IDIOLOGI NEGARA MALAYSIA negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

IDIOLOGI NEGARA MALAYSIA
Di Susun
O
L
E
H

Nama kelompok : Ali Asy’ari
Khaerul umah
Andre Lukmana

Idealogi

merupakan sistem kepercayaan yang

menjadi asas kepada tingkah laku seseorang. Pada lazimnya ia

merujuk kepada set kepercayaan yang menggerakkan suatu
pergerakkan politik dan sosial.
Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan
tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi Ibukotanya

adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan persekutuan.
Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa. Negara ini dipisahkan ke dalam dua
kawasan — Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna, wilayah
Indonesia di Laut Cina Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia,
Singapura, Brunei, dan Filipina. Negara ini terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim
tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya
dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip dengan
sistem parlementer Westminster.
Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya,
sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat
Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah
jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika
kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya
tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun
1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
Pada 16 September 1963 sesuai dengan Resolusi Majelis Umum PBB 1514 dalam
proses dekolonialisasi, Singapura, Sarawak, Borneo Utara atau yang sekarang lebih
dikenal sebagai Sabah berubah menjadi negara bagian dari federasi bentukan baru yang
bernama Malaysia termasuk dengan Federasi Malaya. dan pada 9 Agustus 1965
Singapura kemudian dikeluarkan dari Malaysia dan menjadi negara merdeka yang

bernama Republik Singapura. saat tahun-tahun awal pembentukan federasi baru terdapat
pula tentangan dari Filipina dan konflik militer dengan Indonesia
Bangsa-bangsa di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan menjalani
perkembangan yang cepat di penghujung abad ke-20. Pertumbuhan yang cepat pada
dasawarsa 1980-an dan 1990-an, rata-rata 8% dari tahun 1991 hingga 1997, telah
mengubah Malaysia menjadi negara industri baru Karena Malaysia adalah salah satu
dari tiga negara yang menguasai Selat Malaka, perdagangan internasional berperan
penting di dalam ekonominya. Pada suatu ketika, Malaysia pernah menjadi penghasil
timah, karet dan minyak kelapa sawit di dunia.[20] Industri manufaktur memiliki
pengaruh besar bagi ekonomi negara ini.[21] Malaysia juga dipandang sebagai salah satu
dari 18 negara berkeanekaragaman hayati terbesar di dunia.[22]
Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas
Tionghoa-Malaysia dan India-Malaysia yang cukup besar.[23] Bahasa Melayu[24] dan
Islam masing-masing menjadi bahasa dan agama resmi negara.[7][25]
Malaysia adalah anggota perintis ASEAN dan turut serta di berbagai organisasi
internasional, seperti PBB.[26][27] Sebagai bekas jajahan Inggris, Malaysia juga menjadi
anggota Negara-Negara Persemakmuran.[28] Malaysia juga menjadi anggota D-8.[29]

Rukun Negara adalah
telah dibentuk pada 31

Gerakan Negara yaitu
tragedi 13 Mei 1969
persatuan dan

ideologi nasional Malaysia. Ia
Agustus 1970 oleh Dewan
setahun setelah terjadinya
yang menghancurkan
ketentraman negara.

Rukun Negara adalah
telah dibentuk pada 31
Gerakan Negara yaitu
tragedi 13 Mei 1969
persatuan dan ketentraman negara.

ideologi nasional Malaysia. Ia
Agustus 1970 oleh Dewan
setahun setelah terjadinya
yang menghancurkan


Kami pernah bersua dengan sebuah keluarga dari keturunan orang tujuh jenjang[1] di
kampungnya. Dengan pongahnya dia berujar “Saya ini keturunan orang asli, datuk
saya merupakan pemimpin dari sekalian datuk di negeri ini. Sebab kami “urang
asa”[2]. Berbeda dengan keluarga itu yang baru semenjak neneknya datang ke negeri
ini. Mereka itu merupakan “kamanakan di bawah lutuik”[3], lebih rendah derajatnya
dari kami..”
Sedangkan keluarga yang dimaksud mengetahui perihal ciloteh tersebut. Mereka hanya
diam tak menanggapi, tetap hidup tenang, berusaha, menyekolahkan anak-anak, dan
berikhtiar merubah nasib. Akhirnya anak-anaknya berjaya karena dididik dengan baik.
Kehidupan keluarga terangkat, dan mereka dihormati di kampung.
Kehidupan keluarga ini sangat berbeda dengan keluarga bangsawan tadi yang
orangtuanya keras, suka mengatur, pendidikan anak-anak mereka tidak diperhatikan.
Kalaupun ada yang sudah menikah, kehiduapn perkawinan anak-anaknya dicampuri.
Anaknya menjadi petani, atau berkuli kepada orang lain. Harta pusako dijual ataupun
tergadai. Hidup miskin melarat, rumah buruk tak dapat diperbaiki sebab tak ada uang.
Kerja mereka hanya mengubar cerita perihal darah bangsawan keluarga mereka..

Tanggal 31 Agustus kemarin, saudarasaudara kita Bangsa Melayu di Malaysia merayakan hari kemerdekaannya dari Inggris.
Tepatnya Malaysia merdeka pada pukul 9.30 (waktu Malaysia) tanggal 31 Agustus

tahun 1957, sebelas tahun setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya atau tiga
tahun satu bulan setelah Indonesia mendapat pengakuan merdeka dari Belanda. Pada
tahun 1957 tersebut kemerdekaan Malaysia hanya sebatas Tanah Semenanjung saja,
sebab Sabah dan Serawak masih dalam kekuasaan Inggris. Baru pada tahun 1963 kedua
daerah dibagian utara Pulau Kalimantan tersebut bersatu membentuk wilayah
persekutuan dengan Tanah Semenanjung. Sebenarnya Brunei-pun hendak masuk ke

dalam wilayah persekutuan namun karena tidak bersesuaian dengan syarat dan posisi
raja serta potensi ekonomi yang cukup besar di Kesulthanan Brunei, penyatuan itu
urung dilaksanakan.
Sejarah kemerdekaan Malaysia tidak seperti sejarah kemerdekaan Indonesia yang
melewati jalan peperangan. Serah terima pengakuan kemerdekaan Malaysia dilakukan
di sebuah stadion yang bernama “Stadium Merdeka”. Tengku Abdul Rahman
merupakan tokoh yang sangat berperan dalam kemerdekaan Malaysia sebab beliaulah
yang menerima pengakuan dari Duke of Gloucester, wakil Inggris untuk mengurusi
Tanah Melayu. Setelah menerima pengakuan dari pemimpin tertinggi Inggris di Tanah
Melayu tersebut, Tengku Abdul Rahman mengeluarkan maklumat (Proklamasi)
kemerdekaan Malaysia yang bunyinya kira-kira “Dengan nama Allah, Persekutuan
Tanah Melayu untuk selamanya sebuah negara yang demokratik dan Merdeka”. Setelah
maklumat tersebut sekalian orang-orang yang datang meneriakkan kata-kata

“Merdeka”. Selepas itu dikumandangkanlah suara Adzan..
Itulah puncak dari perjuangan rakyat Malaysia dalam usaha meraih kemerdekaannya.
Usaha tersebut sesungguhnya telah berlangsung lama semenjak Portugis, Belanda, dan
kemudian Inggris menginjaki kakinya di Tanah Semenanjung. Tak obahnya dengan
Indonesia, perjuangan mengusir penjajahpun pernah dilalui dengan jalan pertempuran.

Namun ada cerita menarik seputar
kemerdekaan Malaysia dari Inggris. Kemerdekaan yang dicemooh oleh orang Indonesia
sebagai sebuah hadiah bukan didapat melalui perjuangan. Kemerdekaan yang
merupakan pemberian, bukan hasil dari merebut dari tangan penjajah. Ya tuan,
begitulah selamanya, tidak saja pergaulan sesama manusia yang penuh prasangka akan
tetapi pergaulan antara dua negarapun demikian. Masing-masing fihak menilai dari
sudut pandang dirinya sendiri, akhirnya muncullah kesalah pahaman yang berujung
persengketaan.
Terdapat suatu kisah menarik perihal suatu kejadian yang terjadi di Singapura sebelum
kemerdekaan Malaysia dikumandangkan. Adalah Soekarno, Hatta, dan Radjiman yang
pada tanggal 8 Agustus 1945 pergi ke Saigon menemui Marsekal Terauchi dimana pada
pertemuan itu dijanjikanlah Indonesia Merdeka. Sepulangnya dari Saigon pada tanggal
13 Agustus, ketiga tokoh poilitik Indonesia ini singgah dahulu di Taiping dan
bertemulah mereka ini dengan Ibrahim Yakub, salah seorang politisi Malaysia. Ibrahim

Yakub menyampaikan kepada ketiga tokoh politik Indonesia tersebut agar Malaya

(sebelum bernama Malaysia) juga ingin mencapai kemerdekaan dalam lingkungan
Indonesia. Artinya kita berada dalam satu negara.[4]
Namun kisah ini tak berujung manis tuan, sebab Jepang kalah dan akhirnya negara
Eropa kembali ke bekas jajahannya di Asia. Indonesia dan Malaysia merupakan dua
koloni dengan pemilik yang berbeda, tentu saja tidaklah mungkin menjalankan rencana
yang telah dicanangkan sebelumnya. Jadilah Indonesia merdeka sendiri, sebab sangat
besar resikonya jika memasukkan Malaysia ke dalam Republik Indonesia.
Pada tanggal 19 Agustus dengan pesawat Jepang Ibrahim terbang ke Jakarta bersama
istrinya, iparnya Onan Haji Siraj dan Hassan Hanan. Mereka di tahan untuk tinggal oleh
Soekarnio agar tinggal di Indonesia guna memperjuangkan Indonesia yang merdeka.
Jadilah mereka tinggal menetap di Indonesia. Atas bantuan Soekarno, Ibrahim Yakub
sempat diangkat menjadi anggota Parlemen di Indonesia, hanya saja dia memakai nama
Iskandar Kamel. Tatkala Soekarno jatuh dari kekuasaan, Ibrahim keluar dari dunia
politik dan mendirikan sebuah bank yang diberi nama “Bank Pertiwi”. Dia menjadi
dirut dari Bank tersebut hingga meninggal pada tanggal 8 Maret 1979. Dia dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Tuanku Abdul Rahman

Adalah sangat menarik juga ketika diketahui kisah Ibrahim Yakub yang bertemu dengan
Tuanku Abdul Rahman pada tahun 1955. Ketika itu Tengku Abdul Rahman menjabat
sebagai Ketua Menteri (Chief Minister) Malaya mengunjungi Jakarta atas undangan dari
Soekarno. Disini kedua orang anak Semenanjung dipertemukan, mereka bersua dan
sempat bertukar fikiran. Rupanya pendirian kedua tokoh Melayu ini berbeda perihal
kemerdekaan Malaysia. Tengku Abdul Rahman menginginkan agar Malaysia merdeka
di bawah Commonwealth Inggris. Sedangkan Ibrahim Yakub ingin agar Malaysia dan
Indonesia bersatu.

Hasilnya telah dapat tuan ketahui sendiri, kedua negara ini menjadi negara terpisah.
Yang satu menjadi Negara Melayu yang menjadikan Islam sebagai Agama Resmi
Negara serta disaat penyerahan mandat kemerdekaan dikumandangkan pula adzan.
Sedangkan yang satu menjadi Negara Republik dan atas intrik dari beberapa orang
tokoh saat itu, Islam sebagai Dasar Negara dihapuskan atau digagalkan.
Entah benar atau tidak kisah tersebut di atas, namun bagaimanapun jua sangat
mengelitik rasa ingin tahu kami. Apakah benar? Kalau begitu kenapa Tengku Abdul
Rahman keberatan menggabungkan diri dengan Indonesia. Bukankah sama-sama
Melayu dan sama-sama Islam? Entahlah tuan, namun yang pasti kita dapat sendiri
menengok dari perkembangan kedua negara. Yang satu menjadikan Islam sebagai
agama resmi dan melakukan perlindungan atas orang-orang Islam. Sedangkan yang

satunya lagi menjadi negara sekuler.
Elok kiranya kita menilai dengan mempelajari keadaan zaman pada masa itu. Pada
tahun 1955 kedekatan Soekarno dengan Komunis sudah terlihat. Arah politik luar
negeri Soekarnopun sudah dapat diterka. Posisi Islampun dalam negara tidak
menguntungkan. Dan Soekarno yang katanya merupakan orang yang sangat berjasa
dalam memerdekakan negara ini telah berubah. Menjadi pongah, sombong, merasa diri
lebih besar, ingin dipuja, dipatuhi, dan lain sebagainya. Menurut tuan, seadainya tuan
diposisi Tengku Abdul Rahman, keputusan seperti apakah yang akan tuan ambil.
Malaysia merupakan sebuah negara yang terdiri daripada lebih 200 kumpulan etnik.
Antaranya ialah Melayu, Cina, India, Kadazan-Dusun, Iban dan lain-lain. Dengan
penduduk yang pelbagai budaya ini, perpaduan etnik atau sebaliknya sentiasa menjadi
agenda dalam pengurusan masyarakat dan pemerintahan negara ini.
Oleh kerana wujudnya kepelbagaian budaya, agama dan bahasa dalam kalangan rakyat
di negara ini, maka timbulah pelbagai masalah yang melibatkan hubungan etnik. Boleh
dikatakan bahawa perkauman akan sentiasa menjadi batas pemisah antara rakyat
pelbagai kaum. Keadaan ini seterusnya boleh melahirkan ketegangan dan konflik antara
kaum dan seterusnya boleh menyebabkan berlakunya pertumpahan darah.
Berdasarkan kepada peristiwa 13 Mei, beberapa perkara penting yang perlu dipandang
serius dalam membina nagara bangsa yang bersatu padu. Dalam hal ini, ternyata faktor
hubungan etnik yang harmonis menjadi anak kunci bagi keseimbangan antara

kekukuhan ekonomi dan kestabilan politik. Hubungan etnik yang mantap sangat perlu
dalam kalangan rakyat sesebuah negara yg mempunyai kepelbagaian dari segi agama,
bahasa, budaya dan etnik.
Rakyat Malaysiayang terdiri daripada pelbagai kaum dan agama perlu menganggap diri
mereka sebagai bangsa Malaysia yang berfikir dan bertindak ke arah mencapai satu
matlamat. Sejajar dengan ini, perpaduan yang sedia terjalin antara kaum di negara ini
perlu diperkukuhkan lagi bagi mewujudkan suasana negara yang lebih aman, maju,
selamat dan makmur.

2.0 Cabaran hubungan etnik

2.1 Cabaran hubungan etnik dari aspek ekonomi
Salah satu cabaran hubungan etnik dalam aspek ekonomi ialah pemisahan fizikal.
Pemisahan fizikal ini wujud kesan daripada dasar ‘pecah dan perintah' yang diamalkan
oleh penjajah British pada masa dahulu. Pemisahan fizikal ini menyebabkan
menyebabkan sesuatu golongan etnik itu tidak mengenal atau berpeluang untuk
berinteraksi dengan lebih kerap kerana tinggal di wilayah yang berbeza. Hal ini
merenggangkan perhubungan perhubungan dan interaksi serta memperkuatkan lagi
perasaan kekitaan dan etnosentrisme dalam kalangan anggota setiap etnik. Keadaan ini
seterusnya akan menimbulkan prasangka, stereotaip dan mengekalkan kejahilan dalam

kalangan ahli sesuatu golongan etnik terhadap golongan etnik yang lain.
Setiap golongan etnik mempunyai sistem pendidikan yang tersendiri dan masih
menggunakan sukatan pelajaran yang diamalkan di negara asal mereka. Pelajar Melayu
belajar di sekolah Melayudan menggunakan bahasa Melayu. Orang India pula
bersekolah di sekolah Tamil dan menggunakan bahasa Tamil. Manakala bagi pelajar
Cina, mereka bersekolah di sekolah Cina dan menggunakan bahasa Mandarin. Keadaan
ini menyebabkan interaksi sesama mereka hanya berkisar dalam kalangan etnik yang
sama.
Selain itu, kontrak sosial juga juga kerap dibangkitkan oleh sesetengah pihak. Kontrak
sosial merupakan persetujuan yang dicapai semasa kemerdekaan dalam merangka
perlembagaan. Antara isu yang sering ditimbulkan ialah kedudukan istimewa orang
Melayu, kedudukan agama Islam, bahasa Melayu, dan sebagainya. Sebarang isu atau
kontrak sosial yang dibangkitkan boleh membawa kepada kerenggangan hubungn etnik
di Malaysia.

2.2 Cabaran hubungan etnik dari aspek ekonomi
Dalam sektor ekonomi, terdapat jurang yang luas dari segi penguasaan ekonomi.
Kebanyakan orang Melayu menguasai sektor pertanian yang agak mundur. Orang Cina
umumnya menguasai sektor yang lebih maju seperti perniagaan dan perdagangan.
Manakala orang India pula menguasai sektor ekonomi yang berasaskan ladang.
Kesannya, wujud jurang pendapatan yang berbeza antara etnik.
Dasar British yang meletakan kaum berdasarkan kepada pekerjaan menyebabkan etnik
tertentu mendominasi dalam satu-satu bidang pekerjaan. Orang Melayu kebanyakannya
terlibat dalam sektor pertanian, nelayan dan berkhidmat sebagai penjawat awam.
Kebanyakan orang Cina pula terlibat dalam sektor perniagaan dan perlombongan.
Manakala sebahagian besar orang India pula merupakan buruh di estet. Perbezaan ini
telah menimbulkan rasa tidak puas hati dalam kalangan etnik tertentu. Secara tidak
langsung, perkara ini memperkukuhkan lgi semangat perkauman.

2.3 Cabaran hubungan etnik dari aspek politik

Di negara ini terdapat pelbagai parti politik yang berasaskan kumpulan etnik dan
setiap parti politik akan memperjuangkan kepentingan kumpulan etnik yang
diwakilinya. Politok perkauman ini boleh menimbulkan perasaan tidak senang hati dan
mengukuhkan semangat perkauman jika penyuaraan kepentingan etnik tertentu dibuat
tanpa mengambil kira kepentingan semua pihak. Jika isu perkauman seperti bahasa,
kebudayaan, pendidikan, agama, kerakyatan dan ekonomi dibangkitkan, maka tindakan
ini tidak akan menyumbang kea rah masyarakat yang bersatu padu.

2.4 Cabaran nilai antara etnik
Malaysia merupakan negara yang terdiri daripada masyarakat majmuk. Oleh itu,
terdapat pelbagai perbezaan dari segi agama, bahasa dan kebudayaan dalam masyarakat
di Malaysia. Setiap kumpulan etnik mempertahankan kebudayaan dan adat resam
mereka, mengutamakan etnik mereka dan mungkin juga menganggap kebudayaan
mereka sahaja yang terbaik. Hal ini menyebabkan anggota etnik lebih mengutamakan
anggota daripada etnik yang sama dalam memilih sahabat, mendapatkan pekerjaan dan
natijah akhirnya akan mewujudkan polarisasi antara etnik. Selain daripada itu
kewujudan akhbar yang pelbagai bahasa dengan mengutamakan kelompok etnik mereka
akan memperkukuhkan lagi perasaan kumpulan etnik masing-masing. Cabaran dari segi
kepentingan nilai ini akan mewujudkan masalah yang lebih besar jika fahaman
etnosentrisme itu dijadikan pegangan dalam masyarakat.

2.5 Cabaran globalisasi
Globalisasi merujuk kepada dunia tanpa sempadan dimana perhubungan menjadi
semakin pintas dan cepat. Kita boleh mengetahui keadaan dunia luar dengan pantas dan
cepat dan segala maklumat boleh disalurkan tanpa ada sekatan. Globalisasi membawa
masuk pengaruh dari Barat dari segi ideology, budaya hedonism dan nilai negatif,
ekonomi bebas, sains dan teknologi yang memusnahkan dan system politik yang
dianggap terbaik bagi semua manusia.
Melalui globalisasi, kuasa Barat mengeksport segala macam keburukan yang
merosakkan negara dan alam sekitar, budaya hiburan dan pengeksplotasian sumber
manusia dan bahan mentah. Gejala ini mengakibatkan lenyapnya nilai luhar dan
pemikiran Barat diterima secara ke dalam masyarakat. Kejayaan mereka ini dibantu
oleh masyarakat tempatan yang menganggap segala yang datang dari barat adalah baik
dan moden.
Keadaan ini akan memberi kesan kepada hubungan etnik, intergrasi, perpaduan, mudah
terjadinya konflik dan lebih parah lagi mengundang rusuhan kaum. Secara tidak
langsung, keadaan ini akan memburukan lagi hubungan etnik di Malaysia.

3.0 Peranan kerajaan dalam meningkatkan hubungan etnik
3.1 Penubuhan Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi Nasional
Peristiwa rusuhan kaum pada 13 Mei 1969 telah membuka mata pelbagai pihak tentang
pentingnya usaha-usaha yang lebih serius diberikan tumpuan dalam mengurus

perbezaan serta sensitiviti yang terdapat dalam sesebuah masyarakat majmuk seperti
Malaysia. Berikutan peristiwa tersebut, Majlis Gerakan Negara (MAGERAN) telah
ditubuhkan. Pada 1 Julai 1969, Jabatan Perpaduan Negara di bawah perintah
MAGERAN telah diwujudkan bagi menanggani isu-isu berhubung pembinaan semula
perpaduan masyarakat di negara kita pada waktu itu (Jabatan Perpaduan Negara dan
Integrasi Nasional,2006).
Selepas pembubaran MAGERAN, Majlis Penasihat Perpaduan Negara telah ditubuhkan
iaitu pada 23 Februari 1971. tanggungjawab bagi memupuk dan memelihara perpaduan
antara kaum di negara ini terus diletakkan di bawah tanggungjawab Jabatan Perpaduan
Negara. Antara 1990-2004, Jabatan Perpaduan Negara telah diletakkan semula di bawah
Jabatan Perdana Menteri dengan nama Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi
Nasional (JPNIN).
Bermula daripada kemerdekaan sehingga kini, kerajaan telah merangka dan memberi
penekanan kepada beberapa dasar dalam bidang sosioekonomi yang menjurus kepada
perpaduan dan keharmonian masyarakat pelbagai kaum serta integrasi nasional. Dasardasar yang dimaksudkan termasuklah Dasar Pendidikan Kebangsaan, Dasar
Kebudayaan Kebangsaan dan Dasar Ekonomi Baru. Dasar-dasar tersebut telah
diperkukuh lagi dengan memperkenal Rukun Negara sebagai ideologi kebangsaan. Bagi
mengurangkan tindak tanduk politik yang boleh memecahbelahkan rakyat, usaha telah
diambil untuk membentuk Barisan Nasional. Sebagai tindakan susulan dalam
memperlengkap dan memperkukuh usaha pembentukan bangsa Malaysia., beberapa
dasar lain telah dibentuk. Antaranya ialah Dasar Pembangunan Negara, Dasar Wawasan
Negara dan Dasar sosial Negara. Pendirian kerajaan telah menegaskan lagi dalam
pernyataan Wawasan 2020.
JPNIN melalui Pelan Tindakan Perpaduan dan Integrasi Nasional 2005-2010, telah
merancang pelbagai usaha untuk memupuk dan mempertingkatkan perpaduan dan
integrasi nasional iaitu:
1. Strategi Politik: Persefahaman
2. Strategi Ekonomi
3. Strategi Pendidikan
4. Strategi Penggunaan Bahasa Kebangsaan
5. Strategi Agama
6. Strategi Kebudayaan
7. Strategi Integrasi Wilayah
8. Stategi Keselamatan
9. Strategi Pembangunan Kawasan

10. Strategi Penggunaan Tenaga Manusia
11. Strategi Media Massa
12. Strategi Kesukanan
13. Strategi Pemasyarakatan Perpaduan
14. Strategi Pertubuhan Sukarela
15. Strategi Penyelidikan dan Penerbitan Bahan Bacaan
16. Strategi Pemantauan Isu-isu Semasa dan Konflik
17. Strategi Penubuhan Panel Penasihat Perpaduan Negara (PANEL) dan Jawatankuasa
Penasihat Perpaduan Peringkat Negeri (JKPPN)
18. Strategi Program dan Aktiviti Perpaduan
19. Strategi-strategi lain:
-Mewujudkan latihan dalam bidang komunikasi antara budaya
-Mewujudkan pengauditan dasar-dasar kerajaan
-Menghasilkan satu etika mengenai hak dan tanggungjawab kemanusiaan untuk rakyat
Malaysia
-Penerbitan bahan bacaan secara meluas mengenai kaum-kaum di Malaysia.

3.2 Memperkasakan sekolah wawasan
Sistem pendidikan pebagai aliran menyebabkan tidak ada acuan khusus yang boleh
digunakan untuk membentuk masyarakat yang bersatu padu . sistem pendidikan
pelbagai aliran yang wujud sekarang telah mengakibatkan ibu bapa pelajar memilih
aliran mengikut kaum masing-masing. Usaha memupuk perpaduan haruslah dimulakan
sejak awal lagi dengan mambabitkan murid sekolah rendah dalam acuan yang sama.
Dengan itu, sekolah kebangsaan perlu diperkasakan bagi menerapkan semangat
perpaduan dalam kalangan pelajar pelbagai etnik. Justeru, para pelajar dapat dilatih
hidup saling bekerjasama dan mempunyai semangat patriotisme serta berakomodatif
yang tinggi.
Maka, usaha-usaha perlu diambil untuk memperkasakan sekolah kebangsaan dalam
sistem pendidikan negara bagi meletakkan landasan yang lebih kukuh ke arah
menyatupadukan rakyat berbilang kaum di negara ini tanpa mengetepikan sekolah
rendah jenis kebangsaan yang telah dipersetujui oleh semua golongan etnik di bawah
kontrak sosial. Setiap ibu bapa diberi kebebasan menghantar anak mereka ke sekolah

kebangsaan. Jika mereka memilih sekolah jenis kebangsaan Cina atau Tamil, maka
tidak ada sesiapa yang boleh menghalang mereka.
Namun begitu, sekolah kebangsaan merupakan institusi pendidikan utama bagi anakanak Malaysia untuk memenuhi aspirasi dan memiliki jati diri nasional. Sekolah
Kebangsaan bukan sahaja berkemampuan untuk mendidik pelajar tetapi membantu
menanam nilai-nilai perpaduan dalam kalangan pelajar yang terdiri daripada palbagai
kaum. Sekolah kebangsaan merupakan aliran utama pendidikan untuk semua
warganegara Malaysia tanpa mengira kaum.
Bagi memupuk semangat perpaduan dan keyakinan terhadap sistem sekolah satu aliran,
sekolah kebangsaan perlu dijadikan lebih menarik untuk menarik minat orang bukan
Melayu. Dalam Rancangan Malaysia Kesembilan, bagi menjadikan sekolah kebangsaan
sebagai sekolah pilihan, kualiti pengajaran di sekolah kebangsaan akan diperingkatkan
dengan 100 peratus guru di sekolah menengah dan 25 peratus guru di sekolah rendah
akan mempunyai kelayakan ijazah pertama menjelang tahun 2010. Semangat perpaduan
dalam kalangan pelajar bukan sahaja perlu dipupuk oleh pihak sekolah tetapi juga
institusi pendidikan tinggi. Antara langkah yang boleh dijalankan adalah seperti berikut,
iaitu:
1. Tidak mengetepikan proses penguasaan bahasa ibunda masing-masing dengan
memperkenalkan pengajaran bahasa Mandarin dan Tamil.
2. Memberi kesedaran kepada pelajar tentang kepentingan interaksi antara golongan
etnik.
3. Mengadakan lebih banyak aktiviti antara golongan etnik
4. Mengadakan program interaksi antara sekolah dan memasukkan unsur-unsur interaksi
etnik dalam kurikulum serta meningkatkan kemahiran berinteraksi dengan golongan
etnik lain.

3.3 Program Latihan Khidmat Negara (PLKN)
Program Latihan Khidmat Negara (PLKN) yang mula dilaksanakan pada tahun 2004
merupakan khusus latihan wajib selama tiga bulan secara berkhemah dan berasrama
bagi remaja lepasan Sijil Pelajaran Malaysia. PLKN dilaksanakan berteraskan Rukun
Negara dan mempunyai kurikulum multidisiplin yang merangkumi empat modul iaitu
modul fizikal (merangkumi antara lain aktiviti kawad, merempuh halangan, merentas
desa dan kembara hutan); modul kenegaraan (pengetahuan tentang pembinaan Negara
atau nation-building); Modul Pembinaan Karakter (penerokaan diri sendiri dan
hubungan interpersonal) dan Modul Khidmat Komuniti (merangkumi antara lain aktiviti
gotong- royong seperti membersihkan, mengindahkan dan menceriakan kawasan
sekitar). PLKN tidak bersifat kerahan tenaga atau mengikut trend yang diamalkan oleh
negara lain.
Seperti yang dinyatakan oleh Jabatan Latihan Khidmat Negara, PLKN bertujuan
untuk meningkatkan semangat patriotisme dalam kalangan generasi muda , memupuk

perpaduan kaum serta integrasi nasional, membentuk perwatakan positif menerusi nilainilai murni, menyemarakkan semangat kesukarelaan, dan melahirkan generasi muda
yang lebih cergas, cerdas dan penuh keyakinan.
PLKN sememangnya menyumbang terhadap usaha memupuk perpaduan kaum,
terutamanya dalam kalangan golongan remaja kerana semua aktiviti yang dijalankan
menekankan semangat muhibah dan saling bertolak ansur antara peserta tidak mengira
kaum atau agama. Modul kenegaraan dapat menyemai semangat cinta akan tanah air di
samping membolehkan para peserta mempelajari adat dan budaya pelbagai kaum.
Apabila wujudnya rasa cintakan negara dalam diri peserta, perpaduan kaum dan
integrasi nasional serta saling kerjasama antara kaum di Malaysia dapat diwujudkan
kerana masing-masing mempunyai satu matlamat, iaitu untuk melihat Malaysia sebagai
negara yang aman dan harmonis. Hal ini akhirnya dapat melahirkan remaja yang
sanggup berkorban demi perpaduan bangsa.

4.0 Peranan masyarakat dalam konteks hubungan etnik
4.1 Rukun Tetangga
Skim Rukun Tetangga telah diperkenalkan pada tahun 1975 berikutan dengan kuat
kuasanya Peraturan-Peraturan Perlu (Rukun Tetangga 1975). Pada peringkat awal,
Rukun Tetanggga membolehkan rakyat mengawal keselamatan di kawasan kediaman
masing-masing. Dengan tumpuan diberi kepada tugas rondaan yang diwajibkan kepada
masyarakat setempat yang berumur antara 18 hingga 55 tahun. Mulai 1 Januari 1983
kerajaan telah memperkenalkan satu pembaharuan dengan memberi penekanan pada
konsep kejiranan yang bertujuan untuk memupuk serta mengukuhkan lagi semangat
kejiranan dalam kalangan masyarakat setempat. Berikutan dengan ini, Peraturan Perlu
(Rukun Tetangga) 1975 telah dipinda bagi tujuan tersebut. Dalam tahun 2000,
pendekatan Rukun Tetangga telah dipinda sekali lagi dengan memberi mandat yang
lebih luas iaitu pembangunan masyarakat secara menyeluruh ke arah mewujudkan
perpaduan nasional.
Visi Rukun Tetangga ialah membantu dalam pembentukan satu bangsa Malaysia yang
bersatu padu dalam konteks pencapaian Wawasan 2020. Manakala misinya ialah
memupuk kesefahaman dan bertolak ansur ke arah pembangunan bangsa Malaysia yang
bersatu padu serta beridentiti sendiri dan motonya pula ialah Bersatu Terus Maju.
Objektif Rukun Tetangga, iaitu memelihara, meningkat dan mengukuhkan perpaduan
rakyat dan integrasi nasional selaras dengan dasar-dasar pembangunan negara
berlandaskan Perlembagaan Persekutuan dan Rukun Negara.
Bagi memastikan matlamat Rukun Tetangga tercapai, beberapa aktiviti dilakukan oleh
komuniti Rukun Tetangga yang boleh dikategorikan kepada beberapa bentuk aktiviti
seperti berikut:
- sosial: amalan kunjung-mengunjung semasa musim perayaan seperti Hari Raya, Tahun
Baru Cina, Deepavali, Krismas, Hari Gawai, Pesta Keamatan, dan Hari Keluarga.

- Pendidikan- pendidikan tidak formal, kolokium jiran wanita, kursus motivasi, kursus
kepimpinan, tuisyen, ceramah-ceramah dalam pelbagai bidang.
- Sukan- sukan neka, larian, permainan bola sepak, bola baling, bola jaring, sukan air,
sukan tradisional, sukan rakyat dan lain-lain.
- Rekreasi- tai chi, ekspedisi mendaki bukit, kembara dan mountaineering, khemah kerja
dan lain-lain.
- Kesihatan dan alam sekitar-ceramah kesihatan berkaitan antidadah, AIDS, kanser,
kempen kebersihan, anti nyamuk dan menjaga harta awam.
- Kesenian dan kebudayaan- kelas-kelas seni tari, kraf tangan, permainan tradisional,
kelas gamelan, kompang, tarian tradisional, tarian singa, pertunjukan pentas dan lainlain.
- Ekonomi- aktiviti tanaman secara hidroponik, ternak ikan air tawar dan membuat air
lada
Skim Rukun Tetangga diperkenalkan pada tahun 1975 sebagai satu langkah
membolehkan rakyat sendiri mengawal dan menjaga keselamatan kawasan kediaman
mereka. Skim ini kemudiannya diperbaharui dengan menekankan konsep kejiranan
dengan falsafah bahawa kesejahteraan kawasan sejiran akan menjamin kesejahteraan
negara. Pada masa kini peranan Skim Rukun Tetangga diperluas lagi dengan
pendekatan pembangunan komuniti bagi memastikan perpaduan dan keharmonian
hubungan dalam masyarakat akan terus berkekalan dan berterusan.
Sehingga Mei 2006 sebanyak 3228 kawasan Rukun Tetangga telah ditubuhkan di
seluruh negara. Jawatankuasa Rukun Tetangga ini telah menganjurkan pelbagai aktiviti
dalam komuniti mereka. Dari bulan Januari hingga Mei 2006, Jawatankuasa Rukun
Tetangga di seluruh negara telah melaksanakan sebanyak 36029 aktiviti. Aktiviti ini
bertujuan untuk membolehkan penduduk setempat berkenalan, bantu-membantu dalam
menghadapi masalah bersama, berinteraksi dan merapatkan hubungan pada peringkat
akar umbi antara pemimpin dengan rakyat dan antara rakyat pelbagai keturunan, adat
dan budaya (Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi Nasional).

4.2 Rumah Terbuka
Rumah terbuka akan diadakan oleh setiap rakyat Malaysia apabila tiba musim perayaan.
Setiap golongan etnik di Malaysia akan sering kunjung-mengunjungi ke rumah jiran
tetangga walaupun berlainan etnik. Sebagai contoh, semasa perayaan Hari Raya
Aidilfitri, etnik Cina, India, Kadazan, Iban dan pelbagai lagi akan mengunjungi ke
rumah orang Melayu dan begitulah sebaliknya bagi etnik lain. Etnik Cina misalnya akan
berusaha menyediakan makanan yang halal kepada etnik Melayu apabila menjemput
etnik Melayu datang ke rumah sewaktu Tahun Baru Cina. Hal ini menunjukan etnik
Cina begitu mengambil berat dan memahami budaya etnik Melayu. Begitu juga dengan
etnik Melayu tidak akan menyajikan daging lembu kepada etnik India apabila mereka
datang ke rumah semasa Hari Raya Aidilfitri. Pertimbangan ini memperlihatkan

keharmonian hubungan etnik sentiasa terjalin kukuh dalam kalangan rakyat dan
memahami dan menghormati budaya masing-masing. Amalan ini membuktikan
integrasi sosial dalam kalangan masyarakat begitu tinggi walaupun berlainan agama,
bangsa dan kebudayaan.

4.3 Penerimaan Budaya
Dewasa ini, masyarakat bukan Melayu di Malaysia mula menerima budaya orang
Melayu dari segi pakaian dan makanan. Misalnya, orang bukan Melayu segak
menggayakan baju kurung dan baju Melayu terutamanya pada hari Jumaat dan
fenomena ini sesuatu yang biasa bagi pelajar bukan Melayu. Bagi orang Melayu pula,
mereka mula menerima masakan orang Cina dan India serta pemberian duit raya telah
menggunakan sampul atau angpau yang terkenal dalam kalangan orang Cina. Dewasa
ini juga telah kelihatan di taman-taman perumahan, terdapatnya penempatan yang sama
untuk semua etnik yang pastinya keadaan ini akan menggalakkan lagi hubungan etnik
dalam kalangan rakyat melalui aktiviti setempat.

4.4 Program di Institusi Pengajian Tinggi (IPT)
Bahagian hal ehwal pelajar melalui persatuan-persatuan dan kelab-kelab hendaklah
sentiasa menggalakkan aktiviti dan program yang menjurus kepada perpaduan kaum
dalam kalangan mahasiswa. Sebagai contoh, melalui aktiviti Pesta Tanglung, yang
bukan sahaja melibatkan mahasiswa Cina dan India, tetapi turut juga disertai oleh
mahasiswa Melayu. Menyentuh kepimpinan pelajar, ternyata tidak didominasikan oleh
sesuatu kaum sahaja, tetapi turut sama dianggotai oleh pelbagai kaum seperti dalam
Majlis Perwakilan Pelajar (MPP).
Kandungan kursus di semua institusi pendidikan harus menitikberatkan aspek-aspek
pendidikan yang harmonis dalam sesebuah masyarakat pelbagai kaum. Nilai-nilai
rohani dan budaya bersama perlu diberikan keutamaan dalam subjek Kenegaraan,
Tamadun Islam dan Asia serta Hubungan Etnik. Maka, adalah penting kurikulum yang
ada menguatkan peribadi moral dan sahsiah para pelajar. Hal ini kerana keperibadian
yang tinggi menjadi asas kepada segala nilai rohani dan budaya yang akan
menyatupadukan generasi muda.
Saranan diwujudkan kelab perpaduan atau Kelab Rukun Negara di setiap IPT
merupakan satu langkah yang amat baik kerana saranan ini merupakan usaha bagi
menyemai kesedaran terhadap kepentingan perpaduan kaum. Justeru, bahagian hal
ehwal pelajar sewajarnya menggalakkan para mahasiswa menganggotai kelab
perpaduan atau Kelab Rukun Negara dengan memberi beberapa keistimewaan seperti
pengecualian kredit dan sebagainya. Pihak university juga perlulah memberi sokongan
terhadap aktiviti yang dijalankan baik dari segi material mahupun khidmat nasihat.
Aktiviti kokurikulum merupakan bidang pembelajaran yang menekankan pemupukan
dan perkembangan diri individu melalui psikomotor, kognitif dan efektif. Justeru,
aktiviti kokurikulum yang dilaksanakan seperti program sukan, kelab, persatuan,
pameran, ceramah dan pelbagai lagi haruslah dipergiat dan dipertingkat lagi dalam
kalangan mahasiswa pelbagai kaum. Di luar sistem akademik, para pelajar harus

dilibatkan dalam aktiviti pelbagai kaum seperti keluarga angkat, persatuan dan badan
beruniform. Hal ini akan memberi pengalaman yang sangat berharga dalam memahami
bagaimana kehidupan rakyat Malaysia.
Manakala aktiviti perpaduan dan khidmat masyarakat mempunyai peranan yang penting
dalam menggalakan penyertaan dan pengalaman bersama antara kaum. Oleh itu,
galakan kepada aktiviti seperti ini perlu diberikan dengan kerjasama rapat pihak
kerajaan dan sektor swasta. Para pelajar juga perlu ditugaskan dalam projek-projek
perkhidmatan masyarakat seperti operasi khidmat masyarakat, mahasiswa balik
kampung dan sebagainya.
Para pensyarah juga perlu diterap dan didedahkan dengan sikap perpaduan antara kaum
yang positif. Para pensyarah mestilah diberi pendedahan kepada kursus seperti sosiologi
perhubungan kaum atau hubungan etnik untuk menerapkan nilai-nilai yang penting
dalam kalangan pelajar bagi memupuk keharmonian kaum. Sesungguhnya para
pensyarah mempunyai peranan yang besar sebagai agen penyebar perpaduan dan
keharmonian dalam negara pelbagai kaum ini. Mereka merupakan agen integrasi dan
perpaduan yang memainkan peranan penting dalam menggalakkan lebih banyak
interaksi melalui tugasan dan projek akademik.

5.0 Peranan NGO dalam Konteks Hubungan Etnik
Walaupun terdapat pertubuhan yang berasaskan golongan etnik, namun terdapat
pertubuhan induk pada peringkat kebangsaan yang menaungi pertubuhan berasaskan
etnik seperti Pertubuhan Belia Malaysia, Dewan Perniagaan dan Perusahaan Malaysia
dan pelbagai lagi. Hal ini sudah tentulah dapat mempercepat lagi proses hubungan etnik
melalui peranan yang dimainkan oleh NGO.
Menyentuh aspek kepimpinan pula sama ada pada peringkat negara atau persatuan,
barisan kepimpinan disertai oleh pemimpin pelbagai kaum. Sebagai contoh, kepimpinan
Majlis Belia Malaysia disertai oleh semua golongan etnik yang ada di Malaysia.
Walaupun terdapat pembahagian pertubuhan mengikut kaum seperti Pergerakan Belia
4B, Persatuan Belia Tamil, Dewan Perniagaan Melayu Malaysia, Dewan Perniagaan
Cina Malaysia dan Dewan Perniagaan India Malaysia, namun ini sewajarnya digunakan
oleh NGO ini untuk mewujudkan pelbagai dialog dan seminar dalam usaha memahami
permasalahan yang wujud dan dicari jalan penyelesaiannya. Contohnya, Angkatan Belia
Islam Malaysia (ABIM) sentiasa mengadakan seminar bagi menjelaskan kepentingan
hubungan etnik dalam konteks Malaysia.
Untuk itu, peranan pihak swasta dan kerajaan amat diperlukan dalam menyumbangkan
dana bagi meningkatkan penyelidikan dan pembangunan bagi menghasilkan inovasi dan
seterusnya memacu pertumbuhan ekonomi negara. Dana-dana sedia ada seperti
Intensive Research Priority Areas (IRPA) dan geran daripada pihak swasta dan
pertubuhan institusi tertentu seperti Koridor Raya Multimedia (MSC), Akademi Sains
Negara dan pelbagai lagi merupakan penjana kepada pembangunan ekonomi negara.

Disebabkan sains dan teknologi ini begitu memainkan peranan penting dalam
pembangunan ekonomi negara, maka aspek ini amat penting dalam meningkat
hubungan etnik rakyat Malaysia. Hal ini kerana apabila pembangunan ekonomi negara
itu berkembang pesat di samping kestabilan politik, akan mampu menarik lebih ramai
pelabur sama ada dari dalam atau luar negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi
negara. Hal ini seterusnya memberi peluang pekerjaan kepada segenap lapisan
masyarakat tanpa mengira golongan etnik. Kesannya, taraf hidup rakyat akan
meningkat, jurang ekonomi negara dapat diseimbangkan dan ini mampu mewujudkan
keharmonian dalam masyarakat Malaysia.

6.0 Kesimpulan
Hubungan etnik merupakan perkara yang sangat penting bagi masyarakat Malaysia
yang bersifat majmuk. Hubungan etnik ini akan melahirkan masyarakat Malaysia yang
harmonis, saling bekerjasama dan bersefahaman dan sentiasa menghayati perjanjian
sosial yang telah dipersetujui sejak awal kemerdekaan lagi.
Usaha-usaha perlu diambil secara berterusan bagi memastikan hubungn etnik di
Malaysia sentiasa berada dalam keadaan yang baik. Usaha-usaha ini adalah melibatkan
peranan kerajaan, masyarakat dan pertubuhan bukan kerajaan. Apa yang penting dalam
memastikan hubungan etnik sentiasa dalam keadaan baik, segala usaha ini perlu disahut
oleh setiap lapisan masyarakat.
Kepelbagaian budaya dalam negara Malaysia seharusnya tidak menimbulkan masalah
perkauman. Setiap kaum ataupun etnik perlu tahu dan memainkn peranan mereka dalam
memastikan konflik perkauman seperti peristiwa 13 Mei berulang semula. Perpaduan
kaum ini amatlah penting bagi menyumbang ke arah menjadikan Malaysia sebuah
negara maju menjelang 2020.
Sehubungan dengan ini, perpaduan yang sedia terjalin antara kaum di negara ini perlu
diperkukuhkan lagi bagi mewujudkan suasana negara yang lebih aman, maju, selamat
dan makmur. Oleh itu, segala kerjasama semua pihak seperti kerajaan, masyarakat dan
pertubuhan badan bukan kerajaan amatlah diperlukan untuk meningkatkan hubungan
etnik di nagara Malaysia.
Find out more from UK Essays here:
http://www.ukessays.com/essays/religion/pendahuluan.php#ixzz3DIFMII00