KESALAHAN BELAJAR MAHASISWA DALAM MENYEL

Halaman 1 dari 10

KESALAHAN BELAJAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL PROGRAM LINEAR
Sofyan Mahfudy
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Pacitan
Jl. Cut Nyak Dien No.4A Ploso Pacitan, email: sofyan_mahfudy@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan
mahasiswa dalam menyelesaikan soal program linear dan untuk mengetahui penyebab
kesalahannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes tertulis dan metode wawancara.
Analisis data dilakukan dengan reduksi data ( data reduction), penyajian data (data
display), penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion dra wing/ verification).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pada langkah pemodelan soal cerita, kesalahan
mahasiswa dalam menyelesaikan soal program linear terjadi pada: (a) penggunaan
tanda pertidaksamaan pada model matematis dan (b) kesalahan dalam memanipulasi
informasi dalam soal menjadi bentuk matematis. Penyebab kesalahan tersebut adalah
lemahnya pemahaman mahasiswa terhadap bahasa soal terutama bahasa matematis.
Pada langkah penyelesaian dengan metode garis selidik, kesalahan mahasiswa dalam
menyelesaikan soal program linear terjadi pada: (a) proses menggambar garis dari

persamaan kendala, (b) penentuan daerah layak, dan (c) penggunaan garis selidik
untuk menentukan titik optimum. Penyebab kesalahan tersebut adalah: (a) lemahnya
penguasaan materi prasyarat tentang garis, (b) kurang terampilnya penggunaan
metode pencarian titik layak yang mewakili daerah penyelesaian, dan (c) lemahnya
pemahaman terhadap konsep dan tujuan garis selidik. Pada langkah penyelesaian
dengan metode simplek, kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal program
linear terjadi pada: (a) penentuan bentuk kanonik siap simplek dan (b) penentuan
tablo baru. Penyebab kesalahan tersebut adalah: (a) pemahaman yang lemah terhadap
konsep variabel pengetat dan variabel semu, (b) ketrampilan yang kurang dalam
penentuan operasi baris elementer yang digunakan untuk mengisi tablo baru, dan (c)
ketrampilan yang kurang dalam komputasi bilangan.
Keywords: kesalahan belajar, soal program linear

PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi salah satunya adalah untuk
menghasilkan mahasiswa yang mempunyai kemampuan dalam bidang tertentu dan
mampu menggunakannya dalam memecahkan masalah sehari-hari (Undang-Undang
Nomor 20 tentang Sisdiknas, 2003). Sejalan dengan itu, mata kuliah program linear
sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi pendidikan matematika juga
memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari

terutama yang berkaitan dengan masalah optimisasi. Optimisasi ini bertujuan untuk
mendapatakan solusi penyelesaian yang paling menguntungkan (optimal) dan tetap

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan dengan tema
”Membangun Indonesia melalui Pendidikan untuk Daya Saing Bangsa pada Era
Global" pada tanggal21 Juni 2014 di STKIP PGRI Pacitan

Halaman 2 dari 10

memenuhi hal-hal yang dipersyaratkan atau yang lebih dikenal dengan kendala
(Susanta, 1990).
Pada umumnya mata kuliah program linear yang diberikan kepada mahasiswa
program studi pendidikan matematika difokuskan pada materi metode garis selidik dan
metode simplek yang sederhana. Dengan materi tersebut diharapkan mahasiswa
memiliki dasar berpikir yang benar dalam memecahkan masalah-masalah optimisasi
sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan juga pemahaman yang benar untuk bekal
sebagai calon pendidik nantinya. Oleh karenanya, penguasaan materi program linear
menjadi sangat penting bagi mahasiswa program studi pendidikan matematika.
Dalam kegiatan perkuliahan mata kuliah program linear, tidak bisa dipungkiri
masih terdapat mahasiswa yang mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal

program linear. Pada penyelesaian soal program linear bentuk soal cerita misalnya,
mahasiswa mengalami kesalahan pada aspek bahasa atau menterjemahkan maksud soal
dan kesalahan pada aspek strategi atau penyelesaian masalah (Nur Kholid, 2011).
Identifikasi awal yang dilakukan peneliti di kelas juga menunjukkan bahwa banyak
mahasiswa yang masih lemah dalam memodelkan soal cerita ke dalam bentuk
matematis. Padahal penguasaan pembuatan model matematika dalam pemecahan
masalah sangat penting karena sebenarnya “models, or idealized representations, are an
integral part of everyday life” (Hillier dan Lieberman dalam Budiyono, 2008). Ini
menunjukkan bahwa pemodelan matematika dari suatu masalah nyata merupakan
bagian yang senantiasa lekat dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut Hiller dan
Lieberman dalam Budiyono (2008) menyebutkan “a mathematical model forms a
bridge to the use of high powered mathematical techniques and computers to analyze

the problem”. Ini lebih penting karena ternyata bentuk dari model matematika adalah
sebagai jembatan atau perantara dalam menggunakan matematika dan komputer untuk
menganalisa suatu masalah. Kesalahan yang mungkin juga terjadi adalah pada proses
penyelesaian soal program linear yang sudah berupa model matematika dengan metode
garis selidik dan metode simpleks.
Kesalahan tersebut di atas jika dibiarkan berlanjut akan berpengaruh terhadap
kualitas kompetensi lulusan. Pada akhirnya akan menjadi masalah serius apabila pola

kesalahan ini berlanjut sampai lulusan tersebut menjadi seorang pendidik atau guru
yang menyampaikan materi yang sama pada anak didiknya nanti. Oleh karenanya
Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 3 dari 10

diperlukan suatu upaya untuk mengetahui kesalahan belajar mahasiswa dalam mata
kuliah program linear melalui suatu tindakan penelitian.
Berangkat dari deskripsi singkat di atas, maka penelitian ini dilakukan dalam
rangka

untuk

mendeskripsikan

kesalahan yang dilakukan mahasiswa

dalam


menyelesaikan soal program linear dan untuk mengetahui penyebab kesalahan
mahasiswa tersebut. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menjadi wahana alternatif
dalam memahami kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan soal
program linear untuk kemudian dilakukan langkah lanjutan sehingga kesalahan tersebut
dapat diminimalisir. Diagram 1 berikut diharapkan dapat mewakili ide dari penelitian
ini yang mana penelitian ini hanya terfokus kepada (a) langkah pemodelan pada soal
cerita, (b) langkah penyelesaian pada metode garis selidik, dan (c) langkah penyelesaian
dengan metode simplek.
Masalah Optimisasi

Bentuk Masalah Nyata
(Soal Cerita)

Bentuk Matematis
Tidak
Metode

Salah

Memodelkan


Ya

Simplek

Garis Selidik

Letak Kesalahan?

Letak Kesalahan?

Ya

Tidak

Tidak

Salah

Solusi


Letak Kesalahan?

Salah
Ya

Diagram 1. Alur Ide Penelitian

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang berupaya
untuk mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan
Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 4 dari 10

soal program linear. Disebut sebagai penelitian deskriptif karena peneliti melakukan
analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta
secara sistematik (Syaifuddin Azwar, 2007: 6).

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkup program studi pendidikan matematika
STKIP PGRI Pacitan dengan kurun waktu pelaksanaan selama 5 bulan yaitu mulai
tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan tanggal 30 Mei 2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester VIII jurusan pendidikan
matematika STKIP PGRI Pacitan yang telah menempuh mata kuliah program linear.
Dari 3 rombongan belajar sebanyak 117 mahasiswa, dipilih 5 mahasiswa sebagai subjek
penelitian. Kelima mahasiswa tersebut dipilih berdasarkan identifikasi awal peneliti
yang menunjukkan bahwa kelima mahasiswa tersebut mengalami indikasi kesalahan
paling banyak dan bervariasi jenis kesalahannya dalam menyelesaikan soal materi
program linear. Jadi kelima subjek tersebut dimungkinkan dapat memberikan informasi
kesalahan dalam menyelesaikan soal program linear. Subjek dalam penelitian ini tidak
mewakili rombongan belajar yang ada, tetapi hanya mewakili subjek itu sendiri.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui teknik tes tertulis
dan teknik wawancara. Instrumen utama pengumpul data kesalahan belajar mahasiswa
adalah peneliti sendiri dan didukung dengan instrumen bantu yang berupa instrumen tes
tertulis dan pedoman wawancara tak terstrukutur. Wawancara digunakan untuk
menggali informasi lebih dalam tentang penyebab kesalahan belajar mahasiswa dan

selanjutnya data yang diperoleh akan dibandingkan dengan data hasil tes tertulis. Jika
data dari kedua metode tersebut memiliki kesamaan, maka disimpulkan data tersebut
valid dan akan dilakukan analisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
Instrumen tes tertulis terdiri dari 4 butir soal yang rinciannya adalah 2 buah soal
berbentuk soal cerita dan 2 buah yang lainnya adalah soal yang sudah berbentuk model
matematis. Butir instrumen tersebut telah dinyatakan valid oleh validator dan sudah
dilakukan uji coba terhadap butir tersebut untuk mengetahui sejauh mana butir soal
mengukur apa yang seharusnya diukur sehinga dapat menghasilkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini. Instrumen tes tertulis secara lengkap dapat dilihat pada
Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 5 dari 10

tabel 1 (rincian instrumen tes uraian). Sedangkan instrumen pedoman wawancara tidak
dipaparkan dalam makalah ini.
Tabel 1. Rincian Instrumen Tes Uraian
No
Bunyi Soal
1 Seorang peternak ayam pedaging mempunyai 2 jenis vitamin yang dapat

diberikan kepada ayam-ayamnya, yaitu V1 dan V2. Masing-masing vitamin V1
dan V2 ini mengandung 3 unsur yaitu unsur A, unsur B, dan unsur C. Tiap satu
sachet vitamin V1 mengandung 3 mg unsur A, 7 mg unsur B, dan 3 mg unsur C.
Sedangkan untuk tiap satu sachet vitamin V 2 mengandung 3 mg unsur A, 2 mg
unsur B, dan 8 mg unsur C. Agar siap dipanen dalam waktu yang tepat, seekor
ayam harus memakan unsur A minimal 21 mg, unsur B minimal 24 mg, dan
unsur C sebanyak 36 mg. Bila harga satu sachet vitamin V 1 adalah Rp. 1.500,00
dan vitamin V2 adalah Rp. 2.000,00, maka tentukan banyak sachet vitamin V1
dan V2 yang harus dibeli agar biaya pembelian seminimal mungkin (diasumsikan
faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ayam diabaikan). Modelkan
masalah di atas dan selesaikan dengan garis selidik (metode garis selidik).
2 Sebuah perusahaan sepatu akan memproduksi dua jenis sepatu yaitu sepatu jenis
olahraga dan sepatu jenis kantor. Setiap pasang sepatu olahraga memerlukan
bahan sebanyak 3600 cm2 kulit sintesis dan menghabiskan waktu penyelesaian
selama 3 jam. Setiap pasang sepatu kantor memerlukan bahan sebanyak 2500
cm2 kulit sintesis dan menghabiskan waktu penyelesaian selama 4 jam. Bahan
kulit sintesis yang tersedia pada perusahaan sebanyak 375m 2 dan waktu yang
tersedia untuk membuat kedua jenis sepatu tersebut adalah 3000 jam. Sementara
gudang penyimpanan sepatu jadi (sepatu sudah dalam box/dus) jika ditempati
sepatu jenis olahraga mampu memuat tepat 600 pasang dan jika ditempati sepatu

jenis kantor mampu memuat tepat 500 pasang. Perusahaan telah mempunyai
kesepakatan dengan salah satu retail peralatan olahraga yang berupa
kesanggupan untuk memenuhi pesanan retail tersebut yaitu 170 pasang sepatu
jenis olahraga. Keuntungan untuk satu pasang sepatu olah raga adalah Rp.
40.000,00 dan keuntungan untuk satu pasang sepatu kantor Rp. 50.000,00. Buat
model matematika dari permasalahan tersebut sehingga keuntungan perusahaan
maksimum.
3 Dengan metode simplek, tentukanlah x, y tak negatif dan nilai programnya yang
meminimumkan fungsi sasaran f = x + y dengan kendala sebagai berikut:
x + y
dan x − y

4 Dengan metode simplek, tentukanlah x, y, z tak negatif dan nilai programnya
yang memaksimumkan fungsi sasaran f = x + y + z dengan kendala sebagai
berikut:
x + y
;y+z
8; dan x + y + z

Teknik Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum peneliti
memasuki lapangan (Surya Dharma, 2008: 11). Aktivitas dalam analisis data meliputi
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan
Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 6 dari 10

kesimpulan, dan verifikasi (conclusion drawing/ verification). Reduksi data adalah
proses

analisis

untuk

memilih,

memusatkan

perhatian,

menyederhanakan,

mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan
lapangan (Patilima dalam Surya Dharma, 2008: 13). Setelah data direduksi, langkah
analisis selanjutnya adalah penyajian ( display) data. Penyajian data diarahkan agar data
hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah
dipahami. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal yang
dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat
yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang dipaparkan dan dibahas berikut berasal dari data yang valid dan telah
melalui tahapan analisis data. Berikut ini adalah paparan hasil dan pembahasan dari
kesalahan pada masing-masing fokus penelitian.
1. Langkah Pemodelan pada Soal Cerita
Pada soal nomor 1 dan nomor 2, mahasiswa mengalami kesalahan dalam
memodelkan soal cerita menjadi bentuk matematis. Dengan kata lain mahasiswa
salah dalam mengubah bahasa informal (bahasa sehari-hari) ke formal matematis
(formula matematikanya). Ini dikarenakan mahasiswa kurang memahami bahasa
soal, terutama bahasa yang bersifat matematis seperti kata-kata “minimal” dan
“maksimal”. Akibatnya, dalam merumuskan bentuk matematis mahasiswa terbalik
dalam penggunaan tanda pertidaksamaan yaitu ≤ dan ≥. Dari hasil wawancara juga
mendukung hal tersebut. Selain itu mahasiswa kesulitan dalam memahami soal yang
memerlukan manipulasi dalam pemodelannya seperti soal nomor 2.
Pada soal nomor 1, mahasiswa merumuskan bentuk matematisnya dalam
bentuk fungsi kendala sebagai berikut: x ≥ 0, y ≥ 0, 3x + 3y ≤ 21, 7x + 2y ≤ 24, dan
3x + 8y ≤ 36, dengan pemisalan x adalah banyak sachet vitamin V1 dan y adalah
banyak sachet vitamin V2. Ini menunjukkan mahasiswa belum paham terhadap
makna kata “minimal”. Tentunya kesalahan ini akan berpengaruh terhadap hasil
selanjutnya. Pada soal nomor 2, mahasiswa merumuskan bentuk matematisnya
dalam bentuk fungsi kendala sebagai berikut: x ≥ 170, y ≥ 0, 36x + 25y ≤ 37500,
Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 7 dari 10

3x + 4y ≤ 3000, dan 6x + 5y ≤ 300, dengan pemisalan x adalah banyak pasang
sepatu jenis olahraga dan y adalah banyak banyak pasang sepatu jenis kantor.
Bentuk 6x + 5y ≤ 300 diperoleh mahasiswa dari informasi dalam soal yang terkait
dengan volume gudang dan volume box pembungkus masing-masing sepatu. Ini
menunjukkan bahwa mahasiswa masih kesulitan dalam memanipulasi informasi
dalam

soal

yang

membutuhkan

manipulasi

untuk

mendapatkan

model

matematisnya. Pada proses wawancara, mahasiswa juga mengungkapkan kesulitan
yang sama pada pemodelan yang berkaitan dengan volume tersebut. Selanjutnya
mahasiswa mengungkapkan memperoleh model 6x + 5y ≤ 300 hanya dari perkiraanperkiraan saja (bersifat intuitif), tidak melalui proses manipulasi dan penghitungan
yang benar.
2. Langkah Penyelesaian dengan Metode Garis Selidik
Pada soal program linear yang memuat 2 variabel, atau 3 variabel dengan
terdapat bentuk persamaan di dalamnya, maka soal tersebut dapat diselesaikan
dengan metode garis selidik. Pada instrumen dalam penelitian ini terwakili oleh
butir soal nomor 1. Mahasiswa yang berhasil memodelkan soal cerita ke dalam
bentuk

matematis

selanjutnya

mereka

melakukan

langkah-langkah

untuk

menyelesaikan dengan metode garis selidik. Kesalahan yang ditemukan pada proses
ini adalah mahasiswa salah dalam menggambar garis dari persamaan fungsi kendala.
Kesalahan ini adalah kesalahan yang sangat mendasar dan merupakan akibat dari
kurangnya pemahaman terhadap materi prasyarat.
Kesalahan selanjutnya setelah mahasiswa dapat menentukan model
matematis adalah mahasiswa salah dalam menentukan daerah penyelesaian. Ini
dikarenakan mereka kesulitan di dalam melakukan upaya untuk menentukan daerah
manakah yang memenuhi kendala tersebut. Kesalahan mahasiswa yang lain adalah
mahasiswa salah dalam strategi penyelesaian. Pada metode garis selidik,
penyelesaian mahasiswa masih terpola pada langkah mensubstitusikan titik-titik
perpotongan garis dari persamaan fungsi kendala ke dalam fungsi sasaran. Solusi
atau penyelesaian yang diperoleh memang benar, tetapi langkah tersebut salah
secara konsep penyelesaian dengan metode garis selidik. Dari dokumentasi
penyelesaian terlihat bahwa mahasiswa sebenarnya telah menggambar garis selidik.
Akan tetapi kesalahan yang terjadi adalah mahasiswa hanya menggambar satu garis
Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 8 dari 10

selidik saja dan sebagian menggambar dua garis selidik, tetapi tidak melakukan
penyimpulan terhadapnya. Akibatnya langkah dalam mencari titik optimum adalah
dengan mensubstitusikan titik-titik perpotongan garis dari persamaan fungsi kendala
ke dalam fungsi sasaran seperti dijelaskan di awal. Kesalahan ini disebabkan oleh
pemahaman yang kurang terhadap konsep dan tujuan dari garis selidik. Hal ini
didukung dari hasil wawancara yang menunjukkan mahasiswa masih belum paham
terhadap konsep dan tujuan dan garis selidik.
3. Langkah Penyelesaian dengan Metode Simplek
Soal program linear yang memuat kendala dengan lebih dari dua variabel
tentu tidak bisa diselesaikan dengan metode grafik. Langkah penyelesaian yang
digunakan adalah dengan metode simplek. Pada instrumen dalam penelitian ini
terwakili oleh butir soal nomor 3 dan nomor 4.
Pada metode simplek, kesalahan yang dilakukan mahasiswa adalah dalam
menentukan bentuk kanonik yang siap simplek. Data dari dari hasil tes tertulis dan
wawancara menunjukkan kesamaan. Pada soal nomor 3, mahasiswa merumuskan
bentuk kanonik siap simplek dalam bentuk: (a) 3x + 4y + a ≥ 12 dan x – 2y – b + c
≥ – 13; (b) x + 4y – a = 12 dan x – 2y – b + c = – 1. Dari hasil dokumentasi tes
tertulis dan hasil wawancara diperoleh bahwa mahasiswa kesulitan dalam
memahami variabel pengetat dan variabel semu. Kesalahan yang lain adalah masih
adanya suku tetap pada bentuk kanonik yang bernilai negatif. Padahal syarat bentuk
kanonik siap simplek adalah tidak ada suku tetap yang bernilai negatif. Berdasar
data wawancara, mahasiswa mengaku lupa terhadap persyaratan tersebut.
Kesalahan pada langkah metode simplek yang lain adalah mahasiswa salah
dalam mengisi tablo baru yang lebih optimum. Kesalahan ini disebabkan antara lain
adalah kesulitan dalam menentukan operasi baris elementer dan kesulitan dalam
melakukan komputasi terhadap elemen-elemen baris pada tablo dengan operasi baris
elementer yang ditentukan. Data wawancara juga sejalan dengan data yang ada pada
dokumentasi penyelesaian tes tertulis. Mahasiswa juga mengaku lebih sulit
menentukan tablo baru yang lebih optimum apabila elemen-elemen pada tablo
simplek bernilai bukan suatu bilangan bulat (pecahan).

Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 9 dari 10

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka
kesimpulan penelitian dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Pada langkah pemodelan soal cerita, kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal
program linear dalam bentuk soal cerita terjadi pada: (a) penggunaan tanda
pertidaksamaan pada model matematis (kendala utama) dan (b) manipulasi
informasi dalam soal menjadi bentuk matematis. Penyebab kesalahan tersebut
adalah lemahnya pemahaman mahasiswa terhadap bahasa soal terutama bahasa
matematis.
2. Pada langkah penyelesaian dengan metode garis selidik, kesalahan mahasiswa dalam
menyelesaikan soal program linear terjadi pada: (a) proses mengambar garis dari
persamaan fungsi kendala, (b) penentuan daerah penyelesaian (daerah layak yang
memenuhi semua kendala), dan (c) penggunaan garis selidik untuk menentukan titik
optimum. Penyebab kesalahan tersebut adalah: (a) lemahnya penguasaan materi
prasyarat tentang persamaan garis, (b) kurang terampilnya penggunaan metode
pencarian titik layak yang mewakili daerah penyelesaian, dan (c) lemahnya
pemahaman terhadap konsep dan tujuan garis selidik. Temuan lain pada langkah
penyelesaian dengan metode garis selidik adalah mahasiswa masih terpola pada cara
mensubstitusikan titik-titik potong garis dari persamaan kendala-kendala yang ada
kemudian mensubstitusikannya pada fungsi sasaran. Langkah ini pada soal tertentu
bisa benar, tetapi tidak bisa untuk mendeteksi jika soal memiliki solusi atau
penyelesaian yang tak berhingga banyaknya.
3. Pada langkah penyelesaian dengan metode simplek, kesalahan mahasiswa dalam
menyelesaikan soal program linear terjadi pada: (a) penentuan bentuk kanonik siap
simplek dan (b) penentuan tablo baru sebagai tablo yang lebih optimum dari tablo
yang sebelumnya. Penyebab kesalahan tersebut adalah: (a) pemahaman yang lemah
terhadap konsep variabel pengetat dan variabel semu, (b) ketrampilan yang kurang
dalam penentuan operasi baris elementer yang digunakan untuk mengisi tablo baru,
dan (c) ketrampilan yang kurang dalam komputasi bilangan.
Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas dan dengan mengingat
pentingnya pembelajaran program linear di program pendidikan matematika untuk

Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014

Halaman 10 dari 10

membekali mahasiswa calon guru, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dalam pembelajaran dosen menyampaikan soal yang terkait dengan kehidupan
sehari-hari (contextual) agar mahasiswa terbiasa dengan masalah nyata senantiasa
memotivasi mahasiswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang dihadapi.
2. Setiap selesai satu topik bahasan, hendaknya dosen melakukan pemetaan kesalahan
belajar mahasiswa dan melakukan tindak lanjut seperti drilling soal, pemberian
tugas terstruktur, dan kegiatan asistensi (pendampingan).
3. Perlu ada penelitian lebih lanjut yang memetakan kesalahan berdasar tipe gaya
belajar atau gaya berpikir.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2008. Kesalahan Mengerjakan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Paedagogia .11(1), 1 – 8
Muhammad Nur Kholid. 2011. Analisa Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan
Soal Cerita pada Mata Kuliah Program Linear. Prosiding Seminar Nasional
Matematika Program yang diselenggarakan oleh FKIP Jurusan Pendidikan
Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta tanggal 24 juli 2011.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surya Dharma. 2008. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian . Jakarta: Ditjen
PMPTK, Depdiknas.
Susanta. 1990. Program Linear . Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Syaifuddin Azwar. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Seminar Nasional Pendidikan STKIP PGRI Pacitan
Pacitan, 21 Juni 2014