PROSIDING HEFA (Health Events for All)
- – Pati Km. 5 Desa Jepang, Mejobo, Kudus Telp (0291) 4248655, Fax (0291) 4248657
Prosiding Health Event of All merupakan Terbitan berkala ilmiah seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan setiap 1 tahun oleh LPPM STIKES Cendekia Utama Kudus.
PROSIDING HEFA (Health Events for All)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)P ISSN 2581 – 2270 E ISSN 2614 – 6401 Pengarah
Ketua STIKES Cendekia Utama Kudus
Penanggung Jawab
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus
Editors
Eko Prasetyo, S.KM, M.Kes David Laksamana Caesar, S.KM, M.Kes
Ns. Sholihul Huda, S.Kep, M.N.S Ns. Sri Hartini, S.Kep, M.Kes
Dessy Erliani Mugitasari, S.Farm, Apt
Sistem Informasi dan Teknologi
Susilo Restu Wahyuno, S.Kom
Sekretariat :
LPPM SIKES Cendekia Utama Kudus Jl. Lingkar Raya Kudus
Email : [email protected] www.stikescendekiautamakudus.ac.id
DAFTAR ISI
Coliform di Depot Air Minum (DAM) pada Wilayah Kerja Puskesmas Mejobo
98
Determinan Kasus Difteri di Jawa Timur
90 Meiana Harfika, Kuntoro, Rachmah Indawati Pemodelan Regresi Linier Berganda untuk Estimasi
83 Ipit Koriah Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Siswa Sekolah Dasar di SD N Wotan 04 Kecamatan sukolilo kabupaten pati
73 Intan Susilo Utami Studi Deskriptif Perilaku Pemberian ASI pada Ibu Bekerja di Desa Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
64 Himayatul Lutfah Gambaran Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Obesitas pada Remaja
57 Hidayatun Ni’mah Gambaran Persepsi Pencegahan Seks Pranikah pada
Remaja di MA Abadiyah Kec. Gabus Kab. Pati
Halaman Judul ........................................................................................................... i Dewan Redaksi .......................................................................................................... ii Kata Pengantar Ketua LPPM .................................................................................... iii Daftar Isi..................................................................................................................... iv
Penulis Judul Artikel Halaman Ahmad Rifa’i Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan
40 Galia Wardha Alvita, Solikhul Huda Pengaruh Senam Keseimbangan dengan Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Margomukti Rembang
34 Ema Erniyang Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi pada Bayi
di Desa Tlogoharum Wilayah Kerja Puskesmas
Wedarijaksa II Pati24 Eka Pangestu Wati Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati
17 Dewi Ayu Jamilah Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun di
Posyandu Balita “Balai Desa” Dukuhseti Kec.
Dukuhseti Kab. PatiPerbandingan Efektifitas Antibakteri Infusa dan Sirup Daun Rambutan terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dengan Salmonella typhi secara In Vitro
10 Ariyanti, Eni Masruriati, Desy Tri Jayanti, Siti Kunariyah
1 Ayu Safitri Juniati Hubungan Tingkat Stres dengan Strategi Koping yang digunakan pada Santri Remaja di Pondok Pesantren Nurul Alimah Kudus
Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmonohadi Kudus
49 Habbshah Oka Nurlaela, David Laksamana Caesar Hubungan Higiene Sanitasi dengan Jumlah Bakteri Meivina Zufiyanti Studi Deskriptif Tingkat Kecemasan Ibu yang 107 Mempunyai Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Mifta Ariyani Studi Deskriptif Alat Permainan yang Diberikan 115
Orangtua pada Anak Usia Prasekolah di Desa Pringtulis Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Novayani Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap 121
Kusumardiani Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Puji Rofikhah Implementasi Program Inspeksi Keselamatan dan 129 Hidayah Kesehatan Kerja (K3) sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Unit Paper Mill 10 PT. Pura
Barutama Kudus Putri Rahayu Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian 134 Berliana Keputihan di SMP 2 Mejobo Kudus Rahma Listianawati Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan 145
Pasien (patient safety) dengan Sikap Perawat terhadap Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus Renny Wulan Perbedaan Perawatan Luka Post Operasi Bersih 154
Apriliyasari, Noor Menggunakan Balutan Kasa dengan Balutan Faidah, Emma Setiyo Transparan terhadap Waktu Penyembuhan Luka di Wulan RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus Resti Prastika Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian 161
Imunisasi Campak pada Bayi di Posyandu Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Roi kholik Andika Pengaruh Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien BPJS 169 Yuswantoro Kesehatan Rawat Jalan di Puskesmas Grobogan Rostiami Studi Deskriptif Respon Time Perawat pada Pasien di 177
IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus Siti Syarifah Aplikasi Primary Survey oleh Perawat terhadap 185 Ketepatan Penentuan Triase Pasien Gawat Darurat di
IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus Sony Factarun Hubungan Motivasi dan Perilaku Menggosok Gigi 191 dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Kudus
Lampiran .................................................................................................................... 201 Pedoman Penulisan Artikel HEFA............................................................................. 202
PEMODELAN REGRESI LINIER BERGANDA UNTUK
ESTIMASI DETERMINAN KASUS DIFTERI DI JAWA TIMUR
3 Meiana Harfika¹, Kuntoro², Rachmah Indawati ,3¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
² Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
ABSTRACT
The relationship between a dependent variable to an independent variable can be
explained by the regression. Regression analysis is a technique to look at the relationship
between two or more variables and then mengestimasinya into a model that can be an
equation that links the dependent variable to the independent variable. This study uses
multiple linear analysis to estimate the determinants of diphtheria cases occurred in
eastern Java. Diphtheria is a disease caused by the bacteria Corynebacterium diphtheria.
East Java Provincial Government set diphtheria Extraordinary Events in East Java in
October 2011 to 2012 Determination of the status of this case do given the outbreak has
spread in almost all districts / cities in East Java. This research uses a method of applied
research. The independent variable is the density residential, home health, population
density, exclusive breastfeeding, immunization status, and Human Resources (HR) versus
target PIN SUB. The results of the study found that there are three variables related to
the population density (0.000001), home health (0.0082) and population density (0.0018).
Keyword : Diphtheria, Linier Regression, East Java
INTISARI
Hubungan antara suatu variabel dependen dengan suatu variabel independen dapat
dijelaskan dengan regresi. Analisis Regresi merupakan salah satu teknik untuk melihat
hubungan antara 2 variabel atau lebih dan kemudian mengestimasinya menjadi sebuah
model yang dapat menjadi sebuah persamaan yang dapat menghubungkan variabel
dependen terhadap variabel independen. Penelitian ini menggunakan analisis linier
berganda untuk estimasi determinan kasus difteri yang terjadi di Jawa timur. Difteri
merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheria.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan Kejadian Luar Biasa penyakit difteri di
Jawa Timur pada Oktober 2011 sampai 2012. Penetapan status KLB dilakukan
mengingat kasus ini telah tersebar dihampir seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Jenis penelitian ini menggunakan metode applied research. Variabel independen adalah
kepadatan hunian, rumah sehat, kepadatan penduduk, ASI ekslusif, status imunisasi, dan
Sumber Daya Manusia (SDM) berbanding sasaran SUB PIN. Hasil dari penelitian
diketahui bahwa ada tiga variabel yang berhubungan yaitu kepadatan hunian
(0,000001), rumah sehat (0,0082) dan kepadatan penduduk (0,0018).Kata kunci : Difteri, Regresi Linier, Jawa Timur
LATAR BELAKANG
Hubungan antara suatu variabel dependen dengan suatu variabel independen dapat dijelaskan dengan regresi (Hardle, 1990). Analisis Regresi merupakan salah satu teknik untuk melihat hubungan antara 2 variabel atau lebih dan kemudian mengestimasinya menjadi sebuah model yang dapat menjadi sebuah persamaan yang dapat menghubungkan variabel dependen terhadap variabel independen. Analisis Regresi bertujuan menunjukkan hubungan antara variabel independen x dan variabel dependen y yang memprediksi nilai observasi y untuk setiap titik (Green dan Silverman, 1994). Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi menurut parameter dapat berbentuk linier maupun nonlinier, yaitu :
Yᵢ = f (xᵢ,β) εᵢ ,
+Dimana
yᵢ adalah variabel dependen pada pengamatan ke – i, xᵢ adalah
variabel independen pada pengamatan ke-
i, εᵢ adalah residual pada pengamatan
ke-i dengan asumsi IIDN (0, σ²), dan memiliki p buah parameter (β).
Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression Analysis) merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana dimana terdapat lebih dari satu variabel independen . Secara umum model regresi linier berganda:
= + + ⋯ + + + +
Analisis regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen atau juga untuk , , … , memprediksi nilai suatu variabel dependen berdasarkan nilai variabel-variabel independen
, , … , Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphtheria . Sebelum era vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering
meyebabkan penyakityang serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin difteri ditemukan dan imunisasi terhadap difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan kematian akibat kuman difteri menurun dengan drastis. Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Di Indonesia, pada tahun 2011 dunia kesehatan masyarakat Indonesia dikejutkan oleh adanya penyebaran penyakit difteri di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Sebanyak 11 anak meninggal dunia dari 333 kasus difteri yang muncul selama tahun 2011. Karena itu,pemerintah Provinsi Jatim menetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit difteri di Jatim pada Oktober 2011. Penetapan status KLB dilakukan mengingat kasus ini telah tersebar dihampir seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Difteri merupakan kasus “re-emerging disesase” di Jawa Timur karena kasus difteri sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat tahun 2005 saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bangkalan. Sejak saat itulah, penyebaran difteri makin meluas dan mencapai puncaknya tahun 2012 sebanyak 955 kasus dengan 37 kematian dan sudah tersebar di 38 kabupaten/kota. Kasus difteri di Jawa Timur merupakan penyumbang kasus terbesar di Indonesia (yakni sebesar 74%) bahkan di dunia (Dinkes Jatim, 2013) Kasus difteri di Jawa Timur telah menjangkiti 34 kota/kabupaten. Pada tahun 2012 kasus difteri tertinggi terdapat di Kabupaten Situbondo (129 kasus),
Kabupaten Jombang (95 kasus), dan Kota Surabaya (78 kasus). Sedangkan kasus terendah di Kota Kediri (2 kasus), Kota Pasuruan (3 kasus) dan Kabupaten Madiun (4 Kasus).
Dari uraian diatas ingin diketahui determinan yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa difteri di Jawa Timur dengan metode regresi linier berganda.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah applied
research yaitu penelitian yang digunakan untuk menerapkan dan mengembangkan
keilmuan dimana teori statistik diterapkan dalam bidang kesehatan. Lokasi pada penelitian ini adalah di Jawa Timur dan waktu penelitian dari bulan April sampai bulan Juni tahun 2014
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2012. Data ini merupakan data Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen ( ) adalah persentase kasus difteri di Kabupaten Bangkalan. Variabel independen ( ) adalah kepadatan hunian , rumah sehat , kepadatan penduduk , cakupan ASI ekslusif , cakupan imunisasi , Rasio SDM/sasaran SUB PIN .
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui variabel- variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel respon. Dilakukan uji koefisien regresi secara serentak variabel independen terhadap variabel dependen dalam populasi. Jika H0 ditolak dilanjutkan dengan uji koefisien regresi secara parsial.
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam regresi linier berganda adalah: H0 = Model tidak fit/cocok H1 = Model Fit/cocok Hasil p value uji koefisien regresi secara serentak dapat dilihat pada tabel 1 .
Tabel 1
Hasil P Value Uji Koefisien Regresi serentak
Sumber F P value− Regresi . < .
−
Hasil uji menunjukkan bahwa p value lebih kecil < . < α
, sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat kesesuaian model yang dihasilkan oleh regresi sehingga model ini cukup baik untuk menerangkan keterlibatan variabel independen terhadap variabel dependen dalam populasi.
Dari hasil uji koefisien secara serentak didapatkan hasil bahwa tolak H0 maka analisis akan dilanjutkan dengan uji koefisien regresi secara parsial. Dari hasil uji koefisien regresi secara parsial didapatkan hasil pada tabel 2
Tabel 2
Hasil Uji Koefisien Regresi secara Parsial
Variabel Estimate Standar P value
ErrorKonstanta − , , , , , , − , , ,
, , , , , , , , , , , .
R² .
Tabel 2 Hasil uji individu menunjukkan bahwa terdapat 3 variabel independen yang signifikan karena nilai p < , . Variabel tersebut adalah kepadatan hunian (
), presentase rumah sehat ( ) dan kepadatan penduduk ( ) Nilai R² sebesar
, % menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik karena variabel independen mampu menjelaskan variabel persentase Kejadian Luar Biasa Difteri dengan baik Model regresi linier berganda yang diperoleh sebagai berikut
Y = kepadatan hunian rumah sehat
− , + , − , + , kepadatan penduduk cakupan ASI ekslusif cakupan imunisasi − , – ,
Sumber Daya Manusia berbanding sasaran SUB PIN
- ,
Pembahasan
Dari pemodelan nilai koefisien pada pemodelan regresi linier berganda maka didapatkan : Peningkatan kepadatan hunian akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan rumah sehat akan menurunkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan kepadatan penduduk akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan cakupan ASI ekslusif akan menurunkan kejadian difteri di Jawa Timur. Cakupan imunisasi akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan rasio Sumber Daya Manusia akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur.
Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Luas rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan (overcrowded). Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya O
2 dalam
ruangan sehingga daya tahan tubuh menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernapasan. Luas rumah yang tidak sesuai dengan jumlah penghuninya juga memudahkan penularan penyakit, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga lain (Kusnoputranto, 2000). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian difteri. Hal tersebut sejalan dengan teori kepadatan penghuni rumah juga dapat mempengaruhi kesehatan, karena jika suatu rumah yang penghuninya padat dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit dari satu manusia kemanusia lainnya. Kepadatan penghuni didalam ruangan yang berlebihan akan berpengaruh, hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan bibit penyakit dalam ruangan. Kepadatan penghuni dalam rumah merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit yang dapat menular. Oleh sebab itu jumlah penghuni di dalam rumah harus disesuaikan dengan luas rumah agar tidak terjadi kepadatan yang berlebihan.
Penelitian yang dilakukan Sitohang (2002) menyatakan bahwa kepadatan hunian berpengaruh terhadap kejadian difteri, begitu juga pada penelitian Kartono (2008). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Utami (2010) yang menyebutkan bahwa kepadatan hunian tidak berpengaruh terhadap kejadian difteri.
Risiko terjadinya kejadian penyakit semakin bertambah dengan semakin banyak penghuni rumah berkumpul dalam suatu ruangan. Terutama bayi yang termasuk rentan terhadap penularan penyakit.
Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah sesuai dengan syarat kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara Rumah Sehat dengan kejadian Difteri. Salah satu syarat dari rumah sehat adalah memenuhi persyaratan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan pengawasan yang cukup.
Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk merupakan rata-rata penduduk per kilometer persegi.
Semakin padat penduduk maka semakin mudahnya penularan penyakit pada suatu daerah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara kepadatan penduduk dengan kejadian difteri (p value = 0.0009) Kepadatan penduduk merupakan persemaian subur bagi virus, sekaligus sarana eksperimen rekayasa genetik secara alamiah (Achmadi, 2008) pemukiman padat dapat mempermudah penularan yang menular melalui udara, terutama penyakit difteri yang proses penularannya terjadi saat percikan ludah atau cairan yang keluar ketika penderita bersin.
Kepadatan penduduk dalam mempengaruhi terjadinya penularan penyakit sangat berhubungan dengan kekebalan kelompok. Kekebalan kelompok atau herd community adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekekbalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut (Noor, 2006)
Seperti dikatakan Achmadi (2008), bahwa sebuah wilayah kota yang padat penduduknya – maka kita dapat melihat sebagai sebuah proses perkembangbiakan virus dalam sebuah kolam media kultur raksasa yang bernama “penduduk kota” penduduk wilayah urban tersebut dapat dianalogikan sebagai sebuah hamparan media kultur bagi virus penyebab KLB tersebut. Virus akan berkembang biak dengan leluasa berpindah dari satu orang (komponen media kultur) ke orang lain (komponen media kultur) yang tidak memiliki kekebalan tubuh.
Kepadatan penduduk yang didukung dengan kepadatan hunian merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seseorang. Kepadatan hunian dapat menimbulkan efek-efek negative terhadap terhadap kesehatan. Penyebaran penyakit
- – penyakit menular akan lebih mudah dan cepat terjadi (Dewi, 2008)
Cakupan ASI ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari aspek gizi (kolostrum yang mengandung imunoglobulin A/ IgA, whei casein, decosahexanoic/ DHA dan arachidonic/ AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leukosit yaitu brochus-associated lymphocyte/ BALT, Gut associated lymphocyte tissue/ GALT, mammary associated lymphocyte tissue/ MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan (metode amenorea laktasi/ MAL). Selain aspek-aspek tersebut dengan ASI juga dapat melindungi bayi secara mendadak (sudden infant death syndrome/ SIDS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara cakupan ASI ekslusif dengan kejadian difteri.
Hal ini disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI dari ibunya mempunyai imunitas yang lebih tinggi. Imunitas diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap penularan penyakit. Selain itu bayi mendapat imunisasi DPT-HB untuk melindungi dari penularan penyakit.
Sesuai dengan pernyataan bahwa Air Susu Ibu (ASI) dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologi.
Cakupan imunisasi
Cakupan imunisasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan status imunisasi DPT Primer (DPT-Hb). Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga dapat mencegah / mengurangi pengaruh infeksi organisme alami atau "liar"
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara cakupan imunisasi dengan kejadian difteri. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori bahwa makin meningkat status imunisasi akan menurunkan kejadian difteri karena imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit difteri.
Secara teori, vaksinasi difteri memiliki eficasi sebesar 85% artinya 85% sasaran imunisasi mendapatkan kekebalan terhadap difteri dari pemberian vaksin difteri, sementara sisanya (15%) masih berisiko untuk tertular difteri. Imunisasi DPT (Diphteria, pertusis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukkan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada tahap pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita (Hidayat. AA, 2011).
Penelitan Kartono (2007) menyebutkan bahwa status imunisasi DPT dan DT tidak lengkap mempunyai resiko menderita difteri 46,403 kali dibandingkan seorang anak dengan status imunisasi DPT dan DT yang lengkap.
Dalam penelitian Setiasih (2011) menunjukan bahwa status imunisasi mempunyai pengaruh terhadap kejadian difteri. Imunisasi DPT penting untuk mengurangi resiko individu terkena difteri. Individu yang tidak pernah diimunisasi maupun yang pernah diimunisasi namun tidak lengkap, merupakan faktor risiko untuk terjadinya difteri.
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak terpajan dengan antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Sumber Daya Manusia berbanding Sasaran SUB PIN
Sumber daya manusia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat, dan bidan yang berkompeten untuk melaksanakan SUB PIN terhadap sasaran SUB PIN.
Sub PIN Difteri dilakukan dalam rangka mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Provinsi Jawa Timur. Sub PIN dilaksanakan di 19 kabupaten atau kota di Jawa Timur. Sasaran Sub PIN adalah anak berusia 2 bulan sampai dengan 15 tahun. Vaksin dibedakan menjadi 3 disesuaikan dengan umur individu. Vaksin DPT untuk anak berusia 2 bulan s.d. 3 tahun, vaksin DT untuk anak usia > 3 tahun s.d. 7 tahun, dan vaksin dT diberikan untuk anak berusuia > 7 tahun s.d.
15 tahun Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara Sumber Daya
Manusia dalam hal ini adalah Tenaga kesehatan (Dokter, Perawat dan Bidan di Puskesmas) dengan sasaran SUB PIN
Keberhasilan imunisasi dalam melindungi individu dari suatu penyakit tertentu dipengaruhi oleh status imun pejamu, faktor genetik pejamu, kualitas serta kuantitas dari vaksin tersebut. Kualitas dan kuantitas vaksin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara pemberian vaksin, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin (IDAI, 2011), selain itu kualitas vaksin juga dipengaruhi oleh cold chain (rantai dingin) vaksin tersebut.
Peningkatan rasio Sumber Daya Manusia akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.Fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas: Jakarta
Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya
Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Alih Bahasa: I Nyoman Kandun. Edisi 17. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dewi, EF. 2008. Hubungan Cakupan Imunisasi Dengan Kejadian Campak.
Dikutip dari http:/diakses tanggal 10 Juli 2014 jam 02.00 WIB
Dinkes Provinsi Jatim. 2013. Profil Kesehatan Jawa Timur 2012. Surabaya: Dinkes Provinsi Jatim
Dinkes Provinsi Jatim. 2013. Penyakit Difteri per Kabupaten/Kota di Jawa Timur
per tanggal 11 Januari 2013 . Surabaya: Dinkes Provinsi Jatim
Dinkes Provinsi Jatim. 2011. Difteria. Surabaya: Dinkes Provinsi Jatim. Diakses dari
Drapper, N.,R.,& Smith, H. 1996. Applied regression analysis (2nd ed.). New York: John Wiley & Sons. Chapman and Hall
Green, B & Silverman, W. 1994. Nonparametric Regression and Generalized
Linear Models: A roughness penalty approach . United Kingdom : Taylor & Francis.
Hardle, W. 1990. Applied Nonparamteric Regression. United State of America ; Cambridge University Press. Hidayat, AA. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan . Jakarta : Salemba Medika.
IDAI, 2011. Pedoman Imunisasi Nasional di Indonesia Edisi Keempat Tahun 2011 . Jakarta: IDAI. Kartono, B, Purwana, R & Djaja, IM. (2013) Hubungan Lingkungan Rumah
dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) di kabupaten Tasikmalaya (2005-2006) dan Garut Januari 2007, Jawa Barat . Jurnal Kesehatan, Makara Vol 12
no.1, Juni 2008: 8- diakses tanggal 10 April 2014 Kusnoputranto, Haryoto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia: Jakarta Noor, N.N. 2006. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta. Sari, Meylinda PM. 2012, Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah, Status Imunisasi,
Dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Difteri Pada Bayi Di Kota Surabaya , Jurnal Swara Bhumi Unesa Vol. 1 No.2.
Setiasih, Asih. 2011. Faktor Risiko Kejadian Difteri di Kota Surabaya Provinsi
Jawa Timur. Tesis. Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan
Sitohang, V. 2002. Hubungan Kepadatan Serumah dengan Kejadian Difteri pada
Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kabupaten Cianjur Jawa Barat
Tahun 2000-2001 , Tesis. Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan
Utami, F (2013). Determinan Kejadian Difteri Klinis Di Kabupaten Bangkalan
Pasca SUB PIN Difteri Tahun 2012 . Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya : Universitas Airlangga.
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL PEMAKALAH SEMINAR KESEHATAN “HEALTH EVENTS FOR ALL” LPPM STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS A. Ketentuan Artikel
Artikel disusun sesuai format baku terdiri dari: Judul Artikel, Nama
Penulis, Abstrak(bahasa inggris), Intisari(bahasa Indonesia), Latar Belakang, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
Naskah maksimal 8 halaman, tulisan times new roman ukuran 12 font, ketikan 1 spasi , diketik dalam 1 kolom, jarak tepi 3 cm, dan ukuran kertas A4. Naskah menggunakan bahasa Indonesia baku, setiap kata asing diusahakan dicari padanannya dalam bahasa Indonesia baku, kecuali jika tidak ada, tetap dituliskan dalam bahasa aslinya dengan ditulis italic.
B. Format Penulisan
Judul Naskah
Judul ditulis secara jelas dan singkat dalam bahasa Indonesia yang menggambarkan isi pokok/variabel, maksimum 20 kata. Judul diketik dengan huruf Book Antique, ukuran font 13, bold UPPERCASE, center, jarak 1 spasi.
Nama Penulis
Meliputi nama lengkap penulis utama tanpa gelar dan anggota, disertai nama institusi/instansi, alamat institusi/instansi, kode pos, PO Box, dan e-mail penulis. Data Penulis diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font 11, center, jarak 1spasi
Abstrak dan Intisari
Ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia, dibatasi 250-300 kata dalam satu paragraf, bersifat utuh dan mandiri.Tidak boleh ada referensi. Abstrak terdiri dari: latar belakang, tujuan, metode, hasil analisa statistik, dan kesimpulan. Disertai kata kunci/keywords.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Intisari dalam Bahasa Indonesia diketik dengan hurufTimes New Roman, ukuran font 11, jarak 1 spasi. Abstrak Bahasa Inggris diketik dengan huruf
Times New Roman , ukuran font 11, italic, jarak 1spasi.
Latar Belakang
Berisi informasi secara sistematis/urut tentang: masalah penelitian, skala masalah, kronologis masalah, dan konsep solusiyang disajikan secara ringkas dan jelas.
Metode Penelitian
Berisi tentang: jenis penelitian, desain, populasi, jumlah sampel, teknik
sampling , karakteristik responden, waktu dan tempat penelitian, instrumen
yang digunakan, serta uji analisis statistik yang digunakan disajikan dengan jelas.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara berkesinambungan dari mulai hasil penelitian utama hingga hasil penunjang yang dilangkapi dengan pembahasan. Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam suatu bagian yang sama atau terpisah. Jika ada penemuan baru, hendaknya tegas dikemukakan dalam pembahasan. Nama tabel/diagram/gambar/skema, isi beserta keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan diberi nomor sesuai dengan urutan penyebutan teks. Satuan pengukuran yang digunakan dalam naskah hendaknya mengikuti sistem internasional yang berlaku.
Simpulan dan Saran
Kesimpulan hasil penelitian dikemukakan secara jelas.Saran dicantumkan setelah kesimpulan yang disajikan secara teoritis dan secara praktis yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Ucapan Terima Kasih(apabila ada)
Apabila penelitian ini disponsori oleh pihak penyandang dana tertentu, misalnya hasil penelitian yang disponsori oleh KEMENRISTEK DIKTI, DINKES, dsb.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Daftar Pustaka
Sumber pustaka yang dikutip meliputi: jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan sumber pustaka lain yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Sumber pustaka disusun berdasarkan sistem Harvard.Jumlah acuan minimal 10 pustaka (diutamakan sumber pustaka dari jurnal ilmiah yang uptodate 10 tahun sebelumnya). Nama pengarang diawali dengan nama belakang dan diikuti dengan singkatan nama di depa nnya. Tanda “&” dapat digunakan dalam menuliskan nama-nama pengarang, selama penggunaannya bersifat konsisten. Cantumkan semua penulis bila tidak lebih dari 6 orang. Bila lebih dari 6 orang, tulis nama 6 penulis pertama dan selanjutnya dkk. Daftar Pustaka diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font 12, jarak 1 spasi.
C. Tata Cara Penulisan Naskah
Anak Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold UPPERCASE
Sub Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold, Italic Kutipan : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 10, italic Tabel : Setiap tabel harus diketik dengan spasi 1, font 11 atau disesuaikan.
Nomor tabel diurutkan sesuai dengan urutan penyebutan dalam teks (penulisan nomor tidak memakai tanda baca titik “.”).Tabel diberi judul dan subjudul secara singkat.Judul tabel ditulis diatas tabel.Judul tabel ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font 11, bold (awal kalimat huruf besar) dengan jarak 1 spasi, center.Antara judul tabel dan tabel diberi jarak 1 spasi.Bila terdapat keterangan tabel, ditulis dengan font 10, spasi 1, dengan jarak antara tabel dan keterangan tabel 1 spasi.Kolom didalam tabel tanpa garis
vertical . Penjelasan semua singkatan tidak baku pada tabel ditempatkan pada catatan kaki.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gambar : Judul gambar diletakkan di bawah gambar. Gambar harus diberi
nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam teks. Grafik maupun diagram dianggap sebagai gambar. Latar belakang grafik maupun diagram polos. Gambar ditampilkan dalam bentuk 2 dimensi. Judul gambar ditulis dengan huruf Times New dengan font 11, bold (pada tulisan
Roman “gambar 1”), awal
kalimat huruf besar, dengan jarak 1 spasi, center Bila terdapat keterangan gambar, dituliskan setelah judul gambar.
Rumus :ditulis menggunakan Mathematical Equation, diketik center
D.Teknis Pelaksanaan Seminar Pemakalah
Pemakalah
Seminar Kesehatan “Health Events for All” LPPM STIKES
Cendekia Utama Kudus dapat memilih pelaksanaan seminar dalam bentuk: 1.
Oral Presentasi (format PPT maksimal 10 halaman) atau 2. Poster (sesuai ketentuan pembuatan/ penatakelolaan poster)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) PENATAKELOLAAN POSTER SEMINAR KESEHATAN “HEALTH EVENTS FOR ALL”
Poster yang akan dicetak dan diseminarkan di
Seminar Kesehatan “Health Events for All” dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: a. poster dalam bentuk cetak berjumlah 1 (satu) lembar ukuran tinggi x lebar adalah 70 cm x 70 cm dipasang secara vertikal; b. poster harus dapat terbaca dengan baik dalam jarak maksimum 7 kaki atau sekitar 2 meter; c. jumlah kata maksimum 250; d. pedoman tipografi: 1. teks ditulis rata kiri (left justified), kecuali ada pengaturan ruang antar kata); dan
2. diketik dengan jarak 1,2 spasi (line spacing).
e. sub-judul ditulis dengan ukuran lebih besar daripada teks (dapat juga ditulis dengan memberi garis bawah (underline) atau dengan menggunakan cetak tebal (bold); f. panjang kolom tidak boleh lebih dari 11 kata; g. jenis huruf (font) tidak boleh lebih dari 2 jenis typeface; h. tidak diperkenankan untuk menggunakan huruf kapital (capital letter) semua; i. margin harus disesuaikan dengan besar kolom; j. desain lay-out poster harus memperhatikan prinsip keseimbangan formal dan non-formal, yang mencakup:
1. aspek simetris dan asimetris; 2. prinsip kesatuan pengaturan elemen gambar, warna, latar belakang, dan gerak; dan
3. mampu mengarahkan mata pembaca mengalir ke seluruh area poster. k. pertimbangkan hirarki dan kontras untuk menunjukkan penekanan objek atau aspek-aspek yang mendapat perhatian khusus atau diutamakan; l. isi poster harus dapat terbaca secara terstruktur untuk kemudahan
'navigasi'nya; m. poster harus memuat: 1. bagian atas berisi judul, NIDN (bagi Dosen), nama pelaksana, dan logo
Perguruan Tinggi; 2. bagian tengah (bagian isi) berisi latar belakang (pengantar atau abstrak),
Metode, Hasil Utama Penelitian (teks dan gambar atau fotografi atau skema), Simpulan, dan Referensi (tambahan); dan
3. bagian bawah dapat disisipkan logo sponsor atau lembaga, detail kontak, tanggal dan waktu penelitian. n. gambar produk dapat ditampilkan untuk mendukung visualisasi pelaksanaan kegiatan; o. poster dibuat menggunakan aplikasi pengolah grafik, seperti Corel Draw,
Adobe Photoshop, Microsoft Powerpoint dan aplikasi sejenis lainnya (grafik, tabel atau hasil dokumentasi fotografi dapat ditampilkan); p. Poster wajib dibawa pada saat kegiatan dan diemail ke: [email protected] dengan resolusi file poster minimal
1024 x 1024 pixel, dan maksimum 3543 x 3543 pixel; format JPG/JPEG dengan ukuran maks 5 MB.
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan
21 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)