasan

     

  mengenai karakteristik operator hiponormal-p pada tulisan ini, lebih ditekankan pada memahami definisi dan sifat- sifat operator hiponormal-p pada ruang Hilbert.

b. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai sifat- sifat dan karakteristik operator hiponormal-p (p > 0) pada ruang Hilbert. Pembahasan mengenai operator hiponormal-p pada ruang Hilbert bermanfaat membantu mengembangkan ilmu matematika dan aplikasinya, khususnya analisis fungsional.

2. KARAKTERISTIK OPERATOR HIPONORMAL-p

  Pada bagian ini dibahas mengenai definisi dan sifat- sifat operator hiponormal-p pada ruang Hilbert, operator positif, serta dekomposisi operator.

  Berikut ini akan dibahas definisi operator hiponormal-p dan konsep dasar operator hiponormal-p pada ruang Hilbert.

  TB H ( )

Definisi 2.1. Diketahui H ruang Hilbert atas F dan . Untuk p>0,

p p * *

  operator T dikatakan hiponormal-p jika  T T TT .

     

  

Karakteristik Operator Hiponormal 107

p p 2 p * * * 2 p * T TTT TT

  Untuk p>0, sifat ekuivalen dengan sifat dengan 2 2 *     * * * *

  TT TT T TTT dan .

   

  Selanjutnya, akan dibahas mengenai operator positif. Operator positif ini akan digunakan untuk membuktikan sifat-sifat operator hiponormal-p.

  

Definisi 2.2. Diketahui H ruang Hilbert atas F dan TB H ( ) . Operator T

  dikatakan positif jika T x x ( ),  , untuk setiap xH . Selanjutnya operator positif T dinotasikan dengan T .

   *

Lemma 2.3 (Kreyszig, 1978). Diketahui H ruang Hilbert atas F dan .

  TB H  

  Jika T maka  T T (self adjoint).

  

  Setelah disampaikan mengenai operator positif, berikut ini akan dibahas mengenai eksistensi akar kuadrat positif dari operator positif.

  TB H

  Diketahui H ruang Hilbert atas F dan ( ) 2 adalah operator positif.

  S T

SB H disebut akar kuadrat operator T jika  dan dinotasikan dengan

( ) 2 1 operator ST .

  TB H

Teorema 2.4 (Kreyszig, 1978). Diketahui H ruang Hilbert atas F dan ( ) .

  Jika T adalah self adjoint maka terdapat secara tunggal operator positif S sehingga 2 .

  TS

  Selanjutnya, dipahami bahwa A      B A B , yang berarti untuk sebarang xH ,

  A B  ( ), x x   

   A x ( )  B x x ( ),   A x x ( ),  B x x ( ),   A x x ( ),  B x x ( ), . .

  

108 Gunawan

  Lebih lanjut, untuk T B H ( ) dan T adalah operator positif, definisikan, untuk

  

    0,1 ,

    

  

 

   T p

   i i

     

i

1

 

  dengan  dan p masing-masing adalah barisan bilangan kompleks dan

      i i barisan proyeksi ortogonal.

  

Teorema 2.5 (Ketaksamaan Lowner- Heinz) (Furuta, 2002). Diketahui H ruang

A B ,  B H ( )

  Hilbert atas F dan . Jika A   B maka untuk setiap   0,1

      berlaku AB  .

  Selanjutnya, Teorema 2.5 akan digunakan untuk membuktikan teorema berikut, yang merupakan sifat-sifat operator hiponormal-p.

  

Teorema 2.6 (Yuan dan Yang, 2006). Jika untuk p > 0, T adalah operator

  hiponormal-p maka, untuk 0 < q ≤ p , T merupakan operator hiponormal-q.

  Bukti : Perhatikan bahwa q q p p q

  2

  2

   

  • T TT T

         

     dan q 2 q p 2 p q

  • * * *

    TTT T .

  

    

   

    p P * *

  Diketahui T adalah hiponormal-p, yang berarti . Menurut

  T T TT     

  Teorema 2.5, diperoleh

  • *
  • 2 p2 p  

      

      T   T

         

         

         

      

    Karakteristik Operator Hiponormal 109

    2 2 * untuk setiap  dan jelas bahwa merupakan operator positif.

       0,1 T , T   q

      0 < q ≤ p, yang berarti 0 < < 1. Ambil p

      Selanjutnya, diketahui bahwa   .

       Jadi  0,1 dan

        2 p p p q 2 p q

        *

      T T

         

       

         

        2 q   2 q

    • *TT

        * * q q  

       

    T T TT .

          Dengan demikian, T hiponormal-q.

      Selanjutnya, akan diberikan definisi mengenai operator isometri parsial. Konsep mengenai isometri parsial digunakan dalam pendefinisian dekomposisi

      

      operator. Dalam definisi berikut, dipahami bahwa himpunan M merupakan komplemen ortogonal dari himpunan M.

      

    Definisi 2.7. Diketahui H ruang Hilbert atas F. Operator TB H ( ) dikatakan

    isometri parsial jika terdapat ruang bagian tertutup MH sehingga

      

    T x    0, x M T x ( )  x ,   x M dan ( ) .

      Selanjutnya, akan diberikan teorema mengenai eksistensi operator isometri

      R T dan ( ) R S masing-

      parsial untuk sebarang operator. Dalam teorema berikut, ( ) masing menyatakan daerah hasil (Range) operator T dan S.

      S T , B H ( )

    Teorema 2.8 (Furuta,2002). Diketahui H ruang Hilbert dan  . Jika

    * * T T S S maka terdapat operator isometri parsial U sehingga S UT .

      

    • * *

       T TS S

      Bukti : Diketahui . Untuk setiap xH : 2 * * 2 T x ( )  T x T x ( ), ( )  T T x x ( ),  S S x x ( ),  S x S x ( ), ( )  S x ( ) .

      Jika T x ( )  T x ( ) untuk setiap x x ,  H maka : 1 2 1 2T x ( )  T x ( )  T x (  x )  S x (  x )  S x ( )  S x ( ) . 1 2 1 2 1 1 2

      

    110 Gunawan

    S x ( )  S x ( )

      Diperoleh . Definisikan operator

      V R T : ( )  R S ( ) dengan

      1

    2 V T x ( ( ))  S x ( ) , x H .

       

      Diperoleh V adalah linear, terbatas, dan

      VT x ( )  S x ( )  T x ( ) . Jadi, V adalah

      isometri. Selanjutnya, definisikan operator

      V R TR S dengan : ( ) ( )

    V y ( )  lim ( V y ),   y R T ( ), ( y )  R T ( ), yy .

    n n n

      Diperoleh V linear dan terbatas. Untuk setiap ∈ ℕ (himpunan bilangan Asli),

       ( )  ( ) )  . Lebih lanjut,

      y R T , yang berarti terdapat x D T sehingga ( T x y n n n n

      V y ( )  lim V y ( )  lim n n n n n VT x ( )  lim S x ( )  lim T x ( )  lim yy .

      Diperoleh V isometri.

      Definisikan operator U H :  H dengan

      U x

      VP x   x H ( ) ( ),

    M

      M R T

      dan P adalah proyeksi ortogonal pada M, dengan  ( ) . Jika maka

      xM M

       P ( ) x  dan x U x ( ) 

      VP ( ) xV x ( )  x xM M M . Jika maka U x

      VP x

      V ( )  ( )  (0)  . Jadi, U adalah isometri parsial. Karena M

      R UU H

      VP H

      V M ( ) ( ) ( ) ( ) , maka untuk setiap M

      ∈ ,

      UT x

      VP T x

      VT xS x ( ) ( ( )) ( ) ( ) M Jadi, S UT .

      

    Teorema 2.9 (Furuta, 2002). Diketahui H ruang Hilbert atas F. Jika TB H ( )

      maka terdapat operator isometri parsial U sehingga TU T dengan

      1

    • 2

      TT T

      . Lebih lanjut, TU T disebut dekomposisi dari T pada ruang

       

    • * Hilbert H.
    • 2 Bukti : Ambil sebarang . Karena T T x x ( ),  T x T x ( ), ( )  T x ( )  xH 2 * *

        T T adalah operator positif. Karena TT T

        diperoleh adalah positif, maka

         

        

      Karakteristik Operator Hiponormal 111

      • 2

        TT T merupakan operator positif. Karena adalah operator positif, maka T

        1 *

          2

      • * *

        T

        

        T T T TT T T T

          (self adjoint). Perhatikan bahwa . Menurut Teorema 2.8, terdapat operator isometri parsial U sehingga T U T .

        

      Lemma 2.10 (Furuta, 2002). Diketahui H ruang Hilbert atas F dan TB H ( ) .

      p p

        TU T U

        Jika TU T dekomposisi dari T pada ruang Hilbert H maka untuk setiap p>0.

        Bukti: Ambil sebarang x  . Perhatikan bahwa H

        2

        2 2 T ( ), x x T T x x ( ), T x T x ( ), ( ) T x ( )

      • 0. *

           

        T Jadi adalah operator positif. Akibatnya, T merupakan operator positif.

      • * * * *

        TU T   T U T U

        Kemudian, ( ) , sehingga diperoleh 2 * * * * * * 2

        T TT U T T U U T U U T U U T U     ( ) .

        Untuk setiap * * * * 2 ∈ ℕ, diperoleh n n 2 n

        TU T UU T U U T U    

            2 * * * * * 2 n

      = U T U U T U ...  U T T U ...  U T U ...  U T U .

      n faktor n faktor n faktor

      n n m m * *

        Selanjutnya akan ditunjukkan TU T U untuk setiap , ∈ ℕ. Ambil sebarang

        , ∈ ℕ dan m tetap, diperoleh 1 m m 1 * * 1) T U T U

        Untuk n=1 diperoleh 2)

        Anggap benar untuk n=k,

         112 Gunawan

      • * * m k m k

        T U T U

         3)

        Akan dibuktikan benar untuk n=k+1, k 1

         k 1 k 1 k 1 k 1 * * * * * m m m m m m m mTT TU T U U T UU T m n m n * *

        I T UU T U

        Jadi T U T U untuk setiap  , ∈ ℕ. Selanjutnya, dengan sifat kekontinuan, diperoleh p m n p * * *

        T lim U T UU T U

         n p . m

        n n

        Karena merupakan bilangan rasional. Karena merupakan , ∈ ℕ, maka

        m m p p

      * *

      TU T U

        bilangan rasional dan untuk setiap p > 0.

        → , maka p>0. Jadi Teorema 2.11 (Furuta, 2008). Diketahui H ruang Hilbert atas F dan TB H ( ) .

        Diberikan TU T adalah dekomposisi dari T pada ruang Hilbert H. Jika T 1 1

        1

        1   2 2

        adalah hiponormal-p maka untuk 0 < p < , TT U T hiponormal- p   

        2

        2

         

        Bukti : Diketahui, untuk p > 0, T hiponormal-p, yang berarti p p 2 p * * *

      2 p

      T T TT T T .

              

        Perhatikan bahwa p p * *

        T T TT

        

            2 p 2 p

      • *

        TT * * * 2 p 2 p

         U T UU T U , untuk suatu UB H ( ) isometri parsial. * Diperoleh 2 p 2 p

        U T UT . (1)

        Lebih lanjut,

        

      Karakteristik Operator Hiponormal 113

      2 p 2 p 2 p * *

        (2) TTU T U . Untuk setiap

        xH 2 p

      2 p

      * * *

      U T U x x ( ),  T U x U x ( ), ( )  . (3)

        Dari (1), (2), dan (3) diperoleh 2 p 2 p 2p * *

        U T U T U T U 0.

           Selanjutnya, p 1 1 1 1 1 ppp 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2       * * * 2 2 2 2 2 2 2 2 T T T U T T U T T U T U T T T T   

                      1 1 pp 2 1 1 1 1 1 2 1     * * 2 2

      2

      2 2 2T U T U TT U T T U T

               

      • * p
      • 1 2 = TT .

             1  

          Jadi, T hiponormal- p .

           

          2  

        3. KESIMPULAN DAN SARAN

          3.1 Kesimpulan

          Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah jika diberikan H ruang Hilbert atas F maka, untuk bilangan p>0, operator linear kontinu T dikatakan hiponormal-p apabila operator T memenuhi sifat * * p p

          . Lebih lanjut, untuk p>0, jika T operator hiponormal-p maka,

             

          T T TT

          untuk

          0 < q ≤ p , T merupakan operator hiponormal-q. Selain itu, untuk bilangan

          1

        p> 0, apabila T hiponormal-p maka, untuk <p< ,

        1 1

          2

          1 2 2  

          TT U T hiponormal- p  .

           

          2  

          3.2 Saran

          Dalam tulisan ini, penulis hanya membahas mengenai beberapa sifat-sifat hiponormal-p pada ruang Hilbert. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat

          

        114 Gunawan

          menentukan sifat lain dari operator hiponormal-p pada ruang Hilbert, diantaranya menyelidiki hubungan operator hiponormal-p dengan operator hiponormal-w, operator class (A), dan operator paranormal.

        UCAPAN TERIMAKASIH

          Pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat Dr. Ch. Rini Indrarti, M.Si yang telah membimbing penulis dalam penyusunan tulisan ini.

        DAFTAR PUSTAKA

          Aluthge, A., and Wang, D. 1999. An Operator Inequality Which Implies Paranormality. Mathematical Inequalities and Applications, 2, 113-119. Berberian, S.K.1961. Introduction to Hilbert Spaces. New York: Oxford University Press. Cho, M. and Jin, H. 1995. On p-Hyponormal Operators. Nihonkai Math J, 6, 201- 206. Furuta, T. 2002. Invitation to Linear Operators. New York: Taylor and Francis. Furuta, T. 2008. Brief Survey Of Recent Applications Of An Order Preserving

          Operator Inequality. Taiwanese Journal of Mathematics, 12(8), 2113- 2135. Horn, R.A and Johnson, C.R.1985. Matrix Analysis. United Kingdom:Cambridge University Press. Huruya, T. 1997. A Note On p- Hyponormal Operators. Proceedings Of The American Mathematical Society , 125(12), 3617- 3624. Kreyszig, E.1978. Introductory Functional Analysis with Applications. New York: John Wiley and Sons. J.Yuan and C.Yang. 2006. Powers Of Class wF(p,r,q) Operators. Journal of inequalities in pure and applied mathematics. 32(7).

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI RSA DENGAN PHP Muhammad Yasin Simargolang Program Studi Teknik Informatika, Universitas Asahan, Jl. Jend. Ahmad Yani Kisaran 21244, Sumatera Utara, Telp : (0623) 347222 Abstrak - IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI RSA DENGAN PHP

0 1 11

IMPACT OF SAVI APPROACH TO IMPROVE STUDENT ACHIEVEMENT ON TEN GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1 AIR JOMAN Ely Syafitri Dosen Fakultas Teknik Universitas Asahan ABSTRACT - IMPACT OF SAVI APPROACH TO IMPROVE STUDENT ACHIEVEMENT ON TEN GRADE STUDENTS AT SMA NEG

0 0 6

55 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SMK - SPP NEGERI ASAHAN

0 0 7

Dewi Juliah Ratnaningsih ( djuliut.ac.id) FMIPA Universitas Terbuka ABSTRACT - View of PEMODELAN DAYA TAHAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH DENGAN PENDEKATAN REGRESI LOGISTIK BINER (STUDI KASUS: MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN)

0 0 11

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Oleh: Zaid Afif Dosen Universitas Asahan ABSTRAK - Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang D

0 0 15

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGAWASAN KERJA TERHADAP EFISIENSI KERJA PEGAWAI PADA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA TANJUNG BALAI Oleh: Rosnaida Dosen Universitas Asahan E-mail: Rosnaida250gmail.com ABSTRAK - PENGARUH PENDID

0 0 14

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN THINK - TALK -- WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI PELUANG DIKELAS X SMA NEGERI 1 AIR JOMAN. TA 2017/2018

0 0 9

PENGARUH PARKIR PADA BADAN JALANTERHADAP KINERJA RUAS JALAN (STUDY KASUS JALAN RIVAI) Oleh: Ferry Anderson Universitas Asahan Email: Ferryanderson38gmail.com ABSTRAK - PENGARUH PARKIR PADA BADAN JALANTERHADAP KINERJA RUAS JALAN (STUDY KASUS JALAN RIVAI)

0 4 12

Marhamah, Abzeni, dan Juwita UPBJJ-UT Serang - Banten e-mail: marhamahut.ac.id ABSTRACT - View of PERILAKU KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA SERANG

0 0 9

Kata Kunci: Aktivitas, model pembelajaran, Quick on the Draw 1. PENDAHULUAN - Sumargiyani, Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Quick on the Draw pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar, hal. 87-96.

0 1 10