PENYELENGGARAAN MADRASAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM OPERATION OF MADRASAH IN REGIONS WITH FEW MOSLEMS Umul Hidayati

PENYELENGGARAAN MADRASAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM OPERATION OF MADRASAH IN REGIONS WITH FEW MOSLEMS

Umul Hidayati

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, Jln M.H. Thamrin No. 06 Jakarta, Gedung Lt. 19. Email: hidayatikuncoro@yahoo.com

Naskah diterima 27 Juni 2015. revisi pertama, 14 Juli 2015. revisi kedua, 20 Juli 2015 dan revisi terahir 29 Juli 2015

Abstract

The study aims to know the existence of operation of madrasah in regions with few moslems in Manokwari Regency, West Papua Province. Using qualitative method, the study result shows that the operation of madrasah in the study location is initiated by migrant people from outside Papua. All madrasahs there are operated in Transmigration settlements and in Hidayatullah pesantren. If we see eight components of education, the madrasahs generally have not met the SNP. From the government policy, the madrasahs have not gained equal treatment from the regional government and the regional parliament due to political, socio cultural, religious and ethnicity factors while the policy of the ministry of religion still refers to the government’s policy through the Central Government’s Performance Plans not realized in accordance with the region’s need. The relationship between the madrasahs and the migrant people is good as the people need comprehensive Islamic educational service and formal education is yet available in their settlements. However, the relationship with indigenous people is hampered by regulations imposed on migrants that sometimes bring loss.

Keywords: operation, madrasah, Muslim minority

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi penyelenggaraan madrasah di daerah minoritas muslim di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat. Dengan menggunakan metode kualitatif, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan madrasah di lokasi penelitian dilatarbelakangi kedatangan masyarakat migran dari luar Papua. Seluruh madrasah di sana berdiri di lokasi Pemukiman Transmigrasi dan di lingkungan pondok pesantren Hidayatullah. Dilihat dari kondisi delapan komponen pendidikan, umumnya madrasah tersebut belum memenuhi SNP. Dilihat dari kebijakan pemerintah, madrasah belum memperoleh kebijakan yang berkeadilan dari Pemda maupun DPRD, yang disebabkan oleh faktor politik, sosial budaya, agama dan etnis. Sedangkan kebijakan Kemenag sendiri masih mengacu pada kebijakan pusat melalui Rencana Kinerja Pusat (RKP) yang terkadang realisasinya tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. Hubungaan madrasah dengan masyarakat migran cukup baik, karena pendirian madrasah memang dikehendaki oleh masyarakat tersebut, karena masyarakat sangat membutuhkan layanan pendidikan agama Islam yang utuh dan layanan pendidikan formal yang memang belum tersedia di sekitar pemukiman mereka. Namun hubungan dengan masyarakat penduduk asli, terkendala dengan aturan-aturan yang berlaku yang juga diterapkan pada penduduk pendatang yang terkadang merugikan.

Kata Kunci: penyelenggaraan, madrasah, mino- ritas Muslim

U m U l h I DAyAt I

PENDAHULUAN

62% di bidang sarana prasarana dan 64% di bidang pengelolaan. Di bidang

Setiap warga negara (termasuk yang ketenagaan, hasil penelitian, 3 menunjukkan

berada di daerah atau komunitas adat terpencil, terbelakang, di daerah konflik, bahwa kompetensi kepala MA pada

aspek kepemimpinan, administrasi dan bencana alam, bencana sosial dan tidak

supervisi masih rendah. Sedangkan hasil mampu dari segi ekonomi), mempunyai hak

penelitian tentang Kompetensi GPAI MTs, 4 yang sama untuk memperoleh pendidikan

menunjukkan bahwa kompetensi sosial, yang bermutu dan melalui layanan khusus.

kepribadian dan paedagogik guru cukup baik, Implikasi dari undang-undang ini, negara

namun kompetensi profesionalnya kurang berkewajiban membangun akses pendidikan

baik. Hasil penelitian tentang kompetensi yang layak bagi seluruh warga negara

guru mapel umum, 5 menunjukkan bahwa dimanapun berada dan dalam kondisi

kompetensi profesional dan paedagogik apa pun, meskipun merupakan kelompok

guru masih rendah. Sedangkan hasil minoritas, karena perbedaan suku, ras,

penelitian tentang Kompetensi Kepala MA, 6 agama, sosial, politik dan lainnya.

menunjukkan bahwa kompetensi kewira- Dalam rangka pemenuhan layanan

usahaan rendah dan masuk kategori kurang pendidikan tersebut, pemerintah khususnya

baik. Di bidang pelaksanaan pembelajaran, Kemenag selama ini telah memperbaiki dan

penelitian tentang Peme nuhan SNP, membenahi penyelenggaraan pendidikan

hasilnya menunjukkan bahwa MTsN belum madrasah yang tumbuh dari masyarakat

memenuhi SNP dan masuk kategori kurang

dan tersebar di seluruh pelosok tanah air, memenuhi, dengan tingkat keterpenuhan tak terkecuali di daerah-daerah minoritas

58% untuk Standar Proses; 60% untuk muslim. Namun kita sadari bahwa begitu

Standar Isi; 54% untuk Standar Penilaian dan massifnya pertumbuhan madrasah, dan

50% untuk Standar Kompetensi Lulusan. 7 begitu gencarnya Kemenag melakukan Beberapa hasil penelitian ini me-

pembenahan, masih banyak madrasah yang nunjukkan bahwa madrasah secara umum

masih memiliki kualitas rendah. belum memenuhi SNP dan masih memiliki Kondisi madrasah tersebut dapat dilihat

dari penelitian tentang Standar Nasional

2 3 Pendidikan (SNP), Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama menunjukkan bahwa

dan Keagamaan. 2004. “ Kompetensi Kepala Madrasah

madrasah belum memenuhi SNP secara Aliyah (MA)”. maksimal dengan tingkat keterpenuhan

4 Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. 2005. “ Profil Kompetensi guru PAI

MTs”.

Ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 5 Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dan Keagamaan. 2007. “ Kompetensi Guru Mapel Umum Pasal 5, ayat 1 dan ayat 3

(Matematika, IPA dan Bhs Ingris) MTs”.

Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama 6 Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. 2009. “ Kesiapan Madrasah dalam

dan Keagamaan. 2011. “ Kompetensi Kepala MA”. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (Standar

7 Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan, Standar

dan Keagamaan. 2010. “ Pemenuhan Standar Nasional Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Standar Sarana

Pendidikan (Standar Proses, Isi, Penilaian dan Kompetensi Prasarana) di MTsN”.

Lulusan) di MTsN”.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

kelemahan dalam berbagai aspeknya. terhadap madrasah, sehingga kebijakan- padahal madrasah-madrasah ini merupakan

kebijakan yang dikeluarkan akan sangat madrasah yang berada di daerah-daerah yang

deskriminatif dan kurang atau bahkan tidak

tidak marginal. Bagi madrasah-madrasah pernah menyentuh madrasah. Menurut yang berada di daerah marginal khususnya

Suaedy dkk bahwa kelompok minoritas di daerah minoritas muslim, tentu memiliki

merupakan kelompok paling rentan permasalahan yang jauh lebih komplek dan

menjadi korban tin dakan intoleransi, diskri-

rumit, tidak hanya terbatas pada kondisi minasi, hingga aksi kekerasan. Di Indonesia fisik, tetapi juga kondisi non fisik seperti

kelompok minoritas masih mengalami rendahnya daya dukung masyarakat dan masalah serius mencakup tiga hal tersebut. 10 pemerintah.

Kebijakan yang deskriminatif ini semakin Diberlakukannya peraturan otonomi kuat, manakala Pemerintah Daerah masih daerah, dimana pemerintah daerah me-

salah tafsir dalam memahami peraturan

miliki kewenangan yang sangat besar 11 Mendagri yang sebenarnya tidak melarang dalam mengatur anggaran termasuk Pemda memberikan bantuan pada madrasah.

Di samping persoalan deskriminasi, Azyumardi Azra, 9 pemberlakuan oto no- partisipasi masyarakat juga merupakan

meng atur anggaran pendidikan. 8 Me nurut

misasi/desentralisasi pendidikan telah masalah terbesar yang dihadapi madrasah menimbulkan implikasi bagi pen didik-

pasca diberlakukannya otonomi daerah. 12

an Islam (termasuk madrasah), karena Apalagi Kemenag sendiri selaku instansi desentralisasi pendidikan tidak me libatkan

pemerintah yang menaungi madrasah lembaga-lembaga pendidikan Islam ter-

tidak memiliki penganggaran memadahi masuk madrasah, namun ia harus meng ikuti

bagi penyelenggaraan madrasah, sehingga perubahan tersebut.

sulit merealisasikan anggaran dengan Bagi madrasah yang berada di daerah asas keadilan dan pemerataan dan terjadi

minoritas muslim, kondisi ini tentu saja perlakuan yang berbeda antara madrasah tidak menguntungkan, karena berbagai posisi penting di Pemerintah Daerah yang

10 Ahmad Suaedy dkk. 2012. Islam dan Kaum

diduduki oleh orang-orang dari kelompok Minoritas: Tantangan Kontemporer, Jakarta: The Wakhid mayoritas (non muslim) tentu akan sangat Institue, h. i

11 Surat Keputusan Mendagri Nomor 903/2429/

kecil kemungkinannya memiliki perhatian SJ Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan APBD,

yang ditafsirkan SK tersebut tidak memperkenankan pengalokasian anggaran untuk membantu institusi

8 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Ten- vertikal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. tang Otonomi Daerah yang kemudian direvisi

Padahal tahun berikutnya Mendagri telah merubah dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 pasal

kebijakannya dengan memperbolehkan Pemerintah disebutkan 7 bahwa “kewenangan daerah mencakup

Daerah mengalokasikan anggaran APBD-nya untuk kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,

kegiatan pendidikan keagamaan (madrasah), yang kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,

penyalurannya dilakukan melalui Dinas Pendidikan pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal

setempat yang dituangkan dalam Rancana Anggaran dan agama..

Satuan Kerja (RASK) Perangkat Kerja Daerah 9 Azyumardi Azra. 2002. Paradigma Baru

12 Masyarakat Pendidikan. 2002. Madrasah di Era Pendidikan Nasional (Rekontruksi dan Demokratisasi),

Otonomi dan Globalisasi, Vol. I Nomor 5, Maret-April, Kompas, Jakarta. h. 3

h. 11

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

U m U l h I DAyAt I

negeri dan swasta, antara madrasah per-

Kerangka Konseptual

kotaan dan madrasah pedesaan, dan antara

Pengertian Daerah Marjinal

madrasah di daerah mayoritas muslim dan madrasah di daerah minoritas muslim.

Daerah marjinal merupakan suatu wilayah yang berada di pinggiran dan dalam

Untuk mengetahui bagaimana kondisi kondisi tidak menguntungkan. 13 Sehingga

riil penyelenggaraan madrasah di daerah- masyarakat marjinal sering disebut sebagai

daerah minoritas muslim, maka pada tahun masyarakat pinggiran, dimana salah satu

2014 Puslitbang Pendidikan Agama dan ciri khasnya adalah tidak terperdaya/

Keagamaan melakukan penelitian berjudul terpinggirkan dalam mendapatkan akses

“ Penyelenggaraan Madrasah di Daerah Minoritas Muslim. Penelitian ini penting dilakukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya,

agama, yang menyebabkan timbulnya mengingat banyak madrasah berdiri di

pemiskinan struktural, kebodohan dan daerah minoritas muslim, namun eksistensi

keterbelakangan. 14 Menurut Paulo Freire, penyelenggaraannya belum maksimal,

kaum marjinal dibedakan dalam dua yang disebabkan oleh banyak faktor antara

lain: kebijakan penganggaran Kementerian Pertama, kelompok yang kurang

kelompok.

beruntung, tidak mendapatkan pendidikan Agama yang belum memprioritaskan

yang memadai, tidak mendapatkan madrasah-madrasah di daerah minoritas

kesejahteraan dan terasing dari lingkungan muslim; sempitnya struktur organisasi

sosial, tereklusi dari sistem sosial orang- Kementerian Agama di daerah minoritas

orang pada umumnya, yang disebabkan muslim khususnya yang menangani madrasah berakibat pada terbengkalainya karena kondisi fisiknya, seperti penyandang

penyelesaian berbagai persoalan mdrasah; Kedua, kelompok yang sama dengan

cacat.

kelompok pertama, namun disebabkan adanya deskriminasi kebijakan pemda

karena perbedaan suku, agama, ras (sara), terhadap madrasah; keterlibatan/ daya

kondisi lingkungan sosialnya, seperti dukung masyarakat yang belum maksimal;

masyarakat di daerah terpencil, suku belum dimilikinya sumber-sumber pen-

terasing, perbedaan etnis, warna kulit, danaan mandiri oleh madrasah dan lain

agama, budaya, anak-anak yang hidup di sebagainya.

jalanan, orang-orang miskin dan terbiasa Rumusan permasalahan penelitian

dengan kekerasan. 15

ini adalah bagaimana eksistensi penye- lenggaraan madrasah di daerah minoritas muslim dilihat dari kondisi umum daerah

13 Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

sekitar madrasah; sejarah berdirinya Media Center, h. 364 madrasah; kondisi delapan komponen SNP

14 Djamaludin Djawu, dalam http://jamal-

madrasah; kebijakan pemerintah (Pemda. merdeka.blogspot.com/2012/10/apa-itu-kaum-

marjinal-marginal.html. Diunduh tanggal 8 Pebruari

DPRD, Kemenag); relasi dan lingkungan 2014 sosial masyarakat sekitar madrasah, faktor

15 Paulo Freire. 2002. The Politic of Education;

Pendukung dan penghambat

Culture, Power and Liberation, dalam Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyar (ed), Politik Pendidikan, Kebudayaan dan Pembebasan, Jogjakarta: Read, hal. 64.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

Dari uraian tersebut, maka yang di- ( minority groups) adalah kelompok-kelompok

sebut daerah marjinal adalah suatu yang diakui berdasarkan perbedaan ras, daerah yang didalamnya terdapat suatu agama, suku, bangsa, yang mengalami kelompok masyarakat yang terpinggirkan kerugian sebagai akibat prasangka ( prejudice)

yang disebabkan antara lain oleh kondisi atau diskriminasi. 18 Istilah minoritas fisiknya yang cacat, kondisi ekonominya

( minoritie) dalam peradaban Barat adalah yang kurang mampu, adanya perbedaan ras,

masyarakat yang memiliki identitas budaya

suku, agam dan budaya. Dalam penelitian yang berbeda dengan identitas budaya ini, yang dimaksud daerah marjinal adalah

masyarakat mayoritas. Dalam khasanah daerah minoritas muslim, yaitu daerah Islam/keagamaan, minoritas dilihat yang di dalamnya terdapat kelompok dari segi kwantitatif, yakni memandang masyarakat yang terpinggirkan/terabaikan

perbedaan karena jumlah. 19 Sedangkan

dari pelayanan pendidikannya, yang kaum minoritas, dalam retorika antar bangsa disebabkan karena perbedaan keyakinan/

disebut the minorities atau minority groups,

agama khususnya penganut agama Islam. yang merujuk kepada kelompok masyarakat Dalam kontek penelitian ini, bagaimana yang jumlahnya lebih sedikit dibanding penyelenggaraan madrasah di daerah kelompok masyarakat lain yang dominan. tersebut, apakah sudah memperoleh Pengelompokkan ini dilakukan atas dasar perhatian yang baik dari Pemerintah atau perbedaan agama, ras, bahasa, paham politik, belum. Selanjutnya bagaimana daya dukung

asal usul daerah, kelas sosial ekonomi, dan masyarakat sekitar terhadap madrasah, serta

perbedaan dalam pendapat. 20

faktor pendukung dan penghambatnya. Dari uraian tersebut, maka yang dimaksud daerah minoritas adalah suatu

Pengertian Daerah Minoritas Keagamaan

tempat/daerah dimana terdapat kelompok- Minoritas (

minority) adalah golongan kelompok masyarakat yang jumlahnya lebih

sosial yang jumlah warganya lebih sedikit sedikit dibandingkan kelompok masyarakat

dibandingkan dengan golongan lain. 16 daerah tersebut karena perbedaan agama,

Minoritas, adalah kelompok penduduk ras, bahasa, paham politik, asal usul daerah, di sebuah negara yang berbeda dengan kelas sosial ekonomi ataupun perbedaan kebanyakan penduduk negara itu, yang dalam pendapat. Dalam penelitian ini, yang disebabkan karena perbedaan agama,

mazhab, keturunan, bahasa dan perkara- com/2012/03/minoritas-muslim-dan-permasalah-

mereka. html. diunduh tanggal 10 Pebrauri 2014

perkara dasar lainnya. Contoh, minoritas

18 Isnaini dalam http://issnaini.blogspot.

Kristen di Mesir, Syria dan Iraq. Minoritas com/2012/10/makalah-diskriminasi-pendidikan. Yahudi di Maroko dan Iran. Minoritas muslim

html. diunduh tanggal 10 Pebruari 2014

17 19 di negara-negara Barat. Ulya Fikriyanti dalam makalahnya berjudul Kelompok minoritas

“ Dilema kaum Minoritas : Islam Solusi Tepat” dalam http://www.academia.edu/3769057/Kelompok- Sesial-Mayoritas-dan-Minoritas. diunduh tgl 10

16 Tim Media, Op Cit., h. 374

Pebruari 2014.

17 Syaefany dalam makalahnya berjudul “ Mino- 20 http://www.academia.edu/3769057/ ritas Muslim Dan Permasalah Mereka Dari Sudut Hukum

Kelompok-Sesial-Mayoritas-dan-Minori tas. diunduh Fiqh (Fiqh Aqalliyat)”, dalam http://syaf.blogspot.

tanggal 10 Pebruari 2014.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

U m U l h I DAyAt I

dimaksud dengan daerah minoritas adalah merupakan sekolah umum sebagaimana daerah minoritas keagamaan khu susnya disebutkan dalam undang-undang bahwa minoritas muslim yaitu suatu tempat/daerah

pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar

dimana terdapat kelompok masyarakat (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau muslim yang jumlahnya lebih sedikit bentuk lain yang sederajat serta Sekolah dibandingkan dengan kelompok masyarakat

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah penganut agama lain di daerah tersebut.

Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan menengah

Pengertian Madrasah

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA). 24 Dalam Permenag

Kata “madrasah” berasal dari akar disebutkan bahwa “madrasah” adalah satuan

kata ‘ darasa’ yang memiliki makna sebagai ‘keterangan tempat’ Secara harfiah pendidikan formal dalam binaan Menteri

Agama yang menyelenggarakan pendidikan ‘madrasah’ merupakan ‘tempat belajar’

umum dan kejuruan dengan kekhasan agama atau ‘tempat untuk memberikan pelajaran’.

Islam yang mencakup Raudatul Athfal, Dalam bahasa Indonesia, diartikan sebagai

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, ‘sekolah’, meskipun kata ‘sekolah’ itu sendiri

21 berasal dari dari bahasa asing ‘ Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah school’.

Kejuruan. 25 Dari uraian tersebut, maka Dalam pengertian lebih luas, madrasah

madrasah yng dimaksud dalam penelitian berarti tempat proses belajar mengajar yang

ini adalah satuan lembaga pendidikan dilakukan secara terarah, terpimpin dan

formal tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah terkendali, yang menggambarkan proses

dan Madrasah Tsanawiyah) dan tingkat atas pembelajaran formal sebagaimana sekolah,

namun memiliki spesifikasi/karakteristik (Madrasah Aliyah) yang dibawah pembinaan yakni bertumpu pada substansi ajaran Islam. 22

Menteri Agama.

Dalam perkembangannya, madrasah

Pengertian Penyelenggaraan

telah mengalami berbagai perubahan yakni dari sistem pesantren ke madrasah; dari

Penyelenggaraan adalah mengadakan,

metode tradisional ke klasikal; dari sistem mengurus dan mengusahakan sesuatu halaqah ke bangku, meja dan papan tulis; seperti memelihara dan merawat, melakukan

perintah atau rencana, menunaikan atau dari kurikulum tradisional ke modern; menyampaikan (maksud, cita-cita, harapan, dari pendidikan klasik ke pembaharuan

23 tugas kewajiban) untuk tujuan tertentu. pendidikan yang modern. Saat ini, madrasah

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan

madrasah, maka penyelenggaraan disini

Haidar Putra Daulay. 2005. Historisitas dan Eksistensi (Pesantren, Sekolah dan Madrasah), adalah kegiatan yang dimulai sejak dari

Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, h. 59. 22 Masykuri dkk. 2005. Profil Madrasah Tsanawiyah,

Jakarta : Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal 24 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Op Cit, Kelembagaan Agama Islam, h. 2.

pasal 18 ayat (3).

Badri Yatim dkk. 2000. 25 Sejarah Perkembangan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Madrasah, Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat

Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,

Pendidikan Madrasah Bab I Pasal 1 ayat 2

h.198.

26 Tim Media, Op Cit, h. 374

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

perencanaan, pendirian, hingga pelaksanaan kurikulum; dan 2) jumlah peserta didik, 3) proses dan pencapaian hasil serta evaluasi.

jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga Bagaimana sejarah pendirian, pengelolaan,

kependidikan; 4) kelengkapan sarana

upaya-upaya dalam mempertahankan prasarana; 5) 6) rencana pembiayaan; eksistensi dan pengembangan madrasah,

7) pembelajaran (proses pembelajaran,

bagaimana melakukan kerjasama dengan sistem evaluasi, program pendidikan, 8) pihak lain, meningkatkan mutu, mem-

organisasi dan manajemen pendidikan. perbaiki kekurangan dsb.

Sedangkan persyaratan kelayakan meliputi:

Dalam Permenag 27 disebutkan bahwa

1) tata ruang, geografis, ekologis; 2)

penyelenggaraan pendidikan madrasah prospek pendaftar; 3) sosial dan budaya; adalah kegiatan pelaksanaan komponen dan 4) demografi anak usia sekolah dan sistem pendidikan pada Raudatul ketersediaan lembaga pendidikan formal. Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah

Dari uraian ini, maka yang dimaksud Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Madrasah

dengan penyelenggaraan madrasah adalah

Aliyah Kejuruan, agar proses pendidikan bagaimana pendirian madrasah dilakukan, dapat berlangsung sesuai dengan tujuan bagaimana pengelolaannya, proses pendidikan nasional. Pendirian madrasah belajarnya, upaya-upaya pengembangannya, diselenggarakan oleh pemerintah dan

bagaimana mempertahankan eksistensinya, masyarakat. Pendirian madrasah yang

peningkatan mutunya, evaluasinya, kendala diselenggarakan oleh pemerintah ditetap- dan hambatannya, solusinya, bagaimana kan oleh meneteri. Sedangkan pendirian memperbaiki kekurangannya dsb. Beberapa

madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan oleh Kantor Wilayah

hal tersebut yang digali dalam penelitian

atas nama menteri dalam bentuk izin terkait dengan penyelenggaraan madrasah operasional, yang diberikan berdasar di daerah minoritas minoritas muslim. kelayakan pendirian. Pendirian madrasah

oleh pemerintah wajib memenuhi Standar Metodologi Penelitian

Nasional Pendidikan. Sedangkan pendirian madrasah oleh masyarakat wajib memenuhi

Penelitian berjudul “ Penyelenggaraan

persyaratan administrasi, teknis dan Madrasah di Daerah Minoritas Muslim” dilak- kelayakan pendirian.

sanakan di Kabupaten Manokwari, Propinsi Papua Barat. Sasaran penelitiannya adalah

Persyaratan administrasi meliputi: madrasah (MI, MTs, MA) yang ada di

1) penyelenggara pendidikan merupakan Kabupaten Manokwari. Adapun metode yang

organisasi berbadan hukum; 2) memiliki digunakan dalam penelitian adalah metode

struktur organisasi, AD/ART dan pengurus;

3) mendapat rekomendasi dari Kepala kualitatif. Sedangkan pendekatannya adalah

Kantor Kementerian Agama; dan 4) fenomenologi yaitu berusaha

pendekatan

memahami arti dari peristiwa dan kaitan- memiliki kesanggupan untuk membiayai

kaitannya terhadap orang-orang biasa penyelenggaraan pendidikan paling sedikit

dalam situasi-situasi tertentu. 28 Penelitian untuk satu (1) tahun berikutnya. Persyaratan

teknis meliputi: 1) kesiapan melaksanakan

28 Lexy J. Moleong. 2002. Metode Penelitian 27 Op. Cit Peraturan Menteri Agama ......, pasal Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. Ke.

7dan 8 ayat 1, 2 dan 3 dan pasal 9 ayat 1, 2, 3 dan 4

16, hlm. 9.

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

U m U l h I DAyAt I

juga menggunakan pendekatan sosio historis, DPRD dan informan lain yang dianggap emik dan etik. 29 penting.

Instrumen utama dalam penelitian adalah Pengumpulan data dilakukan dengan peneliti sendiri yang berperan sebagai human

menggunakan teknik wawancara mendalam

instrumen. Adapun sumber data penelitian ( in-depth interview), studi dokumen, dan berupa kata-kata dan tindakan orang yang trianggulasi. Sedangkan analisis data diamati atau yang diwawancarai sebagai menggunakan teknik deskriptif kualitatif. sumber data utama (data primer), selebihnya

Metode berpikir yang penulis gunakan

berupa dokumen sebagai data pendukung untuk menganalisis data adalah metode (data sekunder). Sumber data dipilih secara

induktif yaitu berangkat dari hal-hal yang purposive dan jumlahnya disesuaikan dengan

bersifat khusus kemudian ditarik fakta yang

informasi yang dibutuhkan. Sumber data bersifat umum, dianalisis, dideskripsikan dimaksud adalah narasumber (responden) dan ditarik kesimpulan secara umum. yang dianggap kompeten untuk memberikan

informasi yaitu kepala dan guru madrasah Keterbatasan Penelitian

serta bagian tata usaha sebagai key informan, ketua/pengurus yayasan, komite madrasah,

Sebenarnya banyak permasalahan yang

tokoh masyarakat, pengguna (user), pejabat dapat digali dalam penelitian ini, namun Kemenag, Pemda, Dinas Dikbud, anggota karena adanya keterbatasan yang ada pada

peneliti terutama keterbatasan waktu yang hanya 10 hari dalam melakukan penelitian, keterbatasan tenaga (jumlah peneliti yang

29 Apabila seseorang akan menguraikan perilaku

hanya 1-2 orang perlokasi) dan pembiayaan

manusia, ada dua titik tolak yang dianut yang bermanfaat menurut situasi tertentu yang dalam

(yang sudah ditentukan oleh Dipa), maka

kajian ilmiah disebut dengan istilah pendekatan

penelitian hanya difokuskan pada aspek

emik dan etik. Pendekatan emik dan etik sebenarnya

penyelenggaraan madrasah di daerah

lebih populer di bidang antropologi. Pendekatan emik adalah pengungkapan sistem prilaku manusia

minoritas muslim, mencakup hal-hal

bersama satuan strukturnya dan kelompok struktur

sebagaimana telah diuraikan di atas.

satuan-satuannya. Pendekatan ini merupakan satu usaha untuk mengungkapkan dan menguraikan pola suatu bahasa atau kebudayaan tertentu yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

berkaitan dengan lainnya dalam melakukan fungsi sesuai dengan pola tersebut. Sementara pendekatan

Gambaran Umum Kabupaten

Manokwari etik adalah sebaliknya yakni mengelompokkan secara 30 sistematis terhadap data yang dapat dibandingkan, menyediakan perangkat untuk mengklasifikasikan

Kabupaten Manokwari yang ada di

setiap unsur data; mengorganisasikan data yang

Propinsi Papua Barat memiliki luas wilayah

telah diklasifikasikan ke dalam tipe-tipe tertentu dan mempelajari, menemukan, menguraikan setiap data baru ke dalam kerangka sistem yang telah dibuat

30 Data tentang gmbaran umum Kabupaten sebelum mempelajari data yang ditemukan. Dengan

Manokwari diperoleh dari buku statistik “Manokwari kata lain pendekatan etik adalah kumpulan rumit

dalam Angka” tahun 2012 yang diperoleh dari BPS antara tujuan dan prosedur yang dikembangkan oleh

dan berdasarkan wawancara dengan kepala MIN peneliti. (Lexy J. Moleong (2002): Metode Penelitian

Aimasi dan MTs Prafi (Ranti dan Sukamto ) pada Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. Ke.

hari Kamis tanggal 24 April 2014 dan kepala MI, MTs, 16, hlm. 53-54).

MA Hidayatullah (Nurdin Alimudin, Rusdan, Ahmad

276

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 277

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

14.448,50 KM 2 , dengan jumlah penduduk

sebanyak 201.936 jiwa yang terdiri dari 106.436 jiwa laki-laki dan 95.500 jiwa perempuan, yang tersebar di 29 distrik (Distrik Ransiki, Momi Waren, Nenei, Sururey, Tahota, Didohu, Dataran Isim, Anggi, Taige, Anggi

Gida, Membey, Oransbari, Warmare, Prafi, Menyambow, Hingk, Catubouw, Manokwari

Barat, Manokwari Timur, Manokwari Utara, Manokwari Selatan, Testega, Tanah Rubuh, Kebar, Senopi, Amberbaken, Mubrani, Masni dan Sidey.). Penelitian ini dilakukan

di tiga Distrik yaitu Distrik Prafi, Masni dan Manokwari Selatan.

Dengan melihat pada luas wilayah dan dibandingkan dengan jumlah penduduk tersebut, Kabupaten Manokwari memiliki kepadatan penduduk sebanyak 13,98

jiwa per KM 2 . Jumlah penduduk menurut

agama dibagi menjadi lima kelompok yaitu penduduk beragama Kristen Protestan sebanyak 130.652 jiwa (64,70%), penduduk beragama Katolik 9.935 jiwa (4,92%), penduduk beragama Islam 60.419 jiwa (29,92%), penduduk beragama Hindu 687 jiwa (0,3%), penduduk beragama Budha 168 jiwa (0,08%) dan sisanya sebanyak 74 jiwa (0,04%) tidak diketahui agamanya.

Dilihat dari kondisi ekonominya, masyarakat Kabupaten Manokwari berada

pada status sosial menengah 31 ke bawah.

Masyarakat dengan status ekonomi lebih baik didominasi oleh masyarakat pendatang seperti dari Makasar, Ambon, Jawa, Lombok dan lainnya. Mereka menguasai sentra- sentra ekonomi pada sektor perdagangan

Sodri, Hasanudin Ali) pada hari Rabu tanggal 23 April 2014

31 Kelompok masyarakat yang baru mampu memenuhi kebutuhan pokok (primer) saja.

dan pertanian/perkebunan. Sementara penduduk asli Manokwari yang merupakan suku Arfak nampak terpinggirkan/ termarginalkan baik dalam hal ekonomi, pemukiman, pendidikan maupun status sosial lainnya. Mereka umumnya tinggal di lereng-lereng gunung dan hanya mengandalkan hasil hutan sebagai mata pencahariannya. Menurut Syamsudin (pengawas madrasah yang merupakan penduduk asli Papua dari Sorong) dan

Sukamto (kepala MTsN Prafi) mengatakan bahwa, mereka terkenal sangat malas dan

suka mabok-mabokan, tidak memiliki masa depan dan tidak mau berpikir tentang masa depan. Mereka hanya mampu berpikir apa yang bisa dimakan hari ini. Sehingga seberapapun uang yang mereka peroleh akan segera habis hanya digunakan untuk foya-foya, mabok-mabokan dan untuk makan hari ini.

Lebih lanjut menurut keduanya, seorang kepala suku memiliki penghasilan yang sangat besar yang berasal dari upeti yang diberikan oleh PT Metco dan PT Musirawa (sebuah perusahaan pengolah kelapa sawit) yang masing-masing memberikan upeti sebesar Rp. 150.000.000,- pertahunnya, upeti dari masyarakat setiap kali habis panen yang besarannya mereka (suku penduduk asli) yang menentukan, upeti dari pengambilan pasir di pantai sebesar Rp. 150.000,- tiap satu truk, upeti membuka palang bila terjadi peristiwa kecelakaan dan mengakibatkan meninggalnya suku penduduk asli yang besarnya mencapai milyaran rupiah dan upeti-upeti lainnya. Namun dengan penghasilan yang sangat besar tersebut tetap membuat mereka miskin dan tidak memiliki harta benda, bahkan untuk makan sehari-haripun sangat sulit. Karena setiap

U m U l h I DAyAt I

memperoleh penghasilan sebesar apapun, disusul Golkar 3 orang, Partai demokrat 2 langsung digunakan untuk pesta/foya-

orang dan lainnya satu orang. Dari 12 partai

foya dan mabuk-mabukan, untuk kawin tersebut, partai Islam hanya diwakili oleh lagi, dan tidak pernah menyisakan untuk dua partai yaitu PKS dan P3. Sementara dari kepentingan hari esuk dan masa depan

25 orang anggota DPRD, perwakilan umat anak-anak mereka.

Islam hanya 5 orang atau sekitar 20%. 32 Dilihat dari kondisi sosial budaya, Sedikitnya jumlah keterwakilan elemen

kehidupan masyarakat Manokwari Islam di DPRD ini, menjadikan perjuangan diwarnai oleh keanekaragaman suku/

umat Islam dalam menegakkan panji-panji

etnis pendatanag. Budaya-budaya yang Islam seperti pendirian rumah Ibadah berkembang di masyarakat tersebut seperti

(masjid dan musala), penyelenggaraan

bahasa, adat istiadat, kebiasaan, tata pendidikan Islam dsb, sangat berat dan cara berperilaku dan sebagainya, banyak menemui banyak kendala, karena terganjal diwarnai oleh adat yang dibawa oleh masing-

oleh kebijakan yang kurang berpihak. masing suku termasuk suku pendatang.

Di pemukiman suku Jawa (di 11 SPT) Sejarah Pendirian Madrasah 33

misalnya, bahasa yang digunakan sehari- Di kabupaten Manokwari terdapat

hari adalah bahasa jawa, adat kebiasaan tujuh madrasah yaitu 3 MI; 2 MTs dan 2

yang berkembang juga adat jawa seperti MA. Ketujuh madrasah tersebut adalah MI,

adat perkawinan, kelahiran, kematian, MTs, MA Hidayatullah; dan MIN, MTsN,

kesopan santunan, adat berperilaku dan sebagainya. Begitu juga di pemukiman suku

MAN Prafi serta MIN Masni. Dilihat dari sejarah pendiriannya, kehadiran madrasah

Bugis yang ada di sepanjang pantai di daerah di Kabupaten Manokwari seluruhnya

perkotaan, budaya yang berkembang juga diawali dengan proses migrasi (perpindahan

budaya bugis. Sedangkan bagi penduduk penduduk) baik perseorangan karena

asli suku Arfak, menerapkan adat budaya tujuan tertentu maupun secara kelompok

yang mereka bangun sendiri, namun melalui proses transmigrasi. Sehingga dapat

masyarakat pendatang/migran juga terkena dikatakan bahwa madrasah di Manokwari

dampak aturan-aruran adat yang berlaku

bagi mereka, seperti adanya upeti, denda lembaga pendidikan masyarakat

identik sebagai

buka palang, ijin mendirikan bangunan dan lainnya.

32 Badan Pusat statistik Kabupaten Manokwari,

Dilihat dari kondisi politik, masyarakat

2012, “Manokwari dalam Angka”.

33 Manokwari menyalurkan aspirasinya Data tentang sejarah pendirian madrasah

yang ada di Kabupaten Manokwari dan aspek-aspek

melalui 12 partai politik yaitu Partai yang melingkupinya, diperoleh dari wawancara Hanura, PBN, PKS, PAN, PDIP, P3, Golkar, dengan pengurus yayasan, kepala MIN Aimasi dan Partai Pemuda Indonesia, Partai Demokrasi

kepala MTsN Prafi (Abdul Kholik Bukhori, Ranti, dan Sukamto) dan wawancara dengan pengurus yayasan,

Kebangsaan, Partai Pelopor, Partai Patriot kepala MI, MTs, MA Hidayatullah (Nurdin Alimudin, dan Partai Demokrat. Dari 12 partai tersebut,

Rusdan, Ahmad Sodri, Hasanudin Ali) pada hari Rabu

PDIP dan PAN memiliki perwakilan di DPRD dan Kamis tanggal 23-24 April 2014; dari dokumen

yang diberiken ketiga jenjang madrasah tersebut dan

paling banyak yakni masing-masing 6 orang,

dari Seksi Mapenda Kemenag Kab. Manokwari.

278

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015 279

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

migran (masyarakat pendatang), karena didukung (didirikan, dikelola dan diminati)

oleh masyarakat migran/pendatang. Dari tujuh madrasah yang ada, tiga madrasah yaitu MI, MTs dan MA Hidayatullah didukung oleh masyarakat migran dari Makasar, yang datang ke Manokwari karena mengemban misi Syi’ar Islam yang dikirim oleh Pondok Pesantren Hidayatullah pusat di Balikpapan dan karena tujuan tertentu misalnya berdagang. Sementara empat madrasah

yaitu MIN Prafi, MIN Masni, MTsN Prafi dan MAN Prafi didukung oleh masyarakat dari

Jawa, yang datang ke Manokwari melalui program transmigrasi.

MI, MTs, MA Hidayatullah

Pendirian MI, MTs dan MA Hidayatullah, dilatarbelakangi oleh adanya visi Pondok Pesantren Hidayatullah untuk menegakkan peradapan dan syari’at Islam di seluruh kabupaten yang ada di Indonesia melalui misi pendirian lembaga pendidikan Islam formal semisal madrasah. Pendirian madrasah dipandang sebagai upaya paling efektif dalam menegakkan peradaban dan syari’at Islam, karena penyampaian materi agama Islam kepada anak didik lebih mudah, dapat menyampaikan materi yang lebih luas, lengkap dan tersetruktur, sehingga visi dan misi institusi dapat terwujud. Pondok Pesantren Hidayatullah pusat memiliki program yang terbagi dalam tiga bidang yaitu bidang pendidikan Islam, sosial dan keagamaan. Di bidang pendidikan, memiliki program untuk menyelenggarakan pendidikan Islam formal di seluruh kabupaten yang ada di Indonesia minimal satu lembaga pendidikan dalam satu kabupaten. Manokwari, menjadi salah satu sasaran pengembangan

lembaga pendidikan Islam tersebut, karena disamping merupakan daerah minoritas muslim, jumlah madrasah daerah ini juga masih sedikit. Atas dasar alasan tersebut, maka pada tahun 1992, didirikan Madrasah Ibtidaiyah Hidayatullah (MIH) di tanah wakaf seluas 4 hektar dari H. Arsyad (seorang kaya yang mukim di Manokwari). Sedangkan pada tahun 2007 didirikan Madrasah Tsnawiyah Hidayatullah (MTsH) dan pada tahun 2010 didirikan Madrasah Aliyah Hidayatullah (MAH), serta tahun berikutnya didirikan TK al-Hijrah dan PAUD al-Hidayah. Pendirian madrasah ini didukung oleh masyarakat baik secara moril maupun materiil. Masyarakat pendukung madrasah Hidayatullah ini mrupakan masyarkat pendatang tapi bukan masyarakat transmigrasi.

Jumlah peserta didik yang belajar di madrasah Hidayatullah Manokwari mulai dari jenjang PAUD hingga MA sebanyak 300 orang yang terdiri dari 30 orang peserta didik PAUD dan TK, 123 orang peserta didik MI, 77 orang peserta didik MTs dan 70 orang peserta didik MA. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dari Papua Barat seperti dari Kabupaten Fak-fak, Raja Ampat, Sorong, Kaimana, Teluk Bintuni, Manokwari dan sebagian dari Merauke. Seluruh peserta didik yang belajar di MI, MTs dan MA Hidayatullah tidak dikenakan biaya alias gratis. Karena mereka umumnya merupakan anak yatim, fakir miskin dan anak terlantar, yang sengaja direkrut untuk dipelihara dan disantuni, dididik dan diajarkan tentang ilmu pengetahuan dan agama, agar mereka menjadi anak-anak yang mengerti tentang syari’at Islam.

U m U l h I DAyAt I

Sebagai institusi pengelola madrasah, Menurutnya, akan lebih efisien kalau di peran Hidayatullah sangat kental mewarnai

Satuan Pemukimannya (SP) 3 terdapat

madrasah mulai dari penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam formal berbentuk pendidikan, pembiayaan, pengelolaan madrasah, sehingga disamping anak- hingga penetapan kurikulum. Dalam anak bisa memperoleh pendidikan formal penyelenggaraan kurikulum, Hidayatullah sekaligus memperoleh pendidikan agama. menetapkan satu mata pelajaran agama

Masyarakat Prafi merupakan masyarakat

yang wajib diajarkan di madrasah yaitu pendatang (transmigrasi dari pulau Jawa) Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW). Mata tahun 70 an dan awal tahun 80 an. Di daerah pelajaran ini mengajarkan materi tentang ini terdapat tiga distrik/kecamatan dan pemahaman terhadap beberapa surat

11 SP. Pada awalnya satu SP berjumlah

dalam al-Qur’an yaitu: 1) pemahaman sekitar 300-350 KK, namun mulai tahun 2010 surat al-‘Alaq untuk mengajarkan materi diperkirakan satu SP berjumalah lebih dari pendidikan; 2) pemahaman surat al-

500 KK. Jika satu KK dirata-rata berjumlah Qalam untuk mengajarkan idiologi dan

4 jiwa, maka jumlah penduduk seluruhnya ketauhidan; 3) pemahaman surat al-

sekitar 22.000 jiwa lebih. Pada awal tahun Muzammil untuk mengajarkan ibadah; dan

90 an, Abdul Kholik bertemu dengan tokoh

4) pemahaman surat al-Mudatsir untuk al-Khoirot Syagaf al-Jufni, cucu dari Habib mengajarkan tentang kemasyarakatan dan Salim Idrus al-Jufni (pendiri al-Khoirot Palu) keorganisasian.

dan H. Kisman Adam (tokoh al-Khoirot di Manokwari). Melalui ketiga tokoh tersebut,

MIN Aimasi, MTsN dan MAN Prafi

kemudian didirikan MI al-Khoirot tahun Pendirian MIN Aimasi, MTsN dan MAN

1991, MTs al-Khoirot tahun 1996 dan tahun Prafi dan MIN Masni, memiliki latar belakang

2009 didirikan MAN Prafi oleh Kemenag yang hampir sama yakni adanya kebutuhan

yang membuka jurusan IPA dan agama dan masyarakat transmigrasi terhadap layanan

memiliki jumlah peserta didik 165 orang. pendidikan agama yang lebih lengkap dan

Madrasah didirikan diatas tanah

terstruktur, yang tidak dapat terpenuhi 2 seluas 5000 M (100 x 50) pemberian dari bila anak-anak mereka sekolah di sekolah Departemen Transmigrasi. Sedangkan

umum (SD, SMP, SMA) yang lokasinya jauh untuk membangun gedung, didukung penuh dari Distrik Prafi, karena di sekolah tersebut

oleh masyarakat dalam bentuk sumbangan tidak memiliki GPAI. Sementara jika mereka

tenaga, pikiran, iuran rutin, infak, sedekah

belajar di musala atau masjid, pendidikan dan juga didukung pemerintah (Camat agama Islam yang diperoleh tidak maksimal

Warmare bernama Kapisa) dalam bentuk

dan kurang terstruktur, karena kondisi dukungan moril yang menjadikan dirinya pendidik atau ustaz yang mengajar kurang

sebagai jaminan kelancaran pendirian kompeten. Alasan lainnya, di distrik Prafi

madrasah. Dukungan juga diberikan dari saat itu belum terdapat lembaga pendidikan

TNI angkatan laut yang dipimpin Letkol

formal. Gagasan/ide pendirian madrasah Herman Winarno l dari Jogja, bersama anak ini muncul dari tokoh masyarakat bernama

buahnya setiap hari minggu selalu datang

Abdul Kholik Bukhori (asal Kudus Jateng). menyumbangkan tenaganya dan meminta

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

kepada kepala suku/ketua adat untuk kurikulum, proses pembelajaran dan menyumbangkan pasir dan batu.

kompetensi lulusan, belum memenuhi SNP. Pada tahun 2003 MTs al-Khoirot di

Kondisi Madrasah (MI, MTs, MA negerikan dan berubah nama menjadi MTsN

Hidayatullah) yang memiliki lahan sangat Prafi dan tahun 2010 MI al-Khoirot juga di

luas, namun belum ditunjang dengan negerikan dan berubah nama menjadi MIN

keberdaan sarana gedung sekolah yang Aimasi. Pasca dinegerikan, input peserta memadahi, seperti kondisi bangunan didik naik cukup fantastik karena ternyata

gedung madrasah yang kurang bagus, belum

masyarakat sangat menginginkan adanya dilengkapi ruang kantor (untuk kepala, sekolah negeri. Saat ini MTN Aimasi memiliki

pendidik dan tenaga kependidikan) dan jumlah siswa sebanyak 214 orang dan MTsN

ruang laboratorium, belum memiliki ruang Prafi memiliki jumlah siswa sebanyak 285

multimedia, ruang UKS, ruang OSIS, ruang

orang. Sedangkan MIN Masni didirikan BK dan ruang keterampilan. Madrasah juga tahun 2000 dan dinegerikan tahun 2003. belum didukung prasarana pembelajaran Saat ini MIN Masni telah memiliki 9 lokal yang lengkap seperti koleksi buku belajar untuk 9 rombel (kelas 2, 3, 4 memiliki

perpustakaan dan peralatan laboratorium

2 rombel), 1 lokal kantor pendidik, ruang yang terbatas jenis dan jumlahnya. Pada untuk kepala madrasah dan laboratorium. komponen pendidik kondisinya hampi sama Adapun jumlah siswa yang dimiliki sebanyak

yakni jumlah pendidik terbatas, kualifikasi 186 orang.

dan kompetensinya belum memenuhi SNP. Sedangkan pada komponen pembiayaan, Kondisi Delapan Komponen Madrasah 34 ketiga madrasah tersebut tidak memiliki sumber pembiayaan tetap, dan hanya

Kondisi seluruh madrasah (MI Ya mengandalkan BOS dan donatur dari Bunayya Hidayatullah, MTs Lukmanul Hakim

masyarakat. Menurut para kepala madrasah Hidayatullah, MA Integral Hidayatullah, MIN

(MI, MTs, MA), biaya operasional pendidikan Aimasi Prafi, MTsN Prafi, MAN Prafi dan MIN

di madrasah baru terpenuhi sekitar 50% Masni) dilihat dari tingkat keterpenuhannya

dari kebutuhan yang seharusnya. Begitu terhadap Standar Nasional Pendidikan (SNP)

juga pada komponen proses, pelaksanaan pada delapan komponen pendidikan seperti

pembelajaran belum dapat berjalan

sarana prasarana, pendidik dan tenaga maksimal, karena tidak ditunjang oleh kependidikan, peserta didik, pembiayaan, sarana pembelajaran yang lengkap dan

tenaga pendidik yang kompeten, sehingga

34 Data tentang delapan komponen madrasah

hasil pembelajaran/ output peserta didik

yang ada di Kabupaten Manokwari dan aspek- aspek yang melingkupinya, diperoleh berdasarkan

juga kurang maksimal dengan rata-rata nilai

pengisian instrumen, wawancara dengan pengurus

UN tiga tahun terakhir masih di bawah 7.

yayasan, kepala dan guru madrasah, dengan Kasi

Kondisi madrasah (MIN Aimasi, MTsN,

Mapenda kemenag Kabupaten Manokwari, yang dilakukan pada hari Rabu - Senin tanggal 23 - 29 April

MAN Prafi dan MIN Masni) yang berada

2014, dan dari pengamatan yang dilakukan peneliti

pada Satuan Pemukiman Transmigrasi

serta dari dokumen yang diberiken dari madrasah

(SPT) sedikit lebih baik, karena madrasah-

tersebut serta dokumen dari Seksi Mapenda Kemenag Kabupaten Manokwari.

madrasah ini merupakan madrasah negeri

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

281

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

U m U l h I DAyAt I

yang memperoleh support pendanaan dari pemerintah. Namun demikian dilihat dari tingkat pemenuhannya terhadap SNP, juga belum memenuhi SNP secara maksimal. Pada standar sarana prasarana, umumnya madrasah memiliki gedung yang agak baik dengan jumlah ruang kelas sesuai jumlah rombel dan sudah dilengkapi dengan laboratorium dan perpustakaan. Pada komponen pendidik, seluruh pendidik berpendidikan S1 dan tidak ada yang

mismatch. Pada komponen pembiayaan, memiliki sumber pembiayaan rutin dari

DIPA, namun jumlahnya belum mencukupi seluruh kebutuhan madrasah. Sedangkan pada komponen proses, pelaksanaan pembelajaran belum berjalan maksimal, karena belum ditunjang prasarana multimedia seperti hotspot area, LCD, big screen, laptop, CD, VCD dan sebagainya, sehingga output peserta dididk juga masih kurang maksimal dan rata-rata nilai UN tiga tahun terakhir masih di bawah 7,5.

Titik lemah pada madrasah-madrasah yang ada di SPT ini adalah terletak pada minimnya sarana penunjang pembelajaran yang lebih modern sebagaimana diuraikan, dan diversifikasi metode pembelajaran yang belum banyak diterapkan oleh para pendidik. Menurut para pendidik, untuk dapat meneapkan diversifikasi metode pembelajaran dibutuhkan bantuan saana pembelajaran yang lebih lengkap dan modern dan support pendanaan yang mencukupi. Sementara meskipun memperoleh anggaran dari DIPA, keberadaan anggaran tersebut belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan operasional madrasah terutama untuk pengembangan proses pembelajaran. Menurut kepala MI Ranti, sering terjadi penerimaan anggaran yang tidak sesuai

dengan kebutuhan yang diusulkan, sehingga persoalan-persoalan yang ada di madrasah lambat penyelesaiannya.

Kebijakan Pemerintah Kebijakan Kemenag 35

Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Propinsi Papua Barat selaku instansi pemerintah di daerah yang menaungi madrasah, memiliki beberapa program dalam penyelenggaraan madrasah. Beberapa program tersebut, menurut Miftah (Kepala Seksi Sarana Prasarana Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kemenag Propinsi Papua Barat), umumnya merupakan Rencana Kinerja Program Pusat (RKPP). Sebagai intansi pemerintah yang tidak diotonomikan, Kemenag di daerah dalam menjalankan tugas dan fungsinya mengacu pada RKPP yang disusun oleh Kemenag Pusat. Beberapa program tersebut meliputi pengembangan sarana prasarana, pengembangan ketenagaan, pengembangan kurikulum, dan pengembangan proses pembelajaran. Program pengembangan sarana prasarana madrasah dilakukan dengan mengacu pada tiga hal yaitu program pengadaan Ruang Kelas baru (RKB), program rehabilitasi gedung (Rusak Berat (RB) dan Rusak Ringan (RR)) dan program pengadaan prasarana pembelajaran. Untuk rehabilitasi

35 Data tentang kebijakan Kemenag Kabupaten Manokwari, diperoleh dari wawancara dengan

Kasi Sarana Prasarana (Miftah) dan Kasi Kurikulum (Ratmini) Bidang Mapenda Kanwil Kemenag Propinsi Papua Barat dan Kasi Mapenda Kemenag Kabupaten Manokwari (Andi Aminah), yang dilakukan pada hari Rabu - Jumat tanggal 23 - 25 April 2014, dan dari dokumen yang diberikan dari Bidang Mapenda Kanwil Kemenag serta dokumen dari Seksi Mapenda Kemenag Kabupaten Manokwari.

PENyElENGGArAAN mADrASAh DI DAErAh mINorItAS mUSlIm

rusak ringan, besar anggaran Rp. 65.000.000,- Faktor penyebab masih banyaknya pendidik

per-satuan, sedangkan untuk rehabilitasi yang belum tersertifikasi antara lain karena rusak berat, besaran anggaran antara Rp. jumlah jam mengajar tidak mencapai 24 80.000.000,- hingga Rp. 100.000.000,- per-

jampel,waktu mengajar belum lama, belum satuan. Gedung yang rusaknya parah, berijasah sarjana. diberikan anggaran Rp. 80.000.000,-, lebih

Program pengembangan proses pem-

dan yang rusak berat namun tidak parah, belajaran dilakukan melalui penambahan diberikan anggaran Rp. 80.000.000,-.

jumlah pendidik, peningkatan kualifikasi Program pengembangan ketenagaan, melalui diklat, workshop, dan seminr,

ditujukan untuk meningkatkan kualifikasi, peningkatan sarana prasarana pembelajaran, kompetensi dan kesejahteraan pendidik dan

penyediaan prasarana/ alat belajar seperti tenaga kependidikan. Untuk meningkatkan

buku, peralatan laboratorium, komputer, kualifikasi dan kompetensi, dilakukan

dan pengembangan kurikulum dengan melalui diklat, orientasi, workshop, seminar,

memanfaatkan FKG/KKG/MGMP.

bimtek dan sosialisasi. Pada tahun 2012, Kemenag memiliki program workshop KTSP

Kebijakan Pemerintah Daerah 36

untuk tingkat MI dengan anggaran sebesar Pemerintah Daerah melalui Dinas Dikbud

Rp. 180.305.000,- dan untuk tingkat MTs setiap tahunnya mengeluarkan anggaran

sebesar 186.620.000,-. Pada tahun 2013, ada yang cukup besar untuk penyelenggaraan

program sosialisasi kurikulum 2013 dengan pendidikan. Menurut Ruspita (Kepala

jumlah anggaran Rp. 300.000.000,- dan Bidang Pendidikan Menengah Atas) dan

bimtek dengan anggaran Rp. 399.000.000,- Supaat (Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan

. Tahun 2014, program bimtek dengan Menengah Pertama), anggaran tersebut

anggaran Rp. 363.876.000,-. Dari jumlah dikeluarkan dalam bentuk bantuan sarana

pendidik sebanyak 167 orang (43 orang guru prasarana pendidikan, rehab gedung,

MA, 50 orang guru MTs, 74 orang guru MI), pengadaan RKB, insentif guru PNS, BOP/

yang telah mengikuti bimtek sebanyak 59 Bosda, pengadaan guru bantu honorer dan

orang (14 guru MA, 17 guru MTs, 28 guru pengadaan seragam bagi peserta didik.

MI) dan yang belum sebanyak 108 orang (29 Bantuan tersebut bersifat tidak mengikat,

guru MA, 33 guru MTs, 46 guru MI). Tahun artinya meskipun ini merupakan program

2013 dan 2014, Kemenag memiliki program penganggaran Pemda, namun jenis-jenis

pengembangan kurikulum madrasah dengan bantuan tersebut tidak wajib ada setiap

anggaran Rp. 150.000.000,- dan beberapa tahunnya. Mengenai total besaran anggaran

kegiatan pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan FKG/KKG/MGMP madrasah dengan anggaran Rp. 48.852.000. Untuk

36 Data tentang kebijakan Dikbud/Pemda

peningkatan kesejahteraan, dilakukan Kabupaten Manokwari, diperoleh dari wawancara melalui percepatan pengurusan sertifikasi dengan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Atas

dan Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Menengah

bagi pendidik dan pengadaan honor Pertama Dinas Dikbud Kabupaten Manokwari pendidik non PNS. Hingga tahun 2014, yang

(Rospita dan Supaat), yang dilakukan pada hari Senin

telah tersertifikasi sebanyak 55 orang (33%). tanggal 29 April 2014, dan dengan beberapa kepala

dan guru madrasah.